Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini penyakit AIDS ( Acquired Immunodeficiency Syndrom) telah menjadi pandemik,
yaitu telah menyebar keseluruh dunia dengan tingkat penyebaran yang sangat mencemaskan.
Pada tahun 2010, menurut data World Health Organization (WHO), diperkirakan penyakit ini
telah diderita lebih dari 33,3 juta penduduk dunia kemudian berdasarkan data statistik badan
kesehatan dunia, diketahui dalam setiap tahunnya terjadi pertambahan infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS) sebagai
pasien baru diatas 2,6 juta, serta 1,8 juta diantaranya mengalami kematian setiap tahunnya
dan secara global kelompok remaja diatas 15 tahun yang banyak terinfeksi HIV/AIDS.
Data Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara tahun 2012 menunjukkan Di
Indonesia jumlah kumulatif HIV sampai Desember 2013 tercatat berjumlah 127.416 kasus
dengan kasus HIV tertinggi yakni di Provinsi DKI Jakarta (28.790 kasus), Jawa Timur
(16.253 kasus), Papua (14.087 kasus), dan Jawa Barat (10.198 kasus). Berdasarkan laporan
kasus AIDS sampai dengan Desember 2013, jumlah kumulatif kasus AIDS sampai dengan
tahun 2013 sebanyak 52.348 kasus, dengan kasus AIDS tertinggi yakni Papua (10.116 kasus),
Jawa Timur (8.752 kasus), Provinsi DKI Jakarta (7.477 kasus), dan Jawa Barat (4.131 kasus).
Kelompok remaja dalam rentang usia 10-19 tahun, masa remaja merupakan periode
terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual.
Pola karakteristik
pesatnya tumbuh kembang ini menyebabkan remaja dimanapun ia menetap, mempunyai sifat
khas yang sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan
tantangan serta cenderung berani menanggung resiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh
pengalaman dan pengetahuan yang matang.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat utama untuk terbentuknya
tindakan seseorang, dalam mempromosikan bahwa kesehatan itu adalah penting. Promosi
kesehatan di Indonesia telah mempunyai visi, misi dan strategi yang jelas, sebagaimana
tertuang dalam SK Menkes RI No. 1193/2004 tentang kebijakan Nasional Promosi
Kesehatan. Visi, misi tersebut sejalan dengan program kesehatan lainnya mengisi
pembangunan kesehatan dalam kerangka Paradigma Sehat menuju Visi Indonesia Sehat.
Pemerintah Indonesia telah mengutamakan Millenium Development Goals (MDGs)
dalam pembangunan sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaannya sebagaimana
dinyatakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025, yaitu pada point ke
enam memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrom) tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun,
dengan memperhitungkan masa inkubasi sejak terinfeksi hingga berkembang menjadi AIDS
sekitar 5-10 tahun dan persentase pengetahuan remaja terkait HIV dan AIDS yang dimiliki
remaja pada kelompok umur 15-24 tahun mencapai 11,40 % maka, kelompok remaja
merupakan kelompok usia yang paling berisiko tinggi tertular dan menularkan HIV dan
AIDS, oleh karena itu penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV dan AIDS,
diperlukan upaya khusus yang difokuskan pada kelompok remaja. Upaya yang dilakukan
untuk meningkatkan pengetahuan remaja terkait HIV dan AIDS melalui program penyuluhan,
pelatihan dan promosi kesehatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan

masalah penelitian: Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang

HIV/AIDS Pada Siswa Kelas XI SMA NEGERI 16 BEKASI?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di

SMA NEGERI 16 BEKASI

3. Tujuan Khusus

a. Mengetahui jumlah remaja dengan kriteria pengetahuan baik tentang

HIV/AIDS di SMA NEGERI 16 BEKASI

b. Mengetahui jumlah remaja dengan kriteria pengetahuan cukup tentang

HIV/AIDS di SMA NEGERI 16 BEKASI

c. Mengetahui jumlah remaja dengan kriteria pengetahuan kurang

tentang HIV/AIDS di SMA NEGERI 16 BEKASI


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dan

sumber data untuk penelitian selanjutnya

2. Bagi Wilayah Tempat Penelitian

a. Memberi data konkrit dan bahan masukan tentang pengetahuan

siswa SMA tentang HIV/AIDS.

b. Secara tidak langsung memberikan pengetahuan kepada

masyarakat pada umumnya dan para siswa pada khususnya tentang

HIV/AIDS.

3. Bagi Peneliti

Peneliti mampu menerapkan secara langsung ilmu yang diperoleh

selama pendidikan dan melakukan penelitian yang diperlukan dalam

menyelesaikan tugas akademis.

E. Ruang Lingkup
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 6 Bekasi sebagai responden adalah remaja
putri. Variable yang diteliti adalah Tingkat pengetahuan remaja putri tentang
AIDS/HIV di SMA Negeri 6 Bekasi kelas XI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia yakni, indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

b. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan yang dicakup

dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

7
8

tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

4) Analisa (Analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih

didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata

kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.


9

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) bahwa tingkat pengetahuan

seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sebagai

berikut:

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah serta

berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses

belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah

orang tersebut untuk menerima informasi. Dalam rangka

mencapai tujuan dan sasaran pembangunan di bidang kesehatan,

bidang kesehatan membina hubungan lintas sektoral dengan


10

bidang pendidikan agar pendidikan kesehatan dicantumkan dalam

kurikulum dasar. Berkaitan dengan HIV/AIDS dalam kurikulum

2004 untuk siswa SMA terdapat dua sub bab yang membahas

tema seputar HIV/AIDS, yaitu virologi yang diberikan di kelas X

serta sistem sirkulasi dan kekebalan tubuh yang diberikan di kelas

XI IPA (Basuki, 2006).

2) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang diperoleh dengan

cara memecahkan masalah yang dihadapi. Pengalaman belajar

selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan

mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari

keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari

masalah nyata sesuai dengan bidang kerjanya (Notoatmodjo,

2007).

3) Usia

Usia berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah tua akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik (Notoatmodjo, 2009).

4) Sosial ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan

seseorang, sedangkan ekonomi dikaitkan dengan pendidikan,


11

ekonomi baik tingkat pendidikan akan tinggi, sehingga tingkat

pengetahuan akan tinggi juga (Notoatmodjo, 2007).

5) Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang karena informasi yang baru akan disaring kira-kira

sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.

(Notoatmodjo, 2007).

6) Media Informasi

Media informasi hakikatnya adalah alat bantu pendidikan

termasuk pendidikan kesehatan. Berdasarkan fungsinya sebagai

penyalur pesan kesehatan, media dibagi menjadi tiga

(Notoatmodjo, 2007), yaitu:

a) Media Cetak

Media cetak sebagai alat untuk meyampaikan informasi

dan pesan-pesan yang sangat bervariasi antara lain:

1) Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan

kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun

gambar.

2) Leaflet ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan

kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi

informasinya dapat dalam bentuk kalimat maupun

gambar atau kombinasi.


12

3) Flyer (selebaran) ialah seperti leaflet tetapi tidak dalam

bentuk lipatan.

4) Flip chart (lembar balik) ialah media penyampaian pesan

atau informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar

balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana setiap

lembar (halaman) beisi gambar peragaan dan di baliknya

berisi kalimat sebagai pesan atau informasi berkaitan

dengan gambar tersebut.

5) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah

mengenai bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal

yang berkaitan dengan kesehatan.

6) Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan

informasi kesehatan yang biasanya ditempel di tempat-

tempat umum, di tembok atau di kendaraan umum.

7) Foto yang mengungkapkan informasi-informasi

kesehatan.

b)Media Elektronik

Media elektronik sebagai sarana untuk menyampaikan

pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan dan jenisnya

berbeda-beda, antara lain:

1) Televis, media penyampaian pesan atau informasi-

informasi kesehatan melalui media televisi dapat dalam

bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya


13

jawab sekitar masalah kesehatan, pidato (ceramah), TV,

sport, kuis atau cerdas cermat, dan sebagainya.

2) Radio, penyampaian informasi atau pesan-pesan

kesehatan melalui radio juga dapat berbentuk macam-

macam antara lain: obrolan (tanya jawab), sandiwara

radio, ceramah, radio spot, dan sebagainya.

3) Video, penyampaian informasi atau pesan-pesan

kesehatan dapat melalui video.

4) Slide, slide dapat digunakan untuk menyampaikan pesan

atau informasi-informasi kesehatan.

5) Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan

pesan-pesan kesehatan.

c) Bill Board (Media Papan)

Bill Board yang dipasang di tempat-tempat umum dapat

dipakai dan diisi dengan pesan-pesan atau informasi-

informasi kesehatan. Media papan disini dapat mencakup

pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel

pada kendaraan-kendaraan umum (bus dan taksi).

2. Remaja

a. Pengertian

Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescene, berasal

dari bahasa Latin Adolescene yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk
14

mencapai kematangan (Ali, 2009). Remaja adalah anak usia 10-24

tahun yang merupakan usia antara masa kanak-kanak dan masa

dewasa dan sebagai titik awal proses reproduksi, sehingga perlu

dipersiapkan sejak dini (Romauli, 2009). Masa remaja adalah masa

transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis.

Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun.

Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum

kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti,

2009). Perkembangan remaja dibagi menjadi 3 yaitu : remaja awal

dimulai dari usia 11-14 tahun, remaja tengah dimulai dari usia 15-18

tahun, dan remaja akhir dimulai dari usia 19-24 tahun (Soetjiningsih,

2010). Jadi remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya

perubahan fisik, emosi, dan psikis dalam batas usia antara

10 sampai 24 tahun (Romauli, 2009).

b. Perubahan Psikologi pada Remajazx

Tertarik pada lawan jenis, cemas, mudah sedih, lebih perasa,

menarik diri, pemalu dan pemarah (Romauli, 2009). Sensitif atau peka

misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa

tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja

putri, lebih-lebih sebelum menstruasi (Widyastuti, 2009).


2. HIV/ AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome . IDS
merupakan fase terminal( akhir) dari infeksi virus AIDS yang terdiri dari sekumpulan
gejala penyakit akibat kerusakn sistem kekebalan tubuh seseorang . Dengan melemahnya
kekebalan, penderita sangat mudah terkena serangan penyakit yang ringan sekalipun.
Sampai sekarang belum ada obat yang ditemukan untuk melawan secara efektif penyakit
ini.
a. Penyebab HIV/AIDS
Para peneliti telah menemukan bahwa virus adalah penyebab AIDS. Virus ini dikenal
dengan nama HIV (Human Immunodeficiency Virus). Cara kerja virus ini pada manusia
adalah merusak sistem kekebalan tubuh (Sel darah putih) sehingga penderita akan
meninggal karena tidak mampu lagi melawan serangan penyakit serus lainnya. Hasil
studi menunjukan bahwa tidak semua orang yang terserang oleh virus ini akan
menunjukan gejala AIDS dalam waktu yang bersamaan, tetai sudah dapat dipastikan
bahwa orang yang terinfeksi oleh virus ini akan menularkan virus ini kepada orang lain.
Virus HIV dapat ditemukan didalam cairan tubuh pengidapnya , terutama dalam darah,
air mani, dan cairan kemaluan wanita. Virus ini juga di temukan dalam dosis kecil di air
mata, air keringat, air liur, dan air susu ibu.

b. Gejala
Tidak ada gejala-gejala yang khas dan jelas pada orang yang hilang kekebalan tubuhnya.
Diagnosa AIDS tergantung dari pemeriksaan yang tepat dan pada waktu yang tepat pula.
Melalui pemeriksaan darah secara dini akan di temukan kerusakan pada beberapa sistem
kekebalan, misl\alnya seperti bentuk yang khas dari sel-sel darah putih. Kebanyakan
penderita AIDS pada awalnya tidak menunjukan gejala apa-apa dan mereka nampak
merasa sehat. Tetapi justru mereka ini sudah sangat potensial sebagai sumber penularan
HIV kalau belum mengetahui atau menyadari cara pencegahan virus pada orang lain.
Setelah fase awal infeksi (biasanya berlangsung s/d 3 tahun) akan muncul beberapa
gejala seperti kelelahan, demam, hilangnya nafsu makan, penurunan berat badan, sering
mencret, batuk-batuk yang sukar di sembuhkan, berkeringat deras pada malam hari.
Fase selanjutnya perkembangan penyakit , munculah pembengkakan kelenjar limpha
(biasanya dileher, ketiak, atau lipatan paha ) , yang tidak diketahui sebabnya . Pada fase
akhir , muncul gejala lain yang lebih khas untuk penyakit AIDS yaitu bercak-bercak biru
kecokltan pada kulit disebut Kapossi Sarcoma (KS) , radang paru akibat infeksi jamur
pada mulut dan sekitar vagina atau lubang dubur.

c. Cara Penularan
Penularan AIDS dapat terjadi melalui tiga cara, yaitu: melalui hubungan seks (cara
seksual) ;
1. Melalui penggunaan jarum yang terkontaminasi oleh virus ini,
2. Melalui transfusi darah dan transplantasi organ yang tercemar oleh virus ini (cara
parental); dan
3. Melalui ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya (cara perinatal).
Beberapa perilaku yang diketahui mempunyai risiko tinggi untuk mudah terkena infeksi
oleh virus ini adalah melakukan hubungan seks yang tidak aman dengan seseorang yang
terinfeksi oleh virus AIDS, baik dengan sesama jenis kelamin (Homoseksual) maupun
dengan lawan jenis kelamin (heteroseksual) . Mereka yang mempunyai banyak pasangan
mempunyai risiko lebih besar karena infeksi virus ini kemungkinannya lebih besar
menemukan pasangan yang telah mengidap infeksi virus ini. Praktek hubungan seksual
yang tidak aman (Misalnya: tidak menggunakan kondom kalau melakukan hubungan
seks dengan mereka yang mengidap HIV) adalah salah satu kemungkinan cara penularan
virus ini. Penularan dari pengidap HIV laki-laki ke wanita tiga kali lebih besar jika
dibandingkan dengan penularan dari wanita ke laki-laki karena kerentanan wanita
terhadap HIV lebih tinggi.

d. Penanganan HIV
Kombinasi pengobatan dengan AZT,DDI,DDC untuk menghambat kerja virus dan
merusak sistem kekebalan merupakan pengobatan yang cukup efektif. Tujuan
pengobatan ini adalah untuk memperpanjang hidup seorang penderita AIDS selama 1-2
tahun tetapi obat ini belum nejamin pross penyembuhan oleh karena sampai sekarang
belum ada obat yang ampuh untuk menyembuhkan (membunuh virus) infeksi virus
AIDS secara total. Sampai akhir 1997 belum ada obat yang tepat untuk menyembuhkan
penderita AIDS secara total. Walaupun demikian, usaha untuk menemukan obat dan
vaksin terus diperjuangkan dengan giat oleh pakar-pakar kedokteran .

e. Cara Pencegahan
Jangan melakukan hubungan seksual dengan mereka yang mengidap virus AIDS atau
dengan penderita AIDS dan dengan orang-orang yang mempunyai risiko tinggi terkena
infeksi virus AIDS atau dengan orang yang tes HIVnya sudah jelas dinyatakan positif.
Hubungan seks yang lebih aman adalah dengan menggunakan kondom mulai awal
senggama sampai selesai, terutama dengan pasangan baru atau dengan orang yang
berperilaku risiko tinggi.
Jangan melakukan hubungan seks dengan banyak pasangan , termasuk WTS atau PTS.
Jangan melakukan suntikan obat-obatan melalui pembuluh darah. Jika melakukannya
jangan mempergunakan satu jarum injeksi bersama-sama ; jangan melakukan hubungan
seks dengan orang yang sering mempergunakan obat terlarang yang menyuntikan
melalui pembuluh darah. Orang-orang ini sudah terbukti mempunyai risiko tinggi
terkena AIDS.
Wanita yang pasangannya diketahui pengidap HIV dan yang mempunyai perilaku risiko
tinggi atau yang menggunakan obat terlarang dengan suntikan harus memikirkan resiko
terhadap bayi. Wanita ini sebaiknya mendapatkan tes antibodi HIV sebelum hamil. Jika
mereka memilih untuk hamil , mereka harus melakukan tes sedini mungkin. Wanita
hamil yang HIV (+) kemungkinan 40-50% melahirkan bayi dengan HIV.
Meraka yang mempunyai risiko tinggi terkena AIDS sebaiknya jangan menyumbangkan
darah, organ tubuh ataupun sperma.

B. Kerangka Teori

Faktor yang
Mempengaruhi
Pengetahuan:
1. Pendidikan
2. Pengalaman Remaja
3. Usia
4. Sosial Ekonomi
5. Budaya
6. Media Informasi

Tingkat Pengetahuan
Tentang HIV/AIDS:
1. Penyebab
2. Gejala
3. Cara Penularan
4. Penanganan
5. Cara Pencegahan

Gambar 2.1 Kerangka Teori

( Sumber Notoatmodjo, 2007 dan Astuti, 20


BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional. Penelitia deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan dengan membuat
tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi suatu keadaan secara
objektif(Notoatmodjo, 2012). Kuantitatif adalah data yang dipaparkan dalam bentuk
angka-angka (Riwidikdo, 2012). ). Penelitian deskriptif juga dapat didefinisikan suatu
penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena
yang terjadi didalam masyarakat (Notoatmodjo, 2012).

B. Kerangka Konsep
kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati
atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2007).
Kerangka konsep dalam penelitian ditetapkan berdasarkan teori-teori dari kutipan
yang merancang dan menjelaskan tentang gambaran pengetahuan remaja tentang
HIV/AIDS di SMAN 6 Bekasi. Sehubungan dengan keterbatasan yang dimiliki maka
penulis memutuskan untuk mengambil variable pengetahuan HIV/AIDS. Variable adalah
sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh
satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2010).

Variabel Independen Variabel Dependen

Riwayat Keterpaparan Pengetahuan tentang


Informasi Keputihan

Gambar 3.1
Kerangka Konsep

C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel
dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan
suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Notoatmodjo,
2010). Definisi operasional variable dalam penelitian ini sebagai berikut:

Definisi Operasional
DEFINISI ALAT CARA
VARIABEL HASIL UKUR SKALA
OPERASIONAL UKUR UKUR

VARIABEL DEPENDENT

Kemampuan Kuesioner Mengisi 1. 76-100% = BAIK Ordinal


siswa kelas IX kuesioner 2.56-75% =
Pengetahuan untuk menjawab CUKUP
remaja kuesioner 3.< 56 %=
tentang tentang KURANG
HIV/AIDS penyebab
,gejala,cara
penularan,penan
ganan dan
pencegahan
HIV/AIDS.

D. HIPOTESA
BAB IV
METODOLOGI
A. DESAIN
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan waktu secara
cross sectional adalah data yang menunjukkan titik waktu tertentu atau pengumpulannya
dilakukan dalam waktu bersamaan (Riwidikdo, 2012. Dalam penelitian ini bertujuan
untuk menemukan Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 6 Bekasi
tahun 2017.

B. WAKTU DAN TEMPAT


1. Waktu

Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk memeroleh

data penelitian yang dilakukan (Notoatmodjo, 2007). Penelitian ini dilakukan

dilaksanakan pada tanggal 16 Februari 2017.

2. Lokasi

Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data selama kasus

berlangsung (Notoatmodjo, 2007). Lokasi dalam penelitian ini adalah SMA

NEGERI 6 BEKASI .

C. POPULASI DAN SAMPEL


D. PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS

1. Pengolahan Data

Menurut Arikunto (2006) analisis data meliputi 3 langkah:

a. Penyuntingan (Editing)

Kegiatan yang dilakukan dalam penyuntingan ini adalah

memeriksa seluruh daftar pertanyaan yang dikembalikan responden,

dengan memperhatikan beberapa hal dalam pemeriksaan yaitu:

1) Kesesuaian jawaban responden dengan pertanyaan yang diajukan

2) Kelengkapan pengisian daftar pertanyaan

3) Mengecek macam isian data

b. Pengkodean (Coding)

Setelah penyuntingan diselesaikan, kegiatan selanjutnya

dilakukan memberi kode dalam hubungan dengan pengolahan data jika

akan menggunakan komputer.

Untuk pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS:

1) Untuk jawaban benar diberi skor 1


2) Untuk jawaban salah diberi skor 0

3) Tabulasi (Tabulating)

Data hasil pengkodean disusun dan dihitung untuk kemudian

disajikan dalam bentuk tabel.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan analisa univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel

dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan

prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2007). Selanjutnya hasil untuk

mengetahui tingkat pengetahuan remaja dan jumlah remaja menurut

tingkat pengetahuan maka, ditunjukkan dengan prosentase melalui

perhitungan dengan keterangan sebagai berikut :


a. Pengetahuan baik : 76% - 100%

b. Pengetahuan cukup baik : 56% - 75%

c. Pengetahuan kurang baik : < 56%

(Arikunto,2006).

Adapun rumus untuk mengetahui skor prosentase (Arikunto, 2006) :

Keterangan:

P = Prosentase

x = Jumlah jawaban yang benar n

= Jumlah seluruh item soal

Rumus presentasi untuk jumlah remaja menurut tingkat pengetahuan

(Riwidikdo, 2009).

I. Etika Penelitian

Sebelumnya peneliti membuat inform consent atau persetujuan kepada

responden dengan menuliskan jati diri, identitas peneliti, tujuan penelitian,

serta permohonan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian.

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mendapat ijin dari STIKES

Kusuma Husada Surakarta, Kepala Sekolah SMA PGRI 1 Karangmalang

Sragen, dan dari responden sendiri melalui inform consent yang terjamin

kerahasiaannya.

Masalah etika penelitian yang harus diperhatikan antara lain adalah

sebagai berikut:

1. Informed consent
31

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Apabila responden bersedia, maka

mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut.

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset (Hidayat, 2007).


29

Anda mungkin juga menyukai