Anda di halaman 1dari 10

Menyiasati Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap

Ketersediaan Air
Oleh : Yusuf Sapaty
A. PENDAHULUAN
Pada saat ini, bum i menghadapi pemanasan yang cepat, yang oleh
para
ilmuwan dianggap disebabkan oleh aktifitas manusia agar hidupnya
lebih enak.
Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan bakar fosil,
seperti batu
bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas karbondioksida
dan gas-gas
lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca (GRK) ke atmosfer.
Ketika atmosfer
semakin kaya akan GRK ini, ia semakin menjadi insulator yang
menahan lebih
banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke bumi. Inilah yang
disebut dengan
Efek Rumah Kaca. Keberadaannya meningkat terus, sejalan dengan
meningkatnya
berbagai aktivitas manusia, termasuk pembangkitan energi dan
perubahan
penggunaan lahan. Pada tahun 2000, total emisi GRK sekitar 42
GtCO2e, dengan
peningkatan laju konsentrasi kurang-lebih 2,7 ppm CO2e per
tahun. Hal ini
menyebabkan rata-rata temperatur permukaan Bumi yang berada di
kisaran 15C
(59F), selama seratus tahun terakhir ini, telah meningkat sebesarO,6C
(1F). Para
ilmuwan memperkirakan pada tahun 2100 pemanasan akan
mencapai 1,4C -
5,8C (2,5F - 10,4F).
Perubahan iklim global akan memberikan dampak yang sangat
parah bagi
Indonesia karena posisi geografis yang terletak di ekuator, antara dua
benua dan
dua samudera. Posisi geografis Indonesia menyebabkan bahwa pada
setiap saat
ada musim-musim yang saling berlawanan dan bersifat ekstrim, di
satu wilayah
terjadi kekeringan dan kekurangan air, di wilayah lain terjadi
banjir. Salah satu
persoalan kebutuhan manusia yang terpengaruh sebagai dampak
pemanasan
global tersebut adalah ketersedian air. Ketersediaan air merupakan
permasalahan
yang penting yang terkait dengan perubahan iklim. Masalah air
terjadi karena
adanya peningkatan penduduk bumi sehingga meningkatkan pula
kebutuhan air.
Kebutuhan yang meningkat akan semakin menekan pada sistem air
global yang
berkaitan dengan efek pemanasan global. Peningkatan jumlah
penduduk dan
ekonomi menjadi pendorong utama kebutuhan air, sementara itu
ketersediaannya
dipengaruhi oleh peningkatan evaporasi (penguapan) akibat
peningkatan
1
temperatur permukaan bumi. Perubahan pola curah hujan juga
menurunkan
ketersediaan air untuk irigasi dan sumber air bersih. Di pulau
Lombok dan
Sumbawa antara tahun 1985 dan 2006, jumlah titik air menurun
dari 580 menjadi
hanya 180 titik, kini makin banyak saja sungai yang makin dangkal
seperti Larona -
Warau (Sulawesi Selatan).Di wilayah pesisir, berkurangnya air
tanah disertai

kenaikan muka air laut juga telah memicu intrusi air laut ke daratan
mencemari
sumber-sumber air untuk keperluan air bersih dan irigasi.
Presipitasi diprediksi meningkat sekitar 20% dari tahun 1990
dan bumi
diperkirakan akan mengalami variabilitas presipitasi dimana
meningkatnya curah
hujan dengan intensitas yang tinggi dan sehingga bumi rentan
akan banjir dan
kekeringan. Banjir dan musim kemarau panjang merupakan
dampak perubahan
iklim tidak saja berpengaruh terhadap ketersediaan air dan kualitas air
permukaan
(IPCC, 2007). Kajian yang dilakukan oleh Joeri Rogelj, dkk
memproyeksikan
kenaikan temperatur global hingga tahun 2100 (gambar 1).
Sumber : Rogelji et al, 2010 dalam Fabby Tumiwa, 2010
B. PEMBAHASAN
Menyiasati Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketersediaan Air
Isu krisis air bersih sebagai salah satu dampak perubahan iklim telah
lama
didengungkan. Namun demikian, potret kondisi air kita semakin suram
saja. Secara
relatif, seiring meningkatnya populasi manusia, ketersediaan air
bersih berkurang
akibat semakin besarnya kebutuhan akan air. Hingga tak pelak
nantinya akan
2

terjadi perang perebutan untuk mendapatkan sumber daya ini.


Beberapa langkah
menyisasati dampak perubahan iklim terhadap ketersediaan air, yakni:
Menabung Air
/ Efisiensi pemanfaatan air tanah adalah hal mutlak yang har us
dilakukan. Pada musim hujan, banyak air sungai yang mengalir
begitu saja ke
laut tanpa dimanfaatkan atau ditampung terlebih dahulu hingga
pada saat
kem arau sungai menjadi kering dan tak ada lagi air yang dapat
diambil.
Diperlukan gerakan massal menabung air guna menyiasati
kekeringan.
Menabung air dapat dilakukan dengan pembuatan sumur-sumur
resapan, berupa
sum ur gali yang berfungsi menampung, meresapkan, dan mengalirkan
air hujan
yang jatuh di permukaan tanah, bangunan, juga atap rumah.
Diperlukan pula
sum ur-sumur resapan yang mampu memberikan dampak
penampungan dan
pengendalian secara cepat, misalnya pem bangunan dan atau revitalisasi
danau-
danau besar, danau-danau kecil (embung), dam penahan, dam
pengendali,
selain juga kegiatan rehabilitasi dan reboisasi dari hutan yang ada.
Dengan
adanya embung-embung penampung air, kita dapat memanen air
pada saat
datang musim hujan, dan menyimpannya di em bung tersebut untuk
selanjutnya
dapat dimanfaatkan pada m usim kemarau/kering.
Pemanfaatan sumber daya air alternatif lainnya. Kita dapat
memanfaatkan air
laut melalui proses desalinasi dengan bantuan teknologi Reverse
Osmosis (RO).
Teknologi ini digunakan untuk pemurnian air dengan mengubah air laut
menjadi
air tawar hingga siap diminum.
Daur Ulang Air, air limbah harus diolah sebelum dibuang. Air
hasil olahan
tersebut bisa digunakan kembali.
Pengelolaan sumberdaya air untuk menekan resiko kehilangan
hasil akibat
perubahan iklim
Tanpa pengelolaan yang benar ketersediaan air akan terancam
habis.
Adaptasi pertanian terhadap perubahan iklim salah satunya dapat
dilakukan melalui
pengelolaan sumberdaya air. Secara ringkas pengelolaan
sumberdaya air
diilustrasikan pada Gambar 2. Dinamika ketersediaan sumberdaya
air di suatu
daerah sangat ditentukan oleh siklus hidrologi dan kondisi tutupan
lahannya. Pada
daerah dengan tutupan lahan yang masih rapat, peluang untuk
terjadinya resapan
air di daerah tangkapan (catchment areas) sangat besar dan menambah
simpanan
3

serta ketersediaan air di dalam tanah. Sebaliknya dinam ika kebutuhan


air berubah
setiap saat tergantung pada perkembangan setiap sector pengguna
air seperti
untuk pertanian, domestik, industri, minisipal, transportasi, wisata
dll. Menghadapi
kedua fenomena tersebut perlu pengelolaan sumberdaya air secara
terintegrasi
dengan cara membuat prioritas pemanfaatan, merencanakan alokasi
air secara
tepat, melakukan konservasi air secara berkelanjutan, mengontrol
kemungkinan
terjadinya polusi dan tindakan-tindakan pengelolaan sum berdaya air
lainnya.
Gambar 2. Diagram pengelolaan sumberdaya air secara terpadu
Strategi pengelolaan sum berdaya air mencakup pengelolaan air
secara
kuantitatif dan kualitatif melalui (a) pengelolaan sumberdaya air
permukaan dan (b)
pengelolaan sumberdaya air tanah (groundwater). Mengingat
penguna air yang
makin banyak jumlahnya, perlu pengaturan secara proporsional
dalam
pemanfaatannya. Hal ini dapat dilakukan melalui penerapan
pembagian air secara
adil (proportional water sharing).
Pengelolaan sumberdaya air permukaan dan air tanah
(groundwater) perlu
difokuskan secara efektif dan efisien melalui (a) prioritas
kebutuhan/pemanfaatan,
(b) alokasi air secara tepat, (c) penerapan konservasi air, (d) mengontrol
polusi dan
pencemaran air dan upaya lain yang relevan.
Prinsip dasar dan strategi pengelolaan sumberdaya air tersebut
harus
dipertimbangkan sejak proses perencanaan, perancangan ( design),
operasionalisasi, dan pemeliharaan agar sumberdaya air dapat
dimanfaatkan
secara berkelanjutan. Selain itu alokasi pemanfaatan air harus tepat
jumlah, tepat
waktu dan tepat sasaran. Untuk alokasi air, proporsi alokasi untuk
setiap sektor
4

pengguna air harus ditetapkan. Panen air (water harvesting) dan


konservasi air
(water conservation) harus disosialisasikan kepada masyarakat dan
menanamkan
kesadarannya untuk menerapkan upaya tersebut.
Mengingat begitu seriusnya dampak perubahan iklim kiranya sangat
penting
untuk melakukan upaya-upaya pencegahan terutama dimulai dari hal-
hal kecil yang
dapat kita lakukan pada skala rumah tangga seperti di bawah ini
1. Hemat penggunaan listrik; a. Gunakan lampu hemat energi b.
Pilih alat-alat
elektronik yang kapasitasnya sesuai kebutuhan rumahtangga kita;
c.
Gunakan m esin cuci sesuai kapasitasnya; d. Matikan alat-alat
elektronik yang
sedang tidak digunakan; e. Upayakan rumah berventilasi baik
sehingga tidak
terlalu tergantung pada penggunaan Air Condition (AC); f.
Upayakan rumah
mendapatkan cahaya matahari secara optimal sehingga pada siang
hari tidak
perlu menggunakan lampu.
2. Hemat penggunaan kertas dan tinta; a. Untuk keperluan menulis
konsep/corat-
coret sebaiknya menggunakan kertas bekas; b. Batasi penggunaan
produk
disposable/sekali pakai; c. Kertas-kertas bekas dikumpulkan dan
diberikan
kepada pemulung.
3. Hemat penggunaan air; a. Bila menggunakan shower atau
washtafel, matikan
kran pada saat anda bercukur, menggosok gigi dan kramas dengan
cara ini
anda dapat berhemat sampai dengan lebih dari 6000 L air
perminggu; b.
Kumpulkan air bekas mencuci sayur, gunakan air bekas ini untuk
sekedar
menyiram tanaman; c. Lakukan cuci mobil menggunakan air dalam
ember dan
lap, jangan gunakan kran air; d. Periksa secara berkala dan ganti
kran atau
pipa air yang mulai bocor, anda dapat menghemat hingga 9500
Liter air
perbulan.
4. Hemat penggunaan bahan bakar; a. Lakukan perawatan yang baik
pada mesin
kendaraan anda; b. Periksa tekanan ban kendaraan anda, tekanan
ban yang
akurat dapat menghemat BBM; c. Hindari penggunaan kendaraan yang
sistem
pembakaran pada mesinnya sudah tidak efisien; d. Gunakan kendaraan
sesuai
kebutuhan;
5. Pengelolaan sampah/limbah yang baik; a. Pisahkan sampah
organik dan non
organik.; b. Sam pah organik dapat dibuat bahan isian untuk biopori;
c. Hindari
5

membakar sampah; d. Bila berbelanja bawalah tas belanjaan sendiri,


sehingga
menghindari penggunaan tas plastik.
C. KESIMPULAN
1. Salah satu persoalan kebutuhan manusia yang terpengaruh sebagai
dampak
pemanasan global tersebut adalah ketersedian air. Ketersediaan air
merupakan permasalahan yang penting yang terkait dengan
perubahan
iklim. Sementara itu ketersediaannya dipengaruhi oleh peningkatan
evaporasi (penguapan) akibat peningkatan temperatur permukaan
bumi.
Perubahan pola curah hujan juga menurunkan ketersediaan air untuk
irigasi
dan sumber air bersih.
2. Untuk mengatasi krisis air bersih akibat dampak perubahan iklim
maka perlu
upaya penyelamatan lingkungan, termasuk penyelamatan sumber-
sumber
air yang harus dilakukan secara terintegrasi dan berkelanjutan,
efisiensi
pemanfaatan air, pemanfaatan sumberdaya air alternatif serta daur ulang
air.
Selain itu, peran serta masyarakat sangat besar, yakni dengan
melakukan
hal-hal kecil dalam rumah tangga untuk pencegahan perubahan iklim.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2007. Sisi lain perubahan iklim. United Nations
Development
Programme. Indonesia.

Anonimus. 2007. Sekilas tentang Perubahan Iklim


Climate Change at a Glance.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPPC).
Hery Purnobasuki, 2011. Perubahan Iklim Global, (online).
(http://herypurba-
fst.web.unair.ac.id/, diakses 23 April 2012)
Pusat Kom unikasi Publik Kementerian Pekerjaan Umum. 2012.
Menyiasati Dampak
Perubahan Iklim Terhadap Ketersediaan Air (Online).
(http://pustaka.pu.go.id, diakses 20 April 2012)
Fabby Tumiwa. 2010. Perubahan Iklim Semakin Nyata, Demikian
juga dengan
Ketidakadilan Iklim. Institute for Essential Services Reform.Indonesia.
6

Anda mungkin juga menyukai