Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat (yang diterjemahkan dari istilah society) adalah sekelompok orang
yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau sebaliknya, dimana kebanyakan
interaksi adalah antara individu-individu yang terdapat dalam kelompok tersebut.
Kata "masyarakat" berakar dari bahasa Arab, musyarakah. Arti yang lebih luasnya,
sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas.
Masyarakat adalah sebuah kelompok atau komunitas yang interdependen atau
individu yang saling bergantung antara yang satu dengan lainnya. Pada umumnya
sebutan masyarakat dipakai untuk mengacu sekelompok individu yang hidup bersama
dalam satu komunitas yang teratur.
Pengertian lain masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara dari
wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok, berbagai golongan dan
pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan individu (manusia).
Keseluruhan yang selalu berubah inilah yang dinamakan dengan masyarakat.
Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosal dan masyarakat selalu
berubah(Maclver,1998).
Stratifikasi sosial adalah pengelompokan anggota masyarakat kedalam lapisan-
lapisan sosial secara bertingkat. Atau definisi stratifikasi sosial yaitu merupakan suatu
pengelompokan anggota masyarakat berdasarkan status yang dimilikinya. Stratifikasi
sosial atau disebut juga dengan pelapisan sosial telah dikenal saat manusia
menjalankan kehidupan. Terbentuknya stratifikasi sosial yaitu dari hasil kebiasaan
manusia seperti berkomunikasi, berhubungan atau bersosialisasi satu sama lain secara
teratur maupun tersusun, baik itu secara individual maupun berkelompok. Tapi
apapun wujudnya dalam kehidupan bersama sangat memerlukan penataan serta
organisasi, dalam rangka penataan pada kehidupan inilah yang pada akhirnya akan
terbentuk sedikit-demi sedikit stratifikasi social.
Stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-
kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di
dalam masyarakat. Setiap lapisan itu disebut dengan strata sosial. Ditambahkan
bahwa stratifikasi sosial merupakan ciri yang tetap pada setiap kelompok sosial yang
teratur. Lapisanlapisan di dalam masyarakat memang tidak jelas batasbatasnya, tetapi
tampak bahwa setiap lapisan akan terdiri atas individu-individu yang mempunyai
tingkatan atau strata sosial yang secara relatif adalah sama( Pitirim A.
Sorokin,2000).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Modul 6
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa akan mampu :
1. Menjelaskan prinsip (dasar) yang melandasi struktur social atau pelapisan
social masyarakat desa Cibodas/ masyarakat desa lain yang mirip dengan
desa Cibodas
2. Menjelaskan perbedaan 2 golongan (kelompok*) utama warga desa Cibodas
dilihat dari aktivitas ekonomi yang dilakukan dan kedudukan sosialnya
dalam masyarakat desa.
3. Menjelaskan pola-pola hubungan apa saja yang dijumpai antara kedua
golongan warga desa tersebut.
4. Menjelaskan pola-pola hubungan antara 2 golongan warga desa Cibodas
dengan pihak luar (atas) desa.

1.2.2 Tujuan Modul 7


1. Menunjukan dan Menjelaskan bahwa subak di Balimemiliki 4 ciri organisasi
social menurut Berelson dan steiner
2. Menggambarkan dan menjelaskan struktur organisasi subak di Bali
3. Menjelaskan fungsi dan kewajiban subak di Bali
4. Menjelaskan mekanisme prngaturan pembagian air dalam organisasi subak
5. Menjelaskan sumber keuangan subak serta bagaimana mekanisme penetapan
dan pengawasa iuran/ keuangan subak di bali
6. Menjelaskan proses dan mekanisme kerja Organisasi subak di bali dijalankan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembahasan Modul 6
2.1.1 Prinsip petani di desa Cibodas
Ada dua prinsip yang saling melengkapi yang membagi masyarakat desa
Cibodas ke dalam dua kelompok sosial yang dasarnya berbeda. Kedua prinsip itu
adalah di satu pihak mengabdi dan di lain pihak memerintah atau memperabdi.
Dalam pengertian pengabdian hal ini merupakan menyerah atau menyerahkan diri
kepada seseorang yang memberikan perintah, memberikan pekerjaan kepada
seseorang, mempunyai orang lain untuk melayaninya dan beberapa keadaan
memberikan perlindungan kepada orang lain. Dalam hal ini mengambil contoh
masyarakat atau keluarga petani yang terdapat di Cibodas sama sekali tidak memiliki
tanah. Tempat kediaman buruh tani pada masyarakat Cibodas yang tidak memiliki
tanah mayoritas bertempat tinggal diatas tanah milik orang lain. Dalam keadaan hal
ini masyarakat Cibodas atau masyarakat buruh tani memberikan jasa yang tidak
diberi imbalan berupa materi (uang) ataupun benda. Dalam hal ini buruh tani
mengabdi sedangkan pemilik tanah sebagai memerintah para buruh tani. Pengabdian
ini dapat terlihat dari masyarakat Yogyakarta khususnya daerah kerajaan, dimana
masyarakat daerah sekitar kerajaan atau kraton tersebut hanya mengabdi kepada
rajanya. Hal ini hampir sama dengan masyarakat Cibodas khususnya masyarakat
buruh tani.

2.1.2 Golongan petani di desa Cibodas

Buruh tani ekonominya memberikan jasa yang tidak diimbali baik dengan
uang maupun dengan benda. Di sini buruh tani itu lagi memperlihatkan dirinya dalam
peranan mengabdi. Kedudukan sosialnya buruh tani cenderung menjadi pelayan
yang bergantung pada orang yang lebih tinggi derajatnya, bukanlah tidak adanyaatau
tidak cukupnya tanah yang dimilikinya, tetapi sikapnya yang menyerahkan diri
kepada orang yang dilayaninya).
Petani bebas ekonominya sebagai pengelola, baik dengan gaya baru maupun
dengan gaya lama. Mereka jarang sekali mengerjakan sendiri pekerjaan kasar,
walaupun mereka memang tahu bagaimana melakukannya. Mereka bertanam tanam-
tanaman yang hasilnya untuk dijual. Kedudukan socialnya tuan tanah besar masih
tetap menduduki lebih kurang posisi tuan terhadap para pelayannya, atau bapak
terhadap anak-anaknya, atau tuan feodal terhadap ulur-ulurnya.

2.1.3 Pola-pola hubungan antara dua golongan dan sub golongan di desa
Cibodas
Buruh tani biasanya dipekerjakan oleh tuan tanah besar dengan digaji sebagai
pekerja harian. Untuk upah banyak buruh tani menanam atas dasar bagi hasil (maro)
di atas tanah tegalan milik tuan tanah besar
Petani tidak tetap dipekerjakan oleh tuan tanah yang lebih besar dengan digaji
sebagai tenaga harian. Dan hubungan kekeluargaan dari petani tidak tetap, tidak
menolong memperkuat kedudukan ekonomi sosialnya sebab hubungan seperti itu
hanya berguna bagi tuan tanah besar yang berkuasa bukan hanya kekayaan yang
mereka miliki, tetapi juga karena tanah yang dimiliki para keluarga terdekat mereka.
Para petani bebas kecil mempunyai kontrak kerjasama dengan tuan tanah
besar. Petani bebas kecil mempunyai buruh tani yang bekerja untuk mereka dengan
diupah, ini berbeda dengan petani tidak tetap karena biasanya para petani sama-sama
bekerja dengan buruh tani.
Antara tuan tanah besar dan buruh tani tidak terdapat hubungan kekeluargaan,
tetapi hubungan seperti itu terdapat antara kedua kelompok petani bebas dan petani
bebas kecil.
Dalam hubungan buruh tani dengan tuan tanah besar masih tetap menduduki
lebih kurang posisi tuan terhadap para pelayannya, atau bapak terhadap anak-
anaknya, atau tuan feudal terhadap ulur-ulurnya. Dalam hubungan tuan pembantu
yang terdapat disana, buruh pertanian terikat kepada tuanya dengan adat istiadat.

2.1.4 pola-pola hubungan antara 2 golongan warga desa Cibodas dengan pihak
luar desa.
Keperluan para tuan tanah besar untuk memperoleh kredit untuk menutupi
kekurangan-kekurangan musiman pada umumnya dipenuhi oleh para pedagang di
lembang dan bandung yang menyediakan pupuk. Pada waktu tuan tanah besar
memperoleh pinjaman terutama dari luar desa, petani bebas kecil selanjutnya
menerima hutang dari tuan tanah besar di dalam desa itu.

2.2 Pembahasan Modul 7


2.2.1 Ciri organisasi sosial menurut Berelson dan Steiner
1. Formalitas, merupakan ciri organisasi sosial yang menunjuk kepada adanya
perumusan tertulis daripada peratutan-peraturan, ketetapan-ketetapan, prosedur,
kebijaksanaan, tujuan, strategi, dan seterusnya. Subak di Bali merupakan organisasi
resmi di bawah pemerintahan Bali. Jadi untuk keperluan Subak di Bali, secara
langsung maupun tidak langsung harus memakai surat tertulis dalam hubungannya
dengan pemerintah.
2. Hierarkhi, merupakan ciri organisasi yang menunjuk pada adanya suatu pola
kekuasaan dan wewenang yang berbentuk piramida, artinya ada orang-orang tertentu
yang memiliki kedudukan dan kekuasaan serta wewenang yang lebih tinggi daripada
anggota biasa pada organisasi tersebut. Dalam Subak di Bali terdapat pemegang
kekuasaan tertinggi yaitu sedahan agung, dibawahnya terdapat sedahan kemudian ada
pekaseh yang dibantu oleh wakil pekaseh dan jajaran lainnya.
3. Besarnya dan Kompleksnya, dalam hal ini pada umumnya organisasi sosial
memiliki banyak anggota sehingga hubungan sosial antar anggota adalah tidak
langsung (impersonal), gejala ini biasanya dikenal dengan gejala birokrasi. Dalam
Subak di Bali memiliki banyak anggota. Itu terlihat di tiap kabupaten di Bali yang
memiliki banyak subak dan juga anggotanya.
4. Lamanya (duration), menunjuk pada diri bahwa eksistensi suatu organisasi lebih
lama daripada keanggotaan orang-orang dalam organisasi itu. Subak di Bali sudah
berdiri sejak lama dimasa Markandea sekitar 600 SM dan Subak masih berjalan
sampai saat ini.

2.2.2 Gambar dan struktur organisasi subak di Bali


Umum kabupaten Kabupaten Buleleng
Sedahan Agung Sedahan Agung Kepala seksi pengairan
persubakan kabupaten/
sedahan
agung
Sedahan (pengelurahan Sedahan Mantra pengairan
untuk Kabupaten persubakan
Karangasem) kecamatan/sedahan
Pekaseh (klian gde Pekaseh dan pembantu Klian subak dan
untuk Kabupaten pembantu
Bangli) dan pembantu
Klian tempek dan Klian subak dan Klian banjaran dan
pembantu pembantu pembantu
Anggota subak Anggota subak Anggota subak

2.2.3 Fungsi dan kewajiban Subak di Bali


Fungsi subak yaitu memelihara bangunan bangunan pengairan disertai
pengamanannya sehingga dapat dihindari kehilangan air pada saluran saluran air,
memelihara bangunan bangunan pengairan disertai pengamanannya sehingga dapat
dihindari kehilangan air pada saluran saluran air, dan adanya sistem kerta masa yaitu
menekan/memutus siklus hidup hama dan penyakit tanaman, sekaligus menghindari
bertanam padi secara tulak sumur yakni tidak serempaknya penanaman.
Kewajiban subak adalah Subak berkewajiban mengatur rumah tangganya
sendiri baik dalam mengusahakan adanya maupun mengatur air dengan tertib dan
efektif untuk persawahan para karma subak didalam wilayahnya, subak memelihara
dan menjaga prasarana-prasarana irigasi dengan sebaik-baiknya yang diperlukan
untuk menjamin kelancaran dan tertibnya irigasi didalam wilayahnya, subak
menyelesaikan segala perselisihan yang timbul dalam rumah tangganya dan apabila
ada pelanggaran dan tindak pidana diselesaikan menurut hukum yang berlaku.

2.2.4 Mekanisme pengaturan pembagian air dalam organisasi Subak


Untuk memperoleh penggunaan air yang optimal dan merata, air yang
berlebihan dapat dibuang melalui saluran drainasi yang tersedia pada setiap
komplek/blok sawah milik petani. Sementara itu, untuk mengatasi masalah
kekurangan air yang tidak terduga, mereka melakukannya dengan cara-cara seperti:
saling pinjam meminjam air irigasi antar anggota subak dalam satu subak, atau antar
subak yang sistemnya terkait melakukan sistem pelampias, yakni kebijakan untuk
memberikan tambahan air untuk lahan sawah yang berada lebih di hilir. Jumlah
tambahan air ditentukan dengan kesepakatan bersama, melakukan sistem
pengurangan porsi air yang harus diberikan pada suatu blok/kompleks sawah milik
petani tertentu, bila sawah tersebut telah mendapatkan tirisan air dari suatu kawasan
tertentu di sekitarnya Jika debit air irigasi sedang kecil, petani anggota subak tidak
dibolehkan ke sawah pada malam hari, pengaturan air diserahkan kepada pengurus
Subak. Dengan demikian distribusi air berjalan secara adil.

2.2.5 Sumber keuangan subak serta mekanisme penetapan dan pengawasan


iuran atau keuangan subak di Bali
Dalam menjalankan kegiatan sehari-hari subak sebagai suatu perkumpulan
memerlukan biaya yang tidak kecil jumlahnya. Mengenai berapa besar keperluan atau
pengeluaran rata rata dari subak di Bali setiap tahunnya tidak diketahui dengan pasti.
Adapun sumber-sumber dari subak adalah:
1. Iuran dari tiap anggota, baik dalam bentuk uang maupun barang.
2. Denda yang dikenakan kepada para anggota yang tidak hadir dalam
rapat, ataupun denda karena pelanggaran terhadap peraturan subak
yang sedang berlaku.
3. Uang pangkal yang ditarik dari anggota baru.
4. Upah panen yang diperoleh jika anggota subak yang bersangkutan
melakukan pemungutan hasil/ panen di lingkungan subaknya sendiri
maupun di lingkungan subak lain dengan menerima upah dalam
bentuk barang.
5. Hasil tanah milik subak.
6. Bunga uang dari anggota subak yang meminjam kepada kas subak; g)
Subsidi atau bantuan dari pemerintah;
7. Sumber-sumber lain, misalnya pengumpulan dana waktu mengadakan
tontonan, sabungan ayam dan lain-lain.

2.2.6 Proses dan mekanisme kerja Organisasi Subak di Bali


Proses dan mekanisme kerja Organisasi Subak di Bali dijalankan Subak
dengan suatu organisasi yang otonom.Dalam melaksanakan tugasnya, subak
mengkoordinasikan setiap gerak anggota guna mencapai sasaran yang tepat, yaitu
pembagian air yang cukup dan adil. Peranan organisasi dan pengurus subak menjadi
sangat penting.Pemegang kekuasaan tertinggi dalam organisasi subak adalah sedahan
agung. Ia pegawai negeri, berkedudukan di kantor bupati dan diangkat oleh bupati.
Dibawah sedahan terdapat pekaseh, ia bukan pegawai negeri. Ia dipilih dari dan oleh
anggota subak dalam suatu rapat anggota. Untuk melaksanakan pembinaan dan
pengawasan terhadap subak-subak di Bali, maka di tiap kabupaten telah dibentuk
Panitia Irigasi. Selain itu juga terdapat anggota subak petani yang menggarap sawah
yang terletak dalam wilayah suatu subak.

DAFTAR PUSTAKA
Maclver.1998. Pengertian Masyarakat Menurut Definisi Para
Ahli(Online). http://www.definisi-
pengertian.com/2015/10/pengertian-masyarakat-definisi-
menurut-ahli.html di akses pada tanggal 30 November 2016.

Pitirim A. Sorokin.2000. pengertian stratifikasi social


menurut para ahli(Online).
http://www.ssbelajar.net/2013/02/pengertian-stratifikasi-
sosial-menurut_2.html di akses pada tanggal 30 November
2016.

Yunita,N. 2015. Kerjasama dan Struktur Masyarakat di Desa


Cibodas(Online). https://prezi.com/qsg6uqvbedj6/kerjasama-
dan-struktur-masyarakat-di-desa-cibodas/ diakses pada
tanggal 30 November 2016.

Vanya,W. 2016. Tugas Praktikum Sosper 7(Online).


http://dokumen.tips/documents/tugas-praktikum-sosper-7.html
Purbawijaya.2012. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil. Analisis Pemberdayaan
Subak terhadap Operasional dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Subak
Kepaon Kecamatan Denpasar Selatan. Denpasar : Universitas Udayana.
Vol. 16, No. 1.
Sutawan, N. 2007. Strategi Pengem-bangan Subak Sebagai Lembaga Iri-
gasi Tradisional Di Bali.

Anda mungkin juga menyukai