OLEH:
A.A. ISTRI SRI HARTANI DEWANDARI
1308505034
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Luka bakar merupakan salah satu kejadian yang sering terjadi di
masyarakat. Data Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah angka kejadian luka bakar
sebanyak 217 kasus pada tahun 2011 dengan angka kematian sebesar 39%
(Artawan, 2011). Presentase kejadian luka bakar didominasi oleh luka bakar
derajat II (deep partial-thickness) yaitu sebesar 73% (Sabarahi, 2010). Oleh sebab
itu diperlukan sediaan yang memiliki efek pada ketiga fase tersebut sehingga
penyembuhan luka bakat efektif.
Salah satu formula sediaan baru yang dibuat dan diteliti oleh Pusat
Teknologi Farmasi dan Medika - BPPT adalah sediaan luka bakar berbahan aktif
kitosan dan ekstrak pegagan. Penggunaan ekstrak pegagan dan kitosan merupakan
terobosan baru penggunaan bahan alami sebagai bahan aktif pada sediaan luka
bakar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa yang berperan untuk
pengobatan luka bakar pada herba pegagan adalah asiaticoside, sehingga senyawa
asiaticoside inilah yang dijadikan penanda dan diharapkan kadarnya setinggi
mungkin dalam fraksi ekstrak yang akan digunakan saat formulasi. Selain itu
ekstrak pegagan mempunyai efek sebagai antinosiseptik dan antiinflamasi yang
dapat mensinergiskan pada pengobatan luka bakar (Rismana, 2015).
Kitosan merupakan polimer yang aman dan mempunyai sifat tidak beracun,
biocompatible dan biodegradable. Kitosan dapat digunakan sebagai wound-
healing karena sifatnya yang dapat menghambat fibroplasia dan meningkatkan
pertumbuhan jaringan. Oleh karena itu kitosan dapat digunakan sebagai bahan
aktif dan bahan pembawa polimer biodegradable pada bentuk sediaan topical.
Hasil uji khasiat yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sediaan luka bakar
mengandung kitosan dan esktrak pegagan dapat menyembuhkan luka bakar yang
baik (Rismana, 2015).
Gambar 2.
Stabilitas pH sediaan pada suhu kamar selama 24 minggu (garis coklat) dan suhu
dipercepat selama 12 minggu (garis biru)
Gambar 3. Profil kromatografi KCKT sediaan pada penyimpanan suhu kamar
pada minggu : a) ke-0, b) ke-12, c) ke-24 dan d) standar asiaticoside 600 ppm
Tabel 3. Data hasil pengujian KCKT untuk kurva kalibrasi, sampel minggu
0,minggu ke 12 dan minggu ke 24
Gambar 5. Kurva
kalibrasi asiaticoside hasil analisis KCKT
Tabel 5. Hasil uji angka lempeng total dan kapang khamir pada sediaan selama
penyimpanan 12 minggu pada suhu dipercepat
3.2 PEMBAHASAN
Hasil dari pengamatan warna sediaan gel pada suhu kamar berwarna
kuning muda kehijauan stabil sampai minggu ke 8, kemudian terjadi
perubahan warna pada minggu ke 10 sampai 12 menjadi coklat muda
kehijauan dan pada minggu ke 16-24 warna gel berubah menjadi coklat
muda. Pada pengamatan dengan suhu 40C dengan RH 75% warna gel
kuning muda kehijauan hingga minggu ke 6 kemudian terjadi perubahan
warna menjadi hijau kecoklatan pada minggu ke 8 sampai ke 10 dan pada
minggu ke 12 warna gel berubah menjadi coklat muda. Perubahan warna
yang terjadi selama pengujian baik pada suhu kamar maupun suhu 40C
dengan RH 75% disebabkan karena adanya reaksi oksidasi selama
penyimpanan.
Artawan, I.M. 2011. Pengaruh Gel Ekstrak Daun Pegagan terhadap Proses
Penyembuhan Luka Bakar Derajat 2 pada Mencit. Skripsi. Denpasar:
Universitas Udayana.
Osol A., et al. 1980. Remington's Pharmaceutical Sciences, l6th ed. Easton-
Pensivania: Mack Publishing Company. 104-135, 244-262
Sabarahi, S. 2010. Principles and Practice of Burn Care. New Delhi: Jaypee Ltd