Anda di halaman 1dari 32

https://image.slidesharecdn.

com/tumormandibula-151230135811/95/tumor-
mandibula-2-638.jpg?cb=1451484093

https://www.slideshare.net/Fitri023/tumor-mandibula

Sumber: Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS


KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih
Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta.
Doenges, EM, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
https://banyumasperawat.wordpress.com/2009/07/22/form-pengkajian-13-domain-
nanda/ di edit oleh admin portalperawat.com.
LAPORAN PENDAHULUAN
AMELOBLASTOMA
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

Browse Home Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap LAPORAN PENDAHULUAN


AMELOBLASTOMA

LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

A. DEFINISI AMELOBLASTOMA

o Ameloblastoma merupakan tumor yang berasal dari epithelial, gingival mucosa atau
gengivomaxillary yang muncul pada gigi (Price, Sylvia A, 2006).

o Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang paling sering terjadi di mandibula dan
maksila. Tumor ini berasal dari epitelium yang terlibat dalam proses pembentukan gigi, akan
tetapi pemicu transformasi neoplastik pada epitel tersebut belum diketahui dengan pasti.
Secara mikroskopis, ameloblastoma tersusun atas pulau-pulau epitelium di dalam stroma
jaringan ikat kolagen. Ameloblastoma juga mempunyai beberapa variasi dari tampilan
histopatologis, akan tetapi tipe yang paling sering terlihat yaitu tipe folikular dan pleksiform.
Pada sebagian besar kasus, ameloblastoma biasanya asimptomatik, tumbuh lambat, dan dapat
mengekspansi rahang (Arif, 2001).

o Definisi ameloblastoma (amel, yang berarti enamel dan blastos, yang berarti kuman) adalah
tumor, jarang jinak epitel odontogenik (ameloblasts, atau bagian luar, pada gigi selama
pengembangan) jauh lebih sering muncul di rahang bawah dari rahang atas. Ini diakui pada
tahun 1827 oleh Cusack. Jenis neoplasma odontogenik ditunjuk sebagai adamantinoma pada
1885.
o Tumor ini jarang ganas atau metastasis (yaitu, mereka jarang menyebar ke bagian lain dari
tubuh), dan kemajuan perlahan, lesi yang dihasilkan dapat menyebabkan kelainan yang parah
dari wajah dan rahang. Selain itu, karena pertumbuhan sel yang abnormal mudah infiltrat dan
menghancurkan jaringan sekitar tulang, bedah eksisi luas diperlukan untuk mengobati
gangguan ini

o Ameloblastoma ialah tumor yang berasal dari jaringan organ enamel yang tidak menjalani
diferensiasi membentuk enamel. Hal ini telah dijelaskan sangat tepat oleh Robinson bahwa
tumor ini biasanya unisentrik, nonfungsional, pertumbuhannya bersifat intermiten, secara
anatomis jinak dan secara klinis bersifat persisten.

o Ameloblastoma adalah tumor yang berasal dari epitelial odontogenik. Ameloblastoma biasanya
pertumbuhannnya lambat, secara lokal invasif dan sebagian besar tumor ini bersifat jinak

o Jadi Ameloblastoma adalah suatu tumor berasal dari sel sel embrional dan terbentuk dari sel
sel berpontesial bagi pembentukan enamel. Tumor ini biasanya tumbuh dengan lambat, secara
histologis jinak tetapi secara klinis merupakan neoplasma malignan, terjadi lebih sering pada
badan atau ramus mandibula dibanding pada maksila dan dapat berkapsul atau tidak berkapsul

B. KLASIFIKASI AMELOBLASTOMA

Ada tiga tipe subtipe secara klinis untuk tujuan perawatan antara lain, tipe solid/multikistik, tipe
unikistik, dan tipe ekstraosseus/periferal.

LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

a. Konvensional solid/multikstik (86%)

Tumor ini akan menyerang pasien pada seluruh lapisan umur. Tumor ini jarang terjadi
pada anak yang usianya lebih kecil dari 10 tahun dan relatif jarang terjadi pada usia 10 sampai
19 tahun. Tumor ini menunjukkan angka prevalensi yang sama pada usia dekade ketiga sampai
dekade ketujuh. Tidak ada prediksi jenis kelamin yag signifikan. Sekitar 85% tumor ini terjadi
pada mandibula, paling sering terjadi pada daerah molar di sekitar ramus asendens. Sekitar
15% tumor ini terjadi pada maksila biasanya pada regio posterior.

Tumor ini biasanya asimptomatik dan lesi yang kecil ditemukan pada saat pemeriksaan
radiografis. Gambaran klinis yang sering muncul adalah pembengkakan atau ekspansi rahang
yang tidak terasa sakit. Jika tidak dirawat, lesi akan tumbuh lambat membentuk massa yang
masif. Rasa sakit dan parastesis jarang terjadi bahkan pada tumor besar.

Tumor ini muncul dengan berbagai macam gambaran histologis antara lain variasi
dalam bentuk folikular, pleksiform dan sel granular. Walaupun terdapat bermacam tipe histologis
tapi hal ini tidak mempengaruhi perawatan maupun prognosis.

Tipe silod atau multikistik tumbuh vasif secara lokal memiliki angka kajadian rekuransi
yang tinggi bila tidak diangkat secara tepat tapi dari sisi lain tumor ini memiliki kecenderungan
yang rendah untuk bermetastasis.

Ameloblastoma tipe solid/multikistik ini ditandai dengan agka terjadi rekurensi sampai
50% selama 5 tahun pasca perawatan. Oleh karena itu, ameloblastoma tipe solid atau
multikistik harus dirawat secara radikal (reseksi dengan margin jaringan normal disekeliling
tumor). Pemeriksaan rutin jangka panjang bahkan seumur hidup diindikasikan untuk tipe ini.

b. Unikistik (13%)

Ameloblastoma unikistik sering terjadi pada pasien muda, 50% dari tumor ini
ditemukan pada pasien yang berada pada dekade kedua. Lebih dari 90% ameloblastoma
unikisik ditemukan pada mandibula pada regio posterior.

Ameloblastoma tipe unikistik umumnya membentuk kista dentigerous secara klinis


maupun secara radiografis walaupun beberapa diantaranya tidak berhubungan dengan gigi
yang erupsi.

Tipe ini sulit didiagnosa karena kebanyakan ameloblastoma memiliki komponen kista.
Tipe ini umumnya menyerang bagian posterior mandibula diikuti dengan regio parasimfisis dan
anterior maksila. Sebuah variasi yang disebut sebagai ameloblastoma unikistik pertama kali
disebut pada tahun 1977 oleh Robinson dan Martinez. Mereka melaporkan bahwa tipe unikistik
ini kurang agresif dan menyerang enukleasi simple pada ameloblastoma tipe unikistik
sebenarnya menunjukkan angka rekurensi yang tinggi yaitu sekitar 60% dengan demikian
enukleasi simple merupakan perawatan yang tidak sesuai untuk lesi ini dan perawatan yang
lebih radikal dengan osteotomi periferal atau terapi kiro dengan cairan atau dengan cairan
nitrogen atau keduanya lebih sesuai untuk tumor ini.

c. Periferal/Ekstraosseous (1%)

Periferal ameloblastoma juga dikenal dengan nama ekstraosseus ameloblastoma atau


ameloblastoma jaringan lunak. Biasanya terjadi pada gingiva atau mukosa alveolar. Tipe ini
menginfiltrasi jaringan di sekelilingnya yaitu jaringan ikat gingiva dan tidak ada keterlibatan
tulang dibawahnya. Periferal ameloblastoma ini umumnya tidak sakit, sessile, kaku,
pertumbuhan eksofitik yang biasanya halus atau granular.

Tumor ini diyakini mewakili 2% sampai 10% dari seluruh kasus ameloblastoma yang
didiagnosa. Tumor ini pernah dilaporkan terjadi pada semua rentang umur dari 9 sampai 92
tahun. Kasus-kasus melaporkan bahwa tumor ini terjadi kebanyakan pada pria daripada wanita
dengan perbandingan 1,9 dengan 1.

70% dari emeloblastoma tipe periferal ini terjadi pada mandibula, dari bagian ramus.
Dari anterior mandibula sampai foramen mandibula paling sering terkena. Perawatan yang
direkomendasikan untuk tumor ini berbeda dengan perawatan tumor tipe lainnya karena tumor
ini biasanya kecil dan bersifat lokal pada jaringan lunak superfisial. Kebanyakan lesi berhasil
dirawat dengan eksisi lokal dengan mengikutsertakan sebagian kecil dari margin jaringan yang
normal. Margin inferior harus diikutkan periosteoum untuk meyakinkan penetrasi sel tumor ke
tulang tidak terjadi.

C. ETIOLOGI AMELOBLASTOMA

Etiologi ameloblastoma sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, tetapi beberapa
ahli mengatakan bahwa ameloblastoma dapat terjadi setelah pencabutan gigi, pengangkatan
kista dan atau iritasi lokal dalam rongga mulut. Ameloblastoma dapat terjadi pada segala usia,
namun paling banyak dijumpai pada usia dekade 4 dan 5. Tidak ada perbedaan jenis kelamin,
tetapi prediksi pada golongan penderita kulit berwarna. Ameloblastoma dapat mengenai
mandibula maupun maksila, paling sering pada mandibula sekitar 81%-98%, predileksi di
daerah mandibula; 60% terjasi di regio molar dan ramus, 15% regiopremolar dan 10% regio
simpisis.

Tumor ini tumbuh dari berbagai asal, walaupun rangsangan awal dari proses
pembentukan tumor ini belum diketahui. Tumor ini dapat berasal dari:

o Sisa sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur mikroskopis dari beberapa
spesimen dijumpai pada area epitelial sel yang terlihat pada perifer berbentuk kolumnar dan
berhubungan dengan ameloblast yang pada bagian tengah mengalami degenerasi serta
menyerupai retikulum stelata.

o Sisa-sisa dari epitel Malassez. Terlihat sisa-sisa epitel yang biasanya terdapat pada membran
periodontal dan kadang-kadang dapat terlihat pada tulang spongiosa yang mungkin
menyebabkan pergeseran gigi dan menstimulasi terbentuknya kista odontogenik
o Epitelium dari kista odontogenik, terutama kista dentigerous dan odontoma. Pada kasus yang
dilaporkan oleh Cahn (1933), Ivy (1958), Hodson (1957) mengenai ameloblastoma yang
berkembang dari kista periodontal atau kista dentigerous tapi hal ini sangat jarang terjadi.
Setelah perawatan dari kista odontogenik, terjadi perkembangan dan rekurensi menjadi
ameloblastoma.

o Basal sel dari epitelium permukaan dari tulang rahang. Siegmund dan Weber (1926) pada
beberapa kasus ameloblastoma menemukan adanya hubungan dengan epiteluim oral

LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

D. PATOFISIOLOGI AMELOBLASTOMA

Tumor ini bersifat infiltratif, tumbuh lambat, tidak berkapsul, berdiferensiasi baik. Lebih dari
75% terjadi di rahang bawah, khususnya regio molar dan sisanya terjadi akibat adanya
kista folikular. Tumor ini muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel normal yang
disebabkan oleh zat-zat karsinogen tadi. Karsinogenesisnya terbagi menjadi 3 tahap :

1. Tahap pertama merupakan Inisiaasi yatu kontak pertama sel normal dengan zat Karsinogen
yang memancing sel normal tersebut menjadi ganas.

2. Tahap kedua yaitu Promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk klon melalui
pembelahan(poliferasi).
3. tahap terakhir yaitu Progresi, sel yang telah mengalami poliferasi mendapatkan satu atau lebih
karakteristik neoplasma ganas.

E. PATHWAY AMELOBLASTOMA

LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

Smeltzer & Bare. (2002).

Buku ajar keperawatan medikal bedah.

F. MANIFESTASI KLINIK AMELOBLASTOMA


Manifestasi klinik, dalam tahap awal jarang menunjukkan keluhan, oleh karena itu
tumor ini jarang terdiagnosa secara dini, umumnya diketahui setelah 4 sampai dengan 6 tahun.

Gambaran Klinik

a. Pembengkakan dengan berbagai ukuran yang bervariasi sehingga dapat meyebabkan


deformitas wajah.

b. Konsestensi bervariasi ada yang keras dan kadang ada bagian yang lunak

c. Terjadi ekspansi tulang ke arah bukal dan lingual

d. Tumor ini meluas ke segalah arah mendesak dan merusak tulak sekitarnya

e. Terdapat tanda egg shell cracking atau pingpong ball phonemona bila massa tumor telah
mendesak korteks tulang dan tulangnya menipis

f. Tidak terdapat nyeri dan parasestesi, hanya pada beberapa penderita dengan benjolan disertai
rasa nyeri.

g. Berkurangnya sensilibitas daerah distribusi n.mentalis kadang-kadang terdapat ulserasi oleh


karena penekanan gigi apabilah tumor sudah mencapai ukuran besar.

h. Biasanya berisi cairan berwarna merah kecoklatan

i. Gigi geligi pada daerah tumor berubah letak dan goyang.

Ameloblastoma dapat terjadi pada usia dimana paling umum terjadi pada orang-orang
yang berusia diantara 20 sampai 50 tahundan hampir dua pertiga pasien berusia lebih muda
dari 40 tahun. Hampir sebagian besar kasus-kasus yang dilaporkan menunjukkan bahwa
ameloblastoma jauh lebih sering dijumpai pada mandibula dibanding pada maksila. Kira-kira
80% terjadi dimandibula dan kira-kira 75% terlihat di regio molar dan ramus, Ameloblastoma
maksila juga paling umum dijumpai pada regio molar.

Pada tahap yang sangat awal , riwayat pasien asimtomatis (tanpa gejala).
Ameloblastoma tumbuh secara perlahan selam bertahun-tahun, dan tidak ditemui sampai
dilakukan pemeriksaan radiografi oral secara rutin. Pada tahap awal , tulang keras dan mukosa
diatasnya berwarna normal. Pada tahap berikutnya, tulang menipis dan ketika teresobsi
seluruhnya tumor yang menonjol terasa lunak pada penekanan dan dapat memiliki gambaran
berlobul pada radiografi. Dengan pembesarannya, maka tumor tersebut dapat mengekspansi
tulang kortikal yang luas dan memutuskan batasan tulang serta menginvasi jaringan lunak.
Pasien jadi menyadari adanya pembengkakan yang progresif, biasanya pada bagian bukal
mandibula, juga dapat mengalami perluasan kepermukaan lingual, suatu gambaran yang tidak
umum pada kista odontogenik. Ketika menembus mukosa, permukaan tumor dapat menjadi
memar dan mengalami ulserasi akibat penguyahan. Pada tahap lebih lanjut,kemungkinan ada
rasa sakit didalam atau sekitar gigi dan gigi tetangga dapat goyang bahkan tanggal.

Pembengkakan wajah dan asimetris wajah adalah penemuan ekstra oral yang penting.
Sisi asimetris tergantung pada tulang utama atau tulang-tulang yang terlibat. Perkembangan
tumor tidak menimbulkan rasa sakit kecuali ada penekanan saraf atau terjadi komplikasi infeksi
sekunder. Terkadang pasien membiarkan ameloblastoma bertahan selama beberapa tahun
tanpa perawatan dan pada kasus-kasus tersebut ekspansi dapat menimbulkan ulkus namun
tipe ulseratif dari pertumbuhan karsinoma yang tidak terjadi. Pada tahap lanjut, ukurannya
bertambah besar dapat menyebabkan gangguan penguyahan dan penelanan.

Perlu menjadi perhatian, bahwa trauma seringkali dihubungkan dengan perkembangan


ameloblastoma. Beberapa penelitian menyatakan bahwa tumor ini sering kali diawali oleh
pencabutan gigi, kistektomi atau beberapa peristiwa traumatik lainnya. Seperti kasus-kasus
tumor lainnya pencabutan gigi sering mempengaruhi tumor (tumor yang menyebabkan
hilangnya gigi) selain dari penyebabnya sendiri.

Tumor ini pada saat pertama kali adalah padat tetapi kemudian menjadi kista pada
pengeluaran sel-sel stelatenya. Ameloblastoma merupakan tumor jinak tetapi karena sifat
invasinya dan sering kambuh maka tumor ini menjadi tumor yang lebih serius dan ditakutkan
akan potensial komplikasinya jika tidak disingkirkan secara lengkap. Tetapi sudah dinyatakan
bahwa sangat sedikit kasus metastasenya yang telah dilaporkan.

G. GAMBARAN HISTOPATOLOGIS AMELOBLASTOMA

Amloblastoma menunjukkan berbagai macam variasi pola histologi bergantung pada arah dan
derajat differensiasi sel tumor. Klasifikasi WHO membagi ameloblastoma secara histologis
terdiri dari folikular, pleksiform, acanthomatous, sel granular dan tipe basal.

1. Tipe Folikular

Ameloblastoma tipe folikular menunjukkan gambaran histologi yang tipikal dengan adanya
sarang-sarang folikular dari sel-sel tumor yang terdiri dari sebuah lapisan periferal dari sel-sel
kolumnar dan kuboidal dan sebuah massa sentral dari sel yang tersusun jarang yang
menyerupai retikulum stellata. Degenerasi dari jaringan yang berbentuk seperti retikulum
stellata itu akan menghasilkan pembentukan kista.

LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

2. Tipe Pleksiform

Ameloblastoma tipe pleksiform ditandai dengan kehadiran sel tumor yag berbentuk seperti pita
yang tidak teratur dan berhubungan satu sama lain. Stroma berbentuk dari jaringan ikat yang
longar dan edematours fibrous yang mengalami degenerasi kistik.

LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

3. Tipe Acanthomatous

Ameloblastoma tipe ini ditandai dengan karakteristik adanya aquamous metaplasia dari
retikulum stelata yang berada diantara pulau-pulau tumor. Kista kecil berbentuk ditengan sarang
sellular. Stroma terdiri dari jaringan ikat yang fibrous dan padat.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

4. Tipe Sel Granular

Pada ameloblastoma tipe sel granular ditandai dengan adanya transformasi dari sitoplasma
biasanya berbentuk seperti sel retikulum stelata, sehingga memberikan gambaran yang sangat
kasar, granular dan eosinofilik. Tipe ini sering melibatkan periferal sel kolumnar dan kuboidal.

LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

5. Tipe Sel Basal

Ameloblastoma tipe sel basal ini mirip karsinoma sel basal pada kulit. Sel epithelial tumor lebih
primitif dan kurang kolumnar dan biasanya tersusun dalam lembaran-lembaran, lebih banyak
dari tumor jenis lainnya. Tumor ini merupakan tipe yang paling jarang dijumpai.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

H. GAMBARAN RADIOLOGIS AMELOBLASTOMA

Secara radiologis, gambaran ameloblastoma muncul sebagai gambaran radiolusensi yang


multiokular atau uniokular.

1. Multiokular

Pada tipe ini tumor menunjukkan gambaran bagian-bagian yang terpisah oleh septa tulang
yang memperluas membentuk masa tumor. Gambaran multiokular ditandai dengan lesi yang
besar dan memberikan gambaran seperti soap bubble. Ukuran lesi yang sebenarnya tidak
dapat ditentukan karena lesi tidak menunjukkan garis batasan yang jelas dengan tulang yang
normal. Resopi akar jarang terjadi tapi kadand-kadand dapat dilihat pada beberapa lesi yang
tumbuh dengan cepat.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

2. Uniokular

Pada tipe lesi uniokular biasanya tidak tampak adanya karakteristik atau gambaran yang
patologis. Bagian periferal dari lesi biasanya licin walaupun keteraturan ini tidak dijumpai pada
waktu operasi. Pada lesi lanjut akan mengakibatkan pembesaran rahang dan penebalan tulang
kortikal dapat dilihat dari gambaran rontgen.

LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

Gambaran Radiologis

a. Berupa lesi unilokuler atau multilokuler dengan gambaran seperti sarang tawon (honey comb
appearance) pada lesi kecil.
b. Gambaran busa sabun (soap bubble appearance) pada lesi besar.

c. Secara radiologis tepinya berbatas jelas, halus, corticated dan curved, terdapat resorpi akar
dan bergesernya gigi jauh dari tempat asal.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG AMELOBLASTOMA

1. X-ray kepala, yang menghasilkan satu-dimensi gambar dan leher untuk membantu mencari
daerah yang tidak normal pada rahang.

2. CT scan (computed tomography scan)

CT scan, yang menghasilkan gambar dua dimensi dari kepala dan leher yang dapat
mengungkapkan apakah ameloblastoma telah invaded tisu atau organ lain.

3. MRI (magnetic resonance imaging)

MRI Scan, yang menggunakan magnet dan gelombang radio untuk membuat gambar 3 dimensi
yang dapat mengungkapkan abnormalitas kecil di kepala dan leher. Dokter juga menggunakan
MRI Scan untuk menentukan apakah ameloblastoma telah menyebar ke rongga mata atau
sinuses.

4. Tumor marker (penanda tumor)

J. PERAWATAN AMELOBLASTOMA

Perawatan tumor ini beragam mulai dari kuretase sampai reseksi tulang yang luas,
dengan atau tanpa rekonstruksi. Radioterapi tidak diindikasikan karena lesi ini radioresisten.
Pada beberapa literatur juga dikemukakan indikasi untuk dielektrokauterisasi, bedah krio dan
penggunaan agen sklorosan sebagai pilihan perawatan. Pemeriksaan kembali (follow up pasca
operasi) penting karena hampir 50% kasus rekurensi terjadi pada lima tahun pertama pasca
operasi.

Perawatan untuk tumor ini harus dieksisi dan harus meliputi neoplasma sampai
jaringan sehat yang berada dibawah tumor. Setelah itu, harus dilanjutkan dengan
elektrodesikasi atau dengan dirawat lukanya dengan larutan karnoy.

Kemungkinan untuk terjadi rekurensi ada dan pasien harus diinstruksikan untuk
mengikuti pemeriksaan secara berkala sampai bertahun-tahun setelah operasi. Iradiasi paska
operasi ditujukan untuk mengurangi insiden rekurensi dan harus dilakukan secara rutin.
Kebanyakan ahli bedah melakukan reseksi komplit pada daerah tulang yang terlibat tumor dan
kemudian dilakukan bone graft. Tumor ini tidak bersifat radiosensitif tapi dengan terapi X-ray
dan radium mempunyai efek dalam menghambat pertumbuhan lesi ini.

Beberapa prosedur operasi yang mungkin digunakan untuk mengobati ameloblastoma


antara lain:

1. Enukleasi

Enukleasi merupakan prosedur yang kurang aman untuk dilakukan. Pada suatu diskusi
menyatakan walaupun popular, kuretase merupakan prosedur yang paling tidak efisien untuk
dilakukan. Enukleasi menyebabkan kasus rekurensi hampir tidak dapat dielakkan, walaupun
sebuah periode laten dari pengobatan yang berbeda mungkin memberikan hasil yang salah.
Kuretase tumor dapat meninggalkan tulang yang sudah diivansi oleh sel tumor.

Teknik enukleasi diawali dengan insisi, flap mukoperiostal dibuka. Kadang-kadang


tulang yang mengelilingi lesi tipis. Jika dinding lesi melekat pada periosteum, maka harus
dipisahkan. Dengan pembukaan yang cukup, lesi biasanya dapat diangkat dari tulang. Gunakan
sisi yang konveksi dari kuret dengan tarikan yang lembut. Saraf dan pembuluh darah biasanya
digeser ke samping dan tidak berada pada daerah operasi. Ujung tulang yang tajam dihaluskan
dan daerah ini harus diirigasi dan diperiksa. Gigi-gigi yang berada di daerah tumor jinak
biasanya tidak diperlukan perawatan khusus. Jika devitalisasi diperlukan, perawatan endodontik
sebelum operasi dapat dilakukan.

2. Eksisi Blok

Kebanyakan ameloblastoma harus dieksisi daripada dienukleasi. Eksisi sebuah bagian


tulang dengan adanya kontinuitas tulang mungkin direkomendasikan apabilah
ameloblastomanya kecil. Insisi dibuat pada mukosa dengan ukuran yang meliputi semua bagian
yang terlibat tumor. Insisi dibuat menjadi flap supaya tulang dapat direkseksi dibawah tepi yang
terlibat tumor. Lubang bur ditempatkan pada outline osteotomi, denganbur leher panjang
henahan. Oesteotomi digunakan untuk melengkapi pemotongan. Sesudah itu, segen tulang
yang terlibat tumor dibuang dengan tepi yang aman dari tulang normal dan tanpa merusak
border tulang.

Setelah melakukan flap untuk menutup tulang, dilakukan penjahitan untuk


mempertahankan posisinya. Dengan demikian eksisi tidak hanya mengikutkan tumor saja tetapi
juga sebagian tulang normal yang mengelilinginya. Gigi yang terlibat tumor dibuang bersamaan
dengan tumor. Gigi yang terlibat tidak diekstraksi secara terpisah.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

3. Hemimandibulektomi

Merupakan pola yang sama dengan eksisi blok yang diperluas yang mungkin saja
melibatkan pembungkus angulus, ramus atau bahkan pada beberapa kasus dilakukan
pembuangan kondilus. Pembuangan bagian anterior mandibula sampai regio simfisis tanpa
menyisakan border bawah mandibula akan mengakibatkan perubahan bentuk wajah yang
dinamakan Andy Gump Deformity

Reseksi mandibula dilakukan setelah trakeostomi dan diseksi leher radikal (bila
diperluka) telah dilakukan. Akses biasanya diperoleh dengan insisi splitting bibir bawah. Bibir
bawah dipisahkan dan sebuah insisi vertikel dibuat sampai ke dagu. Insisi itu kemudain
dibelokkan secara horizontal sekitar inchi dibawah border bawah mandibula. Kemudian insisi
diperluas mengikuti angulus bahwa mandibula sampai mastoid. Setelah akses diperoleh, di
dekat foramen mentale mungkin saja dapat terjadi perdarahan karena adanya neurovascular.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

4. Hemimaksilektomi

Akses ke maksila biasanya diperoleh dengan insisi Weber Fergusson. Pemisahan bibir
melalui philtrum rim dan pengangkatan pipi dengan insisi paranasal dan infraorbital
menyediakan eksposure yang luas dari wajah dan aspek lateral dari maksila dan dari ethmoid.

LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA


Setelah diperoleh eksposure yang cukup, dilakukan pemotongan jaringan lunak dan
ekstraksi gigi yang diperlukan. Kemudian dilakukan pemotongan dengan ascillating saw dari
lateral dinding maksila ke infraorbital rim kemudian menuju kavitas nasal melalui fossa
lakrimalis. Dari kavitas nasal dipotong menuju alveolar ridge. Setelah itu, dilakukan pemotongan
pada palatum keras. Kemudian pemotongan lateral dinding nasal yang menghubungkan
lakrimal dipotong ke nasofaring dengan menggunakan chisel dan gunting mayo dan kemudian
dilakukan pemotongan posterior. Pembuangan spesimen dan packing kavitas maksilektomi
yang tepat diperlukan untuk mengontrol perdarahan.

LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

K. PENGKAJIAN KEPERAWATAN AMELOBLASTOMA

Dasar pemeriksaan fisik head to toe harus dilakukan dengan singkat tetapi menyeluruh dari
bagian kepala ke ujung kaki. Pengkajian data dasar menurut Doenges (2000), adalah:

1. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan cedera (trauma).

2. Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi, hiperventilasi, dll).
3. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau dramatis)
Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi.

4. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.

5. Makanan dan cairan


Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahanSelera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.

6. Neurosensori.
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental, Kesulitan
dalam menentukan posisi tubuh.

7. Nyeri dan kenyamanan


Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas danlokasi yang berbeda, biasanya
lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.

8. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
Data Objektif: Pernapasan menggunakan otot bantu pernapasan/ otot aksesoris.

9. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru akibat gelisah.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif. Gangguan rentang gerak.

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN AMELOBLASTOMA

1. Nyeri berhubungan dengan adanya proses peradangan, luka insisi pembedahan.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya pertahanan


tubuh.

3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidak mampuan menelan makanan, nyeri area
rahang.

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri luka operasi.


M. RENCANA KEPERAWATAN AMELOBLASTOMA

DIAGNOSA PERENCANAAN
N
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
O

1. Nyeri akut b.d agen NOC: Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


injuri fisik (luka insisi asuhan keperawatan
operasi) selama 3x24 jam pasien Kaji secara komphrehensif tentang nyeri,
mampu untuk meliputi: lokasi, karakteristik dan onset,
durasi, frekuensi, kualitas,
Mengontrol nyeri intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor
dengan indikator: presipitasi

Mengenal factor-faktor observasi isyarat-isyarat non verbal dari


penyebab nyeri ketidaknyamanan, khususnya dalam
ketidakmampuan untuk komunikasi secara
Mengenal onset nyeri efektif

Melakukan tindakan Berikan analgetik sesuai dengan anjuran


pertolongan non-analgetik
Gunakan komunikiasi terapeutik agar
Menggunakan analgetik pasien dapat mengekspresikan nyeri

Melaporkan gejala-gejala Kaji latar belakang budaya pasien


kepada tim kesehatan
Tentukan dampak dari ekspresi nyeri
Mengontrol nyeri terhadap kualitas hidup: pola tidur, nafsu
makan, aktifitas kognisi, mood, relationship,
pekerjaan, tanggungjawab peran

Keterangan: Kaji pengalaman individu terhadap nyeri,


keluarga dengan nyeri kronis
1 = tidak pernah dilakukan
Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan
2 = jarang dilakukan mengontrol nyeri yang telah digunakan
3 =kadang-kadang Berikan dukungan terhadap pasien dan
dilakukan keluarga
4 =sering dilakukan Berikan informasi tentang nyeri, seperti:
5 = selalu dilakukan penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan
pasien pencegahan

Menunjukan tingkat kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat


nyeri mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (seperti: temperatur
Indikator: ruangan, penyinaran, dll)
Melaporkan nyeri Anjurkan pasien untuk memonitor sendiri
nyeri
Melaporkan frekuensi
nyeri Ajarkan penggunaan teknik non-
farmakologi (seperti: relaksasi, guided
Melaporkan lamanya imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi
episode nyeri panas-dingin, massase)
Mengekspresi nyeri: wajah Evaluasi keefektifan dari tindakan
mengontrol nyeri
Menunjukan posisi
melindungi tubuh Modifikasi tindakan mengontrol nyeri
berdasarkan respon pasien
kegelisahan
Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
perubahan respirasi rate
Anjurkan pasien untuk berdiskusi tentang
perubahan Heart Rate pengalaman nyeri secara tepat

Perubahan tekanan Darah Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil


atau terjadi keluhan
Perubahan ukuran Pupil
Informasikan kepada tim kesehatan
Perspirasi lainnya/anggota keluarga saat tindakan
nonfarmakologi dilakukan, untuk pendekatan
Kehilangan nafsu makan preventif

Monitor kenyamanan pasien terhadap


manajemen nyeri
Keterangan:

1 : Berat Pemberian Analgetik

2 : Agak berat Tentukan lokasi nyeri, karakteristik,


kualitas,dan keparahan sebelum pengobatan
3 : Sedang
Berikan obat dengan prinsip 5 benar
4 : Sedikit
Cek riwayat alergi obat
5 : Tidak ada
Libatkan pasien dalam pemilhan analgetik
yang akan digunakan

Pilih analgetik secara tepat /kombinasi


lebih dari satu analgetik jika telah diresepkan

Tentukan pilihan analgetik (narkotik, non


narkotik, NSAID) berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri

Monitor tanda-tanda vital, sebelum dan


sesuadah pemberian analgetik

Monitor reaksi obat dan efeksamping obat

Dokumentasikan respon setelah pemberian


analgetik dan efek sampingnya

Lakukan tindakan-tindakan untuk


menurunkan efek analgetik (konstipasi/iritasi
lambung)

2. Resiko infeksi Setelah dilakuakan asuhan Kontrol Infeksi


berhubungan dengan keperawatan selama 2x24
tindakan pembedahan, jam pasien dapat Bersikan lingkungan setelah digunakan
tidak adekuatnya memperoleh oleh pasien
pertahanan tubuh.
1.Pengetahuan:Kontrol Ganti peralatan pasien setiap selesai
infeksi tindakan

Indikator: Batasi jumlah pengunjung

- Menerangkan cara-cara Ajarkan cuci tangan untuk menjaga


penyebaran infeksi kesehatan individu

- Menerangkan factor- Anjurkan pasien untuk cuci tangan dengan


faktor yang berkontribusi tepat
dengan penyebaran
Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci
- Menjelaskan tanda-tanda tangan
dan gejala
Anjurkan pengunjung untuk mencuci
- Menjelaskan aktivitas
tangan sebelum dan setelah meninggalkan
yang dapat meningkatkan
ruangan pasien
resistensi terhadap infeksi
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien
Keterangan:
Lakukan universal precautions
1 : tidak pernah
Gunakan sarung tangan steril
2 : terbatas Lakukan perawatan aseptic pada semua
jalur IV
3 : sedang
Lakukan teknik perawatan luka yang tepat
4 : sering
Ajarkan pasien untuk pengambilan urin
5 : selalu
porsi tengah

Tingkatkan asupan nutrisi


2.Status Nutrisi
Anjurkan asupan cairan yang cukup
Asupan nutrisi
Anjurkan istirahat
Asupan makanan dan cairan
Berikan terapi antibiotik
Energi
Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-
Masa tubuh
tanda dan gejala dari infeksi
Berat badan
Ajarkan pasien dan anggota keluarga
bagaimana mencegah infeksi

Keterangan:

1 : sangat bermasalah

2 : bermasalah

3 : sedang

4 : sedikit bermasalah

5 : tidak bemasalah

3. Gangguan nutrisi NOC : NIC :


kurang dari kebutuhan
b.d ketidak mampuan Nutritional Status : food Nutrition Management
menelan makanan, and Fluid Intake Kaji adanya alergi makanan
nyeri area rahang.
Kriteria Hasil :
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Definisi : Intake nutrisi
Adanya peningkatan berat menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
tidak cukup untuk
badan sesuai dengan dibutuhkan pasien.
keperluan metabolisme
tujuan
tubuh. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
Berat badan ideal sesuai Fe
Batasan karakteristik : dengan tinggi badan Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
dan vitamin C
- Berat badan 20 % atau Mampu mengidentifikasi
lebih di bawah ideal kebutuhan nutrisi Berikan substansi gula

- Dilaporkan adanya Tidak ada tanda tanda Yakinkan diet yang dimakan mengandung
intake makanan yang malnutrisi tinggi serat untuk mencegah konstipasi
kurang dari RDA
(Recomended Daily Tidak terjadi penurunan Berikan makanan yang terpilih ( sudah
Allowance) berat badan yang berarti dikonsultasikan dengan ahli gizi)

- Membran mukosa dan Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan


konjungtiva pucat makanan harian.

- Kelemahan otot yang Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori


digunakan untuk
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
menelan/mengunyah
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
- Luka, inflamasi pada
nutrisi yang dibutuhkan
rongga mulut

- Mudah merasa
kenyang, sesaat Nutrition Monitoring
setelah mengunyah
makanan BB pasien dalam batas normal

- Dilaporkan atau fakta Monitor adanya penurunan berat badan


adanya kekurangan
Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
makanan
dilakukan
- Dilaporkan adanya
Monitor interaksi anak atau orangtua selama
perubahan sensasi
makan
rasa
Monitor lingkungan selama makan
- Perasaan
ketidakmampuan untuk Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
mengunyah makanan selama jam makan
- Miskonsepsi Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
- Kehilangan BB dengan
makanan cukup Monitor turgor kulit
- Keengganan untuk Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
makan mudah patah
- Kram pada abdomen Monitor mual dan muntah
- Tonus otot jelek Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
kadar Ht
- Nyeri abdominal
dengan atau tanpa Monitor makanan kesukaan
patologi
Monitor pertumbuhan dan perkembangan
- Kurang berminat
terhadap makanan Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
- Pembuluh darah
kapiler mulai rapuh Monitor kalori dan intake nuntrisi

- Diare dan atau Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik


steatorrhea papila lidah dan cavitas oral.

- Kehilangan rambut Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet


yang cukup banyak
(rontok)

- Suara usus hiperaktif

- Kurangnya informasi,
misinformasi

Faktor-faktor yang
berhubungan :

Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi zat-
zat gizi berhubungan
dengan faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.

4. Gangguan pola tidur Anxiety Control Sleep Enhancement


berhubungan dengan
rasa nyeri luka operasi. Comfort Level Determinasi efek-efek medikasi terhadap
tidur
Pain level
Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
Sleep: extent ang patten
Fasilitasi untuk mempertahankan aktifitas
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 sebelum tidur (membaca)
jam, gangguan pola tidur
pasien teratasi dengan Ciptakan lingkungan yang nyaman
kriteria hasil :
Kolaborasi pemberian obat tidur.
Jumlah jam tidur dalam
batas normal

Pola tidur,kualitas dalam


batas normal

Perasaan fres
sesudah/istirahat

Mampu mengidentifikasi
hal-hal yang meningkatkan
tidur

DAFTAR PUSTAKA

Bruner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 2. EGC: Jakarta.

Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan Pendokumentasian
perawatan pasien. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.UI: Media.

Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Secara klinis dan histologi, jaringan gigi pada awalnya merupakan jaringan
sangat sederhana, kemudian berubah. Jaringan ini terdiri dari beragam sel
pembentuk, dan melalui serangkaian perubahan morfologi baik secara fisiologi
ataupun biomekanik berkembang menjadi suatu jaringan yang berbeda. Perubahan
secara penuh sulit untuk dijelaskan karena jaringan ini merupakan perubahan yang
berasal dari jaringan penghubung antara ektodermal dan mesodermal.

Ameloblastoma merupakan jenis tumor jinak odontogenik epithelial, tanpa perubahan pada
jaringan penghubung, sejenis dengan tumor odontogenik epithelial disertai adanya pengapuran.
Ameloblastoma adalah neoplasma sejati yang tidak mangalami pembentukan enamel, dapat
berkembang dari sel-sel epithelial yang terdapat dalam organ enamel, folikel, membran
periodontal,dan epitelium yang melapisi kista dentigerus dan ruang sempit pada rahang.

Pada beberapa kasus, tumor ini kemungkinan dapat muncul dari permukaan epitelium,
walaupun hal ini sulit ditentukan. Ameloblastoma berasal dari bagian cortex, menyerang
jaringan lunak, sehingga berbatasan dengan permukaan epitelium, dan terbagi menjadi jenis
kista dan solid.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN AMELOBLASTOMA

4. Tumor ini jarang ganas atau metastasis (yaitu, mereka jarang menyebar ke bagian
lain dari tubuh), dan kemajuan perlahan, lesi yang dihasilkan dapat menyebabkan
kelainan yang parah dari wajah dan rahang. Selain itu, karena pertumbuhan sel
yang abnormal mudah infiltrat dan menghancurkan jaringan sekitar tulang, bedah
eksisi luas diperlukan untuk mengobati gangguan ini

5. Ameloblastoma ialah tumor yang berasal dari jaringan organ enamel yang tidak
menjalani diferensiasi membentuk enamel. Hal ini telah dijelaskan sangat tepat oleh
Robinson bahwa tumor ini biasanya unisentrik, nonfungsional, pertumbuhannya
bersifat intermiten, secara anatomis jinak dan secara klinis bersifat persisten.

6. Ameloblastoma adalah tumor yang berasal dari epitelial odontogenik.


Ameloblastoma biasanya pertumbuhannnya lambat, secara lokal invasif dan
sebagian besar tumor ini bersifat jinak

7. Jadi Ameloblastoma adalah suatu tumor berasal dari sel sel embrional dan
terbentuk dari sel sel berpontesial bagi pembentukan enamel. Tumor ini biasanya
tumbuh dengan lambat, secara histologis jinak tetapi secara klinis merupakan
neoplasma malignan, terjadi lebih sering pada badan atau ramus mandibula
dibanding pada maksila dan dapat berkapsul atau tidak berkapsul.

F. MANIFESTASI KLINIK AMELOBLASTOMA

Manifestasi klinik, dalam tahap awal jarang menunjukkan keluhan, oleh karena
itu tumor ini jarang terdiagnosa secara dini, umumnya diketahui setelah 4 sampai
dengan 6 tahun.

Gambaran Klinik:

1. Pembengkakan dengan berbagai ukuran yang bervariasi sehingga dapat


meyebabkan deformitas wajah.
2. Konsistensi bervariasi ada yang keras dan kadang ada bagian yang lunak

3. Terjadi ekspansi tulang ke arah bukal dan lingual

4. Tumor ini meluas ke segala arah mendesak dan merusak tulak sekitarnya

5. Terdapat tanda egg shell cracking atau pingpong ball phonemona bila massa
tumor telah mendesak korteks tulang dan tulangnya menipis

6. Tidak terdapat nyeri dan parasestesi, hanya pada beberapa penderita dengan
benjolan disertai rasa nyeri.

7. Berkurangnya sensilibitas daerah distribusi n.mentalis kadang-kadang terdapat


ulserasi oleh karena penekanan gigi apabilah tumor sudah mencapai ukuran besar.

8. Biasanya berisi cairan berwarna merah kecoklatan

9. Gigi geligi pada daerah tumor berubah letak dan goyang.


LAPORAN PENDAHULUAN
AMELOBLASTOMA

A. DEFINISI AMELOBLASTOMA

o Ameloblastoma merupakan tumor yang berasal dari epithelial, gingival mucosa atau
gengivomaxillary yang muncul pada gigi (Price, Sylvia A, 2006).

o Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang paling sering terjadi di mandibula dan
maksila. Tumor ini berasal dari epitelium yang terlibat dalam proses pembentukan gigi, akan
tetapi pemicu transformasi neoplastik pada epitel tersebut belum diketahui dengan pasti.
Secara mikroskopis, ameloblastoma tersusun atas pulau-pulau epitelium di dalam stroma
jaringan ikat kolagen. Ameloblastoma juga mempunyai beberapa variasi dari tampilan
histopatologis, akan tetapi tipe yang paling sering terlihat yaitu tipe folikular dan pleksiform.
Pada sebagian besar kasus, ameloblastoma biasanya asimptomatik, tumbuh lambat, dan dapat
mengekspansi rahang (Arif, 2001).

o Definisi ameloblastoma (amel, yang berarti enamel dan blastos, yang berarti kuman) adalah
tumor, jarang jinak epitel odontogenik (ameloblasts, atau bagian luar, pada gigi selama
pengembangan) jauh lebih sering muncul di rahang bawah dari rahang atas. Ini diakui pada
tahun 1827 oleh Cusack. Jenis neoplasma odontogenik ditunjuk sebagai adamantinoma pada
1885.

o Tumor ini jarang ganas atau metastasis (yaitu, mereka jarang menyebar ke bagian lain dari
tubuh), dan kemajuan perlahan, lesi yang dihasilkan dapat menyebabkan kelainan yang parah
dari wajah dan rahang. Selain itu, karena pertumbuhan sel yang abnormal mudah infiltrat dan
menghancurkan jaringan sekitar tulang, bedah eksisi luas diperlukan untuk mengobati
gangguan ini

o Ameloblastoma ialah tumor yang berasal dari jaringan organ enamel yang tidak menjalani
diferensiasi membentuk enamel. Hal ini telah dijelaskan sangat tepat oleh Robinson bahwa
tumor ini biasanya unisentrik, nonfungsional, pertumbuhannya bersifat intermiten, secara
anatomis jinak dan secara klinis bersifat persisten.
o Ameloblastoma adalah tumor yang berasal dari epitelial odontogenik. Ameloblastoma biasanya
pertumbuhannnya lambat, secara lokal invasif dan sebagian besar tumor ini bersifat jinak

o Jadi Ameloblastoma adalah suatu tumor berasal dari sel sel embrional dan terbentuk dari sel
sel berpontesial bagi pembentukan enamel. Tumor ini biasanya tumbuh dengan lambat, secara
histologis jinak tetapi secara klinis merupakan neoplasma malignan, terjadi lebih sering pada
badan atau ramus mandibula dibanding pada maksila dan dapat berkapsul atau tidak berkapsul

E. PATHWAY AMELOBLASTOMA

LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA


Smeltzer & Bare. (2002).

Buku ajar keperawatan medikal bedah.

DAFTAR PUSTAKA

Bruner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 2. EGC: Jakarta.

Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan Pendokumentasian
perawatan pasien. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.UI: Media.

Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai