Anda di halaman 1dari 11

1.

1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Sistem Tambang Bawah Tanah

Pemilihan metode penambangan terhadap suatu cebakan tertentu dapat dibantu

dengan pemahaman terhadap kendala dan aplikasi setiap metode yang ada. Tidak ada

satupun rumusan eksak (pasti) yang dapat mencakup semua variasi yang terdapat secara

alamiah dalam suatu cebakan. Biasanya beberapa metode dapat cocok atau kurang cocok

apabila diterapkan pada kadar, ukuran, bentuk dan posisi badan bijih, dan kekuatan bijih

maupun batuan dinding. Dari keadaan ini, maka pemilihan metode dapat ditetapkan dengan

melihat kecocokannya dengan kondisi ekonomi-geologi dan kondisi lokal.

Metode idealnya adalah yang dapat member output terbesar dengan jam kerja

minimal, pemakaian energy dengan material terkecil, dan pada saat bersamaan

memberikan keamanan mencukupi terhadap pekerja, serta memberikan pengaruh positif

terhadap lingkungan maupun development tambang dikemudian hari. Dalam pemilihan

suatu sistem tambang bawah tanah, memerlukan pertimbangan-pertimbangan yang saling

terintegrasi dari banyak faktor.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pertimbangan memilih metode tambang bawah tanah

sebagai berikut :

1) Panjang, tebal dan lebar bahan galian


Ketiga hal tersebut akan mempengaruhi lebar dimensi lubang bukaan, yang lebih

dikenal sebagai Minimum Stoping Width.


2) Kemiringan bahan galian

Kemiringan bahan galian akan menentukan kemungkinan pemanfaatan gravitasi

dalam operasinya. Menurut Hustrulit, 1982, kemiringan berkaitan langsung terhadap

pemilihan metode penambangan.


3) Kedalaman operasi
Rock failure menjadi lebih memungkinkan pada kedalaman yang besar. Pada

kedalaman tambang, metode yang menggunakan pillar sebagai sistem

penyanggaannya kadang kala menjadi tidak layak.


4) Faktor waktu
Waktu akan mempengaruhi strength-stress ratio dari suatu exposed rock

(misalnya pillar). Semakin lama waktu suatu pillar berdiri (exposed), maka strength-

stress ratio akan semakin menurun.


5) Keadaan bahan galian
Bahan galian berkadar rendah memerlukan metode produksi besar-besaran yang

sering mengabaikan persentase recovery. Dilain hal, badan bijih yang berkadar tinggi

memerlukan metode yang menjamin recovery tinggi.


6) Fasilitas lokal yang meliputi buruh dan material
Bila biaya buruh mahal, maka memerlukan metode yang mempunyai mekanisasi

yang tinggi. Ketersediaan kayu dan material tambahan juga mempengaruhi penerapan

metode yang akan dipilih.


7) Modal yang tersedia
Biasanya semakin besar modal kerja awal, maka biaya operasi menjadi rendah.

Perusahaan dengan modal kecil memerlukan development yang murah, juga metode

yang cepat mendapatkan hasil.


8) Batas dengan badan bijih lain
Tingkat tegangan yang tinggi mungkin timbul pada pillar yang berada pada

permukaan kerja yang berdekatan. Dalam kondisi seperti ini, mungkin dibutuhkan

filling pada stope bekas penambangan untuk mengurangi tegangan yang tinggi.
9) Strength dan karakteristik fisik bijih dan batuan dinding atau material yang berada

diatas bijih

Hal ini akan mempengaruhi kompetensi, amblesan, kemudian pemboran,

karakteristik breaking, cara handling yang cocok, cara ventilasi dan cara pemompaan.

10) Biaya penambangan


Biaya metode penambangan antara lain berkaitan erat dengan nilai bijih yang

akan ditambang, periode modal kerja bisa diperoleh kembali, tipe keahlian buruh yang

tersedia.
1.2 Sistem-Sistem Tambang Bawah Tanah
Klasifikasi sitem tambang bawah tanah yang dikenal saat ini sangat banyak,

walaupun demikian pada dasarnya sistem penambangan bawah tanah dapat dikelompokkan

menjadi 3 bagian, yaitu :


1. Stope dengan penyanggan alamiah (open stope method)
2. Stope dengan penyanggan buatan (supported stope method)
3. Metode Caving (caving method)
1.2.1 Stope dengan penyanggan alamiah (open stope method)

Open stope method adalah salah satu metode penambangan yang tidak

menggunakan timber atau filling untuk menyangga dinding-dinding, baik

hangingwall maupun footwall. Penyanggaan terhadap dinding dilakukan dengan

pillar-pillar, dan baut batuan yang umumnya hanya digunakan untuk penyanggan

lokal.

Adapun beberapa penerapan metode open stope dalam tambang bawah tanah

terdiri dari :

a. Open Stope dengan Underhand Stoping


Penggalian dimulai dari bagian atas dari suatu raise atau wirze sehingga

terbentuk jenjang pada cebakan atau bahan galian dimana para pekerja berdiri.

Bijih lepas kemudian ditarik setahap demi setahap sampai mencapai raise,

selanjutnya dijatuhkan ke level drive dibawahnya. Jadi bijih ditambang dari

atas kebawah dengan jenjang menurun dan dijatuhkan menuju haulage drive

secara gravitasi sehingga meminimumkan transportasi mekanikal.

Dengan cara ini dapat diperoleh beberapa keuntungang di antaranya

lantai dapat dipergunakan untuk berpijak para pekerja baik untuk pemboran

maupun untuk peledakan. Ventilasi cukup baik juga transportasi bongkaran

dapat diledakan seleksi.

b. Open Stope dengan Overhand Stoping

Cara in kebalikan dari

underhand stoping,

penggalian di mulai dari

ujung sebelah bawah raise atau winze menuju kearah atas. Jadi seluruh hasil

bongkaran menumpuk di level bawah, sehingga transportasi dapat dilakukan

lebih cepat. Bongkaran (broken ore) dapat di gunakan untuk berpijak untuk

mengerjakan bagian atas. Jika roof atau atapnya sudah tinggi, maka perlu

dibuatkan tempat berpijak.


Kegiatan penggalian dapat dibantu dengan pemboran dan peledakan

tergantung kondisi phisik bijihnya dan batuan sekelilingnya.


c. Open Stope dengan Breast Stoping/ Stope & Pillar.
Pada metode ini, pembongkaran bijih dilakukan secara maju (advancing)

terhadap bijih yang terletak horizontal dengan tinggi kurang dari 3 meter.,

dimana kondisi ini tidak memungkinkan dilakukan penambangan dari atas ke

bawah. Penyanggan atap (roof) pada breast stoping biasanya secara permanen

atau semi permanen pillar yang terdiri dari bijih itu sendiri.
d. Sub Level Stoping

Pada metode ini, blok

bijih dibagi sepanjang

jurus bahan galian, dan

diantara dua stope yang

terbentuk dipisahkan

oleh pillar. Ketinggian stope dibatasi oleh kekuatan batuan dan lebar stope

yang kadang-kadang mencapai 500 feet.

1.2.2 Stope dengan penyanggan buatan (supported stope method)

Apabila batuan dinding atau bijih bersifat lemah dan akan terjadi runtuhan

apabila ditambang secara open stoping, maka diperlukan metode penyanggan untuk
menghindari terjadinya jatuhan waste rock dari suatu stope, atau dari terjadinya

penyimpitan dan pelebaran suatu stope.

a. Cut and fill stoping

Metode ini merupakan

variasi atau modifikasi dari metode open overhand stoping. Hanya dalam

operasi pembongkaran bijih para pekerja berdiri diatas bongkaran bahan galian

sebagai tempat berpijak sewaktu pekerja melakukan tugasnya. Karena hasil

bongkaran ( broken ore ) tidak dikirim langsung ke main haulage/main level

tetapi dikumpulkan dulu di stope.


Setelah tumpukan tadi dipandang mangganggu kegiatan operasi

pembongkaran, maka pembongkaran bijih tersebut disusut atau dilakukan

penyusut ( Shrinkage ) sebesar 30% - 50% untuk dikirim kemain haulage/main

level melalui ore chute


b. Shrinkage stoping
Shrinkage stoping diterapkan untuk badan bijih yang besar, kemiringan

50-90 (steeply). bijih dihancurkan secara metode overhand dan dibiarkan

terkumpul dalam stope. mengingat bijih akan mengembang setelah

dihancurkan, maka sekitar 35% dari volume batuan yang dihancurkan setiap

peledakan harus diambil untuk memberikan ruangan yang cukup bagi pekerja

untuk bekerja diantara bagian atas bijih lepas dengan atap.


Apabila bijih lemah, maka bagian atap diatas pekerja dapat disangga

dengan batuan selama penambangan. dinding stope secara otomatis akan

disangga oleh bijih lepas sampai kegiatan penambangan bijih selesai.


c. Square-set stoping
Pada metode ini, bekas penambangan secara sistematis disangga dengan

timbering. Fungsi utama dari suatu square set adalah sebagai penyanggan

sementara terhadap dinding dan atap suatu daerah bekas peledakan dan sebagai

jalan masuk kedaerah kerja. Penyanggaan permanen suatu dinding stope

dilakukan dengan mengisi rongga square set dengan material filling yang

terdiri dari waste rock atau hydraulic filling. Apabila penambangan terus

berlangsung, maka timbering dan filling secara bertahap juga berlangsung

secara horizontal dan vertical, mengikuti bentuk penggalian bijih yang ada.

d. Stull stoping

Stull stoping termasuk kedalam metode dengan penyanggan yang

dilakukan secara overhand. Metode ini menggunakan pillar buatan dari waste

rock dan stull timber yang menyangga dan melintang pada stope. Stull dipasang

pada geometri yang sistematis, berfungsi sebagai tempat berpijak pekerja dan

peluncur bijih (ore slide), membentuk corongan sebagai penyangga lokal.


Apabila penambangan suatu blok telah selesai (telah mencapai ketinggian

badan bijih yang ditetapkan), daerah bekas penambangan ditinggalkan

sebagaimana adanya.
e. Longwall mining
Longwall mining merupakan metode eksploitasi yang diterapkan pada

cebakan mendatar, tipis, tabular. metode ini asalnya diaplikasikan untuk

batubara.
f. Undercut and fill
Penerapan utama pada metode ini masih sebagai pillar recovery. Disetiap

metode penambangan yang menerapkan sistem pengisian, maka pillar

mempunyai kecendrungan melemah seiring dengan kemajuan penambangan.

Oleh sebab itu, kebanyakan pillar akan runtuh pada saat dilakukan kegiatan

pillar recovery.
Undercut and fill merupakan suatu metode dimana penggalian blok bijih

dilakukan secara potongan (cut) yang bertahap, dimulai dari bagian atas ke

bawah. potongan pertama umumnya dilakukan dengan sistem square set.

Setelah penggalian selesai, maka dipasang laminated timber stringer sepanjang

sisi penggalian bijih.


g. Top slicing

Istilah top slicing secara umum diterapkan untuk metode penambangan

dimana bijih diekstraksi atau ditambang dengan cara sepotong demi sepotong

dimulai dari bagian atas. Slice yang telah ditambang kemudian dipasang

timber, selanjutnya diruntuhkan sehingga capping runtuh (ambruk) ke lantai


slice. penambangan pada slice selanjutnya dilakukan tepat dibawah slice yang

telah diruntuhkan sebelumnya, yaitu tepat berada dibawah mat atau gab yang

merupakan akumulasi timber dari slice diatasnya dan broken capping.


Istilah top slicing ini juga diterapkan untuk menambang badan bijih

dengan ketebalan hanya satu slice, dengan jalan melakukan penambangan dan

pembuatan timber slice dari satu sisi bergerak kesisi lainnya, setelah terlebih

dahulu meledakkan timber. Slice yang telah diledakkan akan meruntuhkan

timber dan capping ke lantai.


1.2.3 Metode Caving (caving method)
Penambangan secara ambrukan memanfaatkan berat bijih, atau tekanan

batuan diatasnya, atau keduanya secara bersamaan, sehingga penambangan

menjadilebih murah dan tersedia fasilitas penyanggan secara otomatis. Bagian

undercut dari endapan akan runtuh mengisi ruang pada undercut tersebut dan

kegiatan peledakan akan dikurangi apabila bijih diambil. Pada kegiatan

pengambilan bijih, daerah kerja akan diisi oleh batuan diatasnya sehingga tidak

perlu melakukan penyanggan terhadap bijihnya.


Semakin besar kecendrungan bijih runtuh dengan sendirinya, dan semakin

mudah batuan diatas bijih untuk runtuh dan mengisi daerah kosong, maka semakin

sukses penerapan metode runtuhan ini.


a. Sublevel caving
Sublevel caving dikembangkan dari metode top slicing yang dianggap telah

kuno, dan sekarang menjadi sangat populer mengingat metode ini sangat

memungkinkan dilakukan mekanisasi dengan baik.


b. Block caving

Pada block caving diperlukan pembuatan undercutting pada blok bijih yang

besar, sehingga memungkinkan suatu blok bijih ambruk.

Anda mungkin juga menyukai