Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

PERCOBAAN 1-3
PRAKTIKUM KOMUNIKASI FIBER OPTIK

Disusun Oleh
Fanny Nur Amalia Sari ( 13 )
NIM. 1241160068
Kelompok 1

Kelas:
JTD-4C

JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL


TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2015
PERCOBAAN 1
COMPARATOR EXPERIMENT

I. Tujuan
Percobaan fungsi dari komparator yang menyediakan kompensasi terhadap daya
yang hilang selama transmisi pada kabel fiber optic.

II. Alat dan Bahan


E/O converter (U-2980A) 1 buah
O/E converter (U-2980B) 1 buah
Power Suply DC (U-2980P) 1 buah
Osiloskop 2 channel 1 buah
Osilator LF 1 buah
Kabel Fiber Optik 1 buah
Multimeter Digital 1 buah

III. Dasar Teori


A. Aplikasi E/O Konverter
E/O Converter U-2980A adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengkonversi
sinyal elektrik menjadi sinyal optik. LED infrared digunakan sebagai elemen
penkonversi, dengan rentang arus mencapai 50 mA. Intensitas cahaya dimodulasi oleh
sinyal DC atau sinyal AC yang besarnya 0-5V atau oleh sinyal TTL. Sinyal modulasi
kemudian dipancarkan sepanjang kabel Fiber Optik, kemudian hasil dari sinyal optik
tersebut akan diterima dan dikonversikan menjadi sinyal elektrik oleh E/O converter,
Hal tersebut adalah contoh dari sistem komunikasi fiber optik secara sederhana.
Penkonversi sinyal elektrik menjadi sinyal cahaya (Modulasi Intensitas Cahaya)
Sebaiknya, pengatur LED ini dapat menghasilkan kedalam modulasi intensitas
cahaya di dalam LED.
Karakteristik modulasi tersebut diindikasikan pada gambar di bawah ini
Kedua tipe modulasi ditunjukkan pada gambar diatas menggunakan metode
digital ke analog. Di dalam modulasi digital, 0 Volt artinya LED tersebut mati, dan 5V
berarti LED tersebut menyala. Kondisi nyala atau mati nya LED digunakan untuk
merepresentasikan nyala/tidaknya sebuah sinyal elektrik, atau bisa juga menggunakan
logika 0 dan 1. Pasangan dari input langsung dapat diterima untuk tipe dari modulasi.
Modulasi analog digunakan untuk sebuah sinyal AC.
Ketika sinyal AC digunakan pada sebuah LED untuk membangkitkan cahaya oleh
jalur LED dengan variasi waktu dari sinyal AC sehingga menjadi linier antara arus dan
intensitas cahaya dari perangkat. Sebagian kecil dari arus bias diperkirakan sekitar 25
mA mungkin lebih baik untuk mencegah distorsi dari sinyal input kotak. Gabungan
sinyal AC dibutuhkan untuk tipe dari modulasi.

B. Aplikasi O/E Konverter


Fungsi dari O/E converter U-2980B adalah untuk mengkonversikan/ merubah
sinyal optik menjadi sinyal optik. Foto transistor berkecepatan tinggi digunakan sebagai
elemen pengkonversi. Foto transistor mampu untuk menghasilkan arus dan yang
kemudian dikonfigurasi untuk mengurangi impedansi dari rangkaian.
Dengan menambahkan kemampuan mengkonversi ke sinyal analog, converter
memiliki nilai tegangan varibel threshold untuk mendapatkan tampilan sinyal digital
yang baik. Hasil dari konversi pada pulsa optik digital adalah output level TTL.
Karakteristik Konversi pada phototransistor
Perbandingan karakteristik arus dan sinar iluminasi pada phototransistor digambarkan
pada gambar 4-13. Dan juga respon spectral pada phototransistor digambarkan pada
gambar 4-14.
Loss karakteristik pada kabel fiber optik digunakan pada panjang gelombang seperti
yang tertera pada gambar 4-15.

Penguat Arus DC pada Sinyal


Arus sinyal dari phototransistor dikonversikan kedalam sinyal tegangan melalui resistor
100ohm pada emitter. Sinyal tegangan akan dikuatkan oleh operasional amplifier.

Rangkaian Komparator
Modulasi pulsa atau modulasi sinyal digital akan dihasilkan pada penerima akhir oleh
rangkaian komparator. Ranggkaian komparator diperlukan untuk menngganti rugi-rugi
daya sepanjang transmisi. Level threshold pada komparator diatur mulai dari 0 sampai
5V. Terminal monitor diberikan untuk tegangan monitor threshold.
Contoh proses memancarkan dan menerima pada level data TTL digambarkan pada
gambar 4-17. Pada proses transmisi perlu diingat bahwa sinyal data digital
dikonversikan kedalam sinyal cahaya oleh infrared emitting LED yang dimodulasi oleh
rangkaian control logic positif.

Pengukuran level threshold pada komparator perlu dilakukan untuk


menjaga kualitas data yang telah dihasilkan. Informasi lebih jelas diberikan pada
gambar 4-18 untuk membantu mengetahui fungsi dari tegangan threshold.

IV. Langkah Percobaan


1. Memastikan tegangan pada Power supply pada posisi off dan hubungkan kabel
seperti pada gambar dibawah ini
Skema Komparator

Rangkaian Komparator
2. Menghubungkan power supply dengan U-2980B
3. Mengatur selector switch pada posisi AC kopling dan merubah arus bias LED pada
posisi minimum
4. Menyalakan Power
5. Menghubungkan output osilator RF dengan TTL atau terminal output analog pada
U-2980A.
6. Mengatur output LF osilator sebesar 1Hz gelombang kotak
7. Menghubungkan CH 1 pasa osiloskop dengan terminal monitor pada U-2980A
8. Mengatur output LF osilator seperti pada gelombang output, yaitu 4mA dan 0,4
Vpeak yang diamati pada minitor terminal(U-2980A)
9. Menghubungkan U-2980A dan U-2980B dengan Kabel fiber optic
10. Menghubungkan multimeter digital dengan terminal monitor (U-2980B)
11. Dengan menggunakan CH2 pada osiloskop, mengamati sinyal analog dan output
gelombang TTL. Mengatur level threshold untuk menghasilkan output TTL yang
stabil. Mencari nilai minimum threshold, Vth min dan nilai threshold maksimal dan
Vth max.
12. Mencari nilai Vth min yang baru dan nilai Vth max, sementara arus LED dirubah
seperti nilai yang tertera pada tabel dan kemudian, mengisi table

V. Hasil Percobaan
1. Tabel Hasil Percobaan
VEI (V) LED Current (mA) VAO (V) VTH Min (V) VTH Max (V) VAO (V)
0,4 V 40 mA 2 Vpp 0,4 Vpp 0,4 Vpp 1 Vpp
0,3 V 30 mA 2 Vpp 0,4 Vpp 0,4 Vpp 1 Vpp
0,2 V 20 mA 2 Vpp 0,4 Vpp 0,3 Vpp 1 Vpp
0,1 V 10 mA 2 Vpp 0,2 Vpp 0,1 Vpp 1 Vpp
0,05 V 5 mA 0,4 Vpp 0,3 Vpp 0,3 Vpp 0,2 Vpp

2. Foto Hasil Percobaan


Mencari nilai tegangan analog output (VAO)

VEI (V) VAO

0,4 V
0,3 V

0,2 V

0,1 V

0,05 V
VI. Analisa
Berdasarkan hasil praktikum comparator dapat diketahui :
1. Alat comparator mengubah gelombang kotak VEI (LED driver current) menjadi bentuk
gelombang sinus VAO (Analog Output Voltage).
2. Nilai dari tegangan VEI berpengaruh terhadap tegangan VAO, yaitu semakin kecil
tegangan inputnya, maka nilai tegangan VAO juga akan semakin kecil pula.
3. Pada tegangan VTH MIN dan VTH MAX dipengaruhi oleh pengaturan threshold voltage.
Untuk mengetahui nilai dari 1/2VAO dapat diketahui sebagai berikut :
Untuk VEI = 0,4 V
VAO =x2V
=1V
Untuk VEI = 0,3 V
VAO =x2V
=1V
Untuk VEI = 0,2 V
VAO =x2V
=1V
Untuk VEI = 0,1 V
VAO =x2V
=1V
Untuk VEI = 0,05 V
VAO = x 0,4 V
= 0,2 V

VII.Kesimpulan
Dari hasil percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Nilai tegangan input VEI sebanding dengan nilai VAO, semakin kecil nilai tegangan
input VEI, maka semakin kecil pula nilai tegangan dari VAO.

2. Nilai frekuensi sebanding dengan nilai tegangannya. Semakin besar frekuensi yang
diberikan maka semakin besar pula perubahan nilai tegangannya.

3. Nilai tegangan yang hilang pada percobaan comparator ini ditunjukkan dari nilai-
nilai VAO, VTH MIN, VTH MAX dan VAO.

PERCOBAAN 2
MENGUKUR KARAKTERISTIK DIODE Si DAN Ge,
KOMPONEN ELECTRO OPTICAL CONVERSION LED DAN
LD MENGGUNAKAN OSCILLOSCOPE

I. Tujuan
Mengerti prinsip kerja diode, LED, dan LD (Laser Diode)
Mengerti karakteristik semikonduktor Si dan Ge, warna LED, dan Laser
Mengerti dan gambar kurva karakteristik arus-tegangan
Membandingkan emisi LED dan LD

II. Alat dan Bahan


Oscilloscope
Optical Communication board

III. Dasar Teori


A. Diode

Diode adalah komponen aktif dua kutub yang pada umumnya bersifat
semikonduktor, yang memperbolehkan arus listrik mengalir ke satu arah (kondisi
panjar maju) dan menghambat arus dari arah sebaliknya (kondisi panjar mundur).
Diode dapat disamakan sebagai fungsi katup di dalam bidang elektronika. Diode
sebenarnya tidak menunjukkan karakteristik kesearahan yang sempurna, melainkan
mempunyai karakteristik hubungan arus dan tegangan kompleks yang tidak linier dan
seringkali tergantung pada teknologi atau material yang digunakan serta parameter
penggunaan. Beberapa jenis diode juga mempunyai fungsi yang tidak ditujukan untuk
penggunaan penyearahan. Awal mula dari diode adalah peranti kristal Cat's
Whisker dan tabung hampa(juga disebut katup termionik). Saat ini diode yang paling
umum dibuat dari bahan semikonduktor seperti silikon atau germanium.

Ahli-ahli fisika terutama yang menguasai fisika quantum pada masa itu mencoba
memberikan doping pada bahan semikonduktor ini. Pemberian doping dimaksudkan
untuk mendapatkan electron valensi bebas dalam jumlah lebih banyak dan permanen,
yang diharapkan akan dapat menghantarkan listrik.
1. Semikonduktor TIPE-N

Misalnya pada bahan silicon diberi doping phosphorus atau arsenic yang
pentavalen yaitu bahan Kristal dengan inti atom memiliki 5 elektron valensi.
Dengan doping, ilikon yang tidak lagi murni ini (impurity semiconductor) akan
memiliki kelebihan electron. Kelebihan electron membentuk semikonduktor tipe-
n. Semikonduktor tipe-n disebut juga donor yang siap melepaskan electron.

2. Semikonduktor TIPE-P

Kalau silicon diberi doping Boron, Gallium atau Indium, maka akan didapat
semikonduktor tipe-p. Untuk mendapatkan silicon tipe-p, bahan dopingnya adalah
bahan trivalent yaitu unsure dengan ion yang memiliki 3 elektron pada pita
valensi. Karena ion silicon memiliki 4 elektron, dengan demikian ada ikatan
kovalen yang bolong (hole). Hole ini digambarkan sebagai akseptor yang siap
menerima electron. Dengan demikian, kekurangan electron menyebabkan
semikonduktor ini menjadi tipe-p.

B. LED

Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah komponen
elektronika yang dapat memancarkan cahaya monokromatik ketika diberikan tegangan
maju. LED merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan semikonduktor. Warna-
warna cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung pada jenis bahan semikonduktor
yang dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan sinar inframerah yang tidak
tampak oleh mata seperti yang sering kita jumpai pada Remote Control TV ataupun
Remote Control perangkat elektronik lainnya.

Saat ini, LED telah memiliki beranekaragam warna, diantaranya sepertin warna
merah, kuning, biru, putih, hijau, jingga dan infra merah. Keanekaragaman warna pada
LED tersebut tergantung pada wavelength (panjang gelombang) dan senyawa
semikonduktor yang dipergunakannya. Berikut ini adalah Tabel Senyawa
semikonduktor yang digunakan untuk menghasilkan variasi warna pada LED:
Tabel 2.1 Tabel senyawa semikonduktor

Bentuk LED mirip dengan sebuah bohlam (bola lampu) yang kecil dan dapat
dipasangkan dengan mudah ke dalam berbagai perangkat elektronika. Berbeda dengan
lampu pijar, LED tidak memerlukan pembakaran filamen sehingga tidak menimbulkan
panas dalam menghasilkan cahaya. Oleh karena itu, saat ini LED (Light Emitting
Diode) yang bentuknya kecil telah banyak digunakan sebagai lampu penerang dalam
LCD TV yang mengganti lampu tube.

Gambar 2.1 Bentuk dan Simbol Elektronik LED

C. LD

Diode laser (Light Amplification by Stimulated Emmission of Radiation) adalah


sumber gelombang elektromagnetik koheren yang memancarkan gelombang pada
frekuensi inframerah dan cahaya tampak. Koheren dalam hal ini adalah berfrekuensi
tunggal, seface, dan terpolarisasi.
Diode laser adalah sejenis diode dimana media aktifnya menggunakan sebuah
semikonduktor persimpangan p-n yang mirip dengan yang terdapat pada diode
pemancar cahaya. Diode laser kadang juga disingkat LD atau ILD.

Gambar 2.2 Bentuk dari diode laser

Diode laser baru ditemukan pada akhir abad ini oleh ilmuwan Universitas
Harvard. Prinsip kerja diode ini sama seperti diode lainnya yaitu melalui sirkuit dari
rangkai elektronika, yang terdiri dari jenis p dan n. pada kedua jenis ini sering
dihasilkan 2 tegangan, yaitu:

1. Biased forward, arus dihasilkan searah dengan nilai 0,707 untuk pembagian
tegangan puncak, bentuk gelombang diatas (+)

2. Backforward biased, ini merupakan tegangan berbalik yang dapat merusak suatu
komponen elektronika.

D. Osiloskop

Osiloskop adalah alat ukur elektronika yang berfungsi memproyeksikan bentuk


sinyal listrik agar dapat dilihat dan dipelajari. Osiloskop dilengkapi dengan tabung sinar
katode. Peranti pemancar elektron memproyeksikan sorotan elektron ke layar tabung
sinar katode orotan elektron membekas pada layar. Suatu rangkaian khusus dalam
osiloskop menyebabkan sorotan bergerak berulang-ulang dari kiri ke
kanan. Pengulangan ini menyebabkan bentuk sinyal kontinyu sehingga dapat dipelajari.
Osiloskop biasanya digunakan untuk mengamati bentuk gelombang yang tepat dari
sinyal listrik. Selain amplitudo sinyal, osiloskop dapat menunjukkan distorsi, waktu
antara dua peristiwa (seperti lebar pulsa, periode, atau waktu naik) dan waktu relatif
dari dua sinyal terkait..
Semua alat ukur elektronik bekerja berdasarkan sampel data, semakin tinggi
sampel data, semakin akurat peralatan elektronik tersebut. Osiloskop, pada umumnya
juga mempunyai sampel data yang sangat tinggi, oleh karena itu osiloskop merupakan
alat ukur elektronik yang mahal. Jika sebuah osiloskop mempunyai sampel rate 10 Ks/s
(10 kilo sample/second = 10.000 data per detik), maka alat ini akan melakukan
pembacaan sebanyak 10.000 kali dalam sedetik. Jika yang diukur adalah sebuah
gelombang dengan frekuensi 2500Hz, maka setiap sampel akan memuat data 1/4 dari
sebuah gelombang penuh yang kemudian akan ditampilkan dalam layar dengan grafik
skala XY.

IV. Langkah Percobaan


A. MENGUKUR KARAKTERISTIK DIODE Si DAN GR
1. Hubungkan oscilloscope ke terminal input [X] signal dan ke terminal output [Y]
signal pada Optical Communication board
2. Atur oscilloscope sehingga tampil bentuk gelombang yang menunjukkan sinyal
input [X] dan sinyal output [Y] pada saat yang sama
3. Atur tombol Freq. Range ke posisi low frequency LF dan atur tombol Select
S/T ke posisi bentuk gelombang sinus ~
4. Atur Input Select Switch ke Function dan atur Output Select Switch ke Si
dan atur juga Display Select Switch ke NC
5. Atur Oscillation Frequency ke skala (9.5) dan Amplitudo of Function ke
skala (0.1) dan Bias Current ke skala (1.8)
6. Hubungkan power supply DC ke body bagian transmitter (pojok kiri atas)
7. Atur tombol Amplitudo Function dan Bias Current untuk membuat hasil
tampilan sinyal input [X] pada oscilloscope adalah gelombang sinus tanpa
distorsi dengan tegangan maksimum yang dihasilkan adalah 2 Volt dan tegangan
minimum-nya adalah -2 Volt. Kemudian bandingkan dan gambar grafik sinyal
input [X] dan sinyal output [Y].
8. Gambar kurva tegangan-arus untuk diode Si dengan mengatur tampilan
oscilloscope pada mode XY.
9. Atur tombol selector Output Select Switch ke posisi Ge (Germanium
Semiconductor) dan ulangi langkah 7 dan 8.
B. KOMPONEN ELECTRO OPTICAL CONVERSION LED
1. Hubungkan oscilloscope ke terminal input [X] signal dan ke terminal output [Y]
signal pada Optical Communication board
2. Atur oscilloscope sehingga tampil bentuk gelombang yang menunjukkan sinyal
input [X] dan sinyal output [Y] pada saat yang sama
3. Atur tombol Freq. Range ke posisi low frequency LF dan atur tombol Select
S/T ke posisi bentuk gelombang sinus ~
4. Atur Input Select Switch ke Function dan atur Output Select Switch ke
LED(R) dan atur juga Display Select Switch ke NC
5. Atur Oscillation Frequency ke skala (9.5) dan Amplitudo of Function ke
skala (0.1) dan Bias Current ke skala (1.0)
6. Hubungkan power supply DC ke body bagian transmitter (pojok kiri atas)
7. Atur tombol Amplitudo Function dan Bias Current untuk membuat hasil
tampilan sinyal input [X] pada oscilloscope adalah gelombang sinus tanpa
distorsi dengan tegangan maksimum yang dihasilkan adalah 3.8 Volt dan
tegangan minimum-nya adalah -3.8 Volt. Kemudian bandingkan dan gambar
grafik sinyal input [X] dan sinyal output [Y].
8. Gambar kurva tegangan-arus untuk red LED dengan mengatur tampilan
oscilloscope pada mode XY.
9. Atur tombol selector Output Select Switch ke posisi LED(W) dan ulangi
langkah 7 dan 8.
10. Atur tombol selector Output Select Switch ke posisi LED(G) dan ulangi
langkah 7 dan 8.

C. KOMPONEN ELECTRO OPTICAL CONVERSION LD


1. Hubungkan oscilloscope ke terminal input [X] signal dan ke terminal output [Y]
signal pada Optical Communication board
2. Atur oscilloscope sehingga tampil bentuk gelombang yang menunjukkan sinyal
input [X] dan sinyal output [Y] pada saat yang sama
3. Atur tombol Freq. Range ke posisi low frequency LF dan atur tombol Select
S/T ke posisi bentuk gelombang sinus ~
4. Atur Input Select Switch ke Function dan atur Output Select Switch ke
LED(W) dan atur juga Display Select Switch ke NC
5. Atur tombol switch Select LD ke posisi LD
6. Atur Oscillation Frequency ke skala (9.5) dan Amplitudo of Function ke
skala (0.1) dan Bias Current ke skala (1.0)
7. Hubungkan power supply DC ke body bagian transmitter (pojok kiri atas)
8. Atur Output Select Switch ke posisi LD
9. Atur tombol Amplitudo Function dan Bias Current untuk membuat hasil
tampilan sinyal input [X] pada oscilloscope adalah gelombang sinus tanpa
distorsi dengan tegangan maksimum yang dihasilkan adalah 3.8 Volt dan
tegangan minimum-nya adalah -3.8 Volt. Kemudian bandingkan dan gambar
grafik sinyal input [X] dan sinyal output [Y].
10. Gambar kurva tegangan-arus untuk red LED dengan mengatur tampilan
oscilloscope pada mode XY.
11. Atur tombol switch Select S/T ke posisi gelombang segitiga
12. Ulangi langkah 9 dan 10

V. Hasil Percobaan
A. MENGUKUR KARAKTERISTIK DIODE Si DAN GR
1. Gambar XY untuk Karakteristik Diode Si

2. Gambar XY untuk Karakteristik Diode Ge


B. KOMPONEN ELECTRO OPTICAL CONVERSION LED
1. Gambar XY untuk Led R

2. Gambar XY untuk Led G

3. Gambar XY untuk Led W

C. KOMPONEN ELECTRO OPTICAL CONVERSION LD


1. Gambar XY untuk LD

VI. Analisa

1. Pada percobaan pengukuran karakteristik diode Si dan Ge terjadi perbedaaan


pada sinyal outputan. Dimana sinyal x yang dihasilkan pada diode Si
meneunjukkan bahwa sinyal x saling mnjauhi sinyal y atau tidak berpotongan,
serta sinyal Ge yang dihasilkan lebih stabil.

2. Pada komponen elektro optical conversion LED ini terbagi menjadi 3 LED yaitu
led R, led G dan led W di mana hasil outputan pada XY LED R lebih panjang dan
saling berpotongan dengan garis y lebih condong kearah garis x. Beda halnya
dengan led Gdan led W meskipun saling berpotongan sinyal yang dihasilkan pada
Led W lebih memanjang dan melebar dinbandingkan dngan Led R dan Led G. Itu
diakibatkan karena gelombang sinus yang terdistorsi terjadi oasa led yang ada
pada led sehingga terjadi perpotongan antara dua sinyal.

3. Pada komponen electro optical conversion LD di sini menunjukkan bahwa sinyal


outputan yang ada begitu memanjang dan lebar serta berpotongan antara garis x
dan y serta gelombang sinus tanpa distorsi dengan tegangan maksimum yang
dihasilkan 3.8 Volt.
VII. Kesimpulan
Sinyal yang terdistorsi pada 3,8V akan menghasilkan sinyal x dan y sempurna dan
saling berpotongan pada setiap sumbunya. sedangkan apabila tegangan maksimum yang
terdorsi pada menunjukkan 2V atau diiturunkan maka tidak ada perpotongan pada sumbu x
dan y sehingga sumbu x dan y tidak bisa dihasilkan secara sempurna.
PERCOBAAN 3
KOMBINASI RESPON FREKUENSI DARI CONVERTER E/O
DAN O/E

I. Tujuan
Untuk mengetahui keseluruhan karakteristik frekuensi bandwith ketika E / O dan O
/ E converter dihubungkan bersama

II. Alat dan Bahan


E / O converter ( U - 2980A )
O / E converter ( U - 2980B )
DC power supply ( U - 2980P )
Osiloskop
Kabel serat optic
Osilator LF
Digital multimeter

III. Dasar Teori


EO / OE Converter berguna untuk melakukan pengamatan gelombang tak berjangka
panjang yang diciptakan oleh debit petir yang memerlukan isolasi optik sinyal analog selama
beberapa bulan. Unit EO membagi sinyal positif dan sinyal negatif menjadi elemen pemancar
cahaya terpisah sehingga pengamatan jangka panjang bertenaga baterai dapat dilakukan.
Konsumsi arus terendah yakni 20mA.
EO Converter tidak tergantung pada variasi suhu sebagai output cahaya terus
disesuaikan sesuai dengan sinyal input. Membutuhkan kalibrasi eksternal pada saat setup.
Dua serat optik (200um inti) yang digunakan bersama-sama
KARAKTERISTIK E/O CONVERTER
1. EO Converter
Impedansi Input 50 ohm
Tegangan Masukan 4Vpp-max
Konektor Input BNC
Konektor Output FC connector x 2CH
Power Supply DC12 to 18V (external lithium battery)
Konsumsi Arus 20mA (with quiescent current )
100mA (at maximum amplitude signal input)
2. OE Converter
Impedansi Output 50 ohm
Tegangan Masukan 4Vpp
Konektor Input BNC
Konektor Output FC connector x 2CH
Power Supply DC 12V
Konsumsi Arus 80mA
3. EO/OE Converter
Rasio Pentransmisian vs.
Sinyal
Rentang Dinamis 15mVpp to 4Vpp
Noise 15mVpp
Frekuensi 1Hz to 5MHz
Operasi Batas Suhu 0 to 40

IV. Langkah Percobaan


1. Hubungkan perangkat seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.23 . Power Supply
tetap dalam keadaan off.

Gambar 4-23 diagram pengkabelan for E / O dan O / E gabungan percobaan

2. Hubungkan daya dari U - 2980P ke U- 2980A dan U - 2982B


3. Atur Selektor SW ( U - 2980a ) ke AC coupling dan mengubah Bias LED saat ini
untuk posisi minimum
4. Nyalakan . Hubungkan multimeter digital untuk memantau terminal (U-2980A)
5. Hubungkan osilator LF untuk TTL / terminal input Analog ( U - 2980A )
6. Hubungkan CH1 dari osiloskop untuk TTL / terminal input analog
7. Sesuaikan keluaran osilator LF 1,5 Vrms
8. Sesuaikan E / O mengkonversi ( U - 2980A ) bias 25 mA
9. Connect ( U - 2980A ) dan ( U - 2980B ) dengan serat optik optik
10. Sesuaikan frekuensi osilator LF dari 100 Hz 10 10 Khz dan mengukur output
analog di terminal outut analog ( U - 2980B ) dan plot hasilnya pada gambar 4-24

Gambar 4-24 gabungan karakteristik frekuensi E / O dan O / E converter

V. Hasil Percobaan
Vrms
Frekuensi
Output
100 Hz 5V
200 Hz 4.8 V
300 Hz 5V
400 Hz 4.9 V
500 Hz 4.8 V
1 KHz 4.8 V
2 KHz 4V
3 KHz 3.2 V
4 KHz 2.9 V
5 KHz 2.3 V
6 KHz 2.1 V
7 KHz 1.9 V
8 KHz 1.8 V
9 KHz 1.5 V
10 KHz 1.2 V

VI. Analisa
Berdasarkan percobaan yang kita lakukan dapat diketahui bahwa nilai tegangan
input selalu tetap, meskipun frekuensinya diubah-ubah. Sedangkan nilai tegangan
outputnya akan berubah ketika nilai frekuensinya diubah-ubah. Pada frekuensi 100 Hz 1
KHz nilai tegangannya stabil. Ketika frekuensinya dinaikkan lagi, yaitu pada frekuensi 2
Khz sampai 10 Khz nilai tegangannya semakin kecil. Dari hasil grafik respon frekuensi
berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa pada percobaan ini filter hanya
melewatkan sinyal dengan frekuensi yang lebih rendah dari frekuensi cut-off (fc) dan akan
melemahkan sinyal dengan frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi cut-off (fc) atau
biasa disebut dengan LPF (Low Pass Filter).
Vmax = 5 Volt
Cut Off = Vmax 0,707
= 5 0,707
= 4,293
Bandwith = FrekuensiCut Off Frekuensimin
= 1,9 KHz 100 Hz
= 1900 Hz 100 Hz
= 1800 Hz
= 1,8 KHz

VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat diambil kesimpulan :
a. Frekuensi cut-off terdapat pada frekuensi 1900 Hz
b. Besar frekuensi Uppernya yaitu 1900 Hz
c. Besar frekuensi Lowernya yaitu 100 Hz
d. Bandwidthnya sebesar 1,8 KHz

Anda mungkin juga menyukai