Oleh:
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam dunia manufacturing, ingot yang dihasilkan dari proses blast
furnance diubah bentuk sesuai requirement yang diinginkan. Konfigurasi
metalurgi penting untuk diperhatikan dalam proses pembentukan. Deformasi
plastis pada proses ini sangat diinginkan untuk memperoleh perubahan bentuk.
Namun cacat-cacat mungkin akan terjadi pada proses ini. Maka dari itu diperlukan
kepahaman akan parameter-parameter yang mendukung proses forming ini
Pada kali ini penulis sangat perlu untuk mempelajari parameter-parameter
forming dari salah satu teknik pembentukan. Parameter-parameter ini berguna
untuk mengetahui efisiensi dari proses forming ini. Dengan pahamnya parameter-
parameter yang akan dipelajari pada saat praktikum ini akan membawa kepada
kepahaman untuk meminimalisir cacat-cacat yang akan terjadi pada saat proses
forming.
B. TUJUAN
Tujuan dilakukannya proses pembentukan logam (metal forming, rolling)
ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan hubungan reduksi ketebalan setelah dilakukan rolling
terhadap kekerasan tembaga
2. Menentukan nilai n dan K tembaga
3. Menentukan daya terhitung dan daya terukur
BAB II
TEORI DASAR
Keterangan :
N : titik normal
A : titik kontak antara permukaan rol dengan permukaan benda kerja
Pr : gaya radial
F : Gaya gesek tangensial
Lp : panjang kontak spesimen dan rol
vo : kecepatan awal spesimen
vf : kecepatan akhir spesimen
R : jari-jari rol
h0 : tebal mula pelat
hf : tebal akhir pelat
Pada gambar 2.1, pada proses pengerolan terdapat 2 macam gaya, yakni
gaya vertikal Pr yang disebut gaya rol dan gaya gesek tangensial (F). Gaya rol
yakni gaya yang terjadi akibat tekanan rol (p) terhadap beban kerja. Tekanan rol
adalah gaya kontak dibagi dengan luas area kontak. Dengan luas area kontak
antara rol dengan benda kerja dengan b yakni lebar pelat dan Lp adalah panjang
kontak antara rol dengan beban kerja, sehingga:
2 1
( ( ho h f )
)
1
2
L p= R ( ho hf ) [ R ( hoh f ) ]2
4
dengan p adalah tekanan rol rata-rata, P adalah gaya rol dan o adalah tegangan
yield pelat. Dengan keadaan regangan pelat akibat gesekan pada rol, tekanan rata
deformasi didapat dengan:
p 1 Q
= ( e 1 )
'o Q
P=
3 o Q [
2 ' 1 Q
( e 1 ) b R h ]
faktor 2/ 3 akibat situasi plane-strain
dimana = 0,5 untuk hot rolling dan =0,45 untuk cold rolling. Torsi pengerolan
diasumsikan bekerja pada titik a tersebut, sehingga torsi pengerolan total adalah:
Mt=2 Pa
Daya= ( 460.000
aPn
)kW
Tegangan alir
Tegangan alir suatu material dapat dapat menggambarkan berapa besarnya
beban yang diberikan pada material untuk mendeformasi suatu material
sampai pada suatu ukuran tertentu . Namun tegangan alir suatu material
dipengaruhi juga oleh temperatur dimana makin tinggi temperatur yang
dialami oleh material maka semakin kecil beban yang dibutuhkan untuk
mendofrmasi suatu material.
Gesekan antara material dan roll
Gaya gesek dari material dan roll sangat memengaruhi dapat atau tidaknya
suatu material diberikan proses pengerolan . Karena beban yang diberikan
dari roll dan koefisien gesek antara material roll memiliki hubungan tan
agar suatu material dapat dirol.
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Persiapan alat dan bahan, serta pengukuran dimensi awal bahan (ingot tembaga)
Belum
Ya
Belum
Ya
End
BAB IV
DATA PENGAMATAN
Tabel 4.1.2 Data tebal pelat dan tegangan terbesar saat pengerolan
Reduksi Tahapan ke- Tebal Akhir Tegangan (V)
(mm)
1 9,55 1,12
2 8,85 1,43
25%
3 8,15 1,52
4 7,50 1,79
1 6,90 1,99
2 6,25 1,97
50%
3 5,70 1,83
4 5,00 1,98
1 4,40 2,38
2 3,70 2,45
75%
3 3,10 2,04
4 2,50 2,54
Tabel 4.2.1.1Data engineering stress dan engineering strain uji tarik material Cu
Load(kg) Load (N) (MPa) L (mm) e
0 0 0 0 0
200 1960 30,60109 0,4 0,002767
400 3920 61,20219 0,8 0,005496
600 5880 91,80328 1,2 0,008188
800 7840 122,4044 1,5 0,010166
1000 9800 153,0055 1,7 0,011444
1200 11760 183,6066 1,9 0,012705
1400 13720 214,2077 2,1 0,013949
1586,426 15546,97 242,7318 2,75 0,018146
1642,48 16096,3 251,3084 3,8 0,02491
1600 15680 244,8087 6,9 0,044937
1400 13720 214,2077 8,9 0,057587
1200 11760 183,6066 9,6 0,061717
1000 9800 153,0055 10,1 0,064517
250
200
50
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07
Tabel 4.2.1.1Data true stress dan true strain uji tarik material Cu
True Stress(MPa) True Strain
0 0
30,68577 0,002763
61,53858 0,005481
92,555 0,008155
123,6487 0,010115
154,7565 0,011379
185,9393 0,012625
217,1956 0,013853
247,1364 0,017983
257,5685 0,024605
255,8097 0,043956
226,5432 0,05599
194,9382 0,059887
162,8768 0,062521
250
200
50
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07
Gambar 4.2.1.2 kurva True stres True strain tembaga hasil pengerolan
Tabel 4.2.1.1Data logtrue stress dan log true strain uji tarik material Cu
Log True Stress Log True Strain
1,486937 -2,55856
1,789147 -2,26111
1,9664 -2,08857
2,09219 -1,99504
2,189649 -1,94389
2,269371 -1,89877
2,336851 -1,85847
2,392937 -1,74513
2,410893 -1,60898
2,407917 -1,35698
2,355151 -1,25189
2,289897 -1,22267
2,211859 -1,20398
1,486937 -2,55856
2.5
f(x) = 0.51x + 3.08
R = 0.62 2
1.5
log ture stress
1
0.5
0
-2.8 -2.6 -2.4 -2.2 -2 -1.8 -1.6 -1.4 -1.2 -1
Gambar 4.2.1.2 kurva log True stres True strain tembaga hasil pengerolan
Dari gambar kurva log true stress-strain didapat persamaan:
y=0,5127x+3,0759 dengan,
n = 0,5127 dan
log k = 3,0759sehingga nilai K= 1190,967
kekerasan (HRE) 40
30
20
10
0
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%
4( 0,455,25357 )27004
contoh : N=
60.000
N= 10,69927 kW
Tabel 4.2.3.1 Daya yang diukur saat pengerolan
Reduksi Tahapan Tegangan Beban Daya (kW)
(Volt) (N)
1 1,12 2700 10,69927
2 1,43 4000 15,96522
25%
3 1,52 4300 17,16261
4 1,79 5300 20,38442
1 1,99 6200 22,91043
2 1,97 6100 23,46132
50%
3 1,83 5500 19,45852
4 1,98 6150 24,54652
75% 1 2,38 8100 29,93136
2 2,45 8450 33,72653
3 2,04 6400 23,64947
4 2,54 8800 32,51803
Setelah mendapat nilai K dan n pada analisis uji tarik, daya dapat dihitung
dengan rumus berikut
hm = (h0 + hf)/2
h = h0 hf
0 = ln (h0awal/h0i)
f = ln (h0awal/hfi)
i = ln (h0i/hfi)
m = (f + i)/2
Berdasarkan Tabel 4.2.3.2 dan nilai n dan K yang didapat, maka daya dapat
dihitung (stack)
n = 0,5127 dan
K= 1190,967
dan menggunakan rumus
2 1 Q
P=
3
' b Lp
Q(( e 1 ) )
b adalah lebar pelat sebesar 17,64 mm
e adalah 2,71828
dengan
f
1
'= d
f o o
dengan
=K n
250
200
daya hitung
Daya (kW) 150
daya ukur
100
50
0
2 4 6 8 10 12 14
Reduksi
ANALISIS DATA
Bentuk cacat fisik yang didapat hasil rol yang bending. Hasil pengerolan
yang melengkung disebabkan karena posisi rol yang tidak paralel dan plat logam
yang tidak tegak lurus terhadap rol. Sehingga distribusi tegangannya tidak
homogeny yang mengakibatkan terjadi dari daerah tarik tekan antara kedua sisi
pelat yang diroll. Cacatcacat ini juga dipengaruhi oleh reduksi ketebalan yang
dilakukan secara bertahap, untuk mendapatkan reduksi ketebalan 75% yang
seragam sebaiknya dilakukan langsung mengingat rol yang digunakan juga besar
(two high mills).
BAB VI
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Callister Jr, William D. dan David G. Rethwisch. 2009. Material Science and
Engineering : An Introduction 8th Edition. New York : John Wiley &
Sons Pre htd.
1. Pada cold rolling ini, deformasi yang diukur adalah deformasi plastis, sedangkan
gaya yang teukur menunjukkan gaya pengerolan yang dibutuhkan untuk
deformasi total. Jelaskan mengapa demikian dan dengan menggunakan kurva -
buatlah hubungan antara f dan i lalu berikan analisanya!
34
33
32
31 RR==0.29
0.82
30
29
28
27
26
25
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
0.3
0.2
ei 0.1
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
ef
2. Buatlah kurva antara daya (baik perhitungan maupun pengukuran) terhadap tahap
reduksi. Analisalah hasilya dan kaitkan dengan pengertian steady state pada
proses cold rolling!
Pengertian steady state pada proses pengerolan dingin adalah suatu kondisi
dimana daya atau energi yang digunakan saat pengerolan tidak berubah
terhadap waktu. Dari grafik steady state terjadi tidak lama, ditunjukkan
dari kurva yang naik turun terhadap tahap reduksi ketebalan.
20
18
16
14
12
10
Daya Pengerolan (kW)
8 Daya Terukur
6 Daya Terhitung
4
2
0
0 5 10 15
4. Dari perhitungan dan pengukuran terhadap gaya dan daya, apaibila terjadi
perbedaan di antara keduanya, tunjukkan kesalahan kesalahan yang mungkin
terjadi dan berikan saran saudara!
Perbedaan gaya dan daya terjadi, hal ini didasarkan dari asumsi
perhitungan pengerolan dingin yang mengabaikan deformasi plastis arah
lateral an distribusi tegangan yang tidak merata. Energi rol yang digunakan
sebenarnya lebih besar karena ada kerja inhomogen untuk mengatasi
gesekan antara plat dan logam, koefisien gesek tidak sama untuk luas
kontak sepanjang plat. Selain itu pada saat pengerolan seharusnya rol
benar benar paralel terhadap plat logam. Plat logam yang digunakan
seharusnya di gerinda terlebih dahulu agar plat logam masuk dengan arah
tegak lurus terhadap rol (Praktikan lupa menggerinda plat logam dengan
tonjolan di bagian pinggir).
5. Tunjukkan dan jelaskan perbedaan struktur mikro dan sifat mekanik antara plat
asal, plat yang telah mengalami cold rolling, dan plat yang telah mengalami
proses annealing!
Plat logam yang mengalami pengerolan dingin akan memiliki butir pipih
atau columnar atau elongated dan terjadi pengerasan regangan, setelah
dilakukan proses annealing butir akan akan pulih dan tumbuh dengan
bentuk equiaxial. Oleh karena itu, annealing digunakan untuk
mengembalikan sifat mekanik plat logam setelah dilakukan proses
pengerolan walaupun kekuatan dan kekerasannya menurun.
Rangkuman
Teknik pembentukan memiliki dua jenis yaitu : metal forming dan metal
machining
Teknik pengeloran merupakan salah satu dari metal forming
Jarak dari sumbu rol untuk proses hot rolling dan cold rolling berbeda
tergantung dari nilai nya
Factor-faktor yang mempengaruhi pada cold working adalah diameter
roll, tegangan alir, gesekan antara material dan roll, dan front tension and
back tension
Asumsi pada cold working:
o Deformasi plastis homogen
o Kecepatan rol konstan
o Busur tidak mengalami deformasi elastis
o Ketebalan benda kerja seragam
Cacat yang terjadi pada rolling
o Wavy edge
o Retak pada bagian tepi
o Sobek bagian tengah
o Aligatoring
o Warping
o Tegangan sisa tepi tarik tengah tekan
o Wrinkling ditengah
o Splitting
Melakukan praktikum pengujian sesuai dengan metodologi yang telah
ditentukan
Hubungan antara reduksi ketebalan plat logam saat dilakukan proses
pengerolan sebanding dengan bertambahnya kekerasan. Saat sebelum
direduksi kekerasannya 50 HRE, setelah direduksi sampai 75% ketebalan
logam (2.50 mm) kekerasannya meningkat sampai 67,33 HRE
Nilai konstanta strengthening K tembaga yang didapatkan sebesar
1190,967 MPa dan n = 0,5127, berbeda dari data literatur untuk tembaga
annealed nilai K sebesar 530 MPa dan n = 0.44
Daya terhitung dan terukur ditunjukkan oleh tabel 4.2.3.1 dan 4.2.3.3 pada
Bab IV Pengolahan data. Daya terukur secara keseluruhan untuk setiap
tahap pengerolan lebih kecil dibandingkan dengan daya terhitung