Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIRSCHPRUNG

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Hirschprung adalah penyakit tidak adanya sel-sel ganglion dalam
rectum, sehingga menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik
serta tidak adanya evaluasi usus spontan.
Penyakit hirschprung adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase
usus (Arief, Mansjoer, 2000).
2. Epidemiologi
Kasus hirschprung kebanyakan terjadi pada bayi aterm laki-laki
dengan berat lahir 3 kg daripada perempuan
3. Penyebab
Adapun yang menjadi penyebab hirschprung atau mega colon adalah
diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan, sering terjadi pada
anak dengan down syndrome, kegagalan sel neural pada masa embrio
dalam dinding usus, gagal eksistensi.
4. Patofisiologi terjadinya penyakit
Hirschprung menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tidak
adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Tidak adanya
segmen aganglionic dalam rectom dan usus besar menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya gerakan peristaltik dan tidak adanay
evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi
sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan
adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna (Pathway
terlampir)
5. Klasifikasi
a. Hirschprung segmen pendek
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid
b. Hirschprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai selurun
calon atau usus halus.
6. Gejala Klinis
Gejala penyakit hirschprung adalah sebagai berikut :
a) Konslipasi
b) Tinja seperti pita dan berbau busuk
c) Distensi abdomen
d) Adanya masa difesal dapat dipalpasi
e) Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi
7. Pemeriksaan Fisik
Anak dengan hirschprung umumnya tampak pada pemeriksaan fisik :
a. Pernafasan :
Sesak nafas dan distress pernapasan
b. Sistem pencernaan :
Perut kembung/tegang, muntah berwarna kehijauan. Pada anak yang
lebih besar terdapat diare kronik.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto polos abdomen tegak akan terlihat usus-usus melebar atau
terdapat gambaran obstruksi usus rendah
b. Pemeriksaan dengan barium enema ditemukan daerah transisi,
gambaran kontraksi usus yang tidak teratur
c. Biopsi, mencari sel ganglion pada daerah sub mukosa
d. Biopsi otot rektum, yaitu pengambilan laposan otot rektum
e. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin esterase dimana terdapat
peningkatan aktivitas enzim asetikolon esterase
9. Therapy / Tindakan Penanganan :
a. Konservatif. Pada anak (neonatus) dilakukan pemasangan sonde
lambung serta pipa rektal untuk mengeluarkan mekonium dan udara.
b. Tindakan bedah sementara. Kolostami pada neonatus, terlambat
diagnosis, enterokolitis berat dan keadaan umum buruk
c. Tindakan bedah defenitif mereseksi bagian usus yang aganglionisis
dan membuat anastamosis.
10. Komplikasi
a. Obstruksi usus
b. Konstipasi
c. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
d. Entrokolitis
e. Struktur anal & inkontinensial (Post. Operasi)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Informasi identitas/data dasar meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, alamat, tanggal pengkajian, pemberi informasi
b. Keluhan utama
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat
dilakukan pengkajian pada klien misalnya, sulit BAB, distensi
abdomen, kembung, muntah.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Adanya keluhan mekonium keluae setelah 24 jam post partum, distensi
abdomen, muntah hijau, tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan
klien dan upaya klien mengatasi masalah tersebut.
d. Riwayat kesehatan masa lalu
Kaji riwayat operasi, riwayat kehamilan, persalinan dan kelahiran,
riwayat alergi, imunisasi
e. Riwayat nutrisi
Masukan diet anak dan pola makan anak
f. Riwayat psikologis
Perasaan klien terhada kelainan yang diderita
g. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji pada orang tua apakah ada anggota keluarga lain yang menderita
hirschprung
h. Riwayat sosial
Kaji adanya gangguan secara verbal atau tidak dekuatnya dalam
mempertahankan hubungan dengan orang lain
i. Riwayat tumbuh kembang
Kaji sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB
j. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Meliputi kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktivitas

2. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa Pre-Operasi :
1) Gangguan eleminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan tidak
adanya daya dorong
2) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake in adekuat
3) Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan mual, muntah.
4) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi
abdomen
b. Diagnosa Post-Operasi :
1) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi dan
perbaikan pembedahan
2) Resiko infeksi berhubungan dengan kontaminasi feses pada area
insisi
3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan prosedur kolostomi.
3. Perencanaan
No. Dx
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
(Pre-Op)
1 Setelah diberikan asuhan keperawatan a. Monitor cairan yang keluar a. Mengetahui warna dan
diharapkan klien tidak mengalami gg. dari kolostomi konsistensi feses dan menentukan
Eleminasi dengan KH : rencana selanjutnya
- Defekasi normal b. Kaji bising usus dan abdomen b. Untuk memastikan fungsi usus
anak setiap 4 jam
- Abdomen tidak distensi c. Ukur lingkar abdomen anak c. Pengukuran lingkar abdomen
sesuai program mendeteksi distensi
d. Pantau pengaruh diet terhadap d. Untuk mengetahui diet yang
defekasi mempengaruhi pola defekasi

2 Setelah diberikan asuhan keperawatan a. Berikan nutrisi parenteral a. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan
diharapkan klien tidak mengalami gg. sesuai kebutuhan cairan
Nutrisi dengan KH :
- Kebutuhan nutrisi terpenuhi b. Pantau pemasukan selama b. Mengetahui keseimbangan
perawatan nutrisi sesuai dengan kebutuhan
- Klien dapat mentoleransi diet sesuai c. Pantau / timbang BB c. Untuk mengetahui perubahan BB
kebutuhan secara orala tau parenteral yang dapat menggambarkan
status nutrisi
d. Konsultasi dengan ahli diet d. Memastikan bahwa anak
RS ketika merencanakan mendapat makanan yang
makanan anak dan beri anak seimbang dan adekuat
makanan yang disukainya jika
dibolehkan.
No. Dx
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
(Pre-Op)
3 Setelah diberikan asuhan keperawatan a. Monitor tanda-tanda dehidrasi a. Mengetahui kondisi dan
diharapkan tidak terjadi kekurangan vol. menentukan langkah selanjutnya
cairan tubuh dengan KH :
a. Keb. Cairan terpenuhi b. Monitor cairan yang masuk b. Untuk mengetahui keseimbangan
dan keluar cairan tubuh
b. Tidak mengalami dehidrasi c. Berikan cairan sesuai c. Mencegah terjadinya dehidrasi
kebutuhan dan yang
diprogramkan
c. Turgor kulit baik d. Timbang BB anak setiap hari d. Mengindikasikan status cairan
dan pantau asuhan dan anak.
haluaran cairan

4 Setelah diberikan askep diharapkan keb. a. Kaji terhadap tanda nyeri a. Mengetahui Tk nyeri dan
Rasa nyaman terpenuhi, dengah KH : menentukan langkah selanjutnya
a. Px tenang b. Berikan tindakan kenyamanan b. Upaya dengan distraksi dapat
: menggendong, suara halus, mengurangi nyeri
ketenangan
c. Px tidak mengalami gg. Pola tidur d. Kolaborasi dengan dokter c. Mengurangi persepsi terhadap
pemberian obat analgetik nyeri yang bekerja pada sistem
sesuai program saraf pusat.
No. Dx
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
(Post-Op)
1 Setelah diberikan askep diharapkan a. Kaji insisi pembedahan, a. Mengetahui keadaan kulit dan
gg. Integritas kulit teratasi dengan bengkak dan drainase memperhitungkan rencana tindakan
KH : selanjutnya
- Terjadi perbaikan kulit setelah b. Berikan perawatan kulit secara b. Mencegah kerusakan kulit
dilakukan korse berkala
c. Laporkan pada perawat / dokter c. Penanganan yang segera dapat
bila terjadi iritasi mencegah terjadinya kerusakan kulit
(komplikasi) lebih lanjut

2 Setelah diberikan askep diharapkan a. Ganti kantong kolostomi segera a. Mencegah kontak yang lama antara
tidak terjadi infeksi dengan KH : jika kotor area insisi dengan feses
- Tidak ada tanda tanda infeksi : b. Ukur suhu tubuh dan perhatikan b. Peningkatan suhu tubuh dapat
kalor, dolor, rubor, tumor dan adanya tanda-tanda infeksi mengindikasikan terjadinya infeksi
fungsiolasia c. Kolaborasi dalam pemberian c. 33Antibiotik dapat membunuh
antibiotik bila diperlukan kuman penyebab infeksi bila
diberikan dnegan jumlah dan dosis
yang tepat
3 Setelah diberikan askep diharapkan a. Tingkatkan dan motivasi a. Membantu anak mempertahankan
gg. Citra tubuh teratasi dengan KH : pelaksanaan aktivitas perawatan perawatan diri dan penampilannya
diri sehingga dapat meningkatkan harga
diri
a. Px mengalami peningkatan b. Anjurkan anak untuk b. Memungkinkan anak mengatasi
konsep diri mengekspresikan perasaannya perasaan tanpa merasa takut ditolak
tentang kolostomi
b. Memperlihatkan permintaan
dalam perawatan diri
4. Evaluasi
a. Evaluasi diagnosa pre operasi :
1) Gangguan eliminasi BAB teratasi
2) Gangguan nutrisi teratasi
3) Tidak terjadi kekurangan volume cairan
b. Evaluasi diagnosa post-operasi :
1) Gangguan integritas kulit teratasi
2) Tidak terjadi infeksi
3) Gangguan citra tubuh teratasi
Pathway :
Tidak adanya sel ganglion pada sub mukosa kolor distal

Tidak adanya gerakan tenaga pendorong (peristaltik) usus

Tidak adanya evakuasi usus spontan dan spinkter rectom tidak dapat berelaksasi

Peristaltik tidak sempurna Feses tidak dapat melewati


spinkter ani

Obstruksi parsial Akumulasi benda padat, gas


dan cair pada usus

Refluks peristaltik

Mual dan muntah Gg. Rasa nyaman Distensi pada saluran cerna

Resiko vol. Resiko perubahan nutrisi Pelebaran colon/mega colon


cairan (-) dr (-) dr. keb. tubuh
keb. tubun

Gangguan defekasi Tindakan pembedahan korektif


konstipasi

Post Operasi
Pre Operasi Intra Operasi
Pembuatan kantong stoma

Kurang paparan Tindakan insisi Gg. Integritas kulit


informasi
Resiko Kontaminasi organ dalam
perdarahan dengan lingk. luar
Cema Kurang
s pengetahuan Gangguan citra
Resiko infeksi tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Belz, Cecily L dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Edisi ke-3. Jakarta : EGC

Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschprung. Jakarta : Sagung Seto

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrict. Sei


Kurnianingsih (Fd), Nonica Ester (Alih Bahasa). Edisi 4 Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai