URAIAN PENDEKATAN,
BAB
METODELOGI DAN PROGRAM KERJA
V
5.
5 PENDEKATAN
Dalam penyusunan Rencana Induk Pengembangan Kehutanan
Pembangunan dengan menggunakan pendekatan :
a. Pendekatan keterpaduan perencanaan dari bawah dan dari atas
(top down and botton up planning). Pendekatan ini menggunakan
dua sisi yaitu penyerapan aspirasi dan kebutuhan masyarakat
luas sebagai langkah awal dan penyesuaian dengan kemampuan
pembiayaan pemerintah sebagai pengayom masyarakat.
b. Pendekatan Intersektoral Holistik atau disebut juga sebagai
perencana komprehensif yaitu pendekatan perencanaan yang
dimulai dengan diagnosis secara umum diwilayah perencanaan
melalui pengamatan potensi dan masalah bidang kehutanan
masing-masing kawasan. Dalam rangka pembangunan
kehutanan harus juga memperhatikan untuk pengembangan
ekonomi masyarakat dan lingkup wilayah, ketersediaan dan
kemampuan/kualitas sumberdaya manusia, kebutuhan sarana
dan prasarana, kemampuan pemerintah dan pengadaan
program-program pembagunan/pengembangan.
c. Pendekatan perencanaan yang berkelanjutan, digunakan dengan
prinsip yaitu agar didalam perencanaan, pelaksanaan dan
pengembangan/pengendalian program menjadi lebih terpadu
dan berkesinambungan (Sustainability of tourism development)
yang berpijak kepada :
Kesinambungan antara aspek kelestarian dan
pengembangan berorientasi pada jangka menengah dan
jangka panjang
Penekanan pada nilai manfaat pelayanan bagi masyarakat
guna mewujudkan kesejahteraan
Prinsip pengelolaan sumberdaya yang tidak merusak tetapi
berkelanjutan bagi budaya, sosial dan ekonomi
Memperhatikan isu-isu strategis, khususnya berkaitan
dengan global warming
N
Kecamatan Luas (M2) %
o
42,541,971.5
1 Kecamatan Bendungan 18.13
1
2 Kecamatan Dongko 1,426,956.64 0.61
3 Kecamatan Durenan 4,696,388.25 2.00
4 Kecamatan Gandusari 4,898,131.44 2.09
33,589,431.5
5 Kecamatan Kampak 14.32
4
6 Kecamatan Karangan 911,443.70 0.39
25,233,171.9
7 Kecamatan Munjungan 10.76
4
14,517,652.6
8 Kecamatan Panggul 6.19
3
9 Kecamatan Pogalan 8,751,058.16 3.73
10 Kecamatan Pule 222,912.30 0.10
11 Kecamatan Suruh 2,278,063.23 0.97
13,143,366.2
12 Kecamatan Trenggalek 5.60
9
13 Kecamatan Tugu 3,861,133.66 1.65
78,540,626.1
14 Kecamatan Watulimo 33.48
2
N
Kecamatan Luas (M2) %
o
234,612,307. 100.0
Total 41 0
Sumber : Bakosurtanal 2006, updating 2009
4. Analisis Kelembagaan
Di dalam setiap masyarakat, pasti terdapat berbagai lembaga, baik
lembaga-lembaga adat/tradisional yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat itu sendiri, maupun lembaga dari luar seperti
lembaga-lembaga pemerintah atau swasta. Ada lembaga yang bersifat
perkumpulan dan kelompok ada pula lembaga-lembaga yang ijinnya
jelas (pemerintahan desa).
Salah satu hal penting dipertimbangkan dalam usaha
pengembangan masyarakat adalah pemanfaatan potensi lembaga-
lembaga tersebut. Karenanya, keberadaan dan tingkat penerimaan
masyarakat terhadap lembaga-lembaga tersebut perlu untuk
diperhitungkan dalam setiap usaha pengembangan masyarakat.
Kegiatan analisis kelembagaan bisa dilakukan pada saat melakukan
survey lapangan dengan melakukan diskusi dengan masyarakat.
Berikut adalah langkah-langkah pelaksanaan analisis kelembagaan :
- Jelaskan maksud, tujuan, dan proses kajian kelembagaan
desa.
- Diskusikan mengenai jenis-jenis lembaga yang berhubungan
dengan desa langsung, baik itu berada di dalam maupun di
luar desa (biasanya di tingkat kecamatan).
- Mintalah masyarakat untuk membuat daftar nama-nama
Rencana Induk Pengembangan Kehutanan di Kabupaten
Trenggalek V-10
Usulan Teknis
5. Analisis Partisipatif
SO WO
ST WT