ABSTRAK
Perencanaan dimensi jembatan rangka baja didasarkan pada besar gaya batang tiap
elemen penyusun rangka yang bersesuaian. Pada keadaan tertentu, tidak semua batang
penyusun rangka jembatan terdefinisi besar gaya batangnya atau biasa dikenal sebagai
batang nol. Selain setiap batang penyusun rangka jembatan memenuhi persyaratan
kuat menahan gaya tekan atau tarik, secara keseluruhan jembatan rangka baja harus
memenuhi persyaratan stabilitas berupa batas lendutan maximum yang diijinkan.
Dalam proses fabrikasi biasanya terjadi perlemahanan struktur misalnya pada
sambungan, sehingga pengujian secara model sebaiknya tidak ditinggalkan.
Penelitian ini dimaksudkan mengetahui pengaruh pemakaian bahan substitusi pada
batang nol jembatan rangka baja terhadap stabilitas struktur dengan uji model.
Pengujian dilakukan dengan mengukur displacement vertikal akibat beban statis pada
model jembatan rangka baja yang menggunakan profil baja pada batang nol dan
jembatan rangka baja yang menggunakan profil alumunium pada batang nol. Hasil
pengukuran lendutan yang terjadi pada model jembatan rangka baja akan
dibandingkan dengan hasil analisis struktur dengan program SAP 2000 secara 3
dimensi.
Hasil penelitian menunjukkan, terdapat perbedaan displacement yang besar pada
model jembatan yang ditinjau antara hasil analisis struktur dengan pengujian model,
yaitu sebesar 376,5% . Sedangkan penggunaan bahan substitusi pada batang nol
jembatan rangka baja, mengakibatkan penurunan displacement arah vertikal namun
terdapat dugaan terjadinya peningkatan displacement arah horizontal.
Kata kunci: batang nol, displacement, bahan substitusi
1. PENDAHULUAN
Jembatan adalah prasarana transportasi yang keberadaannya sangat diperlukan dan
sudah dikenal lama oleh umat manusia. Karena jembatan adalah konstruksi yang
berguna untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah,
seperti sungai, lembah bahkan laut (Struyk, H J dkk, 1995).
Pada jembatan rangka baja, dimensi masing masing batang penyusun rangka
didasarkan pada gayagaya yang bekerja pada batang yang bersangkutan. Gayagaya
tersebut dapat berupa gaya tarik atau gaya tekan. Namun pada kenyataannya dengan
konfigurasi batang dan pembebanan tertentu, ada batang yang besar gaya batangnya
sama dengan nol, atau dikenal sebagai batang nol. Perhatikan Gambar 1 berikut ini:
p q
P
(a)
(b)
Gambar 1. Rangka jembatan dengan batang nol (a) dan tanpa batang nol (b)
Pada rangka jembatan dengan bentuk dan pembebanan pada Gambar 1 (a) di atas,
dapat dipastikan besar gaya batang vertikal (p) dan (q) adalah nol (= 0). Pada batang
rangka jembatan yang besar gaya batangnya adalah nol, maka dimensi batangnya
disamakan dengan dimensi batang lain yang sejenis atau batang yang terkecil.
Sedangkan rangka jembatan dengan konfigurasi batang dan pembebanan pada
Gambar 2 (b), semua batangnya terdefinisi besar gaya batangnya.
Adanya batang nol pada jembatan rangka menimbulkan suatu ide penelitian untuk
mengetahui pengaruh pemakaian bahan substitusi pada batang nol model jembatan
rangka baja terhadap stabilitas struktur. Sedangkan cakupan dalam penelitian ini
adalah, pengukuran stabilitas struktur berupa besarnya lendutan vertikal akibat beban
statis pada lantai model jembatan rangka baja. Besarnya lendutan vertikal pengujian
model jembatan rangka baja akan dibandingkan dengan perhitungan analisis struktur
menggunakan program SAP 2000 secara 3 dimensi.
Besarnya beban yang bekerja pada jembatan jalan raya, telah ditetapkan dalam
Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya ( PPPJJR 1987). Hasil
yang didapat dari perhitungan pembebanan adalah besar gaya yang bekerja pada
rangka jembatan, berupa beban pada buhul rangka jembatan.
Pada jembatan yang dilewati lalu lintas berupa kendaraan bermotor baik beroda dua
maupun empat, beban-beban yang bekerja menurut ( PPPJJR 1987 ) adalah :
1. Beban Mati.
Beban mati adalah bebanbeban yang merupakan berat sendiri dari konstruksi
rangka jembatan Baja, berupa : berat sendiri rangka baja, beton bertulang,
perkerasan aspal, dan Air hujan.
2. Beban Hidup.
Beban Hidup adalah beban beban kendaraan yang melalui jembatan, yang terdiri
dari beban T dan beban D.
3. Beban Kejut
Untuk memperhitungkan pengaruh getaran dan pengaruh dinamis lainnya,
tegangan akibat beban garis P harus dikalikan dengan koefisien kejut ( K ) agar
melakukan checking terhadap hasil analisis yang diperoleh dari metode analitik
maupun numerik dan dapat membantu membuat perancangan suatu struktur yang
geometri maupun kondisi batasnya sangat kompleks.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian tentang Analisis Penggunaan Bahan Substitusi Pada Batang Nol Model
Jembatan Rangka Baja Terhadap Stabilitas Struktur dilakukan terhadap model
jembatan dengan bentuk sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2, berikut ini.
a a a a
45 cm
a a a a
435 cm
Gambar 3. Rangka utama model jembatan
Tabel 1. Dimensi batang model jembatan rangka penelitian
No Nama Batang Dimensi Keterangan
1 Seluruh batang rangka utama
kecuali batang - a 32.32.3,5 Plat buhul tebal 6
2 Batang - a 32.32.3,5 mm
3 Bracing dan ikatan angin 26.26.2,5
4 Bahan substitusi batang 12.22.2 Terbuat dari Alumunium
vertikal tengah, rangka utama
Dimensi batang pada model jembatan rangka baja dibuat pada awalnya hanya
ditujukan menerima beban terpusat di tengah bentang, sehingga dimensi batang yang
diperkuat adalah bagian tengah.
Pada penelitian ini, beban pada jembatan rangka dibuat dengan bentuk seperti pada
Gambar 4, berikut ini:
140 cm
Lantai
Rangka Baja
Roda
75 cm
Hasil pengujian yang diperoleh terhadap material akan digunakan dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa, modulus elastisitas baja di pasaran lebih rendah dari modulus
elastisitas standar, sedang modulus elastisitas alumunium di pasaran sudah sesuai
dengan modulus elastisitas standar. Hal ini menunjukkan material baja yang beredar di
pasaran belum memenuhi standar yang disyaratkan.
Hasil pengujian besarnya lendutan/ displacement pada titik buhul bawah rangka utama
jembatan baik hasil analisis struktur maupun pengujian model untuk struktur rangka
jembatan baja dapat dilihat pada Gambar 8 sampai dengan Gambar 10 di bawah ini.
0.00
-0.20
-0.30
(mm)
-0.40
-0.50
-0.60
-0.70
Letak dial gauge
Gambar 8. Perbandingan lendutan Analisis struktur dengan uji model, posisi beban I
0.00
Displacement arah vertikal
-0.10 2 3 4 5
-0.20
-0.30
(mm)
-0.40
-0.50
-0.60
-0.70
-0.80
-0.90
Letak dial gauge
Gambar 9. Perbandingan lendutan Analisis struktur dengan uji model, posisi beban II
0.00
Displacement arah vertikal
2 3 4 5
-0.20
-0.40
(mm)
-0.60
-0.80
-1.00
-1.20
Letak dial gauge
Gambar 10. Perbandingan lendutan Analisis struktur dengan uji model, posisi beban III
Besarnya lendutan yang terjadi hasil pengamatan pada dial gauge 3 menunjukkan,
bahwa terjadi penurunan meskipun sangat kecil, besarnya lendutan arah vertikal
akibat pemakaian bahan substitusi pada batang nol jembatan rangka baja. Besarnya
penurunan lendutan tersebut terjadi baik pada hasil analisis struktur maupun hasil
pengujian model. Besarnya penurunan rata-rata lendutan vertikal pada pengujian
model antara jembatan rangka baja biasa dengan jembatan rangka dengan bahan
substitusi pada batang nol adalah sebesar 4,15%. Penurunan lendutan arah vertikal
4. KESIMPULAN
Hasil penelitian tentang Analisis Penggunaan Bahan Substitusi Pada Batang Nol
Model Jembatan Rangka Baja Terhadap Stabilitas Struktur menunjukkan bahwa,
terjadi peningkatan lendutan vertikal, antara hasil fabrikasi jembatan rangka baja
apabila dibandingkan dengan hasil analisis struktur. Selain itu dapat disimpulkan
bahwa pemakaian bahan substitusi pada batang nol tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap stabilitas struktur dengan pembebabanan statis.
Mengingat pembahasan beban dalam penelitian ini berupa beban statis maka perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh beban dinamis terhadap sifat
kelelahan struktur atau stabilitas sambungan pada model jembatan. Penelitian lebih
lanjut juga perlu dilakukan untuk durabilitas struktur dengan pemakaian bahan dan
fabrikasi yang ada di pasaran.
5. DAFTAR PUSTAKA
1. DPU (1987) Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya
(PPPJJR1987), Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
2. DPU (1984) Pedoman Perencanaan Bangunan Baja Indonesia ( PPBBI 1984),
Yayasan Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung
3. Gere, J., dan Thimosenko, S. (1996) Mekanika Bahan jilid 1, edisi 2 (terjemahan
oleh wospakrik), Penerbit Erlangga, Jakarta
4. Ghali, A. (1990) Analisis Struktur, Penerbit Erlangga, Jakarta
5. Solikin, M. (2003) Analisis batang nol pada jembatan rangka baja (tidak
dipublikasikan), Lembaga Penelitian, Universitas Muhammadiyah Surakarta
6. Struyk, H.J. (1990) Jembatan (terjemahan Sumargono), Pradnya Paramitra,
Jakarta
7. Suhendro, B. (2000), Teori Model Struktur dan Teknik Eksperimental, Penerbit
Beta Ofset, Yogyakarta