com/tumormandibula-151230135811/95/tumor-
mandibula-2-638.jpg?cb=1451484093
https://www.slideshare.net/Fitri023/tumor-mandibula
A. DEFINISI AMELOBLASTOMA
o Ameloblastoma merupakan tumor yang berasal dari epithelial, gingival mucosa atau
gengivomaxillary yang muncul pada gigi (Price, Sylvia A, 2006).
o Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang paling sering terjadi di mandibula dan
maksila. Tumor ini berasal dari epitelium yang terlibat dalam proses pembentukan gigi, akan
tetapi pemicu transformasi neoplastik pada epitel tersebut belum diketahui dengan pasti.
Secara mikroskopis, ameloblastoma tersusun atas pulau-pulau epitelium di dalam stroma
jaringan ikat kolagen. Ameloblastoma juga mempunyai beberapa variasi dari tampilan
histopatologis, akan tetapi tipe yang paling sering terlihat yaitu tipe folikular dan pleksiform.
Pada sebagian besar kasus, ameloblastoma biasanya asimptomatik, tumbuh lambat, dan dapat
mengekspansi rahang (Arif, 2001).
o Definisi ameloblastoma (amel, yang berarti enamel dan blastos, yang berarti kuman) adalah
tumor, jarang jinak epitel odontogenik (ameloblasts, atau bagian luar, pada gigi selama
pengembangan) jauh lebih sering muncul di rahang bawah dari rahang atas. Ini diakui pada
tahun 1827 oleh Cusack. Jenis neoplasma odontogenik ditunjuk sebagai adamantinoma pada
1885.
o Tumor ini jarang ganas atau metastasis (yaitu, mereka jarang menyebar ke bagian lain dari
tubuh), dan kemajuan perlahan, lesi yang dihasilkan dapat menyebabkan kelainan yang parah
dari wajah dan rahang. Selain itu, karena pertumbuhan sel yang abnormal mudah infiltrat dan
menghancurkan jaringan sekitar tulang, bedah eksisi luas diperlukan untuk mengobati
gangguan ini
o Ameloblastoma ialah tumor yang berasal dari jaringan organ enamel yang tidak menjalani
diferensiasi membentuk enamel. Hal ini telah dijelaskan sangat tepat oleh Robinson bahwa
tumor ini biasanya unisentrik, nonfungsional, pertumbuhannya bersifat intermiten, secara
anatomis jinak dan secara klinis bersifat persisten.
o Ameloblastoma adalah tumor yang berasal dari epitelial odontogenik. Ameloblastoma biasanya
pertumbuhannnya lambat, secara lokal invasif dan sebagian besar tumor ini bersifat jinak
o Jadi Ameloblastoma adalah suatu tumor berasal dari sel sel embrional dan terbentuk dari sel
sel berpontesial bagi pembentukan enamel. Tumor ini biasanya tumbuh dengan lambat, secara
histologis jinak tetapi secara klinis merupakan neoplasma malignan, terjadi lebih sering pada
badan atau ramus mandibula dibanding pada maksila dan dapat berkapsul atau tidak berkapsul
B. KLASIFIKASI AMELOBLASTOMA
Ada tiga tipe subtipe secara klinis untuk tujuan perawatan antara lain, tipe solid/multikistik, tipe
unikistik, dan tipe ekstraosseus/periferal.
Tumor ini akan menyerang pasien pada seluruh lapisan umur. Tumor ini jarang terjadi
pada anak yang usianya lebih kecil dari 10 tahun dan relatif jarang terjadi pada usia 10 sampai
19 tahun. Tumor ini menunjukkan angka prevalensi yang sama pada usia dekade ketiga sampai
dekade ketujuh. Tidak ada prediksi jenis kelamin yag signifikan. Sekitar 85% tumor ini terjadi
pada mandibula, paling sering terjadi pada daerah molar di sekitar ramus asendens. Sekitar
15% tumor ini terjadi pada maksila biasanya pada regio posterior.
Tumor ini biasanya asimptomatik dan lesi yang kecil ditemukan pada saat pemeriksaan
radiografis. Gambaran klinis yang sering muncul adalah pembengkakan atau ekspansi rahang
yang tidak terasa sakit. Jika tidak dirawat, lesi akan tumbuh lambat membentuk massa yang
masif. Rasa sakit dan parastesis jarang terjadi bahkan pada tumor besar.
Tumor ini muncul dengan berbagai macam gambaran histologis antara lain variasi
dalam bentuk folikular, pleksiform dan sel granular. Walaupun terdapat bermacam tipe histologis
tapi hal ini tidak mempengaruhi perawatan maupun prognosis.
Tipe silod atau multikistik tumbuh vasif secara lokal memiliki angka kajadian rekuransi
yang tinggi bila tidak diangkat secara tepat tapi dari sisi lain tumor ini memiliki kecenderungan
yang rendah untuk bermetastasis.
Ameloblastoma tipe solid/multikistik ini ditandai dengan agka terjadi rekurensi sampai
50% selama 5 tahun pasca perawatan. Oleh karena itu, ameloblastoma tipe solid atau
multikistik harus dirawat secara radikal (reseksi dengan margin jaringan normal disekeliling
tumor). Pemeriksaan rutin jangka panjang bahkan seumur hidup diindikasikan untuk tipe ini.
b. Unikistik (13%)
Ameloblastoma unikistik sering terjadi pada pasien muda, 50% dari tumor ini
ditemukan pada pasien yang berada pada dekade kedua. Lebih dari 90% ameloblastoma
unikisik ditemukan pada mandibula pada regio posterior.
Tipe ini sulit didiagnosa karena kebanyakan ameloblastoma memiliki komponen kista.
Tipe ini umumnya menyerang bagian posterior mandibula diikuti dengan regio parasimfisis dan
anterior maksila. Sebuah variasi yang disebut sebagai ameloblastoma unikistik pertama kali
disebut pada tahun 1977 oleh Robinson dan Martinez. Mereka melaporkan bahwa tipe unikistik
ini kurang agresif dan menyerang enukleasi simple pada ameloblastoma tipe unikistik
sebenarnya menunjukkan angka rekurensi yang tinggi yaitu sekitar 60% dengan demikian
enukleasi simple merupakan perawatan yang tidak sesuai untuk lesi ini dan perawatan yang
lebih radikal dengan osteotomi periferal atau terapi kiro dengan cairan atau dengan cairan
nitrogen atau keduanya lebih sesuai untuk tumor ini.
c. Periferal/Ekstraosseous (1%)
Tumor ini diyakini mewakili 2% sampai 10% dari seluruh kasus ameloblastoma yang
didiagnosa. Tumor ini pernah dilaporkan terjadi pada semua rentang umur dari 9 sampai 92
tahun. Kasus-kasus melaporkan bahwa tumor ini terjadi kebanyakan pada pria daripada wanita
dengan perbandingan 1,9 dengan 1.
70% dari emeloblastoma tipe periferal ini terjadi pada mandibula, dari bagian ramus.
Dari anterior mandibula sampai foramen mandibula paling sering terkena. Perawatan yang
direkomendasikan untuk tumor ini berbeda dengan perawatan tumor tipe lainnya karena tumor
ini biasanya kecil dan bersifat lokal pada jaringan lunak superfisial. Kebanyakan lesi berhasil
dirawat dengan eksisi lokal dengan mengikutsertakan sebagian kecil dari margin jaringan yang
normal. Margin inferior harus diikutkan periosteoum untuk meyakinkan penetrasi sel tumor ke
tulang tidak terjadi.
C. ETIOLOGI AMELOBLASTOMA
Etiologi ameloblastoma sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, tetapi beberapa
ahli mengatakan bahwa ameloblastoma dapat terjadi setelah pencabutan gigi, pengangkatan
kista dan atau iritasi lokal dalam rongga mulut. Ameloblastoma dapat terjadi pada segala usia,
namun paling banyak dijumpai pada usia dekade 4 dan 5. Tidak ada perbedaan jenis kelamin,
tetapi prediksi pada golongan penderita kulit berwarna. Ameloblastoma dapat mengenai
mandibula maupun maksila, paling sering pada mandibula sekitar 81%-98%, predileksi di
daerah mandibula; 60% terjasi di regio molar dan ramus, 15% regiopremolar dan 10% regio
simpisis.
Tumor ini tumbuh dari berbagai asal, walaupun rangsangan awal dari proses
pembentukan tumor ini belum diketahui. Tumor ini dapat berasal dari:
o Sisa sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur mikroskopis dari beberapa
spesimen dijumpai pada area epitelial sel yang terlihat pada perifer berbentuk kolumnar dan
berhubungan dengan ameloblast yang pada bagian tengah mengalami degenerasi serta
menyerupai retikulum stelata.
o Sisa-sisa dari epitel Malassez. Terlihat sisa-sisa epitel yang biasanya terdapat pada membran
periodontal dan kadang-kadang dapat terlihat pada tulang spongiosa yang mungkin
menyebabkan pergeseran gigi dan menstimulasi terbentuknya kista odontogenik
o Epitelium dari kista odontogenik, terutama kista dentigerous dan odontoma. Pada kasus yang
dilaporkan oleh Cahn (1933), Ivy (1958), Hodson (1957) mengenai ameloblastoma yang
berkembang dari kista periodontal atau kista dentigerous tapi hal ini sangat jarang terjadi.
Setelah perawatan dari kista odontogenik, terjadi perkembangan dan rekurensi menjadi
ameloblastoma.
o Basal sel dari epitelium permukaan dari tulang rahang. Siegmund dan Weber (1926) pada
beberapa kasus ameloblastoma menemukan adanya hubungan dengan epiteluim oral
D. PATOFISIOLOGI AMELOBLASTOMA
Tumor ini bersifat infiltratif, tumbuh lambat, tidak berkapsul, berdiferensiasi baik. Lebih dari
75% terjadi di rahang bawah, khususnya regio molar dan sisanya terjadi akibat adanya
kista folikular. Tumor ini muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel normal yang
disebabkan oleh zat-zat karsinogen tadi. Karsinogenesisnya terbagi menjadi 3 tahap :
1. Tahap pertama merupakan Inisiaasi yatu kontak pertama sel normal dengan zat Karsinogen
yang memancing sel normal tersebut menjadi ganas.
2. Tahap kedua yaitu Promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk klon melalui
pembelahan(poliferasi).
3. tahap terakhir yaitu Progresi, sel yang telah mengalami poliferasi mendapatkan satu atau lebih
karakteristik neoplasma ganas.
E. PATHWAY AMELOBLASTOMA
Gambaran Klinik
b. Konsestensi bervariasi ada yang keras dan kadang ada bagian yang lunak
d. Tumor ini meluas ke segalah arah mendesak dan merusak tulak sekitarnya
e. Terdapat tanda egg shell cracking atau pingpong ball phonemona bila massa tumor telah
mendesak korteks tulang dan tulangnya menipis
f. Tidak terdapat nyeri dan parasestesi, hanya pada beberapa penderita dengan benjolan disertai
rasa nyeri.
Ameloblastoma dapat terjadi pada usia dimana paling umum terjadi pada orang-orang
yang berusia diantara 20 sampai 50 tahundan hampir dua pertiga pasien berusia lebih muda
dari 40 tahun. Hampir sebagian besar kasus-kasus yang dilaporkan menunjukkan bahwa
ameloblastoma jauh lebih sering dijumpai pada mandibula dibanding pada maksila. Kira-kira
80% terjadi dimandibula dan kira-kira 75% terlihat di regio molar dan ramus, Ameloblastoma
maksila juga paling umum dijumpai pada regio molar.
Pada tahap yang sangat awal , riwayat pasien asimtomatis (tanpa gejala).
Ameloblastoma tumbuh secara perlahan selam bertahun-tahun, dan tidak ditemui sampai
dilakukan pemeriksaan radiografi oral secara rutin. Pada tahap awal , tulang keras dan mukosa
diatasnya berwarna normal. Pada tahap berikutnya, tulang menipis dan ketika teresobsi
seluruhnya tumor yang menonjol terasa lunak pada penekanan dan dapat memiliki gambaran
berlobul pada radiografi. Dengan pembesarannya, maka tumor tersebut dapat mengekspansi
tulang kortikal yang luas dan memutuskan batasan tulang serta menginvasi jaringan lunak.
Pasien jadi menyadari adanya pembengkakan yang progresif, biasanya pada bagian bukal
mandibula, juga dapat mengalami perluasan kepermukaan lingual, suatu gambaran yang tidak
umum pada kista odontogenik. Ketika menembus mukosa, permukaan tumor dapat menjadi
memar dan mengalami ulserasi akibat penguyahan. Pada tahap lebih lanjut,kemungkinan ada
rasa sakit didalam atau sekitar gigi dan gigi tetangga dapat goyang bahkan tanggal.
Pembengkakan wajah dan asimetris wajah adalah penemuan ekstra oral yang penting.
Sisi asimetris tergantung pada tulang utama atau tulang-tulang yang terlibat. Perkembangan
tumor tidak menimbulkan rasa sakit kecuali ada penekanan saraf atau terjadi komplikasi infeksi
sekunder. Terkadang pasien membiarkan ameloblastoma bertahan selama beberapa tahun
tanpa perawatan dan pada kasus-kasus tersebut ekspansi dapat menimbulkan ulkus namun
tipe ulseratif dari pertumbuhan karsinoma yang tidak terjadi. Pada tahap lanjut, ukurannya
bertambah besar dapat menyebabkan gangguan penguyahan dan penelanan.
Tumor ini pada saat pertama kali adalah padat tetapi kemudian menjadi kista pada
pengeluaran sel-sel stelatenya. Ameloblastoma merupakan tumor jinak tetapi karena sifat
invasinya dan sering kambuh maka tumor ini menjadi tumor yang lebih serius dan ditakutkan
akan potensial komplikasinya jika tidak disingkirkan secara lengkap. Tetapi sudah dinyatakan
bahwa sangat sedikit kasus metastasenya yang telah dilaporkan.
Amloblastoma menunjukkan berbagai macam variasi pola histologi bergantung pada arah dan
derajat differensiasi sel tumor. Klasifikasi WHO membagi ameloblastoma secara histologis
terdiri dari folikular, pleksiform, acanthomatous, sel granular dan tipe basal.
1. Tipe Folikular
Ameloblastoma tipe folikular menunjukkan gambaran histologi yang tipikal dengan adanya
sarang-sarang folikular dari sel-sel tumor yang terdiri dari sebuah lapisan periferal dari sel-sel
kolumnar dan kuboidal dan sebuah massa sentral dari sel yang tersusun jarang yang
menyerupai retikulum stellata. Degenerasi dari jaringan yang berbentuk seperti retikulum
stellata itu akan menghasilkan pembentukan kista.
2. Tipe Pleksiform
Ameloblastoma tipe pleksiform ditandai dengan kehadiran sel tumor yag berbentuk seperti pita
yang tidak teratur dan berhubungan satu sama lain. Stroma berbentuk dari jaringan ikat yang
longar dan edematours fibrous yang mengalami degenerasi kistik.
3. Tipe Acanthomatous
Ameloblastoma tipe ini ditandai dengan karakteristik adanya aquamous metaplasia dari
retikulum stelata yang berada diantara pulau-pulau tumor. Kista kecil berbentuk ditengan sarang
sellular. Stroma terdiri dari jaringan ikat yang fibrous dan padat.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
Pada ameloblastoma tipe sel granular ditandai dengan adanya transformasi dari sitoplasma
biasanya berbentuk seperti sel retikulum stelata, sehingga memberikan gambaran yang sangat
kasar, granular dan eosinofilik. Tipe ini sering melibatkan periferal sel kolumnar dan kuboidal.
Ameloblastoma tipe sel basal ini mirip karsinoma sel basal pada kulit. Sel epithelial tumor lebih
primitif dan kurang kolumnar dan biasanya tersusun dalam lembaran-lembaran, lebih banyak
dari tumor jenis lainnya. Tumor ini merupakan tipe yang paling jarang dijumpai.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
1. Multiokular
Pada tipe ini tumor menunjukkan gambaran bagian-bagian yang terpisah oleh septa tulang
yang memperluas membentuk masa tumor. Gambaran multiokular ditandai dengan lesi yang
besar dan memberikan gambaran seperti soap bubble. Ukuran lesi yang sebenarnya tidak
dapat ditentukan karena lesi tidak menunjukkan garis batasan yang jelas dengan tulang yang
normal. Resopi akar jarang terjadi tapi kadand-kadand dapat dilihat pada beberapa lesi yang
tumbuh dengan cepat.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
2. Uniokular
Pada tipe lesi uniokular biasanya tidak tampak adanya karakteristik atau gambaran yang
patologis. Bagian periferal dari lesi biasanya licin walaupun keteraturan ini tidak dijumpai pada
waktu operasi. Pada lesi lanjut akan mengakibatkan pembesaran rahang dan penebalan tulang
kortikal dapat dilihat dari gambaran rontgen.
Gambaran Radiologis
a. Berupa lesi unilokuler atau multilokuler dengan gambaran seperti sarang tawon (honey comb
appearance) pada lesi kecil.
b. Gambaran busa sabun (soap bubble appearance) pada lesi besar.
c. Secara radiologis tepinya berbatas jelas, halus, corticated dan curved, terdapat resorpi akar
dan bergesernya gigi jauh dari tempat asal.
1. X-ray kepala, yang menghasilkan satu-dimensi gambar dan leher untuk membantu mencari
daerah yang tidak normal pada rahang.
CT scan, yang menghasilkan gambar dua dimensi dari kepala dan leher yang dapat
mengungkapkan apakah ameloblastoma telah invaded tisu atau organ lain.
MRI Scan, yang menggunakan magnet dan gelombang radio untuk membuat gambar 3 dimensi
yang dapat mengungkapkan abnormalitas kecil di kepala dan leher. Dokter juga menggunakan
MRI Scan untuk menentukan apakah ameloblastoma telah menyebar ke rongga mata atau
sinuses.
J. PERAWATAN AMELOBLASTOMA
Perawatan tumor ini beragam mulai dari kuretase sampai reseksi tulang yang luas,
dengan atau tanpa rekonstruksi. Radioterapi tidak diindikasikan karena lesi ini radioresisten.
Pada beberapa literatur juga dikemukakan indikasi untuk dielektrokauterisasi, bedah krio dan
penggunaan agen sklorosan sebagai pilihan perawatan. Pemeriksaan kembali (follow up pasca
operasi) penting karena hampir 50% kasus rekurensi terjadi pada lima tahun pertama pasca
operasi.
Perawatan untuk tumor ini harus dieksisi dan harus meliputi neoplasma sampai
jaringan sehat yang berada dibawah tumor. Setelah itu, harus dilanjutkan dengan
elektrodesikasi atau dengan dirawat lukanya dengan larutan karnoy.
Kemungkinan untuk terjadi rekurensi ada dan pasien harus diinstruksikan untuk
mengikuti pemeriksaan secara berkala sampai bertahun-tahun setelah operasi. Iradiasi paska
operasi ditujukan untuk mengurangi insiden rekurensi dan harus dilakukan secara rutin.
Kebanyakan ahli bedah melakukan reseksi komplit pada daerah tulang yang terlibat tumor dan
kemudian dilakukan bone graft. Tumor ini tidak bersifat radiosensitif tapi dengan terapi X-ray
dan radium mempunyai efek dalam menghambat pertumbuhan lesi ini.
1. Enukleasi
Enukleasi merupakan prosedur yang kurang aman untuk dilakukan. Pada suatu diskusi
menyatakan walaupun popular, kuretase merupakan prosedur yang paling tidak efisien untuk
dilakukan. Enukleasi menyebabkan kasus rekurensi hampir tidak dapat dielakkan, walaupun
sebuah periode laten dari pengobatan yang berbeda mungkin memberikan hasil yang salah.
Kuretase tumor dapat meninggalkan tulang yang sudah diivansi oleh sel tumor.
2. Eksisi Blok
3. Hemimandibulektomi
Merupakan pola yang sama dengan eksisi blok yang diperluas yang mungkin saja
melibatkan pembungkus angulus, ramus atau bahkan pada beberapa kasus dilakukan
pembuangan kondilus. Pembuangan bagian anterior mandibula sampai regio simfisis tanpa
menyisakan border bawah mandibula akan mengakibatkan perubahan bentuk wajah yang
dinamakan Andy Gump Deformity
Reseksi mandibula dilakukan setelah trakeostomi dan diseksi leher radikal (bila
diperluka) telah dilakukan. Akses biasanya diperoleh dengan insisi splitting bibir bawah. Bibir
bawah dipisahkan dan sebuah insisi vertikel dibuat sampai ke dagu. Insisi itu kemudain
dibelokkan secara horizontal sekitar inchi dibawah border bawah mandibula. Kemudian insisi
diperluas mengikuti angulus bahwa mandibula sampai mastoid. Setelah akses diperoleh, di
dekat foramen mentale mungkin saja dapat terjadi perdarahan karena adanya neurovascular.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
4. Hemimaksilektomi
Akses ke maksila biasanya diperoleh dengan insisi Weber Fergusson. Pemisahan bibir
melalui philtrum rim dan pengangkatan pipi dengan insisi paranasal dan infraorbital
menyediakan eksposure yang luas dari wajah dan aspek lateral dari maksila dan dari ethmoid.
Dasar pemeriksaan fisik head to toe harus dilakukan dengan singkat tetapi menyeluruh dari
bagian kepala ke ujung kaki. Pengkajian data dasar menurut Doenges (2000), adalah:
1. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan cedera (trauma).
2. Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi, hiperventilasi, dll).
3. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau dramatis)
Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi.
4. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.
6. Neurosensori.
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental, Kesulitan
dalam menentukan posisi tubuh.
8. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
Data Objektif: Pernapasan menggunakan otot bantu pernapasan/ otot aksesoris.
9. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru akibat gelisah.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif. Gangguan rentang gerak.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidak mampuan menelan makanan, nyeri area
rahang.
DIAGNOSA PERENCANAAN
N
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
O
Keterangan:
1 : sangat bermasalah
2 : bermasalah
3 : sedang
4 : sedikit bermasalah
5 : tidak bemasalah
- Dilaporkan adanya Tidak ada tanda tanda Yakinkan diet yang dimakan mengandung
intake makanan yang malnutrisi tinggi serat untuk mencegah konstipasi
kurang dari RDA
(Recomended Daily Tidak terjadi penurunan Berikan makanan yang terpilih ( sudah
Allowance) berat badan yang berarti dikonsultasikan dengan ahli gizi)
- Mudah merasa
kenyang, sesaat Nutrition Monitoring
setelah mengunyah
makanan BB pasien dalam batas normal
- Kurangnya informasi,
misinformasi
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi zat-
zat gizi berhubungan
dengan faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.
Perasaan fres
sesudah/istirahat
Mampu mengidentifikasi
hal-hal yang meningkatkan
tidur
DAFTAR PUSTAKA
Bruner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 2. EGC: Jakarta.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan Pendokumentasian
perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara klinis dan histologi, jaringan gigi pada awalnya merupakan jaringan
sangat sederhana, kemudian berubah. Jaringan ini terdiri dari beragam sel
pembentuk, dan melalui serangkaian perubahan morfologi baik secara fisiologi
ataupun biomekanik berkembang menjadi suatu jaringan yang berbeda. Perubahan
secara penuh sulit untuk dijelaskan karena jaringan ini merupakan perubahan yang
berasal dari jaringan penghubung antara ektodermal dan mesodermal.
Ameloblastoma merupakan jenis tumor jinak odontogenik epithelial, tanpa perubahan pada
jaringan penghubung, sejenis dengan tumor odontogenik epithelial disertai adanya pengapuran.
Ameloblastoma adalah neoplasma sejati yang tidak mangalami pembentukan enamel, dapat
berkembang dari sel-sel epithelial yang terdapat dalam organ enamel, folikel, membran
periodontal,dan epitelium yang melapisi kista dentigerus dan ruang sempit pada rahang.
Pada beberapa kasus, tumor ini kemungkinan dapat muncul dari permukaan epitelium,
walaupun hal ini sulit ditentukan. Ameloblastoma berasal dari bagian cortex, menyerang
jaringan lunak, sehingga berbatasan dengan permukaan epitelium, dan terbagi menjadi jenis
kista dan solid.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN AMELOBLASTOMA
4. Tumor ini jarang ganas atau metastasis (yaitu, mereka jarang menyebar ke bagian
lain dari tubuh), dan kemajuan perlahan, lesi yang dihasilkan dapat menyebabkan
kelainan yang parah dari wajah dan rahang. Selain itu, karena pertumbuhan sel
yang abnormal mudah infiltrat dan menghancurkan jaringan sekitar tulang, bedah
eksisi luas diperlukan untuk mengobati gangguan ini
5. Ameloblastoma ialah tumor yang berasal dari jaringan organ enamel yang tidak
menjalani diferensiasi membentuk enamel. Hal ini telah dijelaskan sangat tepat oleh
Robinson bahwa tumor ini biasanya unisentrik, nonfungsional, pertumbuhannya
bersifat intermiten, secara anatomis jinak dan secara klinis bersifat persisten.
7. Jadi Ameloblastoma adalah suatu tumor berasal dari sel sel embrional dan
terbentuk dari sel sel berpontesial bagi pembentukan enamel. Tumor ini biasanya
tumbuh dengan lambat, secara histologis jinak tetapi secara klinis merupakan
neoplasma malignan, terjadi lebih sering pada badan atau ramus mandibula
dibanding pada maksila dan dapat berkapsul atau tidak berkapsul.
Manifestasi klinik, dalam tahap awal jarang menunjukkan keluhan, oleh karena
itu tumor ini jarang terdiagnosa secara dini, umumnya diketahui setelah 4 sampai
dengan 6 tahun.
Gambaran Klinik:
4. Tumor ini meluas ke segala arah mendesak dan merusak tulak sekitarnya
5. Terdapat tanda egg shell cracking atau pingpong ball phonemona bila massa
tumor telah mendesak korteks tulang dan tulangnya menipis
6. Tidak terdapat nyeri dan parasestesi, hanya pada beberapa penderita dengan
benjolan disertai rasa nyeri.
A. DEFINISI AMELOBLASTOMA
o Ameloblastoma merupakan tumor yang berasal dari epithelial, gingival mucosa atau
gengivomaxillary yang muncul pada gigi (Price, Sylvia A, 2006).
o Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang paling sering terjadi di mandibula dan
maksila. Tumor ini berasal dari epitelium yang terlibat dalam proses pembentukan gigi, akan
tetapi pemicu transformasi neoplastik pada epitel tersebut belum diketahui dengan pasti.
Secara mikroskopis, ameloblastoma tersusun atas pulau-pulau epitelium di dalam stroma
jaringan ikat kolagen. Ameloblastoma juga mempunyai beberapa variasi dari tampilan
histopatologis, akan tetapi tipe yang paling sering terlihat yaitu tipe folikular dan pleksiform.
Pada sebagian besar kasus, ameloblastoma biasanya asimptomatik, tumbuh lambat, dan dapat
mengekspansi rahang (Arif, 2001).
o Definisi ameloblastoma (amel, yang berarti enamel dan blastos, yang berarti kuman) adalah
tumor, jarang jinak epitel odontogenik (ameloblasts, atau bagian luar, pada gigi selama
pengembangan) jauh lebih sering muncul di rahang bawah dari rahang atas. Ini diakui pada
tahun 1827 oleh Cusack. Jenis neoplasma odontogenik ditunjuk sebagai adamantinoma pada
1885.
o Tumor ini jarang ganas atau metastasis (yaitu, mereka jarang menyebar ke bagian lain dari
tubuh), dan kemajuan perlahan, lesi yang dihasilkan dapat menyebabkan kelainan yang parah
dari wajah dan rahang. Selain itu, karena pertumbuhan sel yang abnormal mudah infiltrat dan
menghancurkan jaringan sekitar tulang, bedah eksisi luas diperlukan untuk mengobati
gangguan ini
o Ameloblastoma ialah tumor yang berasal dari jaringan organ enamel yang tidak menjalani
diferensiasi membentuk enamel. Hal ini telah dijelaskan sangat tepat oleh Robinson bahwa
tumor ini biasanya unisentrik, nonfungsional, pertumbuhannya bersifat intermiten, secara
anatomis jinak dan secara klinis bersifat persisten.
o Ameloblastoma adalah tumor yang berasal dari epitelial odontogenik. Ameloblastoma biasanya
pertumbuhannnya lambat, secara lokal invasif dan sebagian besar tumor ini bersifat jinak
o Jadi Ameloblastoma adalah suatu tumor berasal dari sel sel embrional dan terbentuk dari sel
sel berpontesial bagi pembentukan enamel. Tumor ini biasanya tumbuh dengan lambat, secara
histologis jinak tetapi secara klinis merupakan neoplasma malignan, terjadi lebih sering pada
badan atau ramus mandibula dibanding pada maksila dan dapat berkapsul atau tidak berkapsul
E. PATHWAY AMELOBLASTOMA
DAFTAR PUSTAKA
Bruner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 2. EGC: Jakarta.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan Pendokumentasian
perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.