FRAKTUR
1. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, biasanya disebabkan oleh
trauma atau tenaga fisik, kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan
jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap
atau tidak lengkap (Price,Silvia, 2005. Hal : 1365).
Fraktur adalah patahnya tulang, yang biasanya dialami hewan kecil akibat kecelakaan,
terjatuh dan luka (Bleby & Bishop, 2003).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005).
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan fraktur
disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa
trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2005).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2007).
2. Etiologi
a. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan.
Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau
miring.
b. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat
terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur
hantaran vektor kekerasan.
c. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan
penarikan.
3. Klasifikasi
a. Berdasarkan sifat fraktur :
1) Faktur Tertutup (Closed) : bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi.
2) Fraktur Terbuka (Open/Compound) : bila terdapat hubungan antara hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
b. Berdasarkan komplit atau ketidak komplitan fraktur :
1) Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau
melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
2) Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang
seperti:
a) Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)
b) Buckle atau Torus Fraktur
c) Green Stick Fraktur
c. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma:
1) Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan
akibat trauma angulasi atau langsung.
2) Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap
sumbu tulang dan merupakan akibat trauma angulasi juga.
3) Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi.
4) Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang ke arah permukaan lain.
5) Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot
pada insersinya pada tulang.
d. Berdasarkan jumlah garis patah :
1) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
3) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama.
6. Pathway Fraktur
Terjadi trauma
fraktur
Nyeri akut
Dilakukan tindakan Resiko infeksi
imobilisasi, traksi atau gips
Intoleransi aktivitas
7. Manifestasi Klinis
d. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji
krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah
beberapa jam atau hari setelah cedera.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. X.Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang cedera.
9. Penatalaksanaan
Empat tujuan utama dari penanganan fraktur adalah :
a. Untuk menghilangkan rasa nyeri.
Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun karena
terluka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut. Untuk mengurangi nyeri
tersebut, dapat diberikan obat penghilang rasa nyeri dan juga dengan tehnik
imobilisasi. Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan cara pemasangan bidai
atau gips.
I. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat
bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
1. Pengumpulan Data
a. Anamnesa
1) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal
MRS, diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi
petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu
faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering
terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan
secara genetik
6) Pola Kebutuhan Sehari hari
7) Pemeriksaan Fisik
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Radiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah pencitraan menggunakan
sinar rontgen (x-ray).
b. Pemeriksaan Laboratorium
c. Pemeriksaan lain-lain
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak,
pemasangan traksi, stress/ansietas, luka operasi.
2. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan membran
alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)
3. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif
(imobilisasi)
4. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang
terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada
RENCANA KEPERAWATAN
DIANGOSA
N
KEPERAWATAN
O TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DAN
DX
KOLABORASI
1 Nyeri akut b/d NOC
spasme otot, Pain Level, NIC
gerakan fragmen Pain control,
tulang, edema, Comfort level Pain Management
cedera jaringan Kriteria Hasil : Lakukan pengkajian nyeri secara komp
lunak, pemasangan a. Mampu mengontrol nyeri termasuk lokasi, karakteristik, durasi, f
traksi, (tahu penyebab nyeri, kualitas dan faktor presipitasi
stress/ansietas, luka mampu menggunakan Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyama
operasi. tehnik nonfarmakologi Gunakan teknik komunikasi terapeutik
untuk mengurangi nyeri, mengetahui pengalaman nyeri pasien
mencari bantuan) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
b. Melaporkan bahwa nyeri Evaluasi bersama pasien dan tim keseha
berkurang dengan tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lam
menggunakan manajemen Ajarkan tentang teknik non farmakologi
nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
c. Mampu mengenali nyeri Tingkatkan istirahat
(skala, intensitas, frekuensi Kolaborasikan dengan dokter jika ada kelu
dan tanda nyeri) tindakan nyeri tidak berhasil
d. Menyatakan rasa nyaman Monitor penerimaan pasien tentang manajeme
setelah nyeri berkurang
e. Tanda vital dalam rentang
normal
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI KEPERAWATAN
Tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang
sistematis dan terencana kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dilakukan
dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ridho.,(2012),Asuhan-Keerawatan-pada-pasien-
fraktur,ridhoinhealthy.blogspot.co.id/2012/04/asuhan-keperawatan-pada-fraktur.html?
m=1
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika