Anda di halaman 1dari 8

SISTEM KONTROL HIGH PRESSURE TURBINE BYPASS VALVE PADA UNIT 5-7

PT. INDONESIA POWER UP (UNIT PEMBANGKITAN) SURALAYA

Fatin Hanifah1, Teguh Firmansyah, S.T., M.T.2


Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Jl. Jendral Sudirman KM 03, Cilegon-Banten 42435
Email : Fatinhanifahelektro@gmail.com 1 , teguh.firmansyah1@gmail.com2

Abstrak
Pada masa berkembangnya teknologi saat ini, ketersediaan energi listrik harus terpenuhi
dengan sangat baik. Karena telah kita ketahui bahwasannya hampir semua kegiatan manusia
membutuhkan energi listrik, mulai dari bidang usaha, rumah tangga dan terutama dalam bidang
perindustrian. Perkembangan tekhnologi saat ini juga menyebabkan peralatan yang digunakan
pada proses produksi juga semakin berkembang. Saat ini, hampir semua industri menggunakan
sistem kendali otomatis dalam proses produksinya. Bukan itu saja kemajuan tekhnologi juga
membuat kebutuhan energi listrik Indonesia setiap tahunnya pun mengalami kenaikan. sistem
High Pressure (HP) Turbine bypass valve ini menjawab adanya tantangan akan peningkatan
produksi listrik. Sistem tersebut berfungsi untuk menjaga performa turbin, memperpanjang usia
(lifespan) turbin, dan start-up pembangkit menjadi lebih fleksibel. Pengendalian sistem ini
dikendalikan oleh software Distributed Control Information System (DCIS) dan Programmable
Logic Control (PLC) yang berfungsi sebagai pengontrol kerja pompa hidrolik mengendalikan
kapan pompa akan aktif dan pompa mana saja yang aktif.

I. PENDAHULUAN menjadi suatu kebutuhan pokok dalam


I.1 Latar Belakang proses produksi listrik.
II. Perkembangan tekhnologi IV. Contohnya saja untuk
saat ini menyebabkan peralatan yang meningkatkan performa serta
digunakan pada proses produksi fleksibilitas pembangkit dalam PLTU,
semakin berkembang. Saat ini, hampir maka dipasanglah berbagai sistem
semua industri menggunakan sistem instrumentasi dan kontrol untuk
kendali otomatis dalam proses menjaga performa kerja dan
produksinya. Bukan itu saja kemajuan perlindungan instrumen yang
tekhnologi juga membuat kebutuhan terpasang. Di dalam suatu pembangkit
energi listrik Indonesia setiap tahunnya terdapat salah satu instrument utama,
pun mengalami kenaikan. Hal ini yaitu turbin uap . Turbin uap sendiri
terjadi seiring bertambahnya penduduk, merupakan suatu penggerak mula yang
peningkatan kesejahteraan, dan mengubah energi potensial uap menjadi
pertumbuhan ekonomi. energi kinetik dari fluida kerjanya yang
III. PT. INDONESIA bertambah akibat penambahan energi
POWER UP. Suralaya merupakan termal. Pada proses pembangkitan
Pembangkit Listrik Tenaga Uap listrik turbin dibantu oleh peralatan
(PLTU) yang menggunakan sistem pendukung turbin salah satunya adalah
kendali otomatis dalam proses produksi High Pressure (HP) Turbine bypass
listriknya. Sistem kendali otomatis valve .
sangat diperlukan dalam operasi- V. High Pressure (HP)
operasi industri misalnya untuk Turbine bypass valve ini menjawab
pengontrolan tekanan, temperatur, adanya tantangan akan peningkatan
level, dan laju alir dalam proses produksi listrik. sistem pada turbin uap
produksi. Otomatisasi tidak hanya atau disebut High Pressure (HP)
diperlukan sebagai pendukung Turbine bypass valve yang berpengaruh
keamanan operasi , faktor ekonomi pada proteksi turbin dan fleksibilitas
maupun mutu produksi, namun telah pembangkit.Sistem tersebut berfungsi
untuk menjaga performa turbin,
memperpanjang usia (lifespan) turbin, PT.Indonesia Power Unit
dan start-up pembangkit menjadi lebih Pembangkitan Suralaya
fleksibel.
VI. Pengendalian sistem ini XIII. DASAR TEORI
dikendalikan oleh software Distributed
XIII.1 Deskripsi Turbin Uap
Control Information System (DCIS)
dengan tipe loop komunikasi yang di XIV. Turbin uap adalah
pakai adalah INFI 90 buatan Bailey suatu penggerak mula yang mengubah
Canada merupakan jenis tipe Super energi potensial menjadi energi kinetik
loop, yang disebut sebagai infinet yang dan energi kinetik ini selanjutnya
mampu berkomunikasi dengan diubah menjadi energi mekanik dalam
kapasitas maksimum 250 Node, 10 M bentuk putaran poros turbin.
Baud.
VII. XV. 2.2 Masalah Operasi dan
VIII. 1.2 Tujuan Pemeliharaan

IX. Tujuan dari penulis dalam 1. masalah pemuaian pada bagian-


melaksanakan kerja praktek selama bagian turbin. Pada waktu start-up,
satu bulan ini adalah: uap dengan temperatur 500 C
dialirkan ke turbin. Hal ini harus
1. Menjelaskan sistem High Pressure dilakukan secara bertahap agar tidak
Turbine Bypass valve dan Sistem terjadi pemuaian yang berlebihan dan
kontrol pada pembukaan bypass valve tidak merata.
2. Menjelaskan fungsi umum dan khusus 2. Peningkatan putaran turbin secara
dari DCIS Infi 90. mendadak. Jika tidak dihentikan,
3. Menjelaskan beberapa elemen Jalur maka komponen pada turbin seperti
komunikasi (Bus) pada loop DCIS bantalan, generator dan sudu-sudu
sebagai sistem kontrol utama pada turbin akan rusak.
sistem High Pressure Turbine Bypass XVI.
valve XVII. Sistem High Pressure Bypass Turbine
4. .Menjelaskan Pengendalian Cascade XVIII.
Control yang merupakan sistem XIX. 3.1 Sistem Bypass dengan
pengendalian yang dapat dilakukan Pressure Reducing Valve dan
oleh sistem DCIS untuk Desuperheater
mengendalikan valve dari HP Bypass XX. Secara mendasar sistem
Turbin. high pressure bypass turbin beroperasi
5. Menjelaskan Programmable Logic untuk memotong aliran main steam ke
Control (PLC) sebagai pengontrol kerja high pressure turbine ketika turbin trip
pompa hidrolik. atau belum bekerja (start up unit)untuk
X. mengalirkannya kembali ke dalam
boiler. Steam ini langsung dialirkan ke
XI. 1.3 Batasan Masalah reheater untuk kemudian mengalami
XII. Karena terlalu luasnya aspek- pemanasan ulang. Valve HP bypass
aspek yang menyangkut tentang sistem turbine ini juga terintegrasi dengan
kontrol dan instrumentasi di unit 5-7 sistem pendingin (water spray). Berikut
PLTU Suralaya, juga keterbatasan waktu ini adalah gambar skema sistem high
dan kemampuan maka dalam pressure bypass turbine.
penyusunan laporan kerja praktek ini
permasalahan di batasi pada:

1. Pembahasan sistem atau prinsip kerja


High Pressure Turbine Bypass valve.
2. Pembahasan sistem kontrol yang
dipakai pada High Pressure Turbine
Bypass valve pada Unit 5-7 di

2
XXI. XXVI. Ketika terjadi
masalah pada turbin (turbin trip), boiler
tetap dapat memproduksi steam (tetap
aktif) tetapi steam yang dihasilkan dari
secondary superheater tidak dapat masuk
ke HP Turbin untuk memutar sudu-
sudunya. Hal ini dikarenakan saat turbin
trip, main stop valve pada turbin akan
menutup secara otomatis. Pada saat main
stop valve tertutup, HP Bypass valve
akan aktif. Aliran steam dari secondary
superheater akan dikembalikan ke
XXII.Gambar 3.1. Sistem Bypass dengan reheater yang sebelumnya dilakukan
Pressure Reducing Valve dan spray untuk mendapatkan temperatur
Desuperheater yang sesuai pada masukan reheater. Di
XXIII. reheater, steam dipanaskan kembali
XXIV. Ketika start-up untuk selanjutnya dialirkan ke IP Turbin.
pembangkit, tekanan uap naik lebih cepat Namun karena turbin trip, aliran steam
dari pada temperaturnya sehingga main akan dialirkan melalui LP Bypass valve
steam tidak dapat langsung digunakan menuju kondensor untuk proses
untuk memutar high pressure turbine. kondensasi.
Untuk mendeteksi temperatur main XXVII.
steam, temperature transmiter (TT) XXVIII. 3.2 Distributed Control
dipasang sebelum sistem high pressure and Information System (DCIS)
bypass turbin. Apabila temperatur kurang XXIX. DCIS merupakan
dari temperatur operasi turbin maka high pengembangan dari Distributed Control
pressure bypass valve (HPB) akan System (DCS) dengan tambahan sistem
membuka sehingga aliran main steam informasi. DCIS adalah sistem kendali
yang menuju main stop valve (MSV) (S, dan informasi menggunakan jaringan
C) dipotong untuk dialirkan ke reheater komputer yang menghubungkan operator
pada boiler (Cold Reheat) sehingga dengan hardware yang akan
steam mengalami pemanasan kembali. dikendalikan.
Proses ini menyebabkan terjadinya XXX.
sirkulasi main steam dan sirkulasi akan
terus dilakukan oleh sistem high XXXI.
pressure bypass turbin hingga temperatur
dan tekanannya siap untuk memutar
turbin yaitu pada 538 C dan 169
kg/cm2. Ketika kondisi tekanan
dan temperatur main steam telah
memenuhi kriteria operasi turbin, maka
valve high pressure bypass ditutup.
Sehingga main steam akan mengalir
XXXII. Gambar 3.2. INFI-NET
melalui main stop valve dan governor
Loop dan Elemen-elemenya
valve untuk memutar turbin.
XXXIII.
XXV. Pada kondisi
XXXIV. Pada sistem
operasi normal, sistem high pressure
kendali PLTU IP UP Suralaya, digunakan
bypass turbin akan tetap tertutup dan
DCIS Infi 90. Infi 90 ini memiliki
standby. Sistem akan bekerja dengan
beberapa fungsi umum dan khusus, yakni
membuka valve secara otomatis apabila
:
diperlukan, seperti pada saat terjadi unit
1. Berbagi (Sharing) data pada variable
trip, untuk mengalirkan kembali main
kendali antar modul yang berbeda
steam ke boiler.
elemen.

3
2. Memonitor proses konfigurasi system XLII.
kendali pada elemen kendali dan status
elemen-elemen pada system jaringan.
3. Melakukan proses pengendalian pada
konsol computer.
4. Mengkonfigurasi dan memelihara sistem
kendali PCU
XXXV.
XXXVI. Jalur komunikasi (Bus) pada
loop DCIS ini disebut INFI
NET. Pada jaringan ini,
terdapat beberapa elemen
yakni :
1. Engineering Work Station (EWS)
2. Operator Interface Station (OIS) XLIII. 3.3 Diagram Blok Sistem Control
3. Process Control Unit (PCU) Cascade
XLIV.
4. Power Generation Portal ( PGP ) XLV. Dari gambar tersebut
5. Komunikasi data terlihat kedua controller masing-masing
mempunyai elemen pengukur (sensing)
XXXVII. 3.3. Cascade Control sendiri. Akan tetapi hanya satu controller
XXXVIII. Cascade Control yang disebut primary atau master controller
atau kontrol bertingkat mempunyai setpoint yang bebas, dan hanya
merupakan sistem satu controller yang disebut
pengendalian yang dapat sebagai secondary atau slave controller yang
dilakukan oleh sistem DCS berhubungan langsung dengan atau
dimana hal ini diperlukan pada mempunyai output ke process.
suatu loop kontrol yang XLVI. Secondary controller,
membutuhkan satu sistem variable yang dimanipulasi (manipulated
pengontrolan yang bertingkat. variable) serta elemen pengukurnya akan
membentuk satu loop sendiri yang
XXXIX. Sistem kontrol cascade disebut secondary loop atau inner loop.
juga merupakan konfigurasi pengaturan Inner loop ini jika dilihat dari primary
untuk mengendalikan proses berderet yang controller bisa dianggap sebagai satu elemen
saling berhubungan, minimal terdiri dari dua dinamik baru.
proses,yaitu primer dan sekunder. XLVII. Untuk menjamin agar
XL. Pengendalian cascade atau cascade control berfungsi
bertingkat ini sering juga sebagaimana mestinya, maka
disebut dengan pengendalian dinamika inner loop harus
master dan slave dimana lebih cepat dari outer loop,
master bertindak sebagai atau dalam frequency domain
pengontrol pertama sedangkan dikatakan bahwa bandwidth
slave bertindak sebagai inner loop harus lebih besar
pengendali kedua yang (lebar) dari bandwidth outer
mendapat signal input remote loop, sehingga inner controller
dari master loop. Berikut ini akan mengoreksi sendiri loop-
adalah contoh blok diagram nya sebelum ia mengubah
suatu system control bertingkat control variable. Blok diagram
dimana terdapat primary pengontrolan umum untuk
control sebagai pengontrol tekanan dan temperatur pada
utama dan secondary control sistem HP bypass turbine
sebagai pengendali kedua. ditunjukan pada gambar
XLI. berikut:
XLVIII.

4
XLIX. pengontrolan tekanan mengatur
tekanan superheater melalui
P Terukur posisi dari steam valve, dan
pengontrol temperatur
mengatur temperatur
downstream melalui spray
control valve.
LXI. Sistem high pressure
bypass turbine ini memiliki
dua mode operasi yaitu manual
L. Gambar .3.4. Diagram Blok dan autocascade. Operasi
Pengontrolan Umum Untuk dengan mode manual biasanya
Tekanan Pada Sistem HP dilakukan pada saat start-up
Bypass Turbine awal unit untuk menjamin
LI. temperatur dan tekanan main
LII. steam sesuai dengan
temperatur operasi turbin. Pada
mode ini, set point pada
bukaan valve diatur oleh
operator dari control room.
Mode autocascade dilakukan
pada saat unit pembangkit
sedang beroperasi. Secara
LIII. Gambar .3.5. Diagram Blok umum, pada kondisi normal
Pengontrolan Umum Untuk operasi high pressure bypass
Temperatur Pada Sistem HP valve berada dalam keadaan
Bypass Turbine. tertutup. High pressure bypass
LIV. valve membuka (autocascade)
LV. Berikut ini adalah gambar apabila terjadi trip pada turbin
High Pressure bypass valve atau terjadi kenaikan frekuensi
Control Station, High Pressure pada jaringan jala-jala listrik.
bypass spray Control Station, LXII.
dan Boiler Master Station. LXIII.
LVI.
LVII.

LXIV. Gambar 3.7. Boiler Master


Station
LVIII. Gambar 3.6. High Pressure LXV.
bypass valve Control Station LXVI. Apabila terjadi trip pada
dan High Pressure bypass turbin, maka high pressure
spray Control Station. bypass valve akan membuka
LIX. secara otomatis untuk
LX. Sistem high pressure bypass mengalirkan uap kembali ke
turbin secara umum terdiri dari boiler. Sistem high pressure
2 pengontrolan, yaitu bypass turbin untuk kondisi

5
trip ini mengizinkan instrumen LXXI. Ketika proses start-up
boiler tetap bekerja meskipun dimulai pompa A akan aktif,
turbin sedang mengalami sedangkan pompa B akan
trip.Dalam kondisi ini, boiler standby. Kedua pompa akan
juga dilengkapi dengan (SV) bekerja/aktif secara bergantian
Safety Valve. Ketika uap di setiap 21 jam selama kondisi
bypass ke boiler pada saat tekanan normal sebesar 150
turbin trip, maka boiler akan kg/cm2. Jika tekanan minyak
menyesuaikan dengan tekanan hidrolik yang dideteksi kurang
main steam. Namun ketika dari 150 kg/cm2 atau pada
kondisi tekanan melebihi batas, tekanan 130 kg/cm2, low
maka secara otomatis safety pressure switch akan close dan
valve pada boiler akan mengakibatkan kedua pompa
membuka untuk membuang (pompa A dan pompa B) aktif.
steam. Ketika tekanan telah normal
LXVII. Apabila terjadi kenaikan sebesar 150 kg/cm2, low
frekuensi, maka beban akan pressure switch akan kembali
mengalami penurunan, ke kondisi awal (open)
sehingga aliran uap juga harus sehingga hanya salah satu
diturunkan untuk mencegah pompa saja yang aktif
terjadinya overspeed pada sedangkan pompa yang lain
turbin. Sistem bypass dalam kondisi standby. Jika
diperlukan untuk high pressure switch
mengondisikan hal itu. mendeteksi tekanan 180
LXVIII. kg/cm2, kedua pompa akan trip
LXIX. 3.4. Programmable Logic dan non-aktif. Berikut
merupakan gambar Pompa
Control (PLC)
Hidrolik HP Bypass System.
LXX. Valve dari HP Bypass Turbin
LXXII.
dikontrol secara otomatis
melalui sistem Distributed LXXIII.
Control Integrated System
(DCIS). Sinyal kontrol
pembukaan valve dari DCIS
diproses pada Position Control
System (PCS) untuk mengatur
berapa persen pembukaan
solenoid valve yang akan
digunakan untuk mengatur
tekanan hidrolik yang
dibutuhkan oleh HP Bypass
Turbin valve agar bergerak
terbuka (open). Tekanan
minyak hidrolik ini
dikendalikan oleh dua pompa
LXXIV. Gambar 3.8. Pompa Hidrolik
hidrolik (pompa A dan pompa
HP Bypass System
B). Kerja pompa hidrolik ini
LXXV.
dikontrol dengan menggunakan
LXXVI. Di PLTU Suralaya Unit 5-
Programmble Logic Control
7, untuk pengontrolan tersebut
(PLC). PLC mengendalikan
menggunakan PLC jenis Satt
kapan pompa akan aktif dan
Con05 , namun sayangnya
pompa mana saja yang aktif
PLC ini telah terintegrasi dan
sesuai tekanan minyak yang
terproteksi dari pabrik yang
dideteksi oleh dua buah
memproduksi, sehingga tidak
pressure switch (high dan low).
dapat diketahui program yang

6
telah diimplementasikan ke System (DCIS) dengan tipe loop
dalam memori PLC tersebut komunikasi yang di pakai adalah
atau tidak dapat mengubah INFI 90 buatan Bailey Canada
program untuk kerja sistem dengan fungsi umum yang dimiliki
yang berbeda. Berikut ini diantaranya adalah melakukan
adalah gambar PLC yang proses pengendalian pada konsol
digunakan untuk pengontrolan computer serta mengkonfigurasi
pompa hidrolik. dan memelihara sistem kendali
LXXVII. PCU.
LXXVIII. 3. Elemen Jalur komunikasi (Bus)
pada loop DCIS yaitu Engineering
Work Station (EWS), Operator
Interface Station (OIS), Process
Control Unit (PCU) , Power
Generation Portal ( PGP ), dan
Komunikasi data
4. Sistem pengendalian yang dapat
dilakukan oleh sistem DCIS adalah
Cascade Control atau kontrol
bertingkat dimana hal ini
diperlukan pada suatu loop kontrol
yang membutuhkan satu sistem
pengontrolan yang bertingkat untuk
mengendalikan valve dari HP
Bypass Turbin yang dikontrol
LXXIX. Gambar 3.9. PLC yang secara otomatis. Sinyal kontrol
Digunakan untuk Pengontrolan pembukaan valve dari DCIS
Pompa Hidrolik diproses pada Position Control
LXXX. System (PCS) untuk mengatur
LXXXI. berapa persen pembukaan solenoid
LXXXII. KESIMPULAN valve yang akan digunakan untuk
LXXXIII. Dari data data mengatur tekanan hidrolik yang
yang telah diperoleh maka dapat ditarik dibutuhkan oleh HP Bypass Turbin
valve agar bergerak terbuka (open).
beberapa kesimpulan, antara lain : 5. Programmable Logic Control
1. Sistem high pressure bypass turbin (PLC) yang dipakai pada PLTU IP
beroperasi untuk mengalirkan UP suralaya adalah PLC jenis Satt
steam dari superheater yang akan Con05. PLC ini sendiri berfungsi
menuju turbin ketika turbin trip sebagai pengontrol kerja pompa
atau belum bekerja untuk dialirkan hidrolik mengendalikan kapan
kembali ke dalam boiler. Sedangkan pompa akan aktif dan pompa mana
untuk sistem kontrol valve pada HP saja yang aktif. Pada pengontrolan
Turbin Bypass sendiri merupakan pompa hidrolik, saat start-up salah
kontrol loop tertutup yang satu pompa aktif terlebih dahulu.
menggunakan besarnya tekanan Selama kondisi tekanan normal,
steam yang melewati bypass valve 150 kg/cm3 , pompa akan bekerja
sebagai sinyal input dan posisi selama bergantian setiap 21 jam.
valve sebagai umpan balik. Maka Jika salah satu pompa aktif bekerja,
semakin besar tekanan steam yang maka pompa yang lain akan
akan melewati bypass valve , standby, begitu pula sebaliknya.
semakin besar pembukaan bypass Saat low pressure switch
valve. mendeteksi tekanan rendah, 130
2. Pengendalian sistem ini kg/cm3, kedua pompa akan aktif
dikendalikan oleh software bekerja secara bersamaan untuk
Distributed Control Information menaikkan tekanan minyak hidrolik

7
kembali normal. Jika tekanan sudah Iv Cilacap : Semarang.
kembali normal, pompa akan Universitas Diponegoro.
kembali bekerja secara bergantian. XCIII. [7] Apriantoro , Ebtian
Namun Saat high pressure switch Pengendalian Level Air Pada
mendeteksi tekanan tinggi, 180 Boiler Drum Simulator
kg/cm3, kedua pompa menjadi Menggunakan Dcs Yokogawa
nonaktif untuk menurunkan tekanan Centum Vp Di Laboratorium
minyak hidrolik kembali normal. Instrumentasi Pusdiklat Migas
LXXXIV. Cepu : Semarang. Universitas
Diponegoro.
LXXXV. DAFTAR PUSTAKA
XCIV. [8] Ahmaliansyah, Rezki
LXXXVI.
(2013) Amoniak Orifice Flow
LXXXVII. [1] Makmuri H, Alief
Control Pada Reaktor Urea
(2013) Sistem Pengaman
101 Dengan Distributed
Elektris Pada Gas Turbine
Control System (Dcs) Di Pusri
Generator : Semarang.
1b Pt. Pupuk Sriwijaya
Universitas Diponegoro.
Palembang : Semarang.
LXXXVIII. [2] Safitri , Meilia Sistem Universitas Diponegoro.
Kontrol Pada High Pressure
XCV. [9] Zhuang, M dan Atherton,
Turbine Bypass Valve :
D.P., (1994), OptimumCascade
Semarang. Universitas
PID Controller Design For
Diponegoro.
SISO System,IEEE Conference
LXXXIX. [3] Modul Indonesia Publication No.389 21-24
Power .Sistem High Pressure March
Bypass Turbine.Bab 4.
XCVI. [10] Yudono, Muchtar Ali
XC. [4] Soelaiman , Analisa Setyo (2015) Sistem Kontrol
Prestasi Kerja Turbin Uap Recycle Valve Pada Gas
Pada Beban Yang Bervariasi: Compressor Dengan
Jakarta. Universitas Menggunakan Plc Di Ccpp
Muhammadiyah Jakarta. 120 Mw Pt.Krakatau Daya
Listrik : Cilegon. Universitas
XCI. [5] Modul Indonesia Sultan Ageng Tirtayasa.
Power.Distributed Control and
Information System (DCIS). XCVII. [11] Ahusda, Prayunanta
Bab 4. Metode Direct Synthesis pada
Kontrol Cascade untuk
XCII. [6] Permadi , Indra (2009) Pengendalian Temperatur
Control System Pada Furnace Steam di Superheater pada
12f1(Foc I) Pt. Pertamina Ru Power Plant : Surabaya. ITS.

XCVIII.

Anda mungkin juga menyukai