Anda di halaman 1dari 31

Pelita Perkebunan 2008, 24 (2), 144Widyotomo,

174 Sri-Mulato, H. Ahmad, dan Siswijanto

Kinerja Pengering Putar Tipe Silinder Horizontal


Untuk Pengeringan Kompos Organik Dari Kulit Buah Kakao

Performance of A Horizontal Cylinder Type Rotary Dryer for Drying Process of


Organic Compost from Solid Waste Cocoa Pod

Sukrisno Widyotomo1), Sri-Mulato1), H. Ahmad2), dan Siswijanto2)

Ringkasan

Kulit buah merupakan komponen terbesar dari buah kakao, yaitu lebih
dari 70% berat buah masak. Setelah bijinya diambil, kulit buah merupakan sumber
potensial sebagai bahan baku pupuk kompos. Salah satu tahapan penting dalam
paket teknologi proses produksi kompos organik dari limbah kulit buah kakao
adalah pengeringan karena kompos dalam bentuk kering akan lebih mudah dalam
proses aplikasi, penyimpanan, dan distribusi. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia telah berhasil melakukan rancangbangun dan pengujian pengering putar
tipe silinder horisontal dengan sumber panas burner berbahan bakar minyak tanah
untuk proses pengering kompos organik dari kulit buah kakao. Tujuan penelitian
ini adalah mengetahui kinerja pengering putar tipe silinder horisontal dengan
sumber panas burner minyak tanah untuk proses pengeringan kompos organik
dari kulit buah kakao. Bahan yang digunakan adalah kompos organik kulit buah
kakao dengan kisaran kadar air 7075% (basis basah); 70% kompos organik
tersebut memiliki ukuran partikel lebih besar dari 4,76 mm, dan 30% berukuran
lebih kecil dari 4,76 mm; densitas kamba 690695 kg/m3. Suhu udara pengeringan
yang digunakan 60OC, 80OC, dan 100OC, dengan kecepatan putar silinder pengering
7 rpm, 10 rpm, dan 16 rpm. Hasil uji kinerja pengering menunjukkan bahwa
pengering tersebut memiliki kapasitas kerja 102150 kg/jam tergantung pada suhu
pengeringan dan kecepatan putar silinder pengering. Pengering akan memberikan
hasil yang optimal pada kondisi kerja suhu pengeringan 100OC dan kecepatan
putar silinder pengering 10 rpm. Pada kondisi operasional tersebut diperoleh
kapasitas kerja pengeringan 136,14 kg/jam. Untuk memperoleh kadar air 20%
diperlukan waktu pengeringan 1,6 jam, nilai densitas kamba dan porositas masing-
masing 410 kg/m3 , dan 45,15%, serta konsumsi bahan bakar dan efisiensi
pengeringan masing-masing 2,57 l/jam, dan 68,34%.

Summary

Cocoa pod husk is the bigest component of cocoa pod, about 70% of total
weight of mature pod, and to potentially used as organic compost source. Poten-
1) Peneliti (Researcher) dan Ahli Peneliti (Senior Researcher); Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. P.B. Sudirman
90, Jember 68118, Indonesia.
2) Dosen (Lecturer); Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember, Jl. Mastrip, Jember, Indonesia

144
Kinerja pengering putar tipe silinder horizontal untuk pengeringan kompos organik dari kulit buah kakao

tial solid waste of cocoa pod husk from a cocoa processing centre is about 15
22 m3/ha/year. A cocoa plantation needs about 2030 ton/ha/year of organic matters.
One of important steps in compos processing technology of cocoa pod solid waste
is drying process. Organic compost with 20% moisture content is more easy in
handling, application, storage and distribution. Indonesian Coffee and Cocoa Re-
search Institute has designed and tested a horizontal cylinder type rotary dryer
for drying process of organic compos from solid waste cocoa pod with kerosene
burner as energy sources. The objective of this research is to study performance
of a horizontal cylinder type rotary dryer using kerosene burner as energy source
for drying process of organic compost from solid waste cocoa pod. The material
used was solid waste cocoa pod with 7075% moisture content (wet basis), 70%
size particle larger than 4.76 mm, and 30% size particle less than 4.76 mm,
690695 kg/m 3 bulk density. Drying process temperatures treatment were 60OC,
80OC, and 100OC, and cylinder rotary speed treatments were 7 rpm, 10 rpm,
dan 16 rpm. The results showed that dryer had capacity about 102150 kg/h de-
pend on drying temperature and cylinder rotary speed. Optimum operation con-
dition at 100OC drying temperature, and 10 rpm cylinder rotary speed with dry-
ing time to reach final moisture content of 20% was 1,6 h, capacity 136,14 kg/
h, bulk density 410 kg/m3, porocity 45,15%, kerosene consumption as energy
source was 2,57 l/h, and drying efficiency 68,34%.

Key words : cocoa, drying, rotary dryer, compost, waste

PENDAHULUAN serta mengurangi penggunaan pupuk buatan


(anorganik). Kecenderungan tersebut
Peningkatan produksi akibat Revolusi memunculkan sistem pertanian yang dikenal
Hijau yang memang menghasilkan pe- dengan sistem pertanian berkelanjutan
ningkatan produksi terutama pangan di dunia dengan masukan luar rendah. Di samping
ketiga ternyata tidak dapat berlangsung lama. berfungsi utama untuk memperbaiki sifat
Dari berbagai penelitian disimpulkan bahwa fisika tanah (sebagai soil conditioner), bahan
tanpa bahan organik, sistem pertanian akan organik juga membantu mengubah unsur
bersifat rapuh (fragile), mudah tergundang hara tanah yang semula tidak tersedia menjadi
hanya dengan perubahan lingkungan yang tersedia, serta mengandung unsur hara yang
kecil (Bergeret, 1987). Abdoellah (2000) diperlukan tanaman meskipun dalam jumlah
melaporkan bahwa dengan kekhawatiran sedikit.
adanya pengaruh buruk terhadap kesehatan
akibat pencemaran pupuk kimia, kini di- Kebutuhan bahan organik bagi kebun
sadari peran yang dimainkan oleh bahan kakao rata-rata adalah 2030 ton/ha/tahun.
organik, dan pekebun berusaha kembali Makin meningkatnya harga pupuk anorganik
meningkatkan penggunaan bahan organik yang begitu tajam pada beberapa tahun

145
Widyotomo, Sri-Mulato, H. Ahmad, dan Siswijanto

terakhir, telah mendorong pengelola tersebut terhadap tanaman akibat nisbah


perkebunan kakao untuk memanfaatkan C/N bahan yang tinggi, di samping untuk
sebanyak mungkin pupuk organik (kompos) mengurangi kerapatan (density) bahan agar
sebagai bahan pengganti atau substitusi memudahkan dalam aplikasi serta
pupuk anorganik (Erwiyono et al., 2002; menghindarkan terjadinya pencemaran
Sri-Mulato et al., 2005). Baon et al. (2005) lingkungan. Laju pengomposan tergantung
melaporkan bahwa rendahnya kandungan pada ukuran partikel, kandungan lengas
bahan organik tanah di perkebunan kopi bahan, pengadukan, aerasi dan volume
dan kakao disebabkan oleh ketidakseimbangan tumpukan (Baon et al., 2005).
antara penambahan dan hilangnya bahan Selama ini, proses produksi kompos
organik dari tanah, utamanya melalui proses masih dilakukan secara manual tanpa
oksidasi biologis dalam tanah. Banyak upaya memperhatikan produktivitas yang tinggi,
telah dilakukan untuk meningkatkan kan- dan kualitas akhir yang baik. Salah satu
dungan bahan organik tanah melalui pem- tahapan penting dalam paket teknologi proses
berian pupuk kandang dan kompos, namun produksi kompos organik dari limbah kulit
masalah yang dihadapi adalah ketidak- buah kakao adalah pengeringan. Selain itu,
cukupan persediaan dan kualitas bahan baku kompos dalam bentuk kering akan mem-
kompos serta transportasi. Sebagai contoh, permudah proses aplikasi, penyimpanan, dan
kadar bahan organik pada sebagian besar mempermudah aspek distribusi. Pusat
tanah pertanaman kakao di Sulawesi Tengah Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia telah
berstatus sangat rendah sampai rendah yang berhasil merekayasa dan menguji coba paket
menjadi kendala pertumbuhan kakao (Maskar teknologi proses dan alat mesin untuk proses
et al., 1999). produksi kompos dari kulit buah kakao.
Komponen utama dari buah kakao Paket tersebut merupakan salah satu rang-
adalah kulit buah, plasenta, dan biji. Kulit kaian dari suatu proses pengelolaan kebun
buah merupakan komponen terbesar dari buah kakao terintegrasi yang mengedepankan
kakao, yaitu lebih dari 70% berat buah konsep zero waste, produktivitas tinggi dan
masak. Persentase biji kakao di dalam buah mutu akhir yang baik (Widyotomo et al.,
hanya sekitar 2729%, sedangkan sisanya 2007). Pengeringan merupakan operasi rumit
adalah plasenta yang merupakan pengikat yang meliputi perpindahan panas dan massa
dari 30 sampai 40 biji (Widyotomo et al., secara transien proses, seperti transformasi
2004b). Setelah bijinya diambil, kulit buah fisik dan kimia yang pada gilirannya dapat
merupakan sumber potensial sebagai bahan menyebabkan perubahan mutu hasil maupun
baku pupuk kompos. Potensi limbah kulit mekanisme perpindahan panas dan massa.
buah kakao dari suatu pabrik pengolahan Pengeringan terjadi melalui penguapan cairan
kakao sebesar 1522 m3/ha/tahun. Pengom- dengan pemberian panas ke bahan umpan
posan limbah biomassa dalam hal ini kulit basah (Devahastin, 2000; Sagara, 1990).
buah kakao harus dilakukan untuk Pengeringan dilakukan sampai pada kadar air
menghindari pengaruh negatif limbah setimbang dengan keadaan udara atmosfir

146
Kinerja pengering putar tipe silinder horizontal untuk pengeringan kompos organik dari kulit buah kakao

normal atau pada kadar di saat penurunan yang beroperasi secara kontinu. Bagian
kualitas yang disebabkan oleh jamur, utama pengering putar, yaitu silinder penge-
aktivitas enzim dan serangga dapat diabaikan ring yang berputar perlahan dimiringkan
(Henderson & Perry, 1976). beberapa derajat dari bidang horizontal
Proses pengeringan berdasarkan jenis untuk mempermudah perpindahan umpan
operasinya diklasifikasikan sebagai tipe batch basah yang dimasukkan pada ujung atas
bila bahan dimasukkan ke dalam alat drum, dan bahan kering keluar melalui ujung
pengering dan pengeringan berlangsung bawah. Udara pengering mengalir secara
selama periode tertentu, dan tipe kontinu aksial melewati drum searah atau berlawanan
bila bahan dimasukkan dan keluar dari dalam arah dengan aliran bahan. Pengering jenis
alat pengering secara kontinyu (Sagara, 1990; ini dapat mengeringkan sejumlah bahan yang
Henderson & Perry, 1976). Pengering tipe memiliki bentuk, ukuran, dan distribusi
batch memiliki sistem yang lebih sederhana, ukuran yang beragam. Beberapa kelemahan
harga relatif lebih murah dan dapat diguna- pengering putar antara lain memerlukan biaya
kan sebagai tempat penyimpanan setelah investasi, dan biaya pemeliharaan yang
pengeringan selesai. Salah satu kelemahan cukup tinggi serta tidak disarankan untuk
pengering tipe batch adalah laju pengeringan bahan yang mudah pecah dan laju produksi
bahan dengan ukuran partikel relatif kecil yang rendah (Devahastin, 2000; Anonim,
lebih lambat jika dibandingkan dengan proses 1990).
pengeringan dengan sistem kontinu. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Syahputra (2006) melaporkan bahwa lebih Indonesia telah berhasil merekayasa
dari 70% kompos organik kulit buah kakao pengering putar tipe silinder horisontal
basah dengan kadar air 7075% memiliki dengan sumber panas burner berbahan bakar
ukuran partikel lebih besar dari 4,76 mm. minyak tanah untuk proses pengering
Lebih lanjut Nurhadiantoro (2006) kompos organik. Pengering dibuat dengan
melaporkan bahwa untuk mengeringkan prinsip teknologi tepat guna, dan me-
kompos kulit buah kakao dari kadar air awal maksimalkan penggunaan komponen lokal
75% menjadi 20% dengan menggunakan yang sesuai dengan sumber daya lokal
pengering mekanis tipe batch membutuhkan sehingga akan mudah dan murah dalam
waktu 27 jam dengan suhu pengeringan 55 penggunaan dan perawatannya. Tujuan
60OC. penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja
Pengering tipe kontinu, sebagai contoh pengering putar tipe silinder horizontal
ADS (American Drying System) atau MA- dengan sumber panas burner minyak tanah
SON, memiliki sistem yang lebih rumit, untuk proses pengeringan kompos organik
harga dan biaya operasional relatif mahal dari kulit buah kakao. Analisis teknis pengo-
serta membutuhkan tempat yang relatif luas perasian pengering akan dikaji dalam
untuk setiap satuan kapasitasnya (Henderson penelitian ini untuk menentukan kondisi
& Perry, 1976). Pengering putar merupakan operasional optimal yang nantinya dapat
salah satu jenis pengering kontak langsung dijadikan pedoman baku pengguna pengering
pada skala aplikasi di lapangan.

147
Widyotomo, Sri-Mulato, H. Ahmad, dan Siswijanto

BAHAN DAN METODE Deskripsi Pengering Putar Tipe


Silinder Horisontal
Tempat dan Waktu Penelitian Kompos kulit buah kakao diumpankan
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium ke dalam mesin pengering melalui corong
Teknologi Pengolahan Hasil dan Rekayasa pengumpan (hopper) dengan laju pe-
Alat dan Mesin Pengolahan Kopi dan Kakao, ngumpanan 220225 kg/jam. Proses
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia pada penurunan kadar air terjadi selama kompos
bulan Juni 2007 sampai dengan Oktober berada di dalam silinder putar. Udara panas
2007. yang dibutuhkan untuk menguapkan air dari
dalam bahan diperoleh dari burner berbahan
bakar minyak tanah yang diletakkan di dalam
Bahan dan Alat tungku. Proses pengeringan menggunakan
sistem berlawanan arah (counter current)
Bahan yang digunakan dalam penelitian
antara arah bahan masuk dengan aliran udara
ini adalah kompos organik kulit buah kakao
pengeringan. Udara lingkungan masuk
dengan kisaran kadar air berkisar 7075%
melalui tungku dan ke dalam silinder
(basis basah); 70% kompos organik tersebut
pengering karena adanya hisapan sebuah
memiliki ukuran partikel lebih besar dari
kipas sentrifugal. Jumlah putaran per menit
4,76 mm, dan 30% berukuran lebih kecil
silinder pengering dapat diatur sedemikian
dari 4,76 mm; densitas kamba antara
agar diperoleh kapasitas kerja dengan laju
690-695 kg/m 3, dan telah terpisah dari
pengeringan kompos yang optimal.
benda-benda logam dan asing lainnya.
Sebelum dikeringkan, kompos organik yang Mesin pengering putar tipe silinder
berasal dari bahan dasar kulit buah kakao horizontal dengan sumber panas burner
jenis lindak tersebut diperkecil ukurannya berbahan bakar minyak tanah memiliki
dengan cara pencacahan kemudian di- 4 bagian penting, yaitu tungku dengan
lanjutkan dengan proses pengomposan sumber panas kompor bertekanan (burner)
selama 6 minggu (Syahputra, 2006). berbahan bakar minyak tanah, silinder
pengering, kipas penghisap, sistem transmisi,
Peralatan dan mesin yang digunakan
dan rangka. Tungku sebagai ruang penghasil
adalah sebuah pengering putar tipe silinder
panas untuk proses pengeringan dibuat dari
horizontal dengan sumber panas burner
bahan plat baja tebal 6 mm dengan ukuran
berbahan bakar minyak tanah, alat pencatu
dimensi panjang, lebar dan tinggi masing-
data suhu berupa komputer dan data acqui-
masing 600 mm, 425 mm, dan 450 mm.
sition FLUKE, alat ukur kecepatan putar
Dua buah kompor minyak bertekanan
(tachometer) TECPEL 1501, oven, seri
(burner) berbahan bakar minyak tanah tipe
ayakan jenis RETSCH/ASTM, timbangan
kupu-kupu diletakkan di dalam tungku dan
analitik, dan beberapa alat bantu lainnya.
berfungsi sebagai pembangkit panas. Burner

148
Kinerja pengering putar tipe silinder horizontal untuk pengeringan kompos organik dari kulit buah kakao

memiliki ukuran diameter dan tinggi masing- pengaduk bahan yang dikeringkan selama
masing 150 mm dan 250 mm. Tekanan berada di dalam silinder pengering agar
udara di dalam tangki yang berfungsi proses penguapan air berlangsung cepat dan
sebagai unit penampung bahan bakar minyak diperoleh tingkat keragaman kadar air yang
tanah dijaga pada tekanan tetap 0,2 M.Pa rendah. Untuk menekan panas yang hilang
agar panas yang dihasilkan untuk proses selama proses pengeringan, silinder
pengeringan relative terjaga konstan. pengering diselimuti oleh penutup (housing)
Silinder pengering dibuat dari bahan yang berfungsi sebagai isolator panas dan
plat aluminium tebal 4 mm dan memiliki terdiri dari lapisan lembaran baja 1 mm,
ukuran dimensi panjang dan diameter masing- lapisan glasswool, dan lembaran aluminium
masing 5200 mm, dan 500 mm. Per- 2 mm.
bandingan panjang terhadap diameter silinder Aliran udara panas untuk proses
pengering putar yang umum digunakan pada pengeringan berawal dari tungku yang ber-
skala industri berkisar antara 4 sampai 10 fungsi untuk meningkatkan suhu udara
(Devahastin, 2000). Sepasang unit pembalik lingkungan, kemudian masuk ke dalam
(lifter) tipe strip dari bahan baja profil siku silinder pengering melalui partikel-partikel
ukuran 4 x 4 dipasang di sepanjang silinder bahan yang dikeringkan, dan terakhir dihisap
pengering. Unit pembalik berfungsi sebagai keluar dari sistem pengeringan oleh sebuah

40 cm b
5 cm
a 35 cm
35 cm

30 cm
c h

24 cm 420 cm

162 cm

e f

20 cm 10 cm
520 cm

Arah
A rahaliran
aliran udara
udara(Air flow)
Arah
A rah aliran bahan
bahan (Material flow)

Keterangan (Notes) :
a. Corong pengumpan (hopper) e. Penggerak (power unit)
b. Kipas penghisap (suction fan) f. Tungku (burner)
c. Sirip pembalik (lifter) g. Saluran pemanas (heating duct)
d. Silinder putar (rotary cylinder) h. Indikator suhu (thermometer)

Gambar 1. Sketsa mesin pengering putar tipe silinder horizontal.


Figure 1. Design of a cylinder horizontal type rotary dryer.

149
Widyotomo, Sri-Mulato, H. Ahmad, dan Siswijanto

kipas sentrifugal. Sebuah kipas sentrifugal Pelaksanaan Penelitian


dipasang pada posisi sebagaimana ditampil-
kan pada Gambar 1, dan memiliki laju aliran Pelaksanaan penelitian uji kinerja mesin
udara rata-rata 20 m 3/menit, tekanan 1,1 pengering putar tipe silinder horizontal untuk
k.Pa, berdaya 1 kW, tegangan 380 V. pengeringan kompos organik dari kulit buah
kakao ditampilkan pada Gambar 2.
Silinder pengering diputar oleh sebuah
motor listrik berdaya 3 HP, 1440 rpm, 220/
380 V, 3 fase dengan tipe Y100L1-4. Penerusan Perlakuan
daya dari poros tenaga penggerak ke silinder
Pada penelitian ini dilakukan dua macam
pengering menggunakan kombinasi transmisi
variasi perlakuan, yaitu perlakuan suhu
roda gigi-rantai dan puli-sabuk karet V.
pengeringan, dan perlakuan putaran silinder
Putaran poros tenaga penggerak sebelum
pengering. Perlakuan suhu pengeringan yang
diteruskan ke silinder pengering diturunkan
digunakan terdiri dari tiga tingkatan, yaitu
sampai batas putaran 716 rpm dengan
60OC, 80OC, dan 100OC. Sedangkan per-
menggunakan sebuah unit gigi reduksi (gear
lakuan putaran silinder pengering terdiri dari
box). Rangka unit pengering berfungsi untuk
tiga tingkatan, yaitu 7 rpm, 10 rpm, dan
menopang seluruh komponen pengering dan
16 rpm. Ulangan untuk masing-masing
dibuat dari besi baja profil persegi 4 x 6.
perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali. Sebagai
Rangka memiliki ukuran dimensi panjang,
kontrol dilakukan pengeringan kompos
lebar dan tinggi masing-masing 5850 mm,
organik dari kulit buah kakao dengan cara
1200 mm, dan 1800 mm.

Kadar air [moisture content]


Kompos organik 70-75%
[organic composs] Densitas kamba [bulk density]
690-695 kg/m3

Penjemuran-kontrol Pengering putar


[sun drying-as control] [rotary dryer]

Analisis laju pengeringan Putaran silinder Analisis Suhu pengeringan


[drying rate analysis] [cylinder speeds] [analysis] [drying temperatures]
7 rpm, 10 rpm, 16 rpm 60oC, 80oC, 100oC

Konsumsi bahan bakar Kapasitas kerja Efisiensi pengeringan


[fuel consumption] [work capacity] [drying efficiency]

Densitas kamba Laju pengeringan Porositas


[bulk density] [drying rate] [porocity]

Gambar 2. Urutan percobaan pengeringan dan parameter yang diukur.


Figure 2. Drying test procedure and the experimental parameters measured.

150
Kinerja pengering putar tipe silinder horizontal untuk pengeringan kompos organik dari kulit buah kakao

penjemuran (sun drying) sampai diperoleh 2. Kadar air bahan


kadar air akhir 20% (b.b), dan dilakukan
ulangan proses pengeringan sebanyak 3 kali. Untuk menghitung penurunan kadar air
bahan dilakukan dengan metode gravimetri
terhadap contoh bahan yang keluar melalui
Pengukuran corong keluaran setiap satuan waktu tertentu.
Kadar air bahan dihitung dengan meng-
Parameter yang diukur meliputi waktu gunakan persamaan berikut (Brooker et al.,
operasional, berat bahan yang diumpankan, 1974) :
berat bahan yang dihasilkan dari setiap
perlakuan, suhu dalam sistem pengeringan, ...........2
konsumsi bahan bakar, putaran silinder
Keterangan (Notes) :
pengering, dan pengukuran beberapa sifat M = kadar air bahan, % (moisture content, %)
fisik kompos pascapengeringan. Data suhu Wt = bobot contoh bahan pada saat t, g (sample weight
at t, .g)
diperoleh dengan menggunakan alat pencatu Wd= bobot contoh kering, g (sample dry weight, g)
data suhu berupa komputer dan data acqui-
sition FLUKE dengan pencatatan setiap 3. Laju pengeringan
5 menit. Penurunan berat dan perubahan
densitas kamba maupun porositas bahan Laju pengeringan (dM/dt) ditentukan
dianalisis berdasarkan contoh bahan yang dengan persamaan sebagai berikut :
diambil setiap siklus pengeringan.
M M i M f
...............3
t t
Analisis Teknis
Keterangan (Notes) :
dM/dt = laju pengeringan, %/jam (drying rate, %/h)
Kinerja pengeringan kompos organik Mi = kadar air awal, % (initial moisture content, %)
dari kulit buah kakao dengan pengering Mf = kadar air akhir, % (final moisture content, %)
putar tipe silinder horizontal meliputi t = waktu pengeringan, jam (drying period, h)

beberapa aspek teknis sebagai berikut :


4. Suhu
Karakteristik perubahan suhu bahan,
1. Kapasitas kerja mesin
dan suhu udara di sekitar tungku selama
Kapasitas kerja pengering putar tipe proses pengeringan diukur dan dicatat dengan
silinder horizontal (K m) dihitung dengan menggunakan komputer dan data acquisi-
persamaan sebagai berikut : tion FLUKE setiap interval 5 menit. Titik-
titik pengukuran suhu adalah suhu udara
kompos basah, kg lingkungan, suhu bahan, dan suhu udara di
Km , kg/jam = weight of wet organic compos, kg ...1
waktu, jam (time, h) sekitar tungku sebagai sumber panas.

151
Widyotomo, Sri-Mulato, H. Ahmad, dan Siswijanto

5. Konsumsi bahan bakar Keterangan (Notes) :


h = efisiensi pengeringan, % (drying efficiency, %)
mk = bobot bahan, kg (material weight, kg)
Konsumsi bahan bakar diukur secara C p b = panas jenis bahan, kJ/kg.OC (specific heat of material,
volumetrik dengan menghitung volume kJ/kg.OC)
T k = suhu bahan, OC (material temperature,OC)
bahan bakar (minyak tanah) yang digunakan T l = suhu lingkungan, OC (ambient temperature, OC)
untuk menguapkan sejumlah air dalam satu m w = bobot air, kg (water weight, kg)
hfg = panas laten penguapan air, kJ/kg (latent heat of water
kilogram kompos organik selama proses evaporation, kJ/kg)
pengeringan (l/kg). Nk = nilai panas bahan bakar, kJ/kg (calorie value of fuel,
kJ/kg)
B b = konsumsi bahan bakar, kg (fuel consumption, kg)

6. Densitas kamba
Densitas kamba (Dk) kompos organik Analisis Regresi
dihitung dengan menggunakan persamaan Analisis hubungan antara beberapa
sebagai berikut : parameter penelitian bertujuan untuk mem-
.....4
perkirakan atau menaksir nilai suatu variabel
sesudah mengetahui nilai-nilai variabel yang
lain. Metode penaksiran yang digunakan
Sebagai pembanding (kontrol) diguna- adalah kuadrat terkecil atau least squares
kan densitas kamba biji kopi beras yang akan karena relatif sederhana dan telah banyak
digunakan sebagai bahan uji. digunakan pada bidang ilmu alam dan
eksakta. Koefisien korelasi (r) merupakan
ukuran nilai baik tidaknya suatu garis regresi
7. Porositas
yang terbentuk atas hubungan antara dua
Porositas bahan (PO) kompos dapat di- parameter penelitian. Koefisien korelasi (r)
hitung dengan persamaan sebagai berikut : merupakan akar pangkat dua dari koefisien
determinasi. Semakin dekat nilai r pada nilai
-1 atau 1, data contoh yang diterangkan
....5 dengan persamaan garis regresi yang
terbentuk semakin baik (Pasaribu, 1975).
Keterangan (Notes) :
P o = porositas bahan, % (material porocity, %)
Vf = volume air, l (water volume, l)
Vt = volume bahan, l (material volume, l) HASIL DAN PEMBAHASAN

8. Efisiensi pengeringan Pengeringan bahan dengan metode


penjemuran merupakan salah satu cara
Efisiensi pengeringan dapat dihitung pengeringan sederhana dan murah dalam hal
dengan persamaan sebagai berikut : biaya operasional karena energi yang diguna-
kan merupakan radiasi matahari langsung
....6
yang banyak tersedia bebas di alam. Sri
Mulato et al. (1998) & Sri Mulato et al.
(1997) melaporkan bahwa radiasi matahari

152
Kinerja pengering putar tipe silinder horizontal untuk pengeringan kompos organik dari kulit buah kakao

di daerah perkebunan kopi dan kakao berkisar tersedia mengakibatkan proses pengeringan
pada 3-5 kW-jam/m2, sebaliknya pada cuaca berlangsung lambat yang dapat memicu
berawan tingkat radiasi pada 2,5 - 3,25 kW- pertumbuhan mikro organisme yang dapat
jam/m2 yang merupakan potensi sebagai menurunkan mutu produk yang dikeringkan
sumber energi untuk proses pengeringan. (Syarief & Halid, 1991). Kurva penurunan
Pada pagi hari sekitar pukul 06.00 intensitas kadar air dan karakteristik laju pengeringan
radiasi matahari masih relatif rendah (0,1 kompos organik dari kulit buah kakao hasil
kW/m2). Setelah pukul 08.00, intensitas penelitian ditampilkan pada Gambar 3 dan
radiasi matahari meningkat (> 0,40 kW/ 4. Waktu yang diperlukan untuk menurun-
m2), dan peningkatan suhu udara mencapai kan kadar air kompos dari 7075% menjadi
nilai maksimum umumnya terjadi pada 20% dengan metode penjemuran adalah
tengah hari antara pukul 10.00 sampai 14.00 selama 18 jam. Waktu pengeringan efektif
saat intensitas matahari di atas 0,8 kW/m2. antara 5 sampai 6 jam per hari atau metode
Salah satu kelemahan pengeringan pengeringan terputus (uncontinous)
dengan metode penjemuran adalah ketergan- menyebabkan terjadinya penyerapan uap air
tungannya terhadap fluktuasi kondisi cuaca. oleh bahan pada saat menunggu proses
Pada kondisi cuaca berawan atau hujan, pengeringan berikutnya. Kuantitas atau
rendahnya energi radiasi matahari yang jumlah air yang diserap kompos organik per

70

60
Kadar air (Mousture content), %

50

40

30

20

10

0
0 5 10 15 20

Waktu (Time) Jam (hour)

Gambar 3. Penurunan kadar air kompos kulit buah kakao dengan metode penjemuran.
Figure 3. Moisture content decreasing curve of organic compost by sun drying method.

153
Widyotomo, Sri-Mulato, H. Ahmad, dan Siswijanto

satuan waktu (persen berat kering per jam) panas pembakaran minyak tanah yang
lebih detil ditampilkan pada kurva dibangkitkan oleh burner mampu meng-
karakteristik laju pengeringan Gambar 4. hasilkan udara pengering dengan suhu yang
Walaupun kompos bukan merupakan produk terkendali. Suhu campuran udara lingkungan
pangan, namun proses pengeringan lambat, dan gas hasil pembakaran dari burner dapat
dan penyerapan kadar air karena metode diatur dengan mudah dari katup pengatur
pengeringan terputus dapat mengakibatkan bahan bakar yang masuk ke dalam burner.
peningkatan biaya pengeringan secara Udara lingkungan sebelum masuk ke dalam
keseluruhan. Nurhadiantoro (2006) melapor- tungku mempunyai suhu awal 30OC dan
kan bahwa pengeringan kompos organik dari setelah katup dibuka, maka udara lingkungan
kulit buah kakao dengan metode penjemuran yang masuk ke dalam tungku dan tercampur
pada nilai rata-rata intensitas radiasi matahari dengan gas hasil pembakaran suhunya dapat
292,49 W/m2 diperlukan waktu 27 jam meningkat menjadi 60100OC. Lebih lanjut
untuk menurunkan kadar air dari 78% Widyotomo & Sri-Mulato (2002) melapor-
menjadi 20%. kan bahwa kompor bertekanan tipe spiral
Distribusi suhu udara lingkungan dan berbahan bakar minyak tanah untuk proses
suhu udara pengering yaitu setelah dicampur pengeringan biji kakao dalam pengering tipe
dengan gas panas hasil pembakaran disajikan palung mampu meningkatkan suhu udara
pada Gambar 5, 6, dan 7. Terlihat bahwa lingkungan dari 2430OC menjadi 3455OC
untuk udara pengeringan.
16

14

12
Kadar air (Mousture content), %

10

0
0 5 10 15 20
Waktu (Time) Jam (hour)

Gambar 4. Karakteristik laju pengeringan kompos kulit buah kakao dengan cara penjemuran.
Figure 4. Drying rate characteristic of organic compost by sun drying method.

154
Kinerja pengering putar tipe silinder horizontal untuk pengeringan kompos organik dari kulit buah kakao

Laju aliran udara lingkungan masuk ke Secara teknis, pengering yang diuji
dalam silinder pengering dapat juga diatur mampu mengeringkan kompos organik
dengan mengatur jumlah putaran mesin dengan hasil pengeringan yang baik. Gambar
penggerak kipas. Makin cepat putaran 8, 9, dan 10 menunjukkan kurva pengeringan
mesin, makin tinggi putaran kipas dan makin kompos organik yang dinyatakan dalam
banyak udara lingkungan yang masuk ke persentase penurunan kadar air sebagai
dalam silinder pengering. Dengan demikian, fungsi waktu pengeringan. Bentuk kurva
suhu udara pengering secara bertahap dapat pengeringan ini sangat dipengaruhi oleh
diatur sesuai dengan tingkat suhu yang faktor internal di antaranya kadar air awal
dikehendaki. Pada percobaan ini, pemanasan dan jumlah kompos yang dikeringkan,
kompos organik di dalam silinder pengering dan faktor eksternal di antaranya suhu,
dilakukan secara bertahap dimulai dari suhu kelembaban dan kecepatan aliran udara
rendah sehingga suhu lapisan kompos pengering. Jika faktor eksternal tidak dijaga
organik juga meningkat secara perlahan. Hal konstan, maka laju penurunan kadar air
ini dilakukan untuk menghindari fenomena bahan dengan suhu pengeringan yang rendah
pengerasan lapisan luar (case hardening) akan lebih lambat dibandingkan dengan laju
yang biasanya terjadi pada bahan yang di- penurunan kadar air bahan dengan suhu
keringkan secara mendadak pada suhu pengeringan tinggi.
pengeringan tinggi.

60OC
120

100

80
Suhu (Temperature), OC

60

40

20

0
00 0.5
0.5 11 1.5
1.5 22 2.5
2.5

Waktu
Waktu (Time)
[time Jam
], jam (hour)
[hour ]

Lingkungan (ambient)
Lingkungan [ambient] Tungku [furnace]
Tungku (furnace) Bahan
Bahan[material]
(material)

Gambar 5. Distribusi suhu di ruang pengering (60OC) sebagai fungsi waktu pengeringan.
Figure 5. Temperature distribution in drying chamber (60OC) as drying time function.

155
Widyotomo, Sri-Mulato, H. Ahmad, dan Siswijanto

80OCC
80
120

100

Suhu (Temperature), OC 80

60

40

20

0
00 0.5
0.5 11 1.5
1.5 22

Waktu
Waktu (Time)
[time Jam[hour
], jam (hour)]

Lingkungan [ambient]
Lingkungan (ambient) Tungku [furnace]
Tungku (furnace) Bahan [material]
Bahan (material)

Gambar 6. Distribusi suhu di ruang pengering (80OC) sebagai fungsi waktu pengeringan.
Figure 6. Temperature distribution in drying chamber (80OC) as drying time function.

100OC
160

140

120
Suhu (Temperature), OC

100

80

60

40

20

0
0 0.2
0.2 0.4
0.4 0.6
0.6 0.8
0.8 1 1.2
1.2 1.4
1.4 1.6
Waktu (Time) Jam (Hour)
Waktu [time ], jam [hour ]

Lingkungan [ambient]
Lingkungan (ambient) Tungku (furnace)
Tungku [furnace] Bahan [material]
Bahan (material)

Gambar 7. Distribusi suhu di ruang pengering (100O C) sebagai fungsi waktu pengeringan.
Figure 7. Temperature distribution in drying chamber (100OC) as drying time function.

156
Kinerja pengering putar tipe silinder horizontal untuk pengeringan kompos organik dari kulit buah kakao

Suhu merupakan tolok ukur kandungan efektivitas penyerapan bahan terhadap panas
energi panas, kelembaban menunjukkan udara pengeringan untuk menguapkan
kemampuan udara untuk menyerap uap air, sejumlah air menjadi rendah. Namun
sedangkan aliran udara yang cukup akan demikian, penggunaan suhu tinggi dengan
mampu membawa uap air keluar ruang putaran silinder pengering yang rendah akan
pengering dengan lebih cepat (Bravo & dapat menyebabkan timbulnya fenomena
Mc.Graw, 1974; Mc.Donald & Freire, pengerasan lapisan luar.
1982). Selain itu, waktu tinggal bahan di Indikasi bahwa pengering yang diuji
dalam silinder pengering juga merupakan dapat dioperasikan secara terkendali dilihat
salah satu faktor yang berpengaruh pada laju dari konsistensi laju pengeringannya
pengeringan bahan. Bahan diangkat ke (Gambar 11, 12 dan 13). Analisis penggal
bagian atas silinder putar oleh pembalik garis kurva pengeringan dari masing-masing
(lifters) dan mencurahkannya seperti air perlakuan menunjukkan bahwa penguapan
terjun (Devahastin, 2000). Hasil penelitian air dari kompos berlangsung dalam tiga
menunjukkan bahwa pada perlakuan suhu tahap.
yang sama, putaran silinder pengering 7 rpm
memberikan laju pengeringan yang lebih Pada tahap awal proses pengeringan,
tinggi jika dibandingkan dengan laju laju penguapan air berlangsung cepat,
pengeringan pada putaran silinder pengering penurunan kadar air dari 7075% menjadi
10 rpm maupun 16 rpm. Hal tersebut 4550% membutuhkan waktu antara 11,25
disebabkan dengan semakin cepat putaran jam. Pada tahap ini, air yang menguap dari
silinder pengering, maka waktu tinggal dalam bahan didominasi oleh air kapiler yaitu
bahan di dalam ruang pengering akan air yang terikat dalam rongga-rongga
semakin singkat yang berakibat pada jaringan kapiler yang halus. Syarief & Halid

7 rpm
80

70
Kadar air (Moisture content),%

60
50

40

30

20

10
0
00 0.5
0.5 11 1.5
1.5 22 2.5
2.5 33
Waktu [(Time)
Waktu Jam [(Hour)
time ], jam hour ]
O
100O
C
100oC 80 C
80oC 60O
C
60oC

Gambar 8. Penurunan kadar air bahan pada putaran silinder 7 rpm.


Figure 8. Moisture content decreasing at 7 rpm cylinder rotation speed.

157
Widyotomo, Sri-Mulato, H. Ahmad, dan Siswijanto

10 rpm
80

70

Kadar air (Moisture content),%


60

50

40

30

20

10

0
00 0.5
0.5 11 1.5
1.5 22 2.5
2.5 33

Waktu
Waktu (Time)
[time Jam (Hour)
], jam [hour ]

100OC
100oC 80oC
80OC 60oC
60OC

Gambar 9. Penurunan kadar air bahan pada putaran silinder 10 rpm.


Figure 9. Moisture content decreasing at 10 rpm cylinder rotation speed.

16 rpm
80

70
Kadar air (Moisture content),%

60

50

40

30

20

10

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Waktu[time],
Waktu (Time) Jam
jam(Hour)
[hour]

100oC
100OC 80oC
80OC 60oC
60OC

Gambar 10. Penurunan kadar air bahan pada putaran silinder 16 rpm.
Figure 10. Moisture content decreasing at 16 rpm cylinder rotation speed.

158
Kinerja pengering putar tipe silinder horizontal untuk pengeringan kompos organik dari kulit buah kakao

(1991) melaporkan bahwa air kapiler Pada tahap akhir proses pengeringan,
memiliki tekanan uap yang sedikit lebih penurunan kadar air kompos relatif sangat
rendah dibandingkan dengan tekanan uap lambat karena permukaan bahan telah kering
bebas, suatu petunjuk bahwa faktor kecepatan dan air yang tersisa berada di dalam jaringan
aliran udara lebih berpengaruh terhadap bahan. Kurva pengeringan cenderung
pengeringan daripada faktor cuaca. mendatar secara asimtotis mendekati kadar
Kecepatan aliran udara yang tinggi diperlukan air 20%. Sisa air terlarut terikat kuat di
untuk membawa uap air ke luar ruang dalam jaringan bahan. Molekul air harus
pengering agar tidak terjadi kejenuhan udara berdifusi secara perlahan untuk mencapai
lembab. Sebaliknya laju pengeringan di permukaan bahan agar mudah diuapkan. (Sri
lantai jemur dengan sumber panas radiasi -Mulato et al., 1996). Pada tahap ini, laju
matahari cenderung lambat karena hanya difusi merupakan faktor yang menentukan
mengandalkan aliran udara alamiah (angin) laju pengeringan. Akhir pengeringan dicapai
(Ong Kheng Hoi, 1977; Hardwood et al., setelah proses pengeringan berlangsung
1983). Hasil percobaan menunjukkan bahwa selama 1,52,5 jam tergantung suhu dan
dengan metode penjemuran, untuk me- kecepatan putar silinder pengering. Di lain
nguapkan air dalam jumlah yang sama pihak, untuk mencapai kadar air yang sama
diperlukan waktu 68 jam. pada proses pengeringan dengan metode
Pada tahap kedua proses pengeringan, penjemuran diperlukan waktu efektif lebih
laju penguapan air sebesar 1520%, yaitu dari 18 jam.
dari 4550% menjadi 30% membutuhkan Nilai koefisien korelasi tertinggi di-
waktu yang relatif sama dengan tahap awal peroleh pada suhu pengeringan 100OC,
proses pengeringan. Pada tahap ini, udara diikuti dengan 60OC, dan terendah 80OC.
panas yang dihasilkan oleh burner berbahan Hal ini menunjukkan bahwa hubungan suhu
bakar minyak tanah sangat berpengaruh pengeringan 100OC terhadap kapasitas kerja
terhadap laju penguapan air yang terkandung mesin ternyata lebih baik jika dibandingkan
di dalam bahan. Hasil percobaan menunjuk- suhu pengeringan 60OC, dan 80OC. Namun
kan bahwa dengan metode penjemuran, demikian, kapasitas kerja mesin yang tinggi
untuk menguapkan air dalam jumlah yang belum menjamin diperolehnya kondisi
sama diperlukan waktu 56 jam. Pada tahap operasional mesin yang terbaik karena
ini, air yang menguap dari dalam bahan kapasitas kerja yang tinggi tidak ber-
didominasi oleh air terlarut yaitu air yang korelasi positif terhadap efektivitas mesin
terdapat dalam bahan padat dan seakan-akan (Widyotomo et al., 2005b).
larut dalam bahan tersebut. Apabila air Densitas merupakan salah satu sifat
terlarut akan diuapkan dari suatu bahan, dasar setiap bahan biologis yang selain sangat
maka air tersebut harus berdifusi dari bagian tergantung pada karakteristik ukuran bahan
dalam melalui bahan-bahan padat (Sri - juga berhubungan dengan porositas bahan
Mulato et al., 1997; Syarief & Halid, tersebut (Wirakartakusumah et al., 1988).
1991).

159
Widyotomo, Sri-Mulato, H. Ahmad, dan Siswijanto

160

140

120

dM/dt (% bk/jam),%
100

80

60

40

20

0
00 0.5
0.5 11 1.5
1.5 22 2.5
2.5 33

Waktu [time
Waktu ], jam
(Time) [hour ]
Jam (Hour)

7 rpm
rpm 10 rpm
10 rpm 16
16 rpm
rpm

Gambar 11. Karakteristik laju pengeringan kompos pada suhu udara pengering 60OC.
Figure 11. Drying rate characteristic of organic compost at 60OC drying temperature.

160

140

120
dM/dt (% bk/jam),%

100

80

60

40

20

0
00 0.5
0.5 11 1.5
1.5 2 2.5 3
Waktu (Time)
Waktu Jamjam
[Time], (Hour)
[hour]

77rpm
rpm 10 rpm
10 rpm 16
16 rpm
rpm

Gambar 12. Karakteristik laju pengeringan kompos pada suhu udara pengering 80OC.
Figure 12. Drying rate characteristic of organic compost at 80OC drying temperature.

160
Kinerja pengering putar tipe silinder horizontal untuk pengeringan kompos organik dari kulit buah kakao

160

140

dM/dt (% bk/jam),% 120

100

80

60

40

20

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Waktu (Time) Jam (Hour)
Waktu [time ], jam [hour ]

77 rpm
rpm 10 rpm
10 rpm 16 rpm
16 rpm

Gambar 13. Karakteristik laju pengeringan kompos pada suhu udara pengering 100OC.
Figure 13. Drying rate characteristic of organic compost at 100O C drying temperature.

Kompos organik dari kulit buah kakao kering seiring dengan lamanya waktu pengeringan.
merupakan salah satu produk perkebunan Densitas kamba sebesar 690 kg/m 3 turun
yang memiliki sifat higroskopis, yaitu mudah menjadi 380 kg/m 3 setelah dikeringkan
menyerap uap air dalam kondisi lembab, dan secara mekanis dengan pengering tipe bak
melepas uap air dalam kondisi suhu tinggi. selama 27 jam sampai kadar air 17%.
Sebelum proses pengeringan bahan uji berupa Tabel 2, 3, dan 4 menunjukkan per-
kompos organik segar memiliki nilai densitas samaan regresi polinomial dan koefisien
kamba antara 690-695 kg/m3. Lebih lanjut korelasi (R) dari hubungan antara waktu
Syarief & Irawati (1988) melaporkan bahwa pengeringan terhadap densitas kamba bahan
besar kecilnya densitas kamba suatu bahan yang dihasilkan. Persamaan regresi tersebut
pertanian dipengaruhi oleh kadar air, ukuran sangat berguna karena dapat digunakan untuk
partikel dan kekasaran permukaannya. memperkirakan densitas kamba yang
Densitas kamba kompos organik dari dihasilkan jika silinder pengering berputar
kulit buah kakao sebelum dan pasca- pada kecepatan di antara 7 sampai 16 rpm
pengeringan dengan beberapa perlakuan suhu dan pada suhu pengeringan antara 60 sampai
dan putaran silinder pengering ditampilkan 100OC.
pada Gambar 15, 16, dan 17. Pada suhu Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengeringan yang sama maka nilai densitas pada perlakuan putaran silinder pengering
kamba bahan uji akan semakin rendah 7 rpm, porositas kompos organik meningkat

161
Widyotomo, Sri-Mulato, H. Ahmad, dan Siswijanto

180

160

Kapasitas kerja (work capacity),


140

120

kg/jam (kg/hour)
100

80

60

40

20

0
5 7 9 11
11 13
13 15
15 17
Waktu[rotation
Kecepatan putar (Time) Jam (Hour)
speed ], rpm

O
60oC
60OC 80oC
80 C 100OC
100oC

Gambar 14. Kapasitas kerja mesin pengeringan dari beberapa perlakuan.


Figure 14. Work capacity of rotary dryer from several treatments.

Tabel 1. Persamaan regresi linier kapasitas pengeringan dari beberapa perlakuan suhu
Table 1. Linier regression equations of drying capacity from several temperature treatments

Suhu, OC Persamaangaris linier regresi Koefisien korelasi, R


Temperature, OC Linier regression equations Coef. of corelation, R

60 Y = 5.0614X + 65.654 0.9987


80 Y = 5.04X + 70.4 0.9923
100 Y = 6.0181X + 74.348 0.9993

Keterangan (Note) : X adalah putaran silinder pengering (rpm), dan Y adalah kapasitas pengeringan (kg/jam) (X is rotation
speed (rpm), and Y is drying capacity kg/hour).

masing-masing 15,25% pada suhu pe- 9,32% pada suhu pengeringan 60OC setelah
ngeringan 100OC; 13,72% pada suhu pe- proses pengeringan berlangsung selama 1,5
ngeringan 80OC; dan 9,27% pada suhu pe- jam. Sedangkan pada perlakuan putaran
ngeringan 60OC setelah proses pengeringan silinder pengering 16 rpm, porositas
berlangsung selama 1,5 jam. Pada perlakuan kompos organik meningkat masing-masing
putaran silinder pengering 10 rpm, porositas 9,12% pada suhu pengeringan 100 O C;
kompos organik meningkat masing-masing 7,92% pada suhu pengeringan 80OC; dan
10,99% pada suhu pengeringan 100OC; 7,11% pada suhu pengeringan 60OC setelah
10,29% pada suhu pengeringan 80OC; dan proses pengeringan berlangsung selama 1,5

162
Kinerja pengering putar tipe silinder horizontal untuk pengeringan kompos organik dari kulit buah kakao

77rpm
rpm
700

600
Densitas kamba (bulk density), kg/m3

500

400

300

200

100

0
5 7 9 11 13 15 17
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Waktu (Time) Jam (Hour)
Waktu [time ], jam [hour ]

100oC
100OC 80oC
80OC 60oC
60OC

Gambar 15. Penurunan densitas kamba bahan pada putaran silinder 7 rpm.
Figure 15. Bulk density decreasing of organic compost at 7 rpm cylinder rotation speed.

Tabel 2. Persamaan garis polinomial densitas kamba bahan dari beberapa perlakuan suhu (7 rpm)
Table 2. Polynomial equations of materials bulk density from several temperature treatment (7 rpm)
Suhu, OC Persamaangaris polinomial Koefisien korelasi, R
Temperature, OC Polynomial equations Coef. corelation,

60 Y = -37.622X2 8.9605X + 629.56 0.9994


2
80 Y = -25.254X 65.29X + 614.93 0.9973
100 Y = -26.172X2 105.47X + 606.23 0.9996

Keterangan (Note): X waktu pengeringan, jam dan Y adalah densitas kamba, kg/m3 (X is drying time, hour and Y is bulk
density, kg/m3).

jam. Hal tersebut menunjukkan bahwa samaan regresi polinomial dan koefisien
dengan semakin lama waktu tinggal bahan korelasi (R) dari hubungan antara waktu
di dalam ruang pengering maka laju pengeringan terhadap densitas kamba bahan
penguapan air akan semakin cepat dan yang dihasilkan. Persamaan regresi tersebut
rongga yang terbentuk di dalam pori-pori sangat berguna karena dapat digunakan untuk
bahan akan semakin besar. memperkirakan densitas kamba yang
Tabel 3, 4 dan 5 menunjukkan per- dihasilkan jika silinder pengering berputar
pada kecepatan di antara 7 sampai 16 rpm

163
Widyotomo, Sri-Mulato, H. Ahmad, dan Siswijanto

10 rpm
700

600

Densitas kamba (bulk density), kg/m3


500

400

300

200

100

0
00 0.5
0.5 11 1.5
1.5 22 2.5
2.5
Waktu
Waktu (Time)
[time], jamJam (Hour)
[hour]

100oC
100OC 80oC
80OC 60oC
60OC

Gambar 16. Penurunan densitas kamba bahan pada putaran silinder 10 rpm.
Figure 16. Bulk density decreasing of organic compost at 10 rpm cylinder rotation speed.

Tabel 3. Persamaan garis polinomial densitas kamba bahan dari beberapa perlakuan suhu (10 rpm)
Table 3. Polynomial equations of materials bulk density from several temperature treatment (10 rpm)
Suhu, OC Persamaangaris polinomial Koefisien korelasi, R
Temperature, OC Polynomial equations Coef. corelation,
60 Y = -23.002X2 45.071X + 630.26 0.9991
2
80 Y = -51.969X 21.548X + 619.56 0.9997
100 Y = -64.851X2 70.955X + 632.73 0.9994
3
Keterangan (Note) : X waktu pengeringan, jam dan Y adalah densitas kamba, kg/m (X is drying time, hour, and Y is bulk
density, kg/m3).

dan pada suhu pengeringan antara 60 sampai ringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
100OC. dengan semakin cepat putaran silinder
Konsumsi bahan bakar untuk proses pengering, maka efektivitas penguapan air
pengeringan kompos dengan perlakuan dari bahan akan semakin rendah. Sedangkan
kecepatan putar silinder pengering dan suhu dengan semakin tinggi suhu pengeringan,
pengeringan ditampilkan pada Gambar 21. maka energi yang dibutuhkan untuk me-
Konsumsi bahan bakar minyak akan semakin ningkatkan suhu udara lingkungan akan
tinggi dengan semakin cepat putaran silinder semakin besar sehingga diperlukan aliran
pengering, dan semakin tinggi suhu penge- bahan bakar ke burner yang lebih tinggi.

164
Kinerja pengering putar tipe silinder horizontal untuk pengeringan kompos organik dari kulit buah kakao

16rpm
16 rpm
700

Densitas kamba (bulk density), kg/m3


600

500

400

300

200

100

0
00 0.5
0.5 11 1.5
1.5 22 2.5
2.5 3.0
3

Waktu Waktu
[time ],(Time) Jam (Hour)
jam [hour ]

100oC
100OC 80oC
80OC 60oC
60OC

Gambar 17. Penurunan densitas kamba bahan pada putaran silinder 16 rpm.
Figure 17. Bulk density decreasing of organic compost at 16 rpm cylinder rotation speed.

Tabel 4. Persamaan garis polinomial densitas kamba bahan dari beberapa perlakuan suhu (16 rpm)
Table 4. Polynomial equations of materials bulk density from several temperature treatment (16 rpm)

Suhu, OC Persamaangaris polinomial Koefisien korelasi, R


Temperature, OC Polynomial equations Coef. corelation,

60 Y = -28.277X2 21.389X + 605.63 0.9985


80 Y = -28.87X2 40.300X + 608.94 0.9951
100 Y = -23.575X2 98.155X + 613.42 0.9979

Keterangan (Note): X waktu pengeringan, jam dan Y adalah densitas kamba, kg/m3 (X is drying time, hour and Y is bulk
density, kg/m3).

Sebagai sumber energi untuk meng- Hasil analisis nilai kalori pembakaran
hasilkan udara pengeringan adalah minyak minyak adalah 8900 kJ/kg. Nilai ini me-
tanah di dalam kompor bertekanan (burner). rupakan hasil panas reaksi secara kumulatif
Minyak tanah merupakan senyawa hidro- dari pembakaran senyawa karbon (C),
karbon yang jika direaksikan dengan oksigen hidrogen (H) dan sulfur (S) yang terkan-
dari udara akan mengeluarkan sejumlah panas dung di dalam minyak tanah. Mekanisme
karena reaksinya bersifat eksotermis berikut: pembakaran minyak tanah dengan oksigen
Minyak tanah umumnya mengandung dilakukan pada sebuah burner. Minyak tanah
senyawa sulfur (S) yang pada proses pem- dimasukkan ke dalam bejana tekan yang
bakaran akan bereaksi dengan oksigen sesuai dibuat dari baja dan kemudian dipompa
persamaan berikut: sampai diperoleh tekanan di dalam bejana

165
Widyotomo, Sri-Mulato, H. Ahmad, dan Siswijanto

7 rpm
7 rpm
47

46

45

Porositas (porocity), %
44

43

42

41

40

39
00 0.5
0.5 11 1.5
1.5 22 2.5
2.5
Waktu
Waktu (Time)
[time Jam[hour
], jam (Hour)
]

100oC
100OC 80oC
80OC 60oC
60OC

Gambar 18. Peningkatan porositas bahan pada putaran silinder 7 rpm.


Figure 18. Porocity increasing of organic compos at 7 rpm cylinder rotation speed.

Tabel 5. Persamaan garis polinomial porositas bahan dari beberapa perlakuan suhu (7 rpm)
Table 5. Polynomial equations of materials porocity from several temperature treatment (7 rpm)
Suhu, OC Persamaangaris polinomial Koefisien korelasi, R
Temperature, OC Polynomial equations Coef. corelation, R

60 Y = -1.5068X2 + 6.1697X + 40.305 0.9966


2
80 Y = -0.951X + 4.9704X + 40.097 0.9986
100 Y = -0.8551X2 + 3.6865X + 39.644 0.9978

Keterangan (Note): X waktu pengeringan (jam), dan Y adalah porositas, % (X is drying time (hour), and Y is porocity, %).

mencapai 0,2 M.Pa. Bejana tekan dilengkapi diatur dan disesuaikan dengan tingkat
dengan penyalur minyak yang dibuat dari pembakaran serta suhu pengeringan yang
pipa tembaga. Keluaran minyak bertekanan diinginkan.
dari bejana menuju burner dilewatkan sebuah
katup putar sehingga debit minyak dapat
........9

........7

Laju aliran minyak yang kecil me-


........8 nyebabkan tekanan pada lubang semprot
(nozle) burner juga mengecil. Proses

166
Kinerja pengering putar tipe silinder horizontal untuk pengeringan kompos organik dari kulit buah kakao

10 10
rpm
rpm
46

45
Porositas (porocity), %

44

43

42

41

40
00 0.5
0.5 11 1.5
1.5 22
Waktu], (Time)
Waktu [time Jam (Hour)
jam [hour ]

100oC
100OC 80oC
80OC 60oC
60OC

Gambar 19. Peningkatan porositas bahan pada putaran silinder 10 rpm.


Figure 19. Porocity increasing of organic compos at 10 rpm cylinder rotation speed.

Tabel 6. Persamaan garis polinomial porositas bahan dari beberapa perlakuan suhu (10 rpm)
Table 6. Polynomial equations of materials porocity from several temperature treatments (10 rpm)
Suhu, OC Persamaangaris polinomial Koefisien korelasi, R
Temperature, OC Polynomial equations Coef. corelation, R

60 Y = -1.2156X2 + 4.9002X + 40.759 0.9978


80 Y = -1.2821X2 + 4.7621X + 40.517 0.9975
2
100 Y = -1.0159X + 4.1082X + 40.397 0.9983

Keterangan (Note) : X waktu pengeringan, jam dan Y adalah porositas, % (X is drying time, hour and Y is porocity, %).

atomisasi minyak bakar kurang berjalan kemerahan dan pembentukan jelaga berwarna
secara optimal. Reaksi pembakaran butiran hitam karena pembentukan gas karbon-
minyak dengan oksigen yang seharusnya monoksida (CO) dalam jumlah yang banyak.
mengikuti persamaan 7 dan 8 sebagaimana Jelaga tersebut dapat menyebabkan konta-
tersebut di atas menjadi terganggu dan minasi bau dan warna pada permukaan gabah
sebagai gantinya adalah persamaan reaksi 10 hasil pengeringan. Sebaliknya, jika reaksi
dan 11. pembakaran mengikuti persamaan 7 dan 8,
Salah satu indikasi dari terjadinya reaksi warna api menjadi sedikit kuning-kebiruan
10 dan 11 adalah warna api menjadi kuning- dan asap berwarna putih.

167
Widyotomo, Sri-Mulato, H. Ahmad, dan Siswijanto

16 rpm
16 rpm
46.5
46
45.5

Porositas (porocity), %
45
44.5
44
43.5
43
42.5
42
41.5
00 0.5
0.5 11 1.5
1.5 22
Waktu (Time)
Waktu [time ], Jam
jam [hour
(Hour)]

100oC
100OC 80OC
80oC 60oC
60OC

Gambar 20. Peningkatan porositas bahan pada putaran silinder 16 rpm.


Figure 20. Porocity increasing of organic compost at 16 rpm cylinder rotation speed.

Tabel 7. Persamaan garis polinomial porositas bahan dari beberapa perlakuan suhu, 16 rpm
Table 7. Polynomial equations of materials porocity from several temperature treatment, 16 rpm
Suhu, OC Persamaangaris polinomial Koefisien korelasi, R
Temperature, OC Polynomial equations Coef. corelation, R

60 Y = -0.5545X2 + 3.2453X + 42.089 0.9994


80 Y = -0.7669X2 + 3.2668X + 41.822 0.9998
100 Y = -0.6976X2 + 2.9178X + 41.978 0.9969

Keterangan (Note) : X waktu pengeringan, jam dan Y adalah porositas, % (X is drying time, hour and Y is porocity, %).

.......10 dari pembakaran minyak tanah dari 2 buah


burner tipe kupu-kupu, sedangkan energi
mekanik dihasilkan dari sebuah motor listrik
.......11 berdaya 3 HP, 1440 rpm, 220/380 V, 3 fase.
Pada percobaan ini tercatat bahwa laju
pembakaran minyak tanah oleh dua burner
Efisiensi pemanfaatan energi
mampu menghasilkan energi panas sebesar
Sumber energi yang mendukung operasi 112183 MJ, sedangkan energi thermal
alat pengering terdiri atas dua jenis, yaitu yang dibutuhan untuk pemanasan sekitar
per-tama adalah energi thermal untuk 99108 MJ. Widyotomo et al. (2005a)
pemanasan udara pengering, dan kedua melaporkan bahwa burner tipe kupu-kupu
adalah energi mekanik untuk menggerakkan sebagai sumber panas untuk udara
kipas sentrifugal. Energi thermal diperoleh pengeringan mempunyai keluaran panas

168
Kinerja pengering putar tipe silinder horizontal untuk pengeringan kompos organik dari kulit buah kakao

2.7

Konsumsi bahan bakar (fruel consumption), l/j (l/h) 2.6

2.5

2.4

2.3

2.2

2.1

2
77 rpm
rpm 10 rpm
10 rpm 16 rpm
16 rpm

Putaran speed ],rpm


[rotationspeed),
Putaran (Rotation rpm

60oC
60OC 80oC
80OC 100oC
100OC

Gambar 21. Konsumsi bahan bakar pengeringan kompos kulit buah kakao.
Figure 21. Kerosene consumption for organic compost drying process.

Tabel 8. Persamaan regresi linier konsumsi bahan bakar dari beberapa perlakuan
Table 8. Linier regression equations of machine fuel consumption from several treatments
Suhu, OC Persamaangaris polinomial Koefisien korelasi, R
Temperature, OC Polynomial equations Coef. corelation, R

60 Y = 0.0042X + 2.0923 0.9700


80 Y = 0.0083X + 2.3067 0.9713
100 Y = 0.0054X + 2.5152 0.9541

Keterangan (Note) : X adalah putaran silinder pengering, rpm dan Y adalah konsumsi bahan bakar, l/j (X is rotation speed,
rpm and Y is machine fuel consumption, l/h).

minimal 53,887 MJ/jam. Efisiensi thermal Efisiensi thermal pengeringan kompos


untuk pemanasan udara pengering merupa- organik dari kulit buah kakao pada suhu
kan perbandingan antara energi thermal pengeringan antara 60 sampai 100 O C
yang dapat diserap oleh udara pengering pada dengan putaran silinder pengering 7 sampai
laju aliran udara tertentu dengan energi yang 16 rpm berkisar pada 58,5388,57%.
diperoleh dari pembakaran minyak tanah dari Devahastin (2000) melapor-kan bahwa
dua buah burner. Dari perbandingan efisiensi termal pengering putar berkisar
keduanya diperoleh nilai efisiensi thermal pada 3060%.
sebagaimana ditampilkan pada Gambar 22.

169
Widyotomo, Sri-Mulato, H. Ahmad, dan Siswijanto

100

90

80

70

Efisiensi (efficiency),%
60

50

40

30

20

10

0
00 55 10
10 15
15 20
20

Putaran silinder
Putaran pengering
silinder pengering (Cylinderrotation
[cylinder rotationspeed ], rpm
speed), rpm

60oC
60OC 80oC
80OC 100oC
100OC

Gambar 22. Efisiensi thermal pengering pada beberapa perlakuan.


Figure 22. Thermal efficiency from several treatments.

Tabel 9. Persamaan regresi linier efisiensi thermal pengeringan dari beberapa perlakuan
Table 9. Linier regression equations of thermal efficiency from several treatments

Suhu, OC Persamaangaris polinomial Koefisien korelasi, R


Temperature, OC Polynomial equations Coef. corelation, R

60 Y = -0.525X + 67.185 0.9350


80 Y = -1.0185X + 84.791 0.9989
100 Y = -1.1515X + 97.194 0.9904

Keterangan : X adalah putaran silinder pengering, rpm dan Y adalah efisiensi thermal pengeringan, % (X is rotation speed,
rpm and Y is thermal efficiency, %).

Efisiensi pengeringan dihitung dengan pengeringan kompos organik dari kulit buah
menggunakan persamaan 6, perbandingan kakao pada suhu pengeringan antara 60
antara energi thermal yang dipergunakan sampai 100 OC dengan putaran silinder
untuk penguapan air dari dalam kompos pengering 7 sampai 16 rpm berkisar pada
dengan total energi thermal yang diserap oleh 40,6968,34%. Hasil tersebut sesuai
udara pengering. Hasil perhitungan efisiensi Nurhadiantoro (2006) yang melaporkan
pengeringan dengan variasi putaran silinder bahwa efisiensi termal pengering tipe bak
pengering dan suhu udara pengeringan untuk proses pengeringan kompos organik
disajikan pada Gambar 23. Efisiensi dari kulit buah kakao sebesar 54,61%.

170
Kinerja pengering putar tipe silinder horizontal untuk pengeringan kompos organik dari kulit buah kakao

Hal tersebut menunjukkan bahwa Gambar 23 menunjukkan bahwa efisiensi


mekanisme pengeringan dan panas yang di- thermal tertinggi, yaitu 88,57% diperoleh
hasilkan tungku mampu diserap dengan baik pada proses pengeringan dengan suhu udara
oleh bahan selama proses pengeringan. pengering 100 OC dan kecepatan putar
Namun demikian, hasil penelitian me- silinder pengering 10 rpm, sedangkan
nunjukkan bahwa pemberian panas tinggi efisiensi thermal terrendah, yaitu 59,13%
tidak menjamin mekanisme pengeringan diperoleh pada proses pengeringan dengan
yang ada akan menyebabkan bahan dapat suhu udara pengering 100OC dan kecepatan
menyerap panas pengeringan maksimal. putar silinder pengering 16 rpm. Kecepatan

80

70

60
Efisiensi (Efficiency), %

50

40

30

20

10

0
0 5 10 15 20
Putaran
Putaran silinder pengering
silinder pengering (Cylinder
[cylinderrotation speed),
rotation speedrpm
], rpm

O
60oC
60 C 80oC
80O
C 100OC
100oC

Gambar 23. Efisiensi pengeringanan dari beberapa perlakuan.


Figure 23. Drying efficiency from several treatments.

Tabel 10. Persamaan regresi linier efisiensi pengeringan dari beberapa perlakuan
Table 10. Linier regression equations of drying efficiency from several treatments
Suhu, OC Persamaangaris linier regresi Koefisien korelasi, R
Temperature, OC Linier regression equations Coef. corelation, R
60 Y = -0.4800X + 48.209 0.9794
80 Y = -0.6192X + 56.478 0.9279
100 Y = -1.3172X + 75.920 0.9412
Keterangan (Note) : X adalah putaran silinder pengering, rpm dan Y adalah efisiensi pengeringan, % (X is rotation speed,
rpm and Y is drying efficiency,%).

171
Widyotomo, Sri-Mulato, H. Ahmad, dan Siswijanto

putar silinder pengering yang terlalu cepat kecepatan putar silinder pengering. Pengering
mengakibatkan waktu tinggal bahan yang akan memberikan hasil yang optimal pada
dikeringkan di dalam ruang pengering kondisi kerja suhu pengeringan 100OC dan
menjadi singkat sehingga proses perindahan kecepatan putar silinder pengering 10 rpm.
panas berlangsung kurang efektif. Pada kondisi operasional tersebut diperoleh
Gambar 23 menampilkan bahwa kapasitas kerja pengeringan 136,14 kg/jam,
efisiensi pengeringan berkisar pada 40,69 dan untuk memperoleh kadar air 20% di-
sampai dengan 68,34% tergantung pada perlukan waktu pengeringan 1,6 jam, nilai
perlakuan kecepatan putar silinder pengering densitas kamba dan porositas masing-masing
serta suhu udara pengeringan. Sivetz (1963) 410 kg/m3, dan 45,15%, serta konsumsi
melaporkan bahwa efisiensi pengeringan bahan bakar dan efisiensi pengeringan
buatan (artificial dryer) berkisar pada 40- masing-masing 2,57 l/jam dan 68,34%.
60%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dengan semakin tinggi kecepatan putar UCAPAN TERIMA KASIH
silinder pengering akan diperoleh nilai
efisiensi pengeringan yang semakin rendah. Penulis mengucapakan terima kasih
Hal yang berbeda dengan kondisi penge- kepada Sdr. Dwi Kintoko Ari Utomo,
ringan gabah dengan menggunakan mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian,
pengering tipe bak, yaitu makin tinggi berat Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
bahan maka nilai efisiensi pengeringan akan Jember atas segala bantuan yang telah di-
semakin tinggi. Efisiensi pengeringan untuk berikan sampai dengan selesainya kegiatan
pengeringan gabah dengan menggunakan penelitian ini.
pengering tipe bak berkisar pada 1548%
tergantung pada berat gabah yang dikering- DAFTAR PUSTAKA
kan. Sedangkan efisiensi pengeringan biji
kakao dengan menggunakan pengering tipe Abdoellah, S. (2000). Substitusi pupuk anorganik
bak pada beban pengeringan 75% dari dengan pupuk organik pada tanaman
kopi. Pelita Perkebunan, 16, 142150.
kapasitas muat maksimum sebesar 34%
(Widyotomo et al., 2005a; Widyotomo Anonim (1990). Keteknikan Pertanian Tingkat
et al., 2002). lanjut. JICA-DGHE/IPB Project/
ADAET : JTA-9a (132). Fakultas
Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.
KESIMPULAN Baon, J. B.; R. Sukasih & Nurkolis (2005). Laju
dekomposisi dan kualitas kompos
Hasil uji kinerja pengering putar tipe limbah padat kopi : Pengaruh aktivator
silinder horizontal untuk proses pengeringan dan bahan baku kompos. Pelita
kompos organik kulit buah kakao menunjuk- Perkebunan, 21, 3142.
kan bahwa pengering tersebut memiliki Bergeret, A. (1987). Sistem produksi menurut
kapasitas kerja antara 102150 kg/jam pendekatan ekologis. p.4484. In: J.
tergantung pada suhu pengeringan dan Metzner & N Daldjoeni (Eds.).

172
Kinerja pengering putar tipe silinder horizontal untuk pengeringan kompos organik dari kulit buah kakao

Ekofarming, Bertani Selaras Alam. Hoi, O. Kheng (1977). Cocoa beans process-
Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. ing-a review. The Planter, 53, 509530.
Bravo, A. & D.R.Mc.Graw (1974). Fundamen- Pasaribu, A. (1975). Pengantar Statistik. Ghalia
tal artificial drying characteristics of Indonesia. Jakarta.
cocoa beans. Trop. Agric.(Trin.), 51, Sagara, Y. (1990). Pengeringan Bahan Olahan
395406. dan Hasil Pertanian. Keteknikan Per-
Brooker, D.B.; F.W. Bakker-Arkema & C.W. tanian Tingkat Lanjut. JICA-DGHE/
Hall (1974). Drying Cereal Grains. IPB Project/ADAET. IPB, Bogor.
The AVI Publishing Company Inc., Sivetz, J.C. (1963). Coffee Processing Tech-
Westport, Connecticut. nology. The AVI Publishing Co.,
Devahastin, S. (2000). Mujumdars Practical Westport, Connecticut.
Guide to Industrial Drying. Exergex Sri-Mulato; O. Atmawinata & Yusianto (1996).
Corp. brossard, Quebec, Canada. Perancangan dan pengujian tungku
Erwiyono, R.; U. Kaspani; N. Sulistyaningsih; pembakaran kulit kopi system fluidisasi.
G. Sukarno & J. B. Baon (2002). Pelita Perkebunan, 12, 108118.
Dampak jangka panjang pemupukan
Sri-Mulato; O. Atmawinata; Yusianto; Handaka
NaCl sebagai pengganti KCl pada
& W. Muehlbauer (1997). Kinerja
kakao terhadap sifat fisik tanah dan
model unit sentralisasi pengolahan
perakaran. Pelita Perkebunan, 18, 22
kakao rakyat skala kelompok tani.
30.
Pelita Perkebunan, 13, 100114.
Hardwood, C.; M.F. Henderson & J.H.Haldane
Sri-Mulato; O. Atmawinata; Yusianto; S.
(1983). A survey of cocoa dryers in East
Widyotomo & Handaka (1998). Kinerja
New Britain. The Planter, 59, 363368.
kolektor tenaga matahari pelat datar
Henderson, S.M. & R.L. Perry (1976). Agricul- dan tungku kayu mekanis sebagai
tural Process Engineering. 3rd Eds. The sumber panas unit pengering kopi
AVI Pub. Comp, Inc. Wesport, Con- rakyat skala besar. Pelita Perkebunan,
necticut. 14, 108123.
Maskar; Syafruddin & S. Abdoellah (1999). Sri-Mulato; S. Widyotomo, & E. Suharyanto
Status hara tanah perkebunan kakao (2005). Pengolahan Produk Primer dan
rakyat di Sulawesi Tengah. Pelita Sekunder Kakao. Pusat Penelitian Kopi
Perkebunan, 15, 2232. dan Kakao Indonesia.
Mc.Donald, C.R & E.S.Freire (1982). Investiga- Syahputra, H. (2006). Uji Kinerja Mesin
tion of the characteristics of a tradi- Penyerpih Kulit Kakao (Theobroma ca-
tional natural convection cocoa dryer. cao L.) Dalam Proses Pengolahan
Trop. Agric.(Trin.), 59, 2432. Pupuk Organik. Skripsi. Jurusan
Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi
Nurhadiantoro (2006). Analisis Efisiensi
Pertanian. Universitas Jember.
Berbagai Tipe Pengeringan Pada Proses
Pengolahan Kulit Kakao Menjadi Pupuk Syarief, R. & A. Irawati (1988). Pengetahuan
Organik (kompos). Skripsi. Jurusan Bahan Untuk Industri Pertanian.
Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Pertanian. Universitas Jember.

173
Widyotomo, Sri-Mulato, H. Ahmad, dan Siswijanto

Syarief, R. & H. Halid (1991). Teknologi Widyotomo, S; Sri-Mulato & E. Suharyanto


Penyimpanan Pangan. Penerbit Arcan, (2005a). Rancangan dan uji kinerja alat
Jakarta. pengering tipe bak mobile berbahan
bakar minyak untuk pengeringan
Widyotomo, S. & Sri-Mulato (2000). Kinerja
gabah. Jurnal Teknik Pertanian.
pengering tipe VIS dengan aliran udara
Universitas Jember, 2.
paksaan untuk pengeringan biji kopi
Robusta. Pelita Perkebunan, 16, 52 Widyotomo, S; Sri-Mulato & Edi Suharyanto
64. (2005b). Kinerja mesin pemecah biji
Widyotomo, S. & Sri-Mulato (2002). Kinerja dan pemisah kulit kakao pascasangrai.
pengering kakao tipe palung dengan Pelita Perkebunan, 21, 184199.
sumber panas kompor bertekanan ber- Widyotomo, S.; Sri-Mulato & Edi Suharyanto
bahan bakar minyak tanah. Pelita (2007). Rekayasa teknologi proses dan
Perkebunan, 18, 4655. alsin untuk produksi kompos organik
Widyotomo, S.; Sri Mulato & Edy Suharyanto dari kulit buah kakao. Prosiding Temu
(2004a). Mesin penyerpih limbah Karya Teknologi Bioenergi Pedesaan
biomassa kebun kopi dan kakao sebagai dan Pemanfaatan Limbah Pertanian.
penyedia bahan baku kompos. Warta Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Pemasaran Hasil Pertanian. Depar-
temen Pertanian.
Indonesia, 20, 132137.
Wirakartakusumah, M.A.; S. Hardjo & P.
Widyotomo, S.; Sri-Mulato & Edy Suharyanto
Haryadi (1988). Rekayasa Proses
(2004b). Pemecahan buah dan pemi-
Pangan. Program Pascasarjana, Institut
sahan biji kakao secara mekanis. Warta
Pertanian Bogor.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia, 20, 132137.
********

174

Anda mungkin juga menyukai

  • Makalah Hujan Asam
    Makalah Hujan Asam
    Dokumen15 halaman
    Makalah Hujan Asam
    Mannuela Anugrahing Marwindi
    Belum ada peringkat
  • 1709 3582 1 PB
    1709 3582 1 PB
    Dokumen8 halaman
    1709 3582 1 PB
    Mannuela Anugrahing Marwindi
    Belum ada peringkat
  • Psikotes 1
    Psikotes 1
    Dokumen51 halaman
    Psikotes 1
    ghinaputriaulia
    83% (65)
  • Halaman Depan
    Halaman Depan
    Dokumen16 halaman
    Halaman Depan
    Mannuela Anugrahing Marwindi
    Belum ada peringkat
  • Lidia
    Lidia
    Dokumen7 halaman
    Lidia
    Mannuela Anugrahing Marwindi
    Belum ada peringkat
  • 320 1128 1 PB
    320 1128 1 PB
    Dokumen7 halaman
    320 1128 1 PB
    Sarii Desriani
    Belum ada peringkat
  • Retrogradasi
    Retrogradasi
    Dokumen68 halaman
    Retrogradasi
    Faruq Ali Rido
    Belum ada peringkat