Anda di halaman 1dari 12

59

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis akan menguraikan tentang kesenjangan yang muncul dalam
penerapan developmental care pada bayi berat badan lahir rendah (BBLR) antara
teori dan kenyataan dilapangan mulai dari tahap pengkajian, analisa data, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pada saat melakukan pengkajian penulis tidak mengalami hambatan dalam


memperoleh data-data yang dibutuhkan, orang tua pasien sangat kooperatif dan
komunikatif. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 5 juni 2014 jam 08.00 wib,
ditemukan data bayi Ny.S lahir di RSUD Kota Semarang pada tanggal 25 juni
2014 dengan umur kehamilan 31 minggu (preterm). Bayi berjenis perempuan,
berat badan lahir 1500 gram, panjang badan 45 cm, lingkar kepala 29 cm, lingkar
dada 26 cm, nilai apgar score 7, 8, 9, nadi 120x/menit, suhu 36.2c, akral teraba
hangat, respirasi rate 45x/menit, bayi menangis, terpasang Oral Gastric Tube
(OGT), terpasang oksigen 1 liter/menit, terpasang infus D10% 5tpm, reflek morro
positif, reflek hisap masih lemah, dan reflek genggam positif, bayi tampak lebih
banyak tertidur dalam inkubator dengan pengaturan suhu 32.5c. Hasil
pemerikasan laboratorium pada tanggal 4 juli 2014 yaitu hemoglobin 19.1 g/dl,
hematokrit 55.90%, jumlah lekosit 43.400 mm, trombosit 30.000 mm, GDS 36
mg/dl.
60

Data yang didapat mempunyai persamaan dengan teori yang ada salah satunya
menurut Mitayani (2009), bahwa bayi yang lahir dengan berat badan rendah
memiliki tanda gejala berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan
kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari
33cm, pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum teratur,
lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan menelan belum
sempurna, nilai apgar sore kurang 7. Apgar score adalah suatu metode
sederhana yang digunakan untuk menilai keadaan umum bayi sesaat setelah
kelahiran. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia
atau tidak. Yang dinilai adalah frekuensi jantung (Heart Rate), usaha nafas
(Respitratory effort), tonus otot (Muscle tone), warna kulit (Colour), dan
reaksi terhadap rangsang (Respon to stimuli), yaitu dengan memasukkan
kateter kelubang hidung setelah jalan nafas dibersihkan.

Secara patofisiologis menurut Nelson (2010), bayi BBLR ini berhubungan


dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga
disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38
minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya,
yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit
ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan
lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik bagi ibu hamil dengan mengkonsumi makanan berprotein
tinggi seperti ikan, telur, makanan yang mengandung serat dan vitamin seperti
61

sayur dan buah-buahan diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalami hambatan, sehingga akan melahirkan bayi dengan berat badan
lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat
hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu dengan
kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada
masa hamil sering melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR).

B. Diagnosa keperawatan

Setelah dilakukannya pengkajian, penulis merumuskan diagnosa yang muncul


sesuai dengan keadaan pasien. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus ini
adalah termoregulasi tubuh tidak efektif berhubungan dengan sedikitnya lemak di
bawah jaringan kulit (subkutan), dan infeksi berhubungan dengan penurunan daya
tahan tubuh.
Termoregulasi tubuh tidak efektif menurut NANDA (2009-2011) adalah suatu
keadaan dimana terjadi fluktuasi suhu tubuh antara hipotermia dan hipertermia,
dengan batasan karakteristik kulit teraba dingin atau panas, terlihat sianosis,
fluktuasi suhu tubuh di atas dan di bawah kisaran normal (36c sampai 37c), kulit
memerah, hipertensi, peningkatan frekuensi napas, menggigil, kulit pucat,
piloereksi, penurunan suhu tubuh di bawah kisaran normal (36c). Diagnosa
keperawatan ini ditegakkan oleh penulis karena di
62

dalam pengkajian suhu tubuh bayi 36.2c, akral teraba hangat, bayi berada
dalam inkubator dengan pengaturan suhu inkubator 32.5C.
Diagnosa keperawatan yang kedua yaitu infeksi berhubungan dengan
penurunan daya tahan tubuh menurut NANDA (2009-2011), adalah
peningkatan resiko invasif oleh organisme pathogen (bakteri ataupun virus),
dengan faktor resiko prosedur invasif, trauma, kerusakan jaringan dan
peningkatan paparan lingkungan, ruptur membran amnion, malnutrisi,
peningkatan paparan lingkungan pathogen, ketidakadekuatan sistem imun,
penyakit kronik, tidakadekuat pertahanan tubuh primer ( kulit tidak utuh,
trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi
pH, perubahan peristaltik), dan ketidakadekuatan pertahanan tubuh skunder
(penurunan Hb, leucopenia, penekanan respon inflamasi). Diagnosa ini
ditegakkan oleh penulis karena didalam pengkajian di temukan data jumlah
lekosit 43.400 mm, kondisi kesehatan bayi yang belum stabil, terpasang infus
D10% 5tpm di tangan kanan pasien.

Diagnosa keperawtan yang terakhir yaitu resiko gangguan pertumbuhan dan


perkembangan berhubungan dengan kelahiran preterm. Menurut NANDA
(2009-2011), adalah keadaan ketika dimana individu mengalami atau beresiko
mengalami hambatan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas di kelompok
usianya atau mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Batasan
karakteristiknya adalah ketidakmampuan atau kesulitan untuk melakukan
keterampilan atau perilaku khas sesuai dengan kelompok usia, misalnya
motorik, personal atau sosial, bahasa, kognisi, atau perubahan pertumbuhan
63

fisik seperti berat badan jauh tertinggal dari tinggi badan sebanyak dua standar
devisiasi (tinggi badan dan berat badan menunjukkan pola penurunan),
ketidakmampuan melakukan perawatan diri atau aktivitas kontrol diri sesuai usia,
afek datar, penurunan respons, kesulitan makan, latergi, peka rangsang, dan
gangguan pola tidur. Diagnosa ini ditegakkan oleh penulis karena pada bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) atau preterm, rentan sekali mengalami
resiko atau gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Pada saat
pengkajian ditemukan data berat badan bayi 1500 gram, reflek menghisap lemah,
aktivitas bayi banyak tertidur, panjang badan 45 cm, lingkar kepala 29 cm, lingkar
dada 26 cm, nilai apgar score 7, 8, 9, terpasang OGT dan terpasang oksigen kanul
1 liter/menit.

C. Intervensi

Berdasarkan diagnosa yang muncul, penulis merencanakan tindakan keperawatan


dari kedua diagnosa tersebut. Pada diagnosa yang pertama yaitu termoregulasi
tubuh tidak efektif berhubungan dengan sedikitnya lemak di bawah jaringan kulit
(subkutan). Penulis merencanakan tindakan keperawatan yaitu setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x4 jam, maka diharapkan tidak terjadi hipotermi
pada pasien dengan kriteria hasil suhu tubuh 36c - 37c, akral teraba hangat,
warna seluruh tubuh kemerahan. Tindakan keperawatan yang akan dilakukan
antara lain:
Observasi suhu tubuh bayi setiap 4 jam. Rasionalnya untuk memantau apakah ada
peningkatan atau penurunan suhu tubuh.
64

Atur suhu inkubator sesuai dengan program terapi kolaborasi. Rasionalnya


untuk menjaga bayi tetap hangat dalam inkubator.
Anjurkan ibu untuk menggunakan perawatan metode kanguru setelah keadaan
bayi stabil. Rasionalnya untuk memberikan kehangatan pada bayi dan
meningkatkan berat badan bayi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ali,
et al. (2009), meneliti tentang perbandingan perawatan metode kanguru
dengan keperawatan konvensional terhadap bayi lahir prematur dan BBLR.
Penelitian ini menyebutkan bahwa frekuensi nafas, suhu tubuh, dan saturasi
oksigen lebih baik pada bayi yang menjalani perawatan metode
kanguru dibandingkan dengan bayi yang tidak dilakukan perawatan metode
kanguru (PMK).
Selanjutnya pada diagnosa kedua yaitu Infeksi berhubungan dengan
penurunan daya tahan tubuh. Penulis merencanakan tindakan keperawatan
yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x4 jam, diharapkan
tidak terjadi komplikasi infeksi pada pasien dengan kriteria hasil tidak ada
tanda-tanda infeksi, jumlah lekosit dalam batas normal ( 4.800 10.800 mm),
tidak terjadi sianosis dan tidak ada gangguan fungsi tubuh. Tindakan
keperawatan yang akan dilakukan antara lain:
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan. Rasionalnya adalah
untuk mencegah penyebaran infeksi nosokomial.
65

Observasi kondisi umum bayi. Rasionalnya adalah untuk mengetahui


keadaan kesehatan bayi apakah mengalami peningkatan atau penurunan
kesehatannya.
Berikan ASI setiap 3 jam. Rasionalnya adalah ASI dapat menurunkan
infeksi dan melindungi bayi dari infeksi bakteri serta virus.
Jaga kebersihan badan, popok, dan lingkungan bayi seperti

kebersihan inkubator. Rasionalnya adalah mengurangi media untuk


pertumbuhan kuman.
Diagnosa yang terakhir yaitu gangguan pertumbuhan dan perkembangan
berhubungan dengan kelahiran preterm. Penulis merencanakan tindakan
keperawatan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x4 jam,
diharapkan pasien dapat mencapai potensial pertumbuhan dan
perkembangan normal dengan kriteria hasil bayi memperlihatkan
pertambahan berat badan dan bayi hanya terpajan rangsang yang tepat.
Tindakan keperawatan yang akan dilakukan yaitu:
Atur bayi dengan posisi pronasi (telungkup). Rasionalnya posisi pronasi
dapat menghasilkan oksigen yang baik, lebih menoleransi makanan dan pola
tidur istirahatnya lebih teratur. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Kusumaningrum (2009), yang meneliti tentang tentang frekuensi nafas bayi
yang menggunakan ventilator sebelum dan sesudah pronasi di ruang NICU
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, menerangkan bahwa posisi pronasi telah
66

diketahui sebagai posisi yang mendukung perbaikan status oksigenasi


pada bayi yang mengalami masalah pernafasan dibandingkan dengan
posisi supinasi.
Tingkatkan interaksi antara bayi dan orang tua bayi. Rasionalnya
adalah interaksi langsung antara bayi dan orang sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan normal.
Tingkatkan perilaku pengaturan diri misalnya ekstermitas dalam posisi
fleksi, dan memposisikan bayi seperti dalam kandungan (Nesting).
Rasionalnya adalah untuk meningkatkan perkembangan bayi selama
dirawat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sizun, et al. (2004),
yang meneliti tentang perawatan awal untuk perkembangan neonatus
prematur dan BBLR menyebutkan bahwa dengan penerapan
developmental care dapat mengurangi stres neonatus prematur di
neonatal intensive care unit (NICU), sehingga memungkinkan untuk
mengoptimalkan neurobehavioral bayi, dengan berbagai pendekatan
yang telah diberikan.
Pertahankan ibu untuk selalu memberikan ASI selama bayi dirawat.
Rasionalnya adalah ASI dapat meningkatkan pertumbuhan berat
badan.
67

D. Implementasi keperawatan

Rencana keperawatan yang telah disusun oleh penulis diimplementasikan pada


tanggal 5 juli 2014, dan rencana keperawatan tersebut sudah terlaksanakan. Pada
pembahasan implementasi ini penulis akan membahas tentang penerapan
developmental care dalam memberikan asuhan keperawatan pada bayi berat badan
lahir rendah (BBLR). Sebelum melakukan semua tindakan keperawatan, penulis
mencuci tangan terlebih dahulu untuk mencegah penyebaran infeksi nosokomial.
Kemudian penulis mulai mengobservasi kondisi umum pasien, hasil observasi
yang dilakukan di dapatkan data kondisi umum kesehatan bayi Ny.S masih belum
stabil dengan berat badan 1500 gram, bayi masih berada dalam inkubator dengan
pengaturan suhu 32.5c, reflek menghisap masih lemah, dan masih terpasang Oral
Gastric Tube (OGT).

Setelah itu penulis memberikan ASI, karena reflek menghisap bayi masih lemah,
ASI diberiakan melalui OGT siringpump, ASI yang diberikan sebanyak 30cc,
tidak lupa juga penulis tetap menjaga kebersihan sekitar inkubator hal ini karena
untuk menjaga kebersihan sekitar inkubator, tidak hanya inkubator kebersihan
tubuh bayi juga harus diperhatikan seperti mengganti popok bayi. Setelah itu
tindakan yang dilakukan adalah memeriksa suhu tubuh bayi dengan menempelkan
thermometer di daerah ketiak (axilla), dari hasil pengukuran suhu tubuh
ditemukan hasil suhu tubuh bayi yaitu 36.2c. Selang beberapa waktu, penulis
melanjutkan tindakan keperawatan selanjutnya yaitu pemberian posisi telungkup
(pronasi). Menurut Wong
68

(2008), pemberian posisi pronasi ini dapat menghasilkan oksigen yang baik,
lebih menoleransi makanan dan pola tidur istirahatnya lebih teratur, oleh
karena itu untuk dapat meningkatkan kesehatan bayi, penulis memberikan
metode ini.
Selanjutnya penulis melakukan tindakan keperawatan yaitu menganjurkan
Ny.S untuk melakukan perawatan metode kanguru. Hasil tindakan yang
dilakukan ternyata Ny.S belum mengetahui tentang perawatan bayi BBLR
dirumah, belum tahu cara dan manfaat dari metode kanguru ini, maka dari itu
penulis menganjurkan Ny.S untuk setiap hari melakukan perawatan metode
kanguru agar dapat meningkankan berat badan bayi dan mencegah bayi dari
hipotermi ataupun hipertermi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Priya
(2004), yang meneliti perawatan metode kanguru pada bayi BBLR
menjelaskan bahwa pada bayi prematur atau bayi berat lahir rendah secara
umum mempunyai kematangan dalam sistem pertahanan tubuh untuk
beradaptasi dengan lingkungan. Bayi prematur dan bayi berat badan lahir
rendah cenderung mengalami hipotermi. Hal ini disebabkan karena tipisnya
lemak subkutan pada bayi sehingga sangat mudah dipengaruhi oleh suhu
lingkungan, oleh karena itu bayi prematur dan bayi berat badan lahir rendah
harus dirawat dalam inkubator. Penelitian ini meyebutkan perawatan pada bayi
prematur dan bayi BBLR tidak hanya dengan menggunakan inkubator, tetapi
dapat juga menerapkan perawatan metode kanguru sebagai pengganti
inkubator.
69

Sedangkan menurut penelitian Ali, et al. (2009), meneliti tentang


perbandingan perawatan metode kanguru dengan keperawatan konvensional
terhadap bayi lahir prematur dan BBLR. Penelitian ini menyebutkan bahwa
frekuensi nafas, suhu tubuh, dan saturasi oksigen lebih baik pada bayi yang
menjalani perawatan metode kanguru dibandingkan dengan bayi yang tidak
dilakukan PMK.
Tindakan selanjutnya yaitu meningkatkan interaksi antara bayi dengan ibu,
dengan dilakukannya perawatan metode kanguru ini, interaksi antara ibu
dengan bayi terjalin dengan baik dan harmonis, sehingga penulis menyarankan
kepada Ny.S untuk selalu memberikan ASI kepada bayinya selama bayi
dirawat, karena dengan diberikannya ASI, berat badan bayi dapat meningkat
dan dengan ASI dapat menurunkan resiko terjadinya infeksi oleh virus ataupun
kuman. Langkah terakhir yang dilakukan penulis dalam memberikan tindakan
keperawatan pada bayi Ny.S adalah meningkatkan perilaku pengaturan diri
misalnya dengan ekstermitas dalam posisi fleksi, dan posisi bayi seperti dalam
kandungan (Nesting). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sizun, et al.
(2004), yang meneliti tentang perawatan awal untuk perkembangan neonatus
prematur dan BBLR menyebutkan bahwa dengan penerapan developmental
care dapat mengurangi stres neonatus prematur di neonatal intensive care unit
(NICU), sehingga memungkinkan untuk mengoptimalkan neurobehavioral
bayi, dengan berbagai pendekatan yang telah diberikan,
70

E. Evaluasi

Setelah beberapa tindakan keperawatan yang dilakukan, dapat di evaluasi yaitu


dengan hasil Ny.S bersedia diajari perawatan metode kanguru dan akan selalu
merawat bayinya setelah apa yang telah diajarkan oleh penulis dan perawat. Dari
data objektif suhu tubuh 36.6c, akral teraba hangat, nadi 120x/menit , RR 45
x/menit, Spo2 97%, suhu lingkungan terasa hangat dengan pengaturan suhu
inkubator 32.5c, keadaan tubuh bayi bersih, lingkungan sekitar inkubator juga
bersih, belum terlihat tanda-tanda peningkatan infeksi, kondisi bayi masih lemah,
bayi diberikan posisi pronasi, terlihat ekstermitas fleksi, posisi tidur bayi diberikan
nesting, bayi lebih banyak tertidur, tidak terlihat banyak aktivitas, reflek
menghisap masih lemah, berat badan 1500 gram, bayi mendapatkan ASI 30 cc
melalui OGT siringump, bayi terpasang oksigen kanul 1 liter/menit. Dari beberapa
tindakan tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah kesehatan pada bayi Ny.S
harus ditingkankan dengan cara terus mengulangi semua tindakan keperawatan
yang sudah diberikan agar kondisi bayi dapat mengalami peningkatan kesehatan,
berat badan naik, tidak mengalami hipotermi ataupun hipertermi, dan tidak
mengalami masalah kesehatan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai