PENDAHULUAN
Dewasa ini penyakit AIDS ( Acquired Immunodeficiency Syndrom) telah menjadi pandemik,
yaitu telah menyebar keseluruh dunia dengan tingkat penyebaran yang sangat mencemaskan.
Pada tahun 2010, menurut data World Health Organization (WHO), diperkirakan penyakit ini
telah diderita lebih dari 33,3 juta penduduk dunia kemudian berdasarkan data statistik badan
kesehatan dunia, diketahui dalam setiap tahunnya terjadi pertambahan infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS) sebagai
pasien baru diatas 2,6 juta, serta 1,8 juta diantaranya mengalami kematian setiap tahunnya
dan secara global kelompok remaja diatas 15 tahun yang banyak terinfeksi HIV/AIDS.
Data Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara tahun 2012 menunjukkan Di
Indonesia jumlah kumulatif HIV sampai Desember 2013 tercatat berjumlah 127.416 kasus
dengan kasus HIV tertinggi yakni di Provinsi DKI Jakarta (28.790 kasus), Jawa Timur
(16.253 kasus), Papua (14.087 kasus), dan Jawa Barat (10.198 kasus). Berdasarkan laporan
kasus AIDS sampai dengan Desember 2013, jumlah kumulatif kasus AIDS sampai dengan
tahun 2013 sebanyak 52.348 kasus, dengan kasus AIDS tertinggi yakni Papua (10.116 kasus),
Jawa Timur (8.752 kasus), Provinsi DKI Jakarta (7.477 kasus), dan Jawa Barat (4.131 kasus).
Kelompok remaja dalam rentang usia 10-19 tahun, masa remaja merupakan periode
terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual.
Pola karakteristik
pesatnya tumbuh kembang ini menyebabkan remaja dimanapun ia menetap, mempunyai sifat
khas yang sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan
tantangan serta cenderung berani menanggung resiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh
pengalaman dan pengetahuan yang matang.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat utama untuk terbentuknya
tindakan seseorang, dalam mempromosikan bahwa kesehatan itu adalah penting. Promosi
kesehatan di Indonesia telah mempunyai visi, misi dan strategi yang jelas, sebagaimana
tertuang dalam SK Menkes RI No. 1193/2004 tentang kebijakan Nasional Promosi
Kesehatan. Visi, misi tersebut sejalan dengan program kesehatan lainnya mengisi
pembangunan kesehatan dalam kerangka Paradigma Sehat menuju Visi Indonesia Sehat.
Pemerintah Indonesia telah mengutamakan Millenium Development Goals (MDGs)
dalam pembangunan sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaannya sebagaimana
dinyatakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025, yaitu pada point ke
enam memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrom) tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun,
dengan memperhitungkan masa inkubasi sejak terinfeksi hingga berkembang menjadi AIDS
sekitar 5-10 tahun dan persentase pengetahuan remaja terkait HIV dan AIDS yang dimiliki
remaja pada kelompok umur 15-24 tahun mencapai 11,40 % maka, kelompok remaja
merupakan kelompok usia yang paling berisiko tinggi tertular dan menularkan HIV dan
AIDS, oleh karena itu penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV dan AIDS,
diperlukan upaya khusus yang difokuskan pada kelompok remaja. Upaya yang dilakukan
untuk meningkatkan pengetahuan remaja terkait HIV dan AIDS melalui program penyuluhan,
pelatihan dan promosi kesehatan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
3. Tujuan Khusus
HIV/AIDS.
3. Bagi Peneliti
E. Ruang Lingkup
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 6 Bekasi sebagai responden adalah remaja
putri. Variable yang diteliti adalah Tingkat pengetahuan remaja putri tentang
AIDS/HIV di SMA Negeri 6 Bekasi kelas XI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengetahuan
a. Pengertian
b. Tingkatan Pengetahuan
1) Tahu (Know)
7
8
2) Memahami (Comprehension)
3) Aplikasi (Application)
4) Analisa (Analysis)
didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama
5) Sintesis (Synthesis)
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu
6) Evaluasi (Evaluation)
berikut:
1) Pendidikan
2004 untuk siswa SMA terdapat dua sub bab yang membahas
2) Pengalaman
2007).
3) Usia
4) Sosial ekonomi
5) Budaya
sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.
(Notoatmodjo, 2007).
6) Media Informasi
a) Media Cetak
gambar.
bentuk lipatan.
kesehatan.
b)Media Elektronik
pesan-pesan kesehatan.
2. Remaja
a. Pengertian
dari bahasa Latin Adolescene yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk
14
transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis.
dimulai dari usia 11-14 tahun, remaja tengah dimulai dari usia 15-18
tahun, dan remaja akhir dimulai dari usia 19-24 tahun (Soetjiningsih,
2010). Jadi remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya
menarik diri, pemalu dan pemarah (Romauli, 2009). Sensitif atau peka
tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja
b. Gejala
Tidak ada gejala-gejala yang khas dan jelas pada orang yang hilang kekebalan tubuhnya.
Diagnosa AIDS tergantung dari pemeriksaan yang tepat dan pada waktu yang tepat pula.
Melalui pemeriksaan darah secara dini akan di temukan kerusakan pada beberapa sistem
kekebalan, misl\alnya seperti bentuk yang khas dari sel-sel darah putih. Kebanyakan
penderita AIDS pada awalnya tidak menunjukan gejala apa-apa dan mereka nampak
merasa sehat. Tetapi justru mereka ini sudah sangat potensial sebagai sumber penularan
HIV kalau belum mengetahui atau menyadari cara pencegahan virus pada orang lain.
Setelah fase awal infeksi (biasanya berlangsung s/d 3 tahun) akan muncul beberapa
gejala seperti kelelahan, demam, hilangnya nafsu makan, penurunan berat badan, sering
mencret, batuk-batuk yang sukar di sembuhkan, berkeringat deras pada malam hari.
Fase selanjutnya perkembangan penyakit , munculah pembengkakan kelenjar limpha
(biasanya dileher, ketiak, atau lipatan paha ) , yang tidak diketahui sebabnya . Pada fase
akhir , muncul gejala lain yang lebih khas untuk penyakit AIDS yaitu bercak-bercak biru
kecokltan pada kulit disebut Kapossi Sarcoma (KS) , radang paru akibat infeksi jamur
pada mulut dan sekitar vagina atau lubang dubur.
c. Cara Penularan
Penularan AIDS dapat terjadi melalui tiga cara, yaitu: melalui hubungan seks (cara
seksual) ;
1. Melalui penggunaan jarum yang terkontaminasi oleh virus ini,
2. Melalui transfusi darah dan transplantasi organ yang tercemar oleh virus ini (cara
parental); dan
3. Melalui ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya (cara perinatal).
Beberapa perilaku yang diketahui mempunyai risiko tinggi untuk mudah terkena infeksi
oleh virus ini adalah melakukan hubungan seks yang tidak aman dengan seseorang yang
terinfeksi oleh virus AIDS, baik dengan sesama jenis kelamin (Homoseksual) maupun
dengan lawan jenis kelamin (heteroseksual) . Mereka yang mempunyai banyak pasangan
mempunyai risiko lebih besar karena infeksi virus ini kemungkinannya lebih besar
menemukan pasangan yang telah mengidap infeksi virus ini. Praktek hubungan seksual
yang tidak aman (Misalnya: tidak menggunakan kondom kalau melakukan hubungan
seks dengan mereka yang mengidap HIV) adalah salah satu kemungkinan cara penularan
virus ini. Penularan dari pengidap HIV laki-laki ke wanita tiga kali lebih besar jika
dibandingkan dengan penularan dari wanita ke laki-laki karena kerentanan wanita
terhadap HIV lebih tinggi.
d. Penanganan HIV
Kombinasi pengobatan dengan AZT,DDI,DDC untuk menghambat kerja virus dan
merusak sistem kekebalan merupakan pengobatan yang cukup efektif. Tujuan
pengobatan ini adalah untuk memperpanjang hidup seorang penderita AIDS selama 1-2
tahun tetapi obat ini belum nejamin pross penyembuhan oleh karena sampai sekarang
belum ada obat yang ampuh untuk menyembuhkan (membunuh virus) infeksi virus
AIDS secara total. Sampai akhir 1997 belum ada obat yang tepat untuk menyembuhkan
penderita AIDS secara total. Walaupun demikian, usaha untuk menemukan obat dan
vaksin terus diperjuangkan dengan giat oleh pakar-pakar kedokteran .
e. Cara Pencegahan
Jangan melakukan hubungan seksual dengan mereka yang mengidap virus AIDS atau
dengan penderita AIDS dan dengan orang-orang yang mempunyai risiko tinggi terkena
infeksi virus AIDS atau dengan orang yang tes HIVnya sudah jelas dinyatakan positif.
Hubungan seks yang lebih aman adalah dengan menggunakan kondom mulai awal
senggama sampai selesai, terutama dengan pasangan baru atau dengan orang yang
berperilaku risiko tinggi.
Jangan melakukan hubungan seks dengan banyak pasangan , termasuk WTS atau PTS.
Jangan melakukan suntikan obat-obatan melalui pembuluh darah. Jika melakukannya
jangan mempergunakan satu jarum injeksi bersama-sama ; jangan melakukan hubungan
seks dengan orang yang sering mempergunakan obat terlarang yang menyuntikan
melalui pembuluh darah. Orang-orang ini sudah terbukti mempunyai risiko tinggi
terkena AIDS.
Wanita yang pasangannya diketahui pengidap HIV dan yang mempunyai perilaku risiko
tinggi atau yang menggunakan obat terlarang dengan suntikan harus memikirkan resiko
terhadap bayi. Wanita ini sebaiknya mendapatkan tes antibodi HIV sebelum hamil. Jika
mereka memilih untuk hamil , mereka harus melakukan tes sedini mungkin. Wanita
hamil yang HIV (+) kemungkinan 40-50% melahirkan bayi dengan HIV.
Meraka yang mempunyai risiko tinggi terkena AIDS sebaiknya jangan menyumbangkan
darah, organ tubuh ataupun sperma.
B. Kerangka Teori
Faktor yang
Mempengaruhi
Pengetahuan:
1. Pendidikan
2. Pengalaman Remaja
3. Usia
4. Sosial Ekonomi
5. Budaya
6. Media Informasi
Tingkat Pengetahuan
Tentang HIV/AIDS:
1. Penyebab
2. Gejala
3. Cara Penularan
4. Penanganan
5. Cara Pencegahan
B. Kerangka Konsep
kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati
atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2007).
Kerangka konsep dalam penelitian ditetapkan berdasarkan teori-teori dari kutipan
yang merancang dan menjelaskan tentang gambaran pengetahuan remaja tentang
HIV/AIDS di SMAN 6 Bekasi. Sehubungan dengan keterbatasan yang dimiliki maka
penulis memutuskan untuk mengambil variable pengetahuan HIV/AIDS. Variable adalah
sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh
satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2010).
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel
dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan
suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Notoatmodjo,
2010). Definisi operasional variable dalam penelitian ini sebagai berikut:
Definisi Operasional
DEFINISI ALAT CARA
VARIABEL HASIL UKUR SKALA
OPERASIONAL UKUR UKUR
VARIABEL DEPENDENT
D. HIPOTESA
BAB IV
METODOLOGI
A. DESAIN
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan waktu secara
cross sectional adalah data yang menunjukkan titik waktu tertentu atau pengumpulannya
dilakukan dalam waktu bersamaan (Riwidikdo, 2012. Dalam penelitian ini bertujuan
untuk menemukan Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 6 Bekasi
tahun 2017.
Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk memeroleh
2. Lokasi
Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data selama kasus
NEGERI 6 BEKASI .
1. Pengolahan Data
a. Penyuntingan (Editing)
b. Pengkodean (Coding)
3) Tabulasi (Tabulating)
(Arikunto,2006).
Keterangan:
P = Prosentase
(Riwidikdo, 2009).
I. Etika Penelitian
Sragen, dan dari responden sendiri melalui inform consent yang terjamin
kerahasiaannya.
sebagai berikut:
1. Informed consent
31
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada