Anda di halaman 1dari 8

JISI : JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI VOLUME 4 NO.

1 FEBRUARI 2017

PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) PADA


MESIN RIPPLE MILL
(1)
Ir. Denur, MM, (2) Legisnal Hakim, MT, (3) Ir. Indra Hasan, MT, (4)Syahrul Rahmad
(1,3)
Prodi mesin otomotif – Fak. Teknik Universitas muhammadiyah riau
( 2,4)
Prodi teknik Mesin Fak. Teknik – Universitas Muhammadiyah Riau
E-mail : denur@umri.ac.id, Arulthejunits@gmail.com

ABSTRAK
Reliability Centered Maintenance (RCM) merupakan suatu proses untuk bisa menentukan jenis pemeliharaan yang
sesuai dalam konteks operasi dan konsekuensi kegagalan untuk masing-masing asset pada mesin produksi. mesin
Ripple Mill adalah salah satu mesin produksi yang berfungsi sebagai pemecah biji sawit untuk memisahkan
cangkang dengan inti sawit. Kegagalan pada mesin Ripple Mill menghambat jalannya proses produksi yang
berdampak pada penurunan kapasitas produksi. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi Failure Mode Effect
Analysis (FMEA) dan Logic Tree Analysis (LTA) dan menghitung failure rate dari mesin Ripple Mill. Berdasarkan
analisis Failure Mode Effect Analysis (FMEA) mengidentifikasi 17 Failure mode dengan kegagalan mechanical
sebesar 35,30 %, Electrical 29,40 % dan Instrumentation 35,30 %. Hasil Logic Tree Analysis dari total 17 failure
mode menunjukkan bahwa 0% kategori A, 11,76 % diantaranya adalah kategori B, 35,29 % kategori C, 23,52 %
kategori D/B dan 29,41 % kategori D/C. Hasil regression interval waktu kerusakan dari masing-masing mesin
Ripple Mill, Ripple Mill 3 tahun 2014 nilai bheta adalah 0,32057658 dan Ripple Mill 3 tahun 2015 nilai bheta
sebesar 0,149883 < 1 dan nilai betha Ripple Mill 4 tahun 2014 adalah 0,0286688 sedangkan Ripple Mill 4 tahun
2015 adalah sebesar 0,065800367 < 1, maka laju kegagalan akan berkurang seiring bertambahnya waktu, Jadi
pemeliharaan yang di gunakan adalah Predictive maintenance yang merupakan perawatan tingkat sedang
dilaksanakan untuk mengembalikan dan memulihkan sistem dalam keadaan siap dengan memberikan perbaikan atas
kerusakan yang telah menyebabkan merosotnya tingkat keandalan.

Kata Kunci : Failure Rate, FMEA, LTA, Maintenance, predictive, Reliability, Ripple Mill

PENDAHULUAN tidak efektif. Faktor selanjutnya adalah pengoprasian


Ripple Mill yang berlebihan melewati masa pakai
PT. Perkebunan Nusantara V merupakan yang di rekomendasikan dari pabrikan ripple mill.
perusahaan yang bergerak dibidang industri kelapa Kerusakan yang terjadi pada Ripple Mill ini mencapai
sawit, salah satu perusahaan ini berada di Sei Galuh 13 kali kegagalan dalam kurun waktu satu tahun.
Kabupaten Kampar yang mengelola kelapa sawit Kerusakan ini di dominan dengan kerusakan Rotor
menjadi minyak mentah kelapa sawit atau Crude Ripple Mill dan Ripple Plate
Palm Oil (CPO) serta inti sawit. Pada proses
pengolahan kelapa sawit PKS Sei Galuh memiliki
beberapa stasiun pengolah yaitu stasiun Tandan Buah TINJAUAN PUSTAKA
Segar, stasiun Sterilizer, stasiun Thresser, stasiun RCM adalah sebuah metode untuk menentukan
Press, stasiun Klarifikasi dan stasiun Kernel. Ripple tugas-tugas pemeliharaan yang akan menjamin
Mill terdapat pada stasiun Kernel. Fungsi dari Ripple sebuah perancangan sistem keandalan. RCM
Mill ini adalah sebagai pemecah atau pemisah berfungsi untuk mengatasi penyebab dominan dari
cangkang dari inti biji sawit dengan memanfaat kan kegagalan yang nantinya akan membawa pada
gaya sentrifugal (menjauhi pusat putaran) yang keputusan maintanance yang berfokus pada
dihasilkan dari ripple mill, sehingga biji keluar dari pencegahan terjadinya jenis kegagalan yang sering
rotor dan terbanting dengan kuat yang menyebabkan terjadi. Adapun langkah-langkah penerapan
cangkang pecah,. Kerusakan yang terjadi pada Ripple Reliability Centered Maintenance adalah sebagai
Mill ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu jenis berikut (Mourbray 1997):
dari buah kelapa sawit yang berkulit tebal atau jenis a. Menentukan penyebab terjadinya kegagalan
sawit Dura, serta pengisian nut yang terlalu banyak dengan menggunakan fault tree analysis (FTA).
yang mengakibatkan rotor dan plat bergerigi Bertujuan untuk memperoleh probabilitas
mengalami keausan sehingga ripple plate tumpul dan kegagalan dan menentukan komponen kritis yang
rotor rod bengkok yang menyebabkan pemecahan rawan terhadap kegagalan.

DOI : https;//dx.doi.org/10.24853/jisi.4.1.pp-pp 27
JISI ; JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI P-ISSN ; 2355-2085
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/jisi E- ISSN : 2550-083X

b. Mengembangkan kegiatan analisis dengan 4. Analisa Kualitatif


Failure Mode Effect Analysis (FMEA), seperti Penentuan Sistem dan pengumpulan Data.
menentukan prioritas equipment yang perlu di Mesin Ripple Mill memiliki 3 sistem, yaitu sistem
maintain. elektrik motor, sistem mekanik dan sistem kontrol.
c. Mengklasifikasikan tingkat konsekuensi Suatu Mesin Ripple Mill dapat bekerja jika semua
kegagalan. sistem yang ada itu berfungsi dengan baik.
d. Mengambil keputusan RCM dengan (MachineWeb, 1999). Pada tahap ini dilakukan
mengklasifikasikan kebutuhan tingkatan penentuan level (komponen, sistem, atau plant) yang
maintenance. akan dianalisis dengan menggunakan Metode RCM
e. Mengimplementasikan keputusan pemeliharaan dan melakukan pemilihan sistem jika semua
berdasar RCM. plant/fasilitas tidak akan diteliti. Penentuan sistem ini
f. Melakukan evaluasi dari hasil usulan harus berdasarkan kriteria RCM. Pada penelitian ini,
pemeliharaaan. sistem yang terpilih adalah sistem mekanik. Setelah
sistem ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah
RCM mengklasifikasikan konsekuensi kegagalan mengumpulkan informasi mengenai sistem yang akan
menjadi empat kelompok, yaitu: ditelti. Adapun data spesifikasi komponen Ripple
a. Konsekuensi kegagalan tersembunyi Mill yang ada di Pabrik kelapa sawit PT. Perkebunan
Kegagalan yang termasuk dalam konsekuensi ini Nusantara V PKS Sei Galuh yaitu sebagai berikut :
mempunyai dampak kegagalan yang berlipat dan Mesin : Ripple Mill
lebih serius seperti pada komponen yang tidak Kapasitas : 6 Ton/jam
Model : 1613 HJ
aman karena tersembunyi atau tidak diketahui
Panjang mesin : 525 cm
oleh operator. Lebar mesin : 240 cm
b. Konsekuensi keselamatan Tinggi mesin : 546 cm
Kegagalan yang terjadi berdampak pada Konsumsi daya : 15 hp/TEFC motor
keselamatan operator.
c. Konsekuensi operasi
5.Penentuan Fungsi Sistem Dan Kegagalan
Kegagalan yang terjadi mengakibatkan
Fungsional
konsekuensi operasi yaitu produk, keluaran, biaya Fungsi sistem dan kegagalan fungsional dapat
operasi dan biaya perbaikan serta dapat diketahui berdasarkan diskripsi sistem, informasi
mematikan sistem atau berhentinya proses kerusakan yang terjadi, dan pengamatan secara
produksi. langsung terhadap sistem yang diteliti. Pada tahapan
d. Konsekuensi non operasi ini, dilakukan analisis mengenai kegagalan
Kegagalan yang terjadi tidak berdampak pada fungsional yang terjadi pada sistem yang diteliti,
keamanan ataupun produksi, namun berdampak penjelasan mengenai kegagalan, komponen yang
pada biaya langsung dan dampaknya tergolong terkait serta hubungan antar komponen pada sistem
kecil. tersebut. Hasil yang didapatkannya adalah informasi
mengenai jenis kegagalan atau kerusakan yang terjadi
METODE PENELITIAN
pada sistem. Berikut ini adalah beberapa
1. Metode Pengumpulan Data
kemungkinan penyebab kegagalan (Failure Mode)
Pengumpulan data yang diperlukan dilakukan dengan
yaitu:
cara sebagai berikut: 1. Keausan Rotor Rood,
1) Wawancara 2. Keausan pada Ripple plat,
2) Observasi 3. Kerusakan Bearing ,
4. Masalah pengoperasian,
3) Studi Pustaka
5. Keausan Fan Bel
4) Studi Dokumen
6. Kerusakan Motor listrik
2.Variabel Penelitian Selanjutnya seluruh komponen failure mode tersebut
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah: dianalisa agar dapat diketahui lebih detail bagaimana
1) Data lamanya downtime mesin-mesin di stasiun suatu komponen dalam sistim Pemecahan dapat
Ripple Mill mengalami kegagalan dengan membuat analisa
2) Data interval waktu antar kerusakan komponen di failure mode nya melalui information worksheet
stasiun Ripple Mill
3) Data waktu penggantian komponen mesin di 6.Failure Mode And Effect Analysis (FMEA)
Mode kegagalan (failure mode) merupakan suatu
stasiun Ripple Mill

28
JISI ; JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI P-ISSN ; 2355-2085

keadaan yang dapat menyebabkan kegagalan kategori sehingga nantinya dapat ditentukan tingkat
fungsional. Mode kegagalan tersebut dapat mencakup prioritas dalam penangan masing-masing failure
semua kegagalan yang mungkin terjadi. Sehingga mode berdasarkan kategorinya.
apabila mode kegagalan dapat diketahui maka Tabel 4.3. Logic Tree Analysis (LTA)
dampak kegagalan dari suatu sistem dapat Criticality
tergambarkan. Selanjutnya dapat digunakan untuk analysis
menentukan konsekuensi dan memutuskan apa yang Failure
akan dilakukan untuk mengantisipasi, mencegah, No No Failure Mode
Function
mendeteksi, dan memperbaiki. (Samatis, 2003). Eviden
FMEA dapat dilihat pada tabel 4.2 t Safety Outage Category

Tabel 4.2 Failure Mode AndEffect Analysis 1.A Kehilangan 1 Motor listrik Y N Y B
terbakar
kemampuan

mesin
secara
total
Putusnya Fan
Belt
2 Y N Y B
pada Ripple
Mill

Daya motor
listrik
1 Y N N C
2.A kurang
Kapasitas
hasil
Pemecahan
kurang 2 Rotor Bar aus N N N D/B

Ripple Plat
3 aus N N N D/B

Kesalahan
4 Y N N C
pengoperasian

Dari tabel FMEA mengidentifikasi 17 Failure mode 3.A


yang berpotensi menyebabkan terjadinya Failure Electro Temperatur
Function pada komponen Mesin Ripple Mill. Dari Motor/ 1 tinggi N N N D/C
failure Mode tersebut di identifikasi kegagalan Penggerak
mechanical sebesar 35,30 %. Mesin
Analisa dilakukan pula pada Failure Ripple
effect terhadap komponen mesin Ripple Mill. Mill
terbakar
Selanjutnya dari 17 Failure Mode akan dianalysis Kelebihan
dengan Logic Tree Analysis (LTA). Dasar yang 2 Arus N N Y D/C
digunakan dalam menentukan failure mode yang
akan dimasukkan dalam LTA adalah efekyang Gulungan
ditimbulkan terhadap sistem. tembaga
7. Logic Tree Analysis (LTA) 3 N N Y D/B
terputus
Penyusunan Logic Tree Analysis
(LTA) merupakan proses yang kualitatif yang Kerusakan 1 Over Load Y N N C
digunakan untuk mengetahu konsekuensi yang pada
ditimbulkan oleh masing – masing failure mode. 4.A
Rotor Bar
Tujuan Logic Tree Analysis (LTA) adalah Cangkang
mengklasifikasikan failure mode ke dalam beberapa tebal
2 N N N D/C
(Dura)
29
DOI : https;//dx.doi.org/10.24853/jisi.4.1.pp-pp
JISI ; JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI P-ISSN ; 2355-2085
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/jisi E- ISSN : 2550-083X

petugas perawatan dari hasil laporan operator pada

5. hari itu juga.


A Analisa Kuantitaif
1 Over Load Y N N C Analisa kuantitaf bertujuan untuk menentukan
Kerusaka
n pada komponen kritis, Probabilitas kegagalan,
Ripple Keandalan, ketersediaan dari mesin
Plate Ripple Mill menggunakan analisa Weibull.
Cangkang
tebal 1 Analisa Frekuensi Laju Kegagalan Mesin
2 N N N D/C
(Dura) Ripple Mill

6. Tabel 4.4. Frekuensi Kegagalan Ripple Mill Tahun


A Kesalahan 2014 dan Tahun 2015
1 N N Y D/B
pelumasan
Frekuensi
Kegagalan
2 unbalance Y N N C No Nama Mesin
Tota
Terjadi 2014 2015 l
Vibrasi
pada
bearing 3 Over Load Y N N C 1 Ripple Mill no.3 16 9 25

2 Ripple Mill no.4 4 16 20


Pergeseran
4 N N N D/C
Bearing

Hasil Logic Tree Analysis yang ditunjukkan Dari setiap Ripple Mill ini diperoleh data-data
kegagalan (kerusakan) komponen-komponen kritis
pada Tabe 4.3, dari total 17 failure mode seperti terlihat dari frekuensi kegagalan setiap
menunjukkan bahwa 0% kategori A hal ini komponen Ripple Mill dapat dilihat pada tabel 4.5.
dikarenakan Failure Mode tidak mempunyai Tabel 4.5. Frekuensi Kegagalan Komponen Ripple
konsekuensi safety terhadap personel maupun mill
Frek
lingkungan, 11,76 % diantaranya adalah kategori B
uensi
karena Failure Mode mempunyai konsekuensi Nama
terhadap operasional plant yang dapat menyebabkan No. Komponen
RM3* RM4 Jumlah
kerugian ekonomi secara signifikan, 35,29 %
kategori C failure mode tidak berdampak pada safety 1 Rotor Ripple Mill 8 5 13
2 Ripple Plate 5 7 12
maupun operational plant dan hanya menyebabkan
3 Bearing 6 2 8
kerugian ekonomi yang relatif kecil untuk perbaikan, 4 Van Belt 6 6 12
23,52 % kategori D/B karena Failure Mode tergolong
sebagai hidden Failure yang berdampak pada
4.3 Analisa Laju Kegagalan
kerugian ekonomi secara signifikan dan 29,41 %
kategori D/C karena Failure Mode tergolong sebagai Dari data yang dihasilkan dari penelitian Ripple
Mill didapatkan interval waktu kerusakan mesin
hidden Failure yang berdampak pada kerugian data yang diambil adalah data terakhir pada tahun
ekonomi yang relatif kecil untuk perbaikan. Setiap 2014 dan 2015 dihitung berdasarkan jumlah jam
kerusakan yang terjadi Ripple Mill seperti tabel
terjadi gangguan pada sistem langsung ditangani oleh 4.6 dibawah,

30
JISI ; JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI P-ISSN ; 2355-2085

(332,0321) sehingga berdasarkan dari fungsi


kegagalan maka didapatkan laju kegagalan tertinggi
pada 0,062787088 dan nilai terendah adalah
0,008866523. Sehinga dapat disimpulkan bahwa
kerusakan yang terjadi pada Ripple Mill 3 tahun 2015
dengan waktu 117 jam dalam satu tahun.
2. Failure Time Ripple Mill 3 tahun 2015
Tabel 4.8 . Hasil Regresion Failure Time mesin
Ripple Mill 3 tahun 2015
Failure
t F(t) R(t) f(t) Rate

CDF PDF

0,0091827 0,0161034
1 0,4297656 0,5702344 5 63

0,0046310 0,0082133
2 0,4361582 0,5638418 2 33

0,43992 0,5600 0,00310 0,0055


3 29 771 259 39576

0,44260 0,5573 0,00233 0,0041


4 52 948 498 89089

Tabel 4.7. Hasil Regresion Failure Time mesin 0,44469 0,5553 0,00187 0,0033
Ripple Mill 3 tahun 2014 5 21 079 293 72779

0,44640 0,5535 0,00156 0,0028


6 13 987 413 25379

4. Failure Time Ripple Mill 4 tahun 2015


Tabel 4.10. Hasil Regresion Failure Time mesin
Ripple Mill 4 tahun 2015

Dari tabel tersebut dianalisis dengan menggunakan


Weibull didapatkan nilai Betha = (0,32057658) dan
nilai Etha =48,32819525.
Berdasarkan hasil dari regresi weibull pada tabel 4.8.
didapat nilai betha = (0,149883) dan nilai etha =
31
DOI : https;//dx.doi.org/10.24853/jisi.4.1.pp-pp
JISI ; JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI P-ISSN ; 2355-2085
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/jisi E- ISSN : 2550-083X

Berdasarkan hasil dari regresi weibull pada tabel memulihkan sistem dalam keadaan siap dengan
4.10. didapat nilai betha = (0,065800367) dan nilai memberikan perbaikan atas kerusakan yang telah
etha = (40164,28) sehingga berdasarkan dari fungsi menyebabkan merosotnya tingkat keandalan.
kegagalan maka didapatkan laju kegagalan tertinggi Predictive maintenance dapat dilakukan sebagai
pada 0,032756233 dan nilai terendah adalah berikut :
0,002609696. Sehinga dapat disimpulkan bahwa 1. Vibration Monitoring and analysis
kerusakan yang terjadi pada Ripple Mill 4 tahun 2015 2. Infrared Thermograpy inspection
dengan waktu 220 jam dalam satu tahun, bahwa : 3. Oil analysis
Analisa ini bertujuan untuk melihat kondisi bearing
1. Ripple Mill 3 pada Ripple Mill melalui lubrikasi diharapkan
Berdasarkan nilai betha Ripple Mill no 3 tahun deteksi dini terhadap kerusakan bering dapat di
2014 yaitu 0,32057658 dan tahun 2015 adalah lakukan.
0,149883 < 1. Menurut Smith (2011) jika nilai 5. Kesimpulan
Betha < 1 maka laju kegagalan akan berkurang Fasilitas selalu dalam kondisi siap untuk
seiring bertambahnya waktu. Jadi pemeliharaan dipakai sesuai dengan kebutuhan, konsepsinya
yang di gunakan adalah Predictive maintenance semua aktivitas pemeliharaan perlu dilakukan
menurut M. Agus Mustofa (1997), Predictive untuk menjaga/mempertahankan kualitas asset
maintenance merupakan perawatan tingkat agar selalu berfungsi dengan baik seperti
sedang dilaksanakan untuk mengembalikan dan kondisi sebelumnya. Adapun
memulihkan sistem dalam keadaan siap dengan Kesimpulan yang dapat diambil adalah
memberikan perbaikan atas kerusakan yang telah sebagai berikut :
menyebabkan merosotnya tingkat keandalan. 1. Dari analisa Failure Mode Effect Analysis
(FMEA) mengidentifikasi 17 Failure mode yang
2. Ripple Mill 4 berpotensi menyebabkan terjadinya Failure
Berdasarkan nilai betha Ripple Mill no 4 tahun Function pada komponen Mesin Ripple Mill.
2014 yaitu 0,0286688 dan tahun 2015 adalah Dari failure Mode tersebut di identifikasi
0,065800367 < 1. Menurut Smith (2011) jika nilai kegagalan mechanical sebesar 35,30 %,
Betha < 1 maka laju kegagalan akan berkurang Electrical 9,40 % dan Instrumentation 35,30 %.
seiring bertambahnya waktu. Jadi pemeliharaan 2. Hasil Logic Tree Analysis yang ditunjukkan
yang di gunakan adalah Predictive maintenance pada Tabe 4.3, dari total 17 failure mode
menurut M. Agus Mustofa (1997), Predictive menunjukkan bahwa 0% kategori A hal ini
maintenance merupakan perawatan tingkat sedang dikarenakan Failure Mode tidak mempunyai
dilaksanakan untuk mengembalikan dan konsekuensi safety terhadap personel maupun

32
JISI ; JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI P-ISSN ; 2355-2085

lingkungan, 11,76 % diantaranya adalah kategori haturkan terima kasih atas terbitnya naskah saya ini.
B karena Failure Mode mempunyai konsekuensi 7. Saran
terhadap operasional plant yang dapat Diharapkan dalam pemeliharaan yang dilakukan pada
menyebabkan kerugian ekonomi secara mesin agar mengikuti cara-cara atau prosedur yang
signifikan, 35,29 % kategori C failure mode sesuai dengan jenis pemelihraan yang ditetapkan,
tidak berdampak pada safety maupun operational sehingga umur dari mesin Ripple Mill dan peralatan
plant dan hanya menyebabkan kerugian ekonomi lainnya bisa beroperasi lebih lama dari jadwal yang
yang relatif kecil untuk perbaikan, 23,52 % di harapkan.
kategori D/B karena Failure Mode tergolong
sebagai hidden Failure yang berdampak pada DAFTAR PUSTAKA
kerugian ekonomi secara signifikan dan 29,41 %
kategori D/C karena Failure Mode tergolong - Ansori,N dan Imron.M. 2013. Sistim erawatan
sebagai hidden Failure yang berdampak pada terpadu (Intregeted Maintenance Systim)
kerugian ekonomi yang relatif kecil untuk Edisi Pertama. Graha Ilmu, Yogyakarta
perbaikan. - Ariyanto. 2015. Analisis Penggantian Komponen
3. Hasil regression interval waktu kerusakan dari Mesin Tube Splicing dan Mesin Tube Curing
masing-masing mesin Ripple Mill, didapatkan dengan Distribusi Weibull dan Perhitungan
jenis pemeliharaan yang bisa diterapkan yaitu EfisiensiBiaya di PT. Gajah Tunggal Tbk. Jurnal
untuk Ripple Mill 3 tahun 2014 nilai bheta MIX, Volume V, No. 1 Februari 2015.
adalah 0,32057658 dan Ripple Mill 4 tahun 2015 - Asyari, 2007. Diktat Manajemen Pemeliharaan
nilai bheta sebesar 0,149883 < 1 dan nilai betha Mesin, Universitas Darma Persada – Jakarta.
Ripple Mill 4 tahun 2014 adalah 0,0286688 - Azis. 2009. Penerapan Metode Reliability
sedangkan Ripple Mill 4 tahun 2015 adalah Centered Maintenance (RCM) Berbasis WEB
sebesar 0,065800367 < 1, maka laju kegagalan pada Sistem Pendingin Primer di Reaktor Serba
akan berkurang seiring bertambahnya waktu. Guna GA Siswa Bessy. Seminar Nasional IV,
berdasarkan pola atau bentuk distribusi weibull SDM Teknologi Nuklir, 5 November 2015.
maka jenis pemeliharaan yang tepat digunakan - Dhillon, B.S, 2006. Maintainability, Maintenance,
pada Ripple Mill 3 dan 4 adalah reactive dan and Reliability for Engineers, Taylor & Francis,
inspection maintenance, Artinya pemeliharaan Boca Raton.
yang dilakukan berbasis kondisi yang dilakukan - Govil A.K., Realibility Engineering, Mc Graw
dengan cara memantau kondisi kunci peralatan Hill Publishing, 1993
yang akan mempengaruhi kondisi peralatan atau - Hasibuan, A rahman. 2011, Proses Pemecahan
lebih dikenal dengan istilah Predictive Biji Kelapa Sawit Pada Mesin Ripple Mill Type
Maintenance. Predictive maintenance dapat RM-4000.
dilakukan sebagai berikut : - Lubis, K. 2008. Mesin Penghancur
Cangkang Kelapa Sawit. Sumatra Utara.
1. Vibration Monitoring and analysis - MachineWeb. 1999. Cincinnati 5 Axis 3 Spindle.
2. Infrared Thermograpy inspection Diambil dari: www.machinetools.com (15 Juni
3. Oil analysis 2016).
- Mashar, A. 2008. Teknik Pemanfaatan Tenaga
Dari jenis pemeliharaan yang didapatkan untuk Listrik Jilid I. Direktorat Pembinaan Sekolah
Ripple Mill, diharapkan umur pemakaian Menengah Kejuruan, Jakarta
dan kemampuan mesin-mesin Ripple Mill
bisa bertahan lebih lama dari kondisi yang
diharapkan.

6. Ucapan Terima kasih.


Kepada Kawan kawan sesama dosen seperjuangan
dan juga tak lupa kepada Kaprodi dan Dekan
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Riau,
yang mana atas saran dan motivasinya kepada saya
hingga bisa menyelesaikan hasil dari penelitian yang
dilakukan di lingkungan Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Riau., untuk itu saya mengucapkan
ribuan terima kasih dan juga kepada intitusi penerbit
Jurnal JISI UMJ serta pengurus/penerbit saya
33
DOI : https;//dx.doi.org/10.24853/jisi.4.1.pp-pp
JISI ; JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI P-ISSN ; 2355-2085
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/jisi E- ISSN : 2550-083X

34

Anda mungkin juga menyukai