Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Kedokteran Hewan Vol. 6 No.

1, Maret 2012
ISSN : 1978-225X

ISOLASI DAN KARAKTERISASI HEMAGLUTININ


Staphylococcus aureus PENYEBAB MASTITIS
SUBKLINIS PADA SAPI PERAH
Isolation and Characterization Haemaglutinin of Staphylococcus aureus on Subclinical
Mastitis in Dairy Cows
Mahdi Abrar1, I Wayan Teguh Wibawan2, Bambang Pontjo Priosoeryanto3, Mirnawati Soedarwanto4, dan
Fachriyan Hasymi Pasaribu5
1
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
2
Laboratorium Virologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor
3
Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor
4
Laboratorium Kesmavet Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor
5
Laboratorium Bakteriologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor
E-mail: kedokteranhewan61@yahoo.com

ABSTRAK
Dalam penelitian ini isolasi dan karakterisasi hemaglutinin Staphylococcus aureus dilakukan dengan teknik afinitas kromatografi.
Karakterisasi hemaglutinin yang dihasilkan dilajutkan dengan teknik elektroforesis menggunakan metode sodium dodecyl sulphate gel
electrophoresis (SDS-PAGE) dan dilanjutkan untuk melihat pengaruh suhu dan enzim terhadap aktivitas hemaglutinin. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa komponen hemaglutinin Staphylococcus aureus yang telah diisolasi memiliki berat molekul 46 kDa. Aktivitas
Staphylococcus aureus dalam meghemaglutinasi hilang pada pemanasan 60 C dan pengaruh enzim proteolitik. Hasil ini mengindikasikan
bahwa hemaglutinin Staphylococcus aureus adalah protein.
____________________________________________________________________________________________________________________
Kata kunci: hemaglutinin, mastitis subklinis, adhesi, Staphylococcus aureus

ABSTRACT
Haemaglutinin of Staphylococcus aureus was isolated with affinity chromatography technique and characterized with sodium dodecyl
sulphate gel electrophoresis (SDS-PAGE). The isolated haemaglutinin consist of one protein band with molecular weight of 46 kDa. The
haemaglutination activites was affected by heat and by proteolytic enzyme treatments. This indicated that haemaglutinin of Staphylococcus
aureus appear to be a protein.
____________________________________________________________________________________________________________________
Key words: haemaglutinin, subclinical mastitis, adhesi, Staphylococcus aureus

PENDAHULUAN Untuk menghindari hal-hal tersebut, strategi baru


harus segera diupayakan. Salah satu pendekatan
Penyakit radang ambing yang dikenal sebagai pemecahan masalah di atas adalah mempelajari faktor-
mastitis masih tetap merupakan masalah utama dalam faktor virulen lainnya yang paling bertanggung jawab
peternakan sapi perah karena menyebabkan kerugian terhadap patogenitas mikrob terutama dalam proses
yang cukup besar sehubungan dengan penurunan adhesi. Hemaglutinin merupakan salah satu komponen
produksi, kualitas, dan penyingkiran susu, biaya adhesin bakteri yang memperantarai perlekatan sel
perawatan dan pengobatan yang cukup tinggi, serta bakteri pada sel darah merah. Hubungan antara sifat
pengafkiran ternak lebih awal. Insidensi mastitis pada hemaglutinin dan kemampuan bakteri untuk melekat
sapi perah di Indonesia sangat tinggi (85%) dan sebagian pada sel inang telah diteliti pada berbagai spesies bakteri.
besar merupakan infeksi yang bersifat subklinis. Bakteri yang memiliki hemaglutinin dapat lebih mudah
Penyebab mastitis subklinis yang paling sering terdeteksi menempel pada permukaan mukosa. Hal ini telah
adalah Staphylococcus aureus (S. aureus) dan beberapa dibuktikan pada beberapa spesies bakteri seperti
jenis bakteri lain seperti Streptococcus agalactiae dan Streptococcus Group B (SGB), S. saphrophyticus, S.
Eschericia coli (Wibawan et al., 1997). epidermidis (Beuth et al., 1988; Gatermann et al., 1992;
Mastitis yang disebabkan oleh Staphylococcus Rupp et al., 1995; Wahyuni, 1998).
merupakan bentuk mastitis terpenting pada peternakan Keberadaan hemaglutinin pada S. aureus diduga
sapi perah karena mikroorganisme ini terdapat dimana- akan mempermudah bakteri ini untuk melakukan
mana seperti pada kulit sapi, ambing yang sakit maupun adhesi pada sel ambing. Berdasarkan fenomena ini
yang sehat, lingkungan, pemerah, peralatan yang maka dalam mempelajari patogenesis mastitis subklinis
digunakan, air, dan udara. Infeksi S. aureus semakin faktor virulen ini harus dipertimbangkan. Dalam
sulit ditangani dengan antibiotik karena bakteri ini penelitian ini akan dilakukan isolasi dan karaterisasi
banyak yang resisten terhadap berbagai jenis antibiotik. dari hemaglutinin S. aureus. Dari penelitian ini
Di samping itu, pemakaian antibiotik akan menimbulkan diharapkan dapat diperoleh adhesin hemaglutinin yang
masalah baru yakni adanya residu antibiotik di dalam berperan dalam proses adhesi, mempunyai sifat
susu atau pada olahannya (Sudarwanto et al., 1992). imunogenitas yang tinggi serta dapat menginduksi

16
Jurnal Kedokteran Hewan Mahdi Abrar, dkk

protective immun response sehingga dapat digunakan hemaglutinin yang telah terikat pada sel darah merah
sebagai landasan dalam pengembangan vaksin untuk ayam ke individu ayam yang sama (3x/minggu, selama
pencegahan mastitis subklinis pada sapi perah. 3 minggu berturut-turut). Hemaglutinin diperoleh dengan
cara mencampur sebanyak 2 ml suspensi bakteri yang
MATERI DAN METODE positif pada uji hemaglutinasi dengan 2 ml sodium
dodecyl sulphat (SDS) 2%, kemudian diinkubasikan
Isolat Bakteri pada suhu kamar selama1 jam, suspensi kemudian
Isolat S. aureus yang digunakan diperoleh dari disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit.
kasus mastitis subklinis (screening mastitis subklinis Supernatan yang diperoleh didialisis terhadap akuades
dengan menggunakan metoda IPB 1, Sudarwanto, selama 3 hari pada suhu 4 C. Suspensi hemaglutinin
1998) di Pulau Jawa (Jawa Barat, Jawa Tengah, dan ini dicampurkan dengan suspensi sel darah merah 2%
Jawa Timur). Hasil pengujian kemampuan hemaglutinasi (1:1). Kemudian preparasi diinkubasikan pada suhu kamar
terpilih 2 isolat yaitu 101 positif hemaglunitin dan 3T1 selama 1 jam untuk memberi kesempatan pengikatan
negatif hemaglutinin. Kedua isolat ini akan digunakan hemaglutinin oleh sel darah merah. Suspensi disentrifus
dalam penelitian baik untuk isolasi dan karakterisasi dengan kecepatan 2500 rpm selama 10 menit.
hemaglutinin maupun untuk pengujian kapasitas adhesi Supernatan dibuang dan sedimen disuspensikan dalam
pada sel epitel ambing sapi perah (Abrar, 2001). 5 ml phosphate buffer saline (PBS). Suspensi siap
dipergunakan sebagai antigen. Serum dipanen setelah 1
Aktivitas Biologi Hemaglutinin minggu penyuntikkan terakhir dan spesifitas antibodi
Untuk mempelajari aktivitas biologis hemaglutinin diuji dengan imundifusi agar gel presipitation (AGP).
S. aureus dilakukan dalam beberapa uji. Uji-uji tersebut
terdiri atas uji kemampuan perlekatan bakteri pada Agar gel precipitation test (AGPT)/imunodifusi ganda
epitel ambing sapi perah secara in vitro, peran antibodi Untuk membuat media agar, ke dalam sebuah tabung
hemaglutinin sebagai anti adhesin dalam uji hambat Erlenmeyer dicampur 0,4 g agarose (Serva, Heidelberg,
adhesi, dan uji respons fagositosis. Jerman) dan 1,2 g polyethylene glycol (PEG 6000,
Serva) yang kemudian dilarutkan dalam 20 ml akuades
Pembuatan Biakan Sel Epitel Ambing Sapi dan 20 ml PBS 0,5 ml; pH 7,2. Suspensi ini ditangas
Sebanyak 40 ml susu sapi diperah dengan tangan pada air mendidih sehingga campuran ini larut secara
secara aseptis langsung ke dalam tabung sentrifus plastik sempurna. Setelah larut, campuran tersebut diturunkan
steril berukuran 50 ml (Corning, USA) yang sebelumnya dari penangas sampai suhu agak dingin. Dengan
telah diisi 10 ml media transpor dulbeccos modified menggunakan pipet ukur 10 ml, agar cair dituangkan
eages medium (DMEM) (Gibco BRL, Life Technoogies pada 6 buah gelas objek yang telah diatur pada rak untuk
Ltd., Paisley, Scotland), 10% Na, bikarbonat (Gibco); AGP dan ditunggu sampai mengeras. Pada agar ini
0,1% fungizone (Gibco), dan 0,1% gentamisin (Gibco). dibuat sumur-sumur untuk antigen dan antiserum
Sampel susu diambil sebanyak 18 tabung. homolognya dengan menggunakan gel puncter. Ke
Pemisahan sel epitel dari susu dilakukan dengan dalam bagian tengah sumur tersebut diisikan antiserum,
sentrifugasi pada suhu 4 C, 100 rpm selama 10 menit. sedangkan antigen-antigen yang diuji dimasukkan pada
Pelet yang terbentuk dicuci dengan DMEM sebanyak sumur-sumur yang mengelilinginya. Rak yang berisi
tiga kali. Pelet sel dihitung menggunakan hemositometer gelas objek kemudian ditaruh pada tempat yang telah
Neubeur, kemudian ditumbuhkan dalam tissue culture diberi kertas saring basah untuk menjaga
flask (Costar Cambridge, MA, USA) berukuran luas 25 kelembabannya. Reaksi ini dibaca setelah 18-48 jam
cm2 dengan kepadatan 5x105 sel/ml dalam medium dengan melihat garis presipitasi pada daerah antigen dan
DME yang disuplementasi dengan 30% fetal calf serum antiserum yang homolog. Preparasi antigen dilakukan
(FCS, Flow Laboratories); 0,1% gentamisin, dan 0,1% dengan menggunakan ekstraksi autoclaf (Rantz dan
fungizone. Sel tersebut diinkubasi pada suhu 37 C, Randall, 1955). Bakteri ditumbuhkan dalam 50 ml todd
dalam inkubator CO2 (Jouan, France). Pola pertumbuhan hewn broth (THB) (Gibeo, Karlsruhe, Jerman) dalam
sel, koloni, serta morfologinya diamati setiap hari inkubator pada suhu 37 C selama 18-24 jam, kemudian
menggunakan mikroskop fase kontras (Zeiss, Germany). disentrifus 15.000 rpm selama 10 menit. Pelet dicuci
Setelah pertumbuhan sel sempurna membentuk sebanyak dua kali dengan 5 ml NaCl 0,14 M. Pelet yang
lapisan epitel yang menutupi seluruh permukaan flask diperoleh kemudian dilarutkan dengan 0,35 ml NaCl
(konfluen), dilakukan subkultur (pasase) dengan cara 0,14 M, dihomogenkan dan dinetralkan dengan
tripsinasi menggunakan 0,1% tripsin (1:250)-EDTA menggunakan NaOH 0,1 N hingga suspensi berwarna
(Difco Laboratories, Detroit, Michigan, USA). Setelah merah jambu/merah. Suspensi selanjutnya diautoclaf
dilakukan 3 kali pasase sel-sel tersebut akan dijadikan selama 15 menit pada 120 C, disentrifus selama 10
donor untuk uji adhesi dan uji hambat adhesi. menit, 15.000 rpm dan supernatan yang dihasilkan
digunakan sebagai antigen.
Isolasi Hemaglutinin
Preparasi antibodi spesifik hemaglutinin Uji Adhesi
Preparasi antibodi spesifik terhadap hemaglutinin Sebanyak 1 ml suspensi bakteri S. aureus baik yang
diperoleh dengan cara menyuntikkan secara intra vena positif hemaglutinin maupun yang negatif (mengandung

17
Jurnal Kedokteran Hewan Vol. 6 No. 1, Maret 2012

108 sel bakteri) disuspensikan dengan fluorescen hemaglutinin dielusi dengan menggunakan larutan
isothiosianat (FITC) dan diinkubasikan pada suhu Tris-HCl 0,05 M sebanyak 3- 4 ml pada pH 2,5. Eluat
ruangan selama 60 menit. Fluorescen isothiosianat yang diperoleh dipekatkan dan dilakukan karakterisasi
yang tidak terikat dicuci dengan menggunakan proteinnya.
minimum essential medium (MEM) sebanyak 2-3 kali.
Bakteri yang telah terlabel oleh FITC disuspensikan Uji Imunoblotting
dengan sel epitel ambing sapi perah dengan konsentrasi Isolat bakteri 101 dan 3T1 ditumbuhkan dalam
105 sel/ml dan diinkubasikan pada suhu 37 C selama media THB selama 18-24 jam. Kemudian isolat
60 menit. Bakteri yang tidak menempel pada sel epitel tersebut disentrifus 300 rpm selama 10 menit.
dicuci dengan MEM sebanyak 2-3 kali. Kemampuan Supernatannya dibuang, sedang pelet yang didapat
adhesi ditentukan dengan menghitung jumlah bakteri dicuci dengan larutan PBS. Hal ini diulangi hingga 2
yang menempel pada 20 sel epitel. Penghitungan kali. Pelet kemudian ditambah dengan 1 ml PBS dan
dilakukan di bawah mikroskop fluoresen (Valentin- dihomogenkan. Setelah homogen, suspensi siap untuk
Weigand et al., 1988). digunakan. Kertas nitroselulosa yang telah dibentuk
lajur-lajur sesuai pengenceran serum ditetesi dengan
Uji Hambat Adhesi antigen 101 dan 3T1 dan dikeringkan dengan pengering
Untuk mengukur kemampuan adhesi protein, rambut. Kertas kemudian direndam dalam susu skim
dilakukan uji hambatan adhesi. Prinsip uji hambatan yang telah diencerkan sebanyak 10 kali selama 45
adhesi adalah pemberian antibodi pada antigen sebelum menit dalam suhu ruang. Setelah itu kertas tersebut
dilakukan uji adhesi. Tujuan uji ini untuk melihat dicuci dengan larutan PBS sebanyak 2 kali dan
kemampuan antibodi dalam menghambat proses adhesi diinkubasikan dalam serum dengan berbagai
bakteri pada sel. pengenceran selama 1 jam dalam suhu ruangan. Kertas
Untuk uji hambat adhesi ini sebanyak 0,5 ml sel kemudian dicuci lagi dengan PBS sebanyak 2 kali dan
bakteri (108 sel/ml) yang telah terlabel FITC direndam dalam larutan konyugat (25 l konyugat + 5
diinkubasikan terlebih dahulu dengan 100 l antiserum ml PBS) selama 1 jam. Kertas yang telah direndam
spesifik terhadap hemagutinin sebelum diinkubasikan kemudian dicuci dengan PBS sebanyak 2 kali. Setelah
dengan sel epitel ambing. Penentuan jumlah adhesi dicuci kertas direndam kembali dalam larutan alfa-
bakteri dihitung di bawah mikroskop fluoresen seperti chloronaphtol (9 mg alfa-chloronaphtol + 3 ml metanol
yang dilakukan pada uji adhesi di atas. + 25 ml PBS) dan terakhir ditambahkan 2 ml H2O2 3%
dan ditunggu beberapa saat sampai warna hitam
Isolasi Hemaglutinin dengan Teknik Afinitas muncul.
Kromatografi
Untuk melakukan isolasi hemaglutinin perlu dibuat Uji Hambat Adhesi
matriks afinitas kromatografi. Matriks afinitas Untuk mengukur kemampuan adhesi protein,
kromatografi dibuat dengan pengaktifan kertas dilakukan uji hambatan adhesi. Prinsip uji hambatan
nitrosellulosa dengan menggunakan antibodi spesifik adhesi adalah pemberian antibodi pada antigen sebelum
terhadap hemaglutinin. Kertas nitrosellulosa (8x8 cm) dilakukan uji adhesi. Tujuan uji ini untuk melihat
dimasukkan ke dalam gelas ukur yang telah diisi kemampuan antibodi dalam menghambat proses adhesi
dengan 100 ml PBS dan ditambahkan cyanogen bakteri pada sel.
bromide (CN-Br). Selama kertas nitosellulosa direndam, Untuk uji hambat adhesi ini sebanyak 0,5 ml sel
dengan menggunakan pH meter, pH dijaga antara 11- bakteri (108 sel/ml) yang telah terabel FITC
15 dengan cara menambahkan NaOH pekat selama diinkubasikan terlebih dahulu dengan 100 l antiserum
kurang lebih 45 menit. Kertas kemudian dicuci 8-10 spesifik terhadap hemagutinin sebelum diinkubasikan
kali menggunakan akuades. Kertas nitroselulosa dengan sel epitel ambing. Penentuan jumlah adhesi
kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur dan ditetesi bakteri dihitung di bawah mikroskop fluoresen seperti
antibodi spesifik hemaglutinin sebanyak 5 ml kemudian yang dilakukan pada uji adhesi di atas.
diinkubasikan pada suhu 4 C selama 24 jam. Matriks
ini siap untuk mengisolasi hemaglutinin. Ekstrak Karakterisasi Hemaglutinin
hemagutinin dibuat dari S. aureus yang menunjukkan Karakterisasi hemaglutinin dilakukan secara
reaksi hemaglutinin positif. Bakteri ditumbuhkan immunologik dengan teknik SDS-PAGE (Towbin et.
dalam 500 ml THB selama 18 jam pada suhu 37 C, al., 1979; Henkeshoven et al., 1985). Berat molekul
disentrifus dengan kecepatan 5000 rpm selama 10 hemaglutinin yang telah diisolasi ditentukan dengan
menit dan dicuci sebanyak tiga kali. Suspensi bakteri menggunakan teknik elektroforesis gel poliakrilamid
yang didapat diencerkan menjadi 5 ml dengan konsentrasi 11%, dengan komposisi sebagai berikut:
menambahkan PBS. Suspensi ini ditambah dengan Gel pemisah dimasukkan (kurang lebih 4 ml atau 1 cm
lisozim sebanyak 200 l lalu diinkubasikan pada suhu di bawah sisir) ke dalam kaca yang telah dipasang
ruangan selama 60 menit. Kemudian suspensi tersebut sebelumnya. Setelah gel pemisah membeku, gel
disentrifus dan diambil supernatannya. Supernatan pengumpul dimasukkan dengan bantuan sisir untuk
diinkubasikan pada matriks dalam suhu 4 C selama 24 membuat sumur-sumur tempat memasukkan contoh yang
jam. Ikatan yang spesifik antara matriks dengan akan dipisahkan. Setelah gel pengumpul membeku,

18
Jurnal Kedokteran Hewan Mahdi Abrar, dkk

sisir diangkat. Sebanyak 25 l hemaglutinin yang telah diperlukan daripada sifat invasif.
diisolasi dicampur dengan 5 buffer sampel (tris-HCl Pada bakteri lain, hemaglutinin telah diketahui
1 mol/l pH 6,8; SDS 2%; gliserol 10%; 2-merkaptoetanol sebagai salah satu faktor yang bertanggung jawab
0,05%; bromofenol 0,002%), kemudian dimasukkan ke terhadap sifat adhesivitas bakteri pada permukaan sel
dalam sumur penampung pada gel kemudian dilakukan inang. Pada kasus mastitis sifat adhesivitas sangat
pada tegangan 80 volt selama 45-50 menit. Setelah dibutuhkan bakteri agar bakteri tidak mudah terbawa
sampel mencapai batas bawah gel, gel dilepaskan dari oleh susu pada saat pemerahan. Dihubungkan dengan
cetakannya untuk dilakukan pewarnaan. Pewarnaan keberadaan hemaglutinin yang tinggi pada isolat S.
dengan commasie blue dilakukan selama 30 menit aureus asal sapi, pada penelitian ini memberi indikasi
setelah itu gel dipucatkan dengan larutan pemucat (10 bahwa hemaglutinin berperan pula dalam proses adhesi
ml metanol, 10 ml asam asetat, dan 80 ml akuades). bakteri pada sel epitel ambing sedangkan hemaglutinin
dari S. saphrophyticus mempunyai peran yang penting
Karakterisasi Sifat-sifat Fisikokimia Hemaglutinin dalam proses adhesi dan kolonisasi pada sel ginjal pada
Dalam uji stabilitas terhadap pemanasan dan suhu, hewan coba (Gunnarson et al., 1994).
hemaglutinin diberi perlakuan: Untuk mengisolasi hemaglutinin dengan teknik
1. Dipanaskan 45 C selama 30 menit dalam waterbath. kromatografi, serum spesifik terhadap hemaglutinin
2. Dipanaskan 60 C selama 30 menit dalam waterbath. diperoleh dengan cara menyuntik ayam dengan
hemaglutinin yang telah ditempelkan pada permukaan
Pengaruh Enzim terhadap Aktivitas Hemaglutinin eritrosit ayam itu sendiri. Ayam akan membentuk
Untuk mengetahui sifat kimia hemaglutinin maka antibodi spesifik hanya terhadap hemagutinin yang
dilakukan perlakuan pengaruh enzim terhadap aktivitas menempel pada permukaan eritrosit tetapi tidak
hemaglutinin. Setelah diekspos dengan enzim, substansi terhadap eritrositnya sendiri. Serum yang dipanen
kemudian diuji aktivitas hemaglutininasi. Enzim yang menunjukkan reaksi spesifik terhadap ekstrak bakteri
digunakan adalah enzim proteolitik pronase, protease, yang memiliki hemaglutinin pada uji imunodifusi
dan enzim aminoglukosidase. Sebanyak 1 ml suspensi seperti yang disajikan pada Gambar 1.
yang dilarutkan dengan bufffer fosfat 0,1 M ditambah Serum spesifik terhadap hemaglutinin ini digunakan
masing-masing dengan 1 mg/ml enzim (papain, pronase, untuk mengaktifkan membran nitroseulose yang
bromelain dan aminoglukosi-dase) dan pH disesuaikan sebelumnya telah diaktifkan dengan Bromsian (Br-
menjadi 7. Selanjutnya sampel diinkubasikan selama 1 CN). Matriks ini selanjutnya digunakan untuk
jam pada suhu 37 C dan diuji aktivitas hemaglutinasi. mengisolasi hemaglutinin dari permukaan sel bakteri
yang memiliki hemaglutinin. Hemaglutinin yang telah
HASIL DAN PEMBAHASAN diisolasi ternyata bereaksi spesifik dengan antiserum
hemaglutinin pada imunodifusi.
Keberadaan hemaglutinin pada permukaan sel Dengan teknik afinitas kromatografi dapat diisolasi
bakteri yang diisolasi dari sapi penderita mastitis komponen dari hemaglutinin tersebut. Pemisahan
subklinis S. aureus diyakini sebagai salah satu komponen hemaglutinin S. aureus dengan teknik
komponen yang paling bertanggung jawab terhadap elektroforesis menunjukkan sebuah pita protein dengan
sifat adhesif bakteri pada permukaan sel epitel ambing. berat molekul 50 kDa seperti yang disajikan pada
Di samping itu, sifat hidrofobik bakteri tersebut, Gambar 2.
sebagai cerminan keberadaan antigen protein di Hal yang sama juga dijumpai pada hemaglutinin S.
permukaan selnya merupakan ciri khas bakteri yang saphrophyticus yang telah didapat ternyata juga suatu
diisolasi dari kasus mastitis (Abrar, 2001). protein dengan berat molekul 160 kDa (Gunnarson et
Dari penelitian ini dapat diyatakan bahwa al., 1994). Namun demikian tidak semua hemaglutinin
hemaglutinin dapat digunakan sebagai indikator atau dari tiap-tiap bakteri itu merupakan protein. Menurut
ciri biovar S. aureus yang diisolasi dari sapi perah Rupp et al. (1995) hemaglutinin dari S. epidermidis
penderita mastitis subklinis. Pada kasus mastitis merupakan polisakarida yang komposisinya berbeda
subklinis kemampuan adhesif bakteri jauh lebih dengan adhesin yang lain dari bakteri tersebut.

Gambar 1. Reaksi immunodifusi. Garis presipitasi terlihat pada daerah antibodi spesifik hemaglutinin S. aures (A) dan antigen
S. aureus (B).

19
Jurnal Kedokteran Hewan Vol. 6 No. 1, Maret 2012

Gambar 2. Hasil uji kemurnian hemaglutinin dengan elektroforesis SDS-PAGE (A= hemaglutinin; B= marker)

Hemaglutinin yang telah diisolasi tersebut spesifik oleh antiserum yang homolog. Hal yang serupa
dikarakterisasi aktivitas hemaglutinasinya dengan terjadi pula pada S. agalactiae, bakteri yang diisolasi dari
melihat kemampuannya terhadap pengaruh suhu dan sapi sebagian besar menunjukkan aktivitas hemaglutinasi
enzim. Kemampuan hemaglutinin bakteri S. aureus (Wahyuni, 1996) tetapi tidak atau hanya sebagian kecil
untuk mengaglutinasi eritrosit ternyata hilang setelah bakteri yang diisolasi dari manusia menunjukkan aktivitas
dipanaskan pada suhu 60 C selama 30 menit atau ini (Kurl et al., 1989). Dari pengamatan ini dapat
setelah diinkubasi dengan enzim pronase. Fenomena ini dikatakan bahwa hemaglutinin merupakan tanda (marker)
menunjukkan bahwa hemaglutinin pada S. aureus adalah bagi bakteri yang sangat mengandalkan kemampuan
protein. Hasil ini meneguhkan pendapat sebelumnya adhesi dalam mempertahankan hidupnya.
yang menyatakan bahwa hemaglutinin yang diisolasi Kemampuan sifat adhesif bakteri pada sel epitel
dari S. agalactiae memiliki sifat-sifat protein (Wahyuni, ambing dipelajari dengan menggunakan 2 isolat
1998). Berbeda dengan hemaglutinin E. coli masih tetap bakteri, yakni satu isolat memiliki hemagutinin (SA
menunjukkan aktivitasnya walaupun sebelumnya telah 101) dan satu isolat tidak memiliki hemaglutinin (SA
dipanaskan 60 C selama 30 menit atau diinkubasikan 3T1). Berdasarkan uji T tampak bahwa banyaknya sel
dengan pronase. Hal ini menunjukkan bahwa epitel pada hemaglutinin positif berbeda sangat nyata
hemaglutinin E. coli memiliki natur yang bukan protein. dengan banyaknya sel epitel pada hemaglutinin
Aktivitas biologi hemaglutinin diamati berdasarkan negatif (p=0,0001). Bakteri yang memiliki
kemampuan adhesi pada permukaan sel epitel ambing, hemaglutinin menunjukkan kemampuan adhesi yang
respons fagositosis dan uji patogenitas. Sifat adhesif jauh lebih baik dibandingkan dengan bakteri yang
bakteri pada sel epitel ambing, dipelajari dengan tidak memiliki hemaglutinin seperti yang disajikan
menggunakan 2 isolat bakteri, yakni satu isolat pada Gambar 3.
memiliki hemagutinin (SA 101) dan satu isolat tidak Dari Gambar 3 dapat ditunjukkan bahwa bakteri
memiliki hemaglutinin. Berdasarkan uji T tampak yang memiliki hemaglutinin memiliki kemampuan
bahwa banyaknya sel epitel pada hemaglutinin positif adhesi yang sangat tinggi sedangkan pada bakteri yang
berbeda sangat nyata dengan banyaknya sel epitel pada tidak memiliki hemaglutinin tidak dijumpai
hemaglutinin negatif (p=0,0001). Bakteri yang kemampuan adhesi pada sel epitel ambing. Pada jenis
memiliki hemaglutinin menunjukkan kemampuan bakteri lain, hemaglutinin diketahui sebagai salah satu
adhesi yang jauh lebih baik dibandingkan dengan faktor yang bertanggung jawab terhadap sifat
bakteri yang tidak memiliki hemaglutinin seperti yang adhesivitas bakteri ke permukaan sel inang.
disajikan pada Tabel 1. Dihubungkan dengan keberadaan hemaglutinin yang
Untuk mengetahui fungsi hemaglutinin dalam proses tinggi pada isolat S. aureus asal sapi, pada penelitian
adhesi dilakukan uji hambat adhesi dengan menggunakan ini memberikan indikasi bahwa hemaglutinin berperan
ekstrak hemaglutinin. Sel epitel ambing dipreinkubasikan pula dalam proses adhesi bakteri ke permukaan sel
dengan ekstrak hemaglutinin sebelum diinkubasikan epitel ambing.
dengan bakteri yang memiliki hemaglutinin. Ternyata Untuk mengetahui fungsi hemaglutinin dalam
hambatan adhesi dapat ditampilkan dengan jelas. proses adhesi dilakukan uji hambat adhesi dengan
Preinkubasi bakteri-bakteri yang memiliki hemaglutinin S. menggunakan ekstrak hemaglutinin. Sel epitel ambing
aureus dengan antiserum hemaglutinin yang homolog dipreinkubasikan dengan ekstrak hemaglutinin sebelum
mampu menurunkan nilai adhesi pada permukaan sel diinkubasikan dengan bakteri yang memiliki
(Gambar 1 ). Hal ini menunjukkan bahwa hemaglutinin hemaglutinin. Ternyata hambatan adhesi dapat
sebagai adhesin mampu dihambat aktivitasnya secara ditampilkan dengan jelas, hal ini menunjukkan peran

Tabel 1. Uji hambat adhesi bakteri S. aureus dengan menggunakan serum spesifik terhadap hemaglutinin
Bakteri Serum (l) Nilai adhesi
- 355
S. aureus 101 100 260
500 53

20
Jurnal Kedokteran Hewan Mahdi Abrar, dkk

Gambar 3. Hubungan antara keberadaan hemaglutinin pada S. aureus dengan nilai adhesi pada permukaan sel epitel ambing

hemaglutinin dalam proses adhesi perlu diperhitungkan. Abrar, M. dan Amelia. 2000. Distribusi hemaglutinin pada
Escherichia coli isolat asal feses sapi dan babi serta perannya
Uji hambat adhesi bakteri S. aureus dengan dalam adhesi. Prosiding Seminar Nasional VI Perhimpunan
menggunakan serum spesifik terhadap hemaglutinin Alumni dari Jepang (Persada). Bogor
menunjukkan penurunan kemampuan adhesi seperti Beuth, J., H.I. Ko, F.S. Perdreu, G. Peters, P. Heczko, and G.
yang disajikan pada Tabel 1. Pada penelitian ini Pulveer. 1988. Hemaglutination by Staphylococcus
saphrophyticus and other coagulase-negative Staphylococci.
mengindikasikan bahwa antibodi spesifik dapat Microbiol. Path. 4:379-383.
mencegah adhesi S. aureus pada sel epitel ambing. Gatermann, S. H., G. W. Meyer, and G. Wanner. 1992.
Staphylococcus saphrophyticus hemaglutinin is a 160-kilodalton
KESIMPULAN surface polypeptide. Infect. Immun. 60:4127-4132.
Gunnarson, A., P.A. Mardh, A. Lunbald, and S. Svensson. 1994.
Oligosaccharide structures mediating agglutination of sheep
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa erythrocyte by Staphylococcus saphroohyticus. Infect. Immun.
hemaglutinin S. aureus dapat ditentukan dengan uji 45:41-46.
hemaglutinasi. Dengan teknik afinitas kromatografi Rupp, M. E., N. Sloot, H.G.W. Meyer, J. Han, and S. Gatermann.
1995. Characterization of the hemagglutinin of Staphylococcus
dapat diisolasi hemaglutinin dari S. aureus dengan epidermidis. J. Infect. Dis. 172:1509-1518.
SDS-PAGE diketahui 1 pita protein dengan berat Sudarwanto, M., A.W. Sanjaya, dan T. Purnawarman. 1992. Residu
molekul 46 kDa. Kemampuan hemaglutinasi hemglutinin Antibiotik dalam Susu Pasteurisasi Ditinjau dari Segi Kesehatan
S. aureus hilang pada temperatur 60 C dan pengaruh Masyarakat Veteriner. Laporan Penelitian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
aktivitas enzim pronase. Valentine-Weigand, P., G. S. Chhatwall, and H. Blobel. 1988.
Adherence of streptococcal isolates from cattle and horses to
DAFTAR PUSTAKA their respective host epithelial cells. Am. J. Vet. Res. 49:1485-
1488.
Abrar, M. 2001. Distribusi Hemaglutinin pada Staphylococcus aureus Wahyuni, A.E.T.H. 1998. Peran Hemaglutinin Streptococcus
Asal Sapi Mastitis Subklinis. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. agalactiae dalam Proses Adhesi pada Sel Epitel Ambing Sapi.
Bogor. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Abrar, M, dan Suwendra. 2000. Distribusi Hemaglutinin S. aureus Wibawan, I.W.T., Ch. Lmmler, and F.H. Pasaribu. 1997. Role of
isolat asal sapi dan manusia. Prosiding Seminar Nasional VI hydrophobic surface proteins in mediating adherence of group B
Perhimpunan Alumni dari Jepang (Persada). Bogor. streptococci to epithelial cells. J. Gen Microbiol. 138:1237-1242.

21

Anda mungkin juga menyukai