Anda di halaman 1dari 7

Informasi Penyakit: Kanker Rahim (Uterus)

>> Senin, 06 September 2010

Kanker Rahim adalah tumor ganas pada endometrium (lapisan rahim). Kanker rahim
biasanya terjadi setelah masa menopause, paling sering menyerang wanita berusia 50-
60 taun.

Kanker bisa menyebar (metastase) secara lokal maupun ke berbagai bagian tubuh
(misalnya kanalis servikalis, tuba falopii, ovarium, daerah di sekitar rahim, sistem getah
bening atau ke bagian tubuh lainnya melalui pembuluh darah).

PENYEBAB KANKER RAHIM

Penyebabnya yang pasti tidak diketahui, tetapi tampaknya penyakit ini melibatkan
peningkatan kadar estrogen.

Salah satu fungsi estrogen yang normal adalah merangsang pembentukan lapisan
epitel pada rahim. Sejumlah besar estrogen yang disuntikkan kepada hewan percobaan
di laboratorium menyebabkan hiperplasia endometrium dan kanker.
Wanita yang menderita kanker rahim tampaknya memiliki faktor resiko tertentu (faktor
resiko adalah sesuatu yang menyebabkan bertambahnya kemungkinan seseorang
untuk menderita suatu penyakit). Wanita yang memiliki faktor resiko tidak selalu
menderita kanker rahim, sebaliknya banyak penderita kanker rahim yang tidak memiliki
faktor resiko.

Kadang tidak dapat dijelaskan mengapa seorang wanita menderita kanker rahim
sedangkan wanita yang lainnya tidak. Penelitian telah menemukan beberapa faktor
resiko pada kanker rahim:

Usia: Kanker uterus terutama menyeranga wanita berusia 50 tahun keatas.

Hiperplasia endometrium

Terapi Sulih Hormon (TSH) : TSH digunakan untuk mengatasi gejala-gejala


menopause, mencegah osteoporosis dan mengurangi resiko penyakit jantung atau
stroke. Wanita yang mengkonsumsi estrogen tanpa progesteron memiliki resiko yang
lebih tinggi. Pemakaian estrogen dosis tinggi dan jangka panjang tampaknya
mempertinggi resiko ini. Wanita yang mengkonsumsi estrogen dan progesteron memiliki
resiko yang lebih rendah karena progesteron melindungi rahim

Obesitas : Tubuh membuat sebagian estrogen di dalam jaringan lemak sehingga wanita
yang gemuk memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi. Tingginya kadar estrogen
merupakan penyebab meningkatnya resiko kanker rahim pada wanita obes.

Diabetes (kencing manis)

Hipertensi (tekanan darah tinggi)

Tamoksifen : Wanita yang mengkonsumsi tamoksifen untuk mencegah atau mengobati


kanker payudara memiliki resiko yang lebih tinggi. Resiko ini tampaknya berhubungan
dengan efek tamoksifen yang menyerupai estrogen terhadap rahim. Keuntungan yang
diperoleh dari tamoksifen lebih besar daripada resiko terjadinya kanker lain, tetapi
setiap wanita memberikan reaksi yang berlainan.

Ras Kanker rahim lebih sering ditemukan pada wanita kulit putih.

Kanker kolorektal

Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun.

Menopause setelah usia 52 tahu.

Tidak memiliki anak


Kemandulan

Penyakit ovarium polikistik

Polip endometrium.

GEJALA

Gejalanya bisa berupa:

Perdarahan rahim yang abnormal.

Siklus menstruasi yang abnormal

Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami


menstruasi.

Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause.

Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas 40
tahun).

Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul.

Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause).

Nyeri atau kesulitan dalam berkemih.

Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut:

Pemeriksaan panggul

Pap smear

USG transvagin

Biopsi endometrium.

Untuk membantu menentukan stadium atau penyebaran kanker, dilakukan pemeriksaan


berikut:

Pemeriksaan darah lengkap

Pemeriksaan air kemih


Rontgen dada

CT scan tulang dan hati

Sigmoidoskopi

Limfangiografi

Kolonoskopi

Sistoskopi.

Staging (Menentukan stadium kanker)

Stadium I : kanker hanya tumbuh di badan rahim

Stadium II : kanker telah menyebar ke leher rahim (serviks

Stadium III : kanker telah menyebar ke luar rahim, tetapi masih di dalam rongga
panggul dan belum menyerang kandung kemih maupun rektum. Kelenjar getah bening
panggul mungkin mengandung sel-sel kanker.

Stadium IV : kanker telah menyebar ke dalam kandung kemih atau rektum atau kanker
telah menyebar ke luar rongga panggul.

PENGOBATAN

Pemilihan pengobatan tergantung kepada ukuran tumor, stadium, pengaruh hormon


terhadap pertumbuhan tumor dan kecepatan pertumbuhan tumor serta usia dan
keadaan umum penderita.

Metode pengobatan:

1. Pembedahan

Kebanyakan penderita akan menjalani histerektomi (pengangkatan rahim). Kedua tuba


falopii dan ovarium juga diangkat (salpingo-ooforektomi bilateral) karena sel-sel tumor
bisa menyebar ke ovarium dan sel-sel kanker dorman (tidak aktif) yang mungkin
tertinggal kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang dihasilkan oleh ovarium.

Jika ditemukan sel-sel kanker di dalam kelenjar getah bening di sekitar tumor, maka
kelenjar getah bening tersebut juga diangkat. Jika sel kanker telah ditemukan di dalam
kelenjar getah bening, maka kemungkinan kanker telah menyebar ke bagian tubuh
lainnya. Jika sel kanker belum menyebar ke luar endometrium (lapisan rahim), maka
penderita tidak perlu menjalani pengobatan lainnya.

2. Terapi penyinaran (radiasi)

Digunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker. Terapi penyinaran
merupakan terapi lokal, hanya menyerang sel-sel kanker di daerah yang disinari. Pada
stadium I, II atau III dilakukan terapi penyinaran dan pembedahan. Penyinaran bisa
dilakukan sebelum pembedahan (untuk memperkecil ukuran tumor) atau setelah
pembedahan (untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa).

Ada 2 jenis terjapi penyinaran yang digunakan untuk mengobati kanker rahim:

- Radiasi eksternal : digunakan sebuah mesin radiasi yang besar untuk mengarahkan
sinar ke daerah tumor. Penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 kali/minggu selama
beberapa minggu dan penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit. Pada radiasi
eksternal tidak ada zat radioaktif yang dimasukkan ke dalam tubuh.

- Radiasi internal : digunakan sebuah selang kecil yang mengandung suatu zat
radioaktif, yang dimasukkan melalui vagina dan dibiarkan selama beberapa hari.
Selama menjalani radiasi internal, penderita dirawat di rumah sakit.

3. Kemoterapi Pada terapi hormonal digunakan zat yang mampu mencegah sampainya
hormon ke sel kanker dan mencegah pemakaian hormon oleh sel kanker. Hormon bisa
menempel pada reseptor hormon dan menyebabkan perubahan di dalam jaringan
rahim.

Sebelum dilakukan terapi hormon, penderita menjalani tes reseptor hormon. Jika
jaringan memiliki reseptor, maka kemungkinan besar penderita akan memberikan
respon terhadap terapi hormonal. Terapi hormonal merupakan terapi sistemik karena
bisa mempengaruhi sel-sel di seluruh tubuh. Pada terapi hormonal biasanya digunakan
pil progesteron.

Terapi hormonal dilakukan pada:


penderita kanker rahim yang tidak mungkin menjalani pembedahan ataupun terapi
penyinaran

penderita yang kankernya telah menyebar ke paru-paru atau organ tubuh lainnya

penderita yang kanker rahimnya kembali kambuh.

Jika kanker telah menyebar atau tidak memberikan respon terhadap terapi hormonal,
maka diberikan obat kemoterapi lain, yaitu siklofosfamid, doksorubisin dan sisplastin.

Efek samping pengobatan kanker

Pengobatan kanker bisa menyebabkan kerusakan pada sel dan jaringan yang sehat,
karena itu bisa menimbulkan beberapa efek samping yang tidak diharapkan. Efek
samping tersebut tergantung kepada berbagai faktor, diantaranya jenis dan luasnya
pengobatan.

Setelah menjalani histerektomi, penderita biasanya mengalami nyeri dan merasa


sangat lelah. Kebanyakan penderita akan kembali menjalani aktivitasnya yang normal
dalam waktu 4-8 minggu setelah pembedahan.

Beberapa penderita mengalami mual dan muntah serta gangguan berkemih dan buang
air besar. Wanita yang telah menjalani histerektomi tidak akan mengalami menstruasi
dan tidak dapat hamil lagi. Jika ovarium juga diangkat, maka penderita juga mengalami
menopause. Hot flashes dan gejala menopause lainnya akibat histerektomi biasanya
lebih berat dibandingkan dengan gejala yang timbul karena menopause alami.

Pada beberapa penderita, histerektomi bisa mempengaruhi hubungan seksual.


Penderita merasakan kehilangan sehingga mengalami kesulitan dalam melakukan
hubungan seksual.

Efek samping dari terapi penyinaran sangat tergantung kepada dosis dan bagian tubuh
yang disinari. Biasanya kulit menjadi kering dan merah, rambut di daerah yang disinari
mengalami kerontokan, nafsu makan berkurang dan kelelahan yang luar biasa.
Beberapa penderita merasakan gatal-gatal, kekeringan dan perih pada vaginanya.
Penyinaran juga menyebabkan diare atau sering berkemih.
Radiasi juga bisa menyebabkan terjadinya penurunan jumlah sel darah putih.

Wanita yang mengkonsumsi progesteron bisa mengalami peningkatan nafsu makan,


penimbunan cairan dan penambahan berat badan. Jika masih mengalami menstruasi,
maka siklusnya bisa mengalami perubahan.

PENCEGAHAN

Setiap wanita sebaiknya menjalani pemeriksaan panggul dan Pap smear secara rutin,
untuk menemukan tanda-tanda pertumbuhan yang abnormal. Wanita yang memiliki
faktor resiko kanker rahim sebaiknya lebih sering menjalani pemeriksaan panggul, Pap
smear dan tes penyaringan (termasuk biopsi endometrium).

Soure:medicastore.com

Blog editor: dr . wahyu triasmara

Anda mungkin juga menyukai