Anda di halaman 1dari 122
BU ee aa = “ADVANCED Baie P Suis HOW TO STITCH LIKE A PLASTIC SURGEON “REVEAL THE SECRET OF SCARLESS WOUND HEALING” a VY ADVANCED | SUTURING 1G) eo EDITION IHOW TO STITCH LIKE A PLASTIC SURGEON” Chaula L. Sukasah,MD —_ Imam Susanto, MD Professor of Plastic Surgery Senior Consutant (Gppto Mangunkusumo General ‘Natonal Hospital Faculty of Medicine University of Faculty of Medicine University of Indonesia Indonesia Jakarta, Indonesia LINGKAR STUDI BEDAH PLASTIK PRESS LINGKAR STUDI BEOIAH PLASTIK FOUNDATION (YAYASAN LINGKAR STUDI BEDAH PLASTIK) GEOUNG CHS 2ND FLOOR, JLN. SALEMBA RAYA No. 8, JAKARTA PUSAT, INDONESIA. EMAIL LSBPINDONESIA@GMAIL,COM, PHONE: 081290348780, BLACKBERRY MESSENGER: 20FF9868 VISIT THE WEBSITE: WWW.LINGKARSTUDIBEDAHPLASTIK.COM Eaitor: Writers: Gentur Sudjatmiko, MD Parintosa Atmociwijo, MD Prasetyarugranenn K., MD Prof. Chaula L. Sukasah, MD Lisa Hasibuan, MO kristaninta Bangun, MD Imam Susanto, MD piste Enythrina Permata S., MD Siti Handayani, MD Cover Design and Typesetting ‘Acitya Wardhana, MD ‘Mebamad Pachacen Femaden, MO panic Buchan MD Rosadi Seswandhana, MD Fst Eton: duly 2018 Copytight by @ 2019 Yayasan Lingkar Stull Bedeh Plastik This ook, rucng al oa of thereat, legal protected copyraht, Ay ise, sat, cemmercazatn uti he nari ss by copiht legato withos he pb ‘converts egal and ibe to prosecuton. This epics parlcuar to proto! repo, coping, mimecgrephing, ef 'b. Sel benaian 3 om das tit awal (Gamber 1.5, Frigkasan dar fase penyeriuhen tuk. 10]| Understanding The Phases of Wound Healing KEKUATAN LUKA 7 Pada minggu ke-4 luka memilki kekuatan sekitar 40 hingga 60% dibanding jaringan sehat awal, Saat matang, jaringan parut berkekuatan maksimal 80% dari asiinya. Maksimal tensila strength didapatkan pada minggu ke-12 hingga 2 tahun. PENILAIAN LUKA Perilaian Luka Saat terjadi Iuka, hal-hal berikut perlu dinila: Ukuran dan kedalaman luka Keadaan kult disekitar luka ‘epi luka (rata atau tercebik) Dasar atau bed luka Kontaminasi luka (bersth atau kotor) apenas JENIS-JENIS LUKA BERDASARKAN PENAMPAKANNYA bar 1.6. Jen (laren Luke stough cris Ia berdasarkan penernoakannya: Kil) Luka ala, fengeh) Luka Kron, a kronis kring dan basah Understanding The Phases of Wound Healing | 11 PERSIAPAN BED LUKA : Tujuan persiapan Iuka adalah untuk membuang lapisan penghalang atau barrier yang terdapat pada Iuka agar dapat mealui proses penyembuhan Iuka dengan baik. Persiapan bed dapet dilakukan dengan cara melakukan debridement, kontrol bakteri, dan pengelolaan eksudat, Barer dapat berupa jaringan nekrotik/nonvitel_maupun Jaringan yang sangat terkontaminasi pada luka. Debridement dilakukan pada luka akut maupun pada Iuka kronis. Struktur anatomi yang penting dipertahankan secara maksimal seperti syaraf, pembuluh darah, tendon dan tulang. Kontrol bakteri dilakukan untuk mengatasi kontaminasi, kolonisasi, kolonisasi kritis, dan infeksi. Dale keadaan terkontaminasi, penyembuhan luka akan terganggu Jumiah bekteri pada iuka yang melebihi 105 per gram jaringan menandakan kondisi terinfeksi dan akan menghambat proses penyembuhan Iuka. Pengelolaan eksudat dilakukan dengan metode direk dan indlrek. Metode direk yaitu melakukan interversi langsung pada luka yang eksudatif. Tatacara yang dipilin dapat berupa melakukan balutan tekan pada luka, mengelevasi bagian tubuh yang terluka tersebut lebih tinggi dari level jantung, aplikasi dressing yang memilki kemampuan penyerapan tinggi (highly absorbent), atau menggunakan sistem vakum yang juga dikenal sebacei negative pressure wound therapy (NPWT). Sebelum ditutup balutan, Iuka rutin dirawat dengan irigasi menggunakan NaC. 0.9% atau air ster. Metode indirek adalah mengidentiikasi penyebab yang mendasari_koloni bakteri, misalnya pada luka yang disebabkan oleh penyakt comorbid. Contohnya adalah pemberian obat sisternik untuk meranggulangi ‘edema ekstrimitas akibat gagal jantung (menyebabkan aliran darah kurang baik), maupun pemberian steroid pada luka ktonis akibat pioderma, vaskultis, mauput ulkus reumatoid. Understanding The Phases of Wound Healing | 13 DEBRIDEMENT 1. Surgikal Jaringan nekrotik diangkat secara tajam dengan tindakan operasi 2. Mekanikal Jaringan nekrotik terangkat seiring penggantian balutan, umumnya menggunakan kasa lembab yang kemudian diangkat dari luka saat kering. 3. Kimia Adalah debridmen dengan menggunaken zat kimia yang dengan cepat melisiskan jaringan nekrotik, seperti hipoklorit. Dapat diklasifikasikan juga menjadi enzimatik bila zat kimia yang digunakan berupa zat kimia biologis menyerupai enzim tubuh seperti streptokinase, streptododornase, ataupun collagenase yang didapat dari bakter 4, Otolitik Adalah kemampuan tubuh melakukan autodebridement dengan mempertahankan kontak antera cairan tubuh dengan jaringan nekrotik, Ini dapat dicapai dengan mengaplikasikan balutan occlusive atau semi- occlusive seperti hidrokoloid, hidrogel, dan film transparan. 5. Biologis Menggunakan spesies biologis yang mengkonsumsi jaringan nekrotik, seperti bela‘ung (maggots). Tabel 1.1, Paroancingan keuntungan dan kerugien persiapen bed luka berbagaimacam tektrik Parameter Surgikal Mekanikal Kimia Otolitik Biologis Kecepatan Preservasi jaringan Nyeri pada luka Eksudat Infeksi Biaya ing favoredie, 4 = paing tidak favorable 14] Understanding The Phases of Wound Healing DRESSING Balutan bertujuan untuk melindungi !uka dari’ trauma dan_inteksi. Penyembuhan luka lebih terjadi 150% lebih cepat apabila dipertahankan dalam kondisi lembab (moist) dibanding kondisi luka ering, Selain itu, pada kondisi lembab, luka mengalemi peningkatan reepithelialisasi. Dressing yang balk yaitu yang dapat mempertahankan kondisi luka lembab dan kult sekitar luka tetap ering. Pilinan dressing berdasarkan evaluasi Kiinis. Kelebinan eksudat yang tidak terkontrol dapat mengakbatkan maserasi sekitar luke dan membuat luka semakin parah. Pemilinan dressing secara sinokat dibahas pada topik Perawatan Luka Pascaoperasi. PENUTUPAN LUKA Berdasarkan intensinya, penutupan luka dibagi menjadi: 4. Per Primam Penutupan iuka per primam atau secara primer dilakukan dengan menyatukan kedlua tepi luka yang berdekatan dan saling berhadapan dimana terdapat sedixtt jaringan yang hilang. Penutupan ini dilakukan pada luka bersih yang dibuat akibat tindakan bedah, atau pada laserasi akibat luka sobek. Jaringan granulasi yang dihasikan sangat secikit, dan biasanya hanya menyisakan jeringan parut tipis. Namun, kekuatan regangan yang dihasikan tidak pemeh mencapai seperti sebelum terjadinya luka. 2. Per Sekundam Penutupan luka per sekundam terjadi pada luka yang terbuka dimana terjadi kehilangan jaringan yang signifikan, Contohnya pada luka terbuka kronis seperti ukus dekubitus, luke operasi yang dengan sengaja dibiarkan terbuka Karena terkontaminasi atau karena tidak Understanding The Phases of Wound Healing | 15 memungkinkan untuk segera dilakukan penutupan. Dalam penyembuhan secara sekundar, jaringan granulasi berkembang di dasar luka dan sel epitel bermigrasi dari tepi Iuka ke pusat Iuka. Tepi-tepi luka di rapatkan oleh kontraksi Iuka melalui kerja fibroblast yang khusus. Pada penutupan luka cara ini, pengisian kembali kerusakan dengan jaringan yang baru memeriukan waktu lebih lama daripada bila luka disembuhkan dengan intensi primer, dan pada umumnya hasil penyembuhan sangat tidak memuaskan secara kosmetik juga secara fungsi. 3, Per Tertiam Disebut juga penutupan luka per primam yang tertunda. Penutupan tuka ini adalah kombinasi dari penutupan luka secara primer dan sekunder. Luka akan dibiarkan terbuka sampai pada periode waktu yang ditentukan untuk dekontaminasi dasar luka dan mulainya proses granuiasi. Setelah adanya engisian Iuka oleh jaringan granulasi, kemudian cilakukan penutupan secara primer. SKIN GRAFT AND FLAP Pada luka luas, sering kali kedua tepi luka tidak dapat ditautkan secara langsung, Pada kondisi tersebut defek dapat ditutup dengan menggunakan graft maupun flap. Graft (tandur) kulit adalah pengangkatan epidermis dengan sebagian maupun seluruh ketebalan dermis yang diangkat keseluruhan dari pensuplai darahnya dan kemudian dipindehkan ke bagian ‘tubuh yang lain, Selain dengan gratt, dapat dilakukan penutupan defek dengan membuat ‘lap kui. Flap berbeda dengan graft meskipun di dalam keduanya, kulit dan jaringan subkutan (dengan berbagai tingkatan suplai darah) sama-sama_ dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Flap dapat dilepaskan sebagian meupun seluruhnya dari tempat donor 16| Understanding The Phases of Wound Healing FREE TISSUE TRANSFER / t DISTANT TISSUE TRANSFER t LOCAL TISSUE TRANSFER t SKIN GRAFTING DIRECT WOUND CLOSURE, INCLUDING HEALING BY PRIMARY INTENTION AND DELAYED PRIMARY CLOSURE HEALING BY SECONDARY INTENTION Gamibar 1.11, Anak tangga rekonstuks’ menuniiéen prnsio-prheio penting dalam merencanakan pperulunan dafok deri menggunakan tekik yang sederhana hirapa komplks. PERAWATAN LUKA JANGKA PANJANG Tujuan dari perawatan luke jangka panjang adalah menjaga sampai luka matur, mempertahankan kelembaban, mencegah parut hipertropik dan koloid, serta mengembalikan fungsi anggota tubuh. Mengingat fase menyembuhan luka yang memerlukan waktu hingga 2 tahun untuk mencapai maturitas, merawat luka untuk mencapai hasil parut yang maksimal perlu dilakukan dalam jangka panjang. Understanding The Phases of Wound Healing | 17 KESIMPULAN + Luka akan memperbaiki dirinya sendiri + Tugas kita menjaga agar proses tetap pada koridor yang normal, luka kering tidak sama dengan luka yang matur * Do no harm REFERENSI 1. Stademenn WK, et a. Am J Surg 1908;176:26S-288 2. Sudimiko G, Petunuk Pralds Inu Bech Plastic Rekonetruss. Yayesan Khasanah Kabeilan| Jakarta, 2007. 8. Morison MJ, Manajemen Luka. EGO. Jara, 2007;1:10-4 4. Thome CH, Grab and Smihis Plastic Sugery 6th ed. 2007, 18|| Understanding The Phases of Wound Healing FINE SUTURE TSW eS AND MATERIALS i 32 ADVANCED Eo taney }“HOW TO STITCH LIKE ‘ A PLASTIC SURGEON” SKILLS WRITTEN BY DR. PRASETYANUGRAHENNI KRESHANTI, SPBP-RE INSTRUMEN DAN ALAT-ALAT JAHIT HALUS Pemiihan instrumen khusus dan material (benang, jarum) untuk menjahit luka merupakan faktor penting yang akan memudahkan proses meniahit luka sehingga hasil yang baik, dalam hal ini bekas luka yang samer, dapat icapal, Pada bab ini akan dijelaskan lebih terperinci mengenai jenis-jenis, instrumen, penggunaan instrumen yang benar (instrument handling), jenis-jenis material dan karakteristiknya masing-masing. Prinsip Instrument Handling 1. Keamanan (pasien dan tenaga medis) 2. Pergerakan tangan yang efektif 3, Relaxed handing 4, Mencegah gerak yang awkward Alat yang biasa dibutuhkan untuk bedah minor: . Scalpel . Gunting jaringan dan gunting benang . Pinset . Needle holder . Kiem . Skin heok SCALPEL Diperlukan gagang pisau/scalpel nomor 3 untuk memegang blade nomor 15, yang rutin digunakan untuk prosedur bedah plastik. Prinsip memegang scalpel adalah seperti memegang pena, dengan menggunekan jari kelingking sebagai tumpuan untuk membuat tangan stabil. 20| Fine Sutue Instruments and Materials GUNTING Terdapat dua tipe dasar gunting: 4. Untuk jaringan 2, Untuk benang 3. Untuk pekerjaan kasar jangan gunakan gunting yang halus, sedangkan untuk diseksi halus gunakan gunting dengan uiung yang tumpul. Gunting untuk prosedur bedah plastik sebaiknya yang tajam dan bergagang pendek sehingga hanaling lebih presisi. Bila diperuntukkan menggunting benang atau mengangkat jahitan, ujungnya haruslah runcing. Bila untuk mendiseksi jaringan, gunakan gunting berujung tumpul dan melengkung. Untuk menggunting tepi jarincan yang memerlukan presisi seperti pada operasi blefaroplasty, digunakan gunting yang sangat tajam (supercut) seperti gunting Stevens, Untuk mendiseksi area yang membutuhkan tunneling, dapat cigunakan gunting ujung melengkung dan tumpul dengan gagang yang panjang dan langsing seperti gunting Metzenbaum. Jenis-jenis gunting khusus yang sering digunakan pada operasi bedah plastik digambarkan sebagai berikut. Gambar 2.1. Guntng tencterny Stevens Fine Suture instruments and Matorais| 21 Gambar 2.2. Guntng fis, uung runcing dan lenglang ji, dan ung Lanpu dan lus ‘ane Gambar 2.3, Guntng Metzenbaum. Uunerya yang lurou den sedkt meenglang dloerbesar (garthar karen) ‘Camber 2.4, Gunting Gomey. 22 Fine Suture instruments and Materials PINSET Jerdapat 2 jenis pinset (Gambar 2.4): f 4. Pinset Chirurgis (bergigi) : digunakan untuk memegang jaringan yang Jobin *keras" seperti kul, fasia, kartilago dan tulang. 2. Pinset Anatomis (tidak bergigi): digunakan untuk pembuluh darah dan jaringan. Untuk jahitan kulit bedan plastik, selalu gunakan pinset chirurgis yang paling Kecil (micro adson) agar tidak merusak/ menjepit jaringan. NEEDLE HOLDER Pekerjaan bedah plastik meliputi menjahit dengan benang-benang yang halus (ukuran 5-0 hingga 7-0) sehingga dibutuhkan needle holder yang khusus, Biasanya digunakan needle holder dengan *mulut” yang pendek can berujung runcing, dengan handle yang tidak panjang (ukuran 75 mm) agar handling lebin mudah pada pekerjaan presisi. Fine Suture instruments ané Matera | 23, Needle holder yang sering dipakai adalah Gambar 2.6 Jenis-pnis nadia holder, (K-atas) Baby-cril ‘Nood, (Keran-atas) weoster/baby webster), barat) Halsey. KLEM Klem yang digunakan pada prosedur bedah minor atau bedah plastik sebaiknya yang berujung kecil dan tidak bergigi. SKIN HOOK Untuk pekerjaan bedah plastik yang halus dan mengharuskan ahi bedah untuk melndungi jaringan sekitar yang sehet, alih-alin menggunakan retraktor, digunakan skin hook yang dapat meretraksi jaringan sehat tanpa membuat kerusakan tepi luka, Skin hook ada beberapa macam; mulai yang satu gigi dan dua gigi; ukuran yang terkecil lebih disukal. 24 | Fine Suture Instruments and Materials Garber 2,7. Stir-haok PRINSIP INSTRUMENT HANDLING Tiap kali menggunakan instrumen yang tajam, kita menghadapi resiko cedera Karena tertusuk. Jarum suntik dan jarum menjahit terutama berbahaya karena beresiko menulerkan penyakit-penyakit serius (hepatitis, HIV), sehingga prinsip paling dasar “jangan pernah memegang jarum dengan jar” harus selalu dipegang. Prinsip memegang alat-alat bedah minor atau instrument handling juga harus tepat agar gerakan kita efektif, aman dan tepat sasaran. Prinsip tersebut dapat dirangkumkan seperti berikut : « Kearmanan (pasien dan tenaga medis) + Pergerakan tangan yang efektif » Pegangan yang rileks (Relaxed handling) * Mencegah gerakan yang canggung GUNTING Cara memegang gunting adalah dengan menempatkan sebagian jou jari dan jari manis pada pegangan gunting. Untuk mengarahkan gunting engan lebih beik, jari telunjuk diletakkan pada bagian tengah gunting, Untuk menambah presisi atau menstabilkan pegengan gunting, gunting ‘secu antara sat ‘sidan lainnya (tanda pane) c Kedua sisi diaproksimasi dona jaitan (Garnbar 6. Teknik W- Pasty 4. Geometric Broken Line Geometric broken line merupakan teknik yang lebin halus dan membutuhkan ketelifian. Disain yang dibuat iregular, tetapi kedua sisi pada daarah eksisi bertemu seperti puzzle. (Gambar 5.10.) Gerber 5.10. Geometic Broken Line ‘Wound on Specic Body Parts |61 Apabila terdapat Iuka laserasi pada daerah wajah, sebaiknya dilakukan “reffeshing’” tepi luka. yaitu membersihkan seluruh material dan re-eksisi tepi luka untuk meluruskan batas luka sehingga mempermudah periahitan, selanjutnya. (Gamber 5.11.) Di bawah ini merupakan contoh penanganan luka laserasi pada daerah wajeh. (Gambar 5.12.) LLesi yang terietak atau berdekatan dengan tepi / batas beberapa daerah di wajah seperti mata, bibir dan telinga merypakan deerah yang spesial, lesi ada daerah tersebut dapat dieksisi dengan wedge excision (Gambar 5.13.) c-A vas Gerrser 6.13. Wedge cision CARA MENJAHIT BIBIR Luka pada daerah bibir merupekan hal yang sering ditemukan dalam unit gawat darurat. Keteliian pada penjahitan luka di bibir diperlikan untuk hasil esteteik yang balk. Bibir terdiri dari 3 lapisan yaitu kul, otot dan mukosa. Sebelum menjahit daerah bibir, dokter harus memahami anatomi oral region. (Gambar 5.14.) Gember 6:14. Oral recion enatomy ‘Wound on Speci ody Parts |63 Langkah-langkah dalam menjahit luka pada bibir adalah: (Gambar 5.15.) a. Daerah kulit dan mukosa dijahit b, Dilakukan penjahitan awal di batas vermillion cc. Dilakukan penjahitan kedua di sulcus labialis d. Dilakukan penjahitan berikutnya A we CoP, Gerber 5.18. Cara merjaht daerah bib (64 | Wound On Specific Body Parts Contoh penanganan luka pada daerah bibir (Gambar 16.) CARA MENJAHIT DAERAH MATA Luka pada daerah mata merupaken masalah serius kavena dapat membahayakan bola mata, jaringan skar cepat atau lambat dapat menkan daerah korea dan mengganggu penglihatan. Langkah awal penanganan luka pada daereh mata adakh dengan melakukan wedges excision, kemudian jahitan awal yang dilakukan adalah ahitan di tarsal plate. Apabila daerah tarsal plate sudah sejajar rraka bagian jain akan sejaiar mengikutinya. (Gambar 5.17.) Teknik menjahit pada batas bulu mata citunjukkan melalui (Gambar 5.18.) Gambar 6.18. Telnk renitit d tepi palpebra Seat terdapat jaringan yang hilang pada daerah palpebra, ukur bagian yang hilang tersebut, apabila jaringan yang hilang kurang dari 1/4 bagian, maka lakukan aproksimasi daerah tarsal plate dan lanjutkan tekil penjahitan seperti yang telah dielaskan di atas. Apabila jaringan yang hilang antara 1/4 -1/3 bagian, lekukan insisi di daerah lateral conjunctiva sebelum melakukan penjahitan. (Gambar 5.19.) Garber 5.19. Teknik menanit aneba terdapatjarngen yang hierg {66 | Wound On Spectc Body Parts CHAPTER 6 WOUND ON SPECIFIC BODY PARTS : CaN “HOW TO STITCH LIKE | A PLASTIC SURGEON” WRITTEN BY DR. ERYTHRINA PERMATA SARI, SPBP-RE LUKA PADA BAGIAN-BAGIAN TUBUH KHUSUS : AREA EKSTREMITA§ Ekstremitas merupakan salah satu bagian dari tubuh yang mudah Mengalami trauma karena sebagai alat gerak ekstremitas lebih. sering terpapar dengan dunia luar. Selain itu ekstremitas juga memiliki fungsi estetik sebagai bagian yang tidak tertutup oleh pakaian. Hal ini merupakan salah satu pertimbangan dalam melakukan terepi bedah / menghadapi luka pada daerah tersebut. 1. Kulit pada daerah ekstremitas relatif lebih tegang Sehingga defek yang keoll dapat menimbulkan kesulitan dalam menutup yang pada achirnya menimbulkan parut yang kurang baik. 668 | Wound On Body Parts 2. Daerah ekstremitas banyak digunakan untuk bergerak terutama daerah sendi. é Sendi mempunyai sifat yang lentur dan durable sehingga memungkinkan daerah tersebut dapat digunakan untuk bertumpu (contohnya lutut) dan dapat bergerak sesuai dengan range of motion. Untuk mendapat penyembuhan luka secara primer diperlukan aproksimasi yang balk, fiksasi yang balk dan imobilisasi. Imobilisasi ini yang sulit didapatkan pada daerah ekstremitas yang menyebabkan proses penyembuhan Iuka menjadi lebih lama dengan segala konsekuensinya. Penyembuhan secara sekunder atau graft umumnya bukan merupakan pilihan dalam menghadapi luka di daerah sendi karena akan memacu timbulnya kontraksi sekunder yang dapat membatasi gerakan nantinya. 3. Pendarahan/vaskularisasi yang kurang baik. Hal ini akan mempengaruhi proses penyembuhan dari luke sehingga menjadi lama dan menimbulkan komplikasi berupa luka yang tidak segera sembuh. 4. Gravitasi Adanya gaya gravitasi cukup mempengaruhi penyembuhan luka terutama di daerah ekstremitas. Arah aliran pembuluh arteri, pembuluh vena dan pembuiuh limfe akan melawan gravitasi dalam perjalanannya. Pembuluh arteri_memilki tekanan / pressure sehingga sirkulasinya tercapa ke semua jaringan. Sedangkan pembuluh vena dan pembuluh limfe akan mengalami kesulitan dalam sitkulasi apabila terdapat trauma / luka. Keadaan ini menyebabkan edema yang akan mengganggu proses penyembuhan Iuka. Semua karakteristik khusus pada daerah ekstremitas tersebut di atas dapat menyebabkan komplikasi berupa : 1. Luka yang tidak sembuh (kronis) 2. Parut hipertrofik dan keloid 3. Kontraktur ‘Wound on Specie Eody Pets | 69 Gambar 6.2, Part hipatuotk pad mbar 6,3, Keniraltur daerah ene Oleh Karena itu dalam menghadapi defek/luka pada daerah ekstremitas diperlukan tata laksana berupa : 1. Penanganan luka yang baik dengan pembersihan luka (debridement) yang adekuat dan mengontrol infeksi. Setiap Iuka memerlukan pembersihan luka yang adekuat. Pembersthan luka dapat dilakukan secara mekanik, biologis, autolytic dan enzymatic, Tujuan dari debridement adalah membuang semua jaringan tidak vital dan benda asing sehingga luka “siap" untuk — memasuki fase selanjutnya dari penyembuhan Iuka. Debridement yang baik juga akan mengontrol infeksi Tehnik a dan antisepsis yang baik juga dapat mengonttol infeksi 2. Pemilihan materi benang dan pengangkatan jahitan pada waktu yang tepat Untuk daerah ekstremitas diperlukan benang yang lesih besar dibandingkan daerah wajah. Pada umumnya diguinakan matari banang yang diserap 8.0 atau 4.0 untuk jahitan dalam dan materi benang 4.0 atau 5.0 (untuk tangan) untuk jahitan luar. Pada daerah plantar kaki diperlukan materi benang yang lebin besar 2.0 Pengangkatan jahitan dilakukan setelah 10-14 hari, Setelah itu dapat dibantu dengan penggunaan tae adhesive untuk memperkuat luka yang baru terutama pada daerah sendi, Pada keadaan yang terinfeksi jahitan dapat dibuka lebih awal dan dibiarkan sembuh secara sekunder. 3, Menghindari dead space dengan menjahit lapis demi lapis, Untuk menghindari dead space diperlukan penjahitan secara berlapis. Lapisan dalam pada umumnya menggunakan materi benang yeng diserap sedangken lapisan Iuar menggunakan materi benang yang tidak diserap. Pada kasus kasus khusus seperti keloid terkadang digunakan materi benang yang tidak diserap pada lepisan dalam. Cara perjahitan juga menentukan hasil akhir. Eversi dari tepi luka memberikan hasil yang sangat baik berupa parut yang rata. Penjahitan dengan teknik continuous dapat menimbulkan efek iskemik pada tepi luka di tangan dokter yang kurang berpengalaman. Penggunaan matras vertixal baik untuk luka yang tidak sama tingginya. 4. Arahirisan Irisan yang beik diletakkan ci tempat yang tidak terilhat / semar. Pada umumnya di tubuh arah irisan disesueikan dengan relax skin tension line (RSTL) atau garis Langer. Pada ekstremitas sebeiknya arah irisan longitudinal dan pada daerah mid-axial sehingga menghindari daerah sendi ‘flexor maupun extensor yang dapat menimbulkan kontraktur nantinya. 5, Menutup luka dengan memilih modalitas terapi yeng dapat mengurangi dan membagi tegangan luka dengan cara : «Zplasty + W plasty Wound on Specific Body Parts | 71 ‘© Geometric broken line 6. Penggunaan torniquette / bloodless situation Penggunaan toriquette maupun tekrik tumesen dalam pembiusan akan membuat suatu keadaan yang bloodless. Hal ini akan mempermudah. operator dalam melakukan pembedahan. 7. Elevasi daerah yang mengalami trauma setelah penjahitan atau selama perawatan ‘Akan memperlancer aliran balik vena dan limfe sehingga mengurangi bengkak den mempercepat penyembuhan Iuka. 8. Mengurangi mobilisasi dan membantu memperlancar aliran Dengan penggunzan splint dan pressure garment sampai luka mengalami maturasi, dan ini dikerjakan berbulan-bulan bahkan sampai 1-2 tahun bila dekat senci samiber €.4, evs tungkal dengan garialan bartal Ind Or Specie Body Par WOUND ON SPECIFIC BODY PARTS : TRUNCAL ono “HOW TO STITCH LIKE : A PLASTIC SURGEON” | | WRITTEN BY DR. SITI HANDAYANI, SPBP-RE (KKF) LUKA PADA BAGIAN-BAGIAN TUBUH KHUSUS : AREA TRUNCAL Trunktus pada manusia, atau juga dikenal sebagai torso, adalah suatu istilah anatomi yang merujuk pada bagian sentral tubuh manusia dan merupakan merupakan pangkal dari Ieher dan tungkai. Daerah tersebut termasuk regio toraks, abdomen, dan punggung. Pada bab ini, anatori yang terdapat di dalam trunktus tidak dibahas. Akan dibicarakan karakter kulit yang spesik pada daerah torso, sehingga dalam membuat insisi rnantinya depat menghasitkan luka dengan parut minimal. Daerah trunkus dan bahu merupakan daerah predileksi keloid. Artinya luka pada daerah ini rawan menjadi parut yang buruk. Oleh karena itu. dalam melakukan prosedur bedah pada regio trunkus, perlu. diperhatikan, bagaimana pembuatan luka dan penutupan Iuka yang baik dapat meminimalkan parut. MEMBUAT LUKA YANG FAVORABLE PADA DAERAH TRUNCUS Garis Langer adalah garis topologis yang dipetakan pada tubuh manusia setelah pada tahun 1861 Langer membuat ribuan lubang bulat diseluruh permukaan kulit ratusan kadaver. Langer menemukan bahwa lubang bulat yang dibuat, memilki arah tarikan-tarikan tertentu pada setiap bagian tubuh sehingga lubang bulat tersebut menjadi berbentuk elips. Aksis panjang dari garis-garis elips Langer tersebut sering dijadikan acuan untuk mempbuat alur insisi. Namun seiting waktu dan pengalaman, pengamatan tidak seperuhnya mendukung pedoman ini. Hampir seratus tahun kemudian, Borges menyatakan bahwa garis Langer meupakan garis yang hanya merepresentasikan arah tarikan kulit pada kadaver, namun bukan berarti garis yang paling tidak tegang. Borges kemudian memperkenalkan relaxed skin tension lines (RSTL), yang merupakan garis dimana kulit pada arah tersebut adalah dalam tegangan 74| Wound On Specific Body Parts paling minimal. Garis ini paralel dengan susunan alami kolagen pada dermis, dan umurnya tegak lurus dengan aren tarkan serat otot di dalamnya. Pada umumnya, luka yang dibuat searah dengan RSTL memiliki ketegangan minimal, sehingga bekas Iuka diharapkan lebih balk. Arah RSTL pada torso manusia serta daerah pangkal ekstremitas digambarkan dalam Figur 7.1 dan Figur 7.2. INNS = Gomber 7.2, Arah relwed skin tension Ines STL pada pended eksteritas at Wound on Specie Body Parts | 75 ‘ Selain berdasarkan RSTL, ketegangan kulit pada tiap daerah tubuh juga: dapat diperiksa dengan menggunakan Pinch Test (Gambar 7.3). amber 7 ksaen Phich test unis ean arah ketegangen kul, Meski secera umum RSTL dapat digunakan sebagai panduan pembuatan insisi pada daerah yang sudah dipetakan, terkadang untuk kepentingan lain, insisi yang cibuat mungkin melawan garis RSTL. Seperti misalnya insisi vertikal di tengah dada maupun di tengah abdomen pada operasi torakotomi atau laparotomi, yang terpaksa dilakukan demi eksposur maksimal lapangan operasi. Luka seperti ini sering menjadi parut yang prominen maupun bermasalah. Karena itu teknik penjahitan luka dan terapi modalitas lain perlu diberikan untuk mencegah jaringan parut yang mengganggu. Teknik penjahitan, serta perawatan luka setelah operasi dibahas di dalam bab lain buku ini, Sementara karena ketebalan lapisan kutis di regio trunktus umumnya lobin tebal daripada bagian wajah maupun ekstremitas, und On Specie Body Par diperlukan jahitan pada lapisan dalam menggunakan benang absorbable 2/0 maupun 3/0 yang tahan cukup lama. Jahitary luar menggunakan monofilament non-absorbable dan dipertahankan selama 7 hingga 14 hari Pada daerah torso yang turut bergerak saat tungkai digerakkan, gerakan tungkai tersebut dibatasi agar tariken pada luka tidak terialu banyak. Untuk pembahasan lebih detail untuk mencegah keloid di daerah trunkus, dapat dilihat di BAB REFERENSI 1. Dorlas Medical Dictionary. Tank. htp://dorands.com (accessed 27 Jun 2013) 2. On the anatomy and phystloy of the skin, |. The cleavabity of the ous. [Tanslted for Langer K. (1861). Zur Anatomie und Physiobeie der Haut, |. Uber da Spattoaret der Cuts. ‘Siuungsbefcht der Methemaisch-natunissenschafticnen Classe der Ksiserichen Academig der Wissenschaften, 44, 19]. Br J Past Sug. 1978,21(1}22. . Borges AF. Relaxed skin tension ines (ASTL) versus other skin Ines. Plast Fecons Surg 1984;79{1):144-0. ‘Wound on Specitc Eody Perts | 77 CHAPTER 8 SUTURE AND WOUND CARE AFTER SURGERY ea ' ADVANCED fy} ae / HOW TO STITCH LIKE =” A PLASTIC SURGEON” WRITTEN BY DR. FRANK BUGHARI, SPBP-RE PERAWATAN LUKA PASCA BEDAH Masyarakat awam menginginkan bekas luka yang hilang dan tidak berbekas, namun hal demikian tidaklah mungkin untuk dicapel. Tidak ada luka yang tidak berbekas sama sekali (scar less surgery) keouali luka. pada janin yang mesth ada dalam kandungan. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana menjadikan parut yang tidak terhindari menjadi parut yang baik can samar. Hasil akhir parut pada setiap orang akan berbeda. Hal ini dipengaruti oleh banyak faktor yaitu faktor ras, genetik pembawa bakat keloid, teknik operasi serta lokasi operasi. Ada pasien yang hasil akhir parut hampir tidak kelihatan, namun ada pasien Iain yang partunya menjadi hipertrofik atau bahkan keloid. Untuk itu kita sebagai dokter tidak dapat memberikan garansi kepada pasien akan hasil akhir suatu luka operasi. Bagaimanapun kita tetap berusaha agar hasil akhir suatu parut menjadi baik. Untuk itu diperiukan perawatan yang dimulai sejak operesi selesai cilakukan sampai pada waktu parut itu matang (6 bulan sampai 1 tahun). Perawatan luka jahitan pasca operasi justru lebih sult dan lebih kompleks dari tindakan operasinya sendiri, Diputuhkan kerjasama yang balk antara pasien dan dokter juga kesabaran dalam perawatan luka sampai parut menjadi matang. Pasien harus dapat mengikuti petunjuk dan instruksi dari dokter agar dapat merawat lukanya sendiri. Tindekan paling awal adalah merancang daerah insisi ditempat- tempat yang secara natural dapat disembunyikan mengikuti garis-garis kulit tubuh. Kemudian teknik operasi yang dilakukan harus benar sesuai prosedur asepsis, antisepsis, hemostasis, atraumatik. Yang penting selanjutnya adalah menjaga agar jahitan yang dilakukan tidak tegang dan menjerat jaringan. 80| Suture and Wound Care Ater Surgery Untuk pasien dianjurkan agar menghindari rokok selama 6 minggu sebelum dan sesudah operasi. Luka harus bersin dan kering satidaknya 48 jam pasca operasi. Luka harus pula dijaga kelembapannya dengan mengoleskan salep. Secara umum jahitan diwajah dilepas setelah 5-7 hari, sedangkan didaerah lain bervariasi sampai dengan 2 minggu pasca operasi. Di daereh punggung, jahitan bahkan dapat dipertahankan sampai dengan 3 minggu postop. Namun waktu pasti pelepasan jahitan sangat bergantung kepada kondisi luka pada saat follow-up. Setelah jahitan dibuka, bukan berarti \uka tersebut sudah sembuh, luka hanya kering dan masih terjadi proses penyembuhan luka sampai 6 bulan hingga 1 tahun pasca operasi, untuk itu. sebagai penggantinya dapat diletakkan tape (plester) atau steristrip yang akan memezang tepi luka, Pasien dianjurkan untuk menggunakan sunblock sehingga tidak terpapar langsung dengan sinar matahari, Setelah 3 minggu pasca operasi, usaha agar parut balk dan tersamar dapat ditanjutkan dengan melakukan pemijatan pada daerah luka dengan menggunakan silicon aint ment ataupun silicon sheet. Terdapat dua jenis perawatan luka pasca penjahitan: 1. Perawatan secara terbuka 2. Perawatan secara tertutup Perawatan secara terbuka dilakukan apabila luka kering (tidak ada rembesan), luka dapat dijaga dari kontaminan, dan luka dapat diaga kelembabannya (tidak terialu basah, tidak terlalu kering). Contoh luka umumnya dapat dirawat terbuka adalah luka di wajah yang teah dijahit primer. Apabila suatu Iuka tidak dapat memenuhi persyaraten diatas, sebailnya rawat secara tertutup. ‘Suture and Wound Care After Surgory | 81 Luke di wefan yang telah diahit prmer decat oi PERAWATAN LUKA DIRUMAH ‘Sebelum member instruksi untuk merawat luka di rumah, pastikan agar pasien dan keluarga sudah mampu untuk mengganti balutan senditi di rumah. Bila tidak, dijadwalkan untuk Kontrol untuk mengganti balutan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan yaitu jarak tempat tinggal pasien, biaya transportasi untuk kontrol, dan efisiensi dalarn pekerjaan/sekolah. PITFALL Sering dengan mudah dan terburu-buru kita meminta pasien untuk kembali besok, atau 3 hari lagi, atau 2 kali per minggu; lalu ternyata pasien tidak kunjung datang. Saat kembali beberapa minggu kemudian, pasien dateng dengan Iuka terinfeksi, jahitan yang masih terpasang, atau jaringan parut yang jelek. Ternyata pasien tidak memiliki biaya transportasi, atau tidak dapat jin darl pekerjaannya. Bila hal-hal tersebut dideteksi sejak awal, dapat kita carikan solusi untuk menengahi. Misalnya dengan perawatan luka di Klinik terdekat. {82 Suture and Wound Care After Surgery MANDI SETELAH TINDAKAN OPERASI Pertanyaan yang sering diajukan oleh pasien adalah boleh tidaknya pasien mandi setelah operasi. Pada dasarnya, sedapat mungkin luka tidak terkontaminasi sekitar 1 minggu. Intinya adalah menjaga higienitas. Luka boleh terkena air dan dapat dioles salep terlebin dahulu untuk mendapatkan ‘waterproof effect". Luka dapat dicuci dengan busa yang dihasilkan oleh sabun, bukan langsung dari sabun itu sendiri, Melakukan pengeringan pada luka jangan digosok dengan handuk, namun cukup dengan menepuk-nepuk handuk secara perlahan diatas luka tersebut, Bila Iuka basah, seperti pada saat mandi, langsung dikeringkan dan diberi dressing kembali (osik rawat terbuka dengan salep maupun dressing tertutup). Jangan biarkan luka dalam keadaan basah terus- menerus, seperti bila pasien berendam maupun kassa yang dibiarkan basah, Karena dapat terjadi maserasi luka. MEMBALUT LUKA (WOUND DRESSING) Saat luka tidak optimal untuk dirawat secara terbuka, diperlukan balutan atau dressing. Fungsi balutan (dressing) adalah menggantikan epitel sementara yang hilang karena ekskoriasi maupun luka dalem lain, dan membuat lingkungan yang optimel untuk penyembuhan luke. Tipe Balutan / Dressing Kasa Film transparan Hidroge! Hidrokoloid Foam atau sponge Aiginat Balutan mengandung unsur perak NOT RON S ‘Suture and Wound Care Ar Surgory | 83 Jeris balutan yang dipakai didasari pada kondisi Iuka. Prinsip pemilthan balutan adalah untuk menjaga kelembaban Iuka. Bila luka eksudatif, gunakan dressing yang menyerap. Bila Iuka cukup lembab, berkan dressing yang mempertahankan kelembabannya. Bila luka kering, berikan dressing yeng melernbabkan dan tidak menempel. Pembahasan intensit mengenai jenis pemiihan dressing yang tepat merupakan suatu topik ‘tersendiri yang membutuhkan pembahasan khusus. Sering dengan mudah dan terburu-buru Kita meminta pasien untuk kemball besok, atau 3 hari lagi, atau 2 kali per minggu; lalu ternyata ppasien tidak kunjung datang. Saat kembali beberapa minggu kemudian, pasien datang dengan luka terinfeksi, jahitan yang masih terpasang, atau jaringan parut yang jelek. Ternyata pasien tidak memilki biaya transportasi, atau tidak dapat jin dari pekerjaannya, Bila hal-hal tersebut dideteksi sejak awal, dapat kita carikan solusi untuk menengahi. Misalnya dengan perawatan luka di klik terdekat. Secara umum, pemilihan balutan yang ideal adalah yang memiliki karakteristik: Melindungi dari trauria mekanik Melindungi terhadap bakteri Menjaga kelembaban daerah luka Menjaga suhu Menyerap eksudat ‘Member efek tekanan untuk hemostasis Mengurangi nyeri Mengandung bahan yang memicu proses penyembuhan. Memiberi efek immobilisasi sehingga tidak terjadi mikrotrauma akibat pergerakan OPNBAAR ENS Balutan sebaiknya diganti apabila. telah jenuh olch eksudat dengan tampak rembesan pada balutan, bila luka kotor oleh kontaminan, dan bila {84 | Suture and Wound: re After Surgery sebagian perekatnya telah terbuka. Bila kering dan bersin balutan diganti pada hari ke 4-5 Karena Kolonisasi bakteri Kornensal terjadi setelah hari kelima, MELEPAS JAHITAN Kapan jahitan dilepas akan menentuken keberhasilan luka yang dijahit. Menentukan waktu untuk melepas jahitan sangat tergantung pada lokasi luke. Bila jahitan terlalu lama dilepas, dapat terjadi fistula maupun parut yang buruk. Sedangkan bila jahitan terlalu cepat dilepas akan berekibat dehisensi dan luka meregang. Waktu yang optimal untuk melepas jahitan tergantung pada lokasi Iuka, yang pada umumnya dalam kondisi penyembuhan normal tanpa kompliasi dicantumkan dalam Tabel 8.1 Tebal 8.1. Ratavala weldu yarg dibuiuhian untuk mengangeet jahtan Lia pada area-area ‘etent dit.bun, dalam kendisi peryernaunen la nana AREA Wejan Leber Scalp Ektremitas Atas Baden Permulaan Ekstensor Tengen Ekstremitas bawsh WAKTU ANGKAT JAHITAN (HARI) 35 58 79 B14 10-14 14 14-28 ‘Sutura and Wound Cave After Surgery | 85 Namun, panduan umum waktu pelepasan jahitan diatas jangan dipegang ‘pulat-bulat’. Prinsipnya adalah mengangkat jahitan secepatnya saat dirasakan luka sudah cukup kuat. Faktor penentunya banyak, termasuk derajat tegangan luka saat dijahit, Iokasi, dan garis luka. Pelepasan jahitan juga tergan‘ung pada dibuat tidaknya jahitan dalam pada lapisan dermis. Pengalaman klinis dibutuhkan untuk menentukan kapan jehitan aman dibuka, moar 8 2 Jantar pada regio paler ener jit 6 Suture and Wound LANGKAH-LANGKAH MELEPAS JAHITAN Siapkan alat-alat yang digunakan untuk melepas jahitan (Gambar 8.4) a. Pencahayaan yang baik Anstiseptik Kassa Gunting yang tajam dengan ujung kecil Pinset anatomis dengan grip yang baik epaogs 2. Oleskan larutan antiseptik pada area jahitan yang akan diangkat (Gamber 8.5.) 8. Gunting simpul dengan cara: ‘Arah menerik simpul jangan menyeberang garis luke Pegeng jahitan dengan pinset pada simpuinya Potorg benang di bawah pinset dengan simpul secikit ditarik Tarikan simpul jangan terlalu kuat, terutama bila benang kecil, dapat melukai Potong seluruh ketebalan benang, baru jahitan dilepas. Tarik benang ke arah yang membuat tegangan mendekat ke arah luka, bukan menjauhi luka, fv Garber 8.6 Leak potorgan dan ar terken benang yang benar sast melaoas jahitan (Kal, Leia ‘potlorgan dan arch tarzan benang yang salah saat melepas jahitan dapat meregang Lika (Karan) aogp oo Setelah jahitan diangkat, terjadi luka Iuka kecil brekas benang ai tepi-tepi luke, Dapat diberkan salep antiseptik topikal selama 2 hingga 3 haril. Karena kokuatan luka segera setelah jahitan diangkat masih lemah, dapat pula segera diberikan tape perekat di atasnya, untuk menjaga integritas luka dan mencegeh tarikan kulit sekitar terhadap luka, CGarrbar 8.7 Centoh- contoh pemasangan tape dlatas luke seger 188 Suture ard Wound Care After Surgery MENCEGAH PARUT PADA BEKAS JAHITAN Luka sembuh bukanlah Iuka matang. Setelah luk& sembut, yang kita tentukan secara klinis dengan meiihat Iuka yang kering, Iuka masih mengalami remodelling hingga 1 tahun. Saat kunjungan kontrol, modalitas ‘tambahan diaplikasi di atas bekas luka selama bekas luka masih menonjol, merah, gatal, dan keras, Tambehan modalitas dibutuhkan antara 3 bulan sampai 1 tahun, hingga bekas Iuka betul-betul matang. Contoh modaiitas pencegah parut: a. _Silikon pelapis (berupa lembaran maupun gal) Krim atau salep topikal dengan khasiat tambahan Injeksi kortikosteroid intralesi (Triamcinolon) Balutan bertekanan Splint di atas sengi untuk immobilisasi Injeksi kemoterapi Terapi raciasi e@rpaoge Modalitas-modalitas tersebut akan dibahas lebih lanjut pada sesi terakhir. PENGGUNAAN MADU MURNI DALAM PERAWATAN LUKA Madu muri yang tidak diencerkan, termasuk madu lokal produts! Indonesia yang telah banyak kami gunakan dan telit, memilki karakteristik yang penting untuk penyembuhan luka. ‘Siaure and Wound Care e9 Efek aplikasi madu pada luka: a. Menyerap Eksudat Madu dapat menurunkan sel-sel radang pada luka (efek anti-inflamasi). Pengaruh ini terkait dengan kandungan anti-oksidan dari madu, yang ditemukan pada konsentrasi yang tinggi untuk memusnahken radikal bebas. b. Mematikan kuman (antibakter’) Madu memiliki zat methyl glioxy! (MGO) yang memiliki efek anti-bakteri tethadap Pseudomonas aeruginosa, Sthaphylococcus aureus, dan Methicilin-resistant Staphylococcus Aureus (MRSA). Berdasarkan studi, diketahui behwa madu memilki aktivtas air yang rendeh (tekanan osmotik tingg) sehingga dapat membentuk lingkungan yang tidak cocok bagi bakteri untuk tumbuh. ¢, Menghilangkan bau Beu yang tdak enak pada luka ini muncul karena kandungan ammonia, amino dan sulfur, yang semuanya dihasilkan oleh metabolisme bakteri infeksius pada asam amino dari protein dalam serum dan jaringan mati pada luka. Madu memilki kandungan kaya glukosa yang lebih disukai bakteri dibandingkan asam amino. Asam laktat yang dihasilkan oleh madu kemudian menggantikan ammonia sehingga mengurangi bau. d. Debridemen Autolitik Madu memiiki efek debridemen. Hal ini diduga karena interaksi antara madu dengan Iuka menimbulkan aktivitas enzim protease yang berperan melakukan debridemen autolitik pada jaringan Iuka. e. Merangsang Epithelialisasi Madu dapat membantu mempercepat timbulnya jaringan granulasi untuk mempercepat tumbuhnya jaringan kulit. f. Menjaga Kelembaban Luka Madu menjega suasana kelembaban luka yang mendukung penyembuhan. (90 | Suture and Wound Care Alter Surgery jai pada bueger diseases, (ha perawaten mac paca berger diseases het ke-7,(i-bawah) peraaaian mad paca burger csse5es minag He 2, (eeran-bawen) pesca peravstan macy pada buerger diseases buian ke-7 REFERENSI 1 Sucfetmiko G, Pelunidk Prakls nu B fengerang, 2007. Thome GH and Beasly RW, Gebb and Smits Fi Lippincott Wiliams and Vitkins, 2007, JcGregor AD and McGregor IA, Fundementaltechriques of plastic supery and ther surgical ns, Phiadlptia, USA: Chuchil Livngstore, Zuber TJ. Skin tiopsy, excision, and repair techniques. h: Soft tasue surgery for the family physician (lustated manuals, videotapes, and CD-ROMs of soft tssue surgery technique my 0! Family Prysiciens, 1998:121 (G, Madu unt Obat Luka Kroris. Yayasan Knasansh Keblan, Tangerang, 2011 1 Psi Rekon 1 Kasaneh Keballan, 6th ed, Phladeptia, PA: found we a After Surgary | 91 CHAPTER 9) KELOID man Ae) | AND MANAGEN ENT “HOW TO STITCH LIKE A PLASTIC SURGEON” WRITTEN BY DR. ROSADI SESWANDHANA, SPBP-RE Istilah keloid pertama kali diperkenalkan oleh Alibert, 1806 sebagai cheloide yang berasal deri bahasa Yunani chele yang berarti crab claw, Keloid adalah proliferasi berlebihan dari jaringan fibrosa akibat proses penyembuhan yang abnormal setelah trauma pada kul. Keloid tidak memiiki potensi keganasan, namun memiiki tingkat rekurensi yang tinggi dan hingga saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang dapat mengatasi keloid dengan tuntas. Giri Khas dari keloid adalah tumbuh melebihi batas luka awalnya serta sering disertal pruritus dan nyeti. Angka kejadian keloid adalah antara 5 — 15 % dari seluruh populasi yang mengalami luka. Selain keloid terdapat kelainan len pada kult dengan tampilan klinis menyerupai keloid yeitu parut hipertrofik. Kedua jenis kelainen ini dapat dibedakan melalui perjalanan Klinis dan pemeriksaan histopatologi. Keloid memiliki predileksi di daerah dengan tegangan yang tinggi dan mengalami pergerakan ektit seperti sternum, deltoid, punggung dan persendian. Keloid juga rentan terjadi pada telinga, pascatindk telinga atau bekas jerawat. Keloid pada lokasi tertentu memiliki bentuk khas, seperti pada dada memilki bentuk seperti dumbbell. Tabel 9.1. Perbedaan parut hipertrofik dan keloid Parameter Parut Hipertrofik Onset Riwayat Batas Lokasi di area pergerakan Predileksi Muncul dini, dalam 4 minggu pasca trauma Mengecil seiring waktu Tetap di batas luka lya Permukaan fleksor, persendian Respon terhadap Mombaik dengan pembedahan pembedahan Keloid Muncul lambat, salah beberapa bulan/ tehun Membesar seiring waktu Melewati batas luka Tidal Sternum lobulus tdinga, deltoid, punggung Terkadang membuuk setelah pembedahan ‘Tabel 9.2. Lokasi tubuh tempat terbentuknya keloid Trunkus, Telinga Wajah Leher Ekstremitas bawah Ekstremitas atas 50% 2% 12% 8% 65% 3% Keloid Prevention end Management | 95 Girrbar 9.2, Predieks kelod PATOGENESIS KELOID Patogenesis keloid belum dapat dijelaskan secara pasti, namun berhubungan dengan trauma dan inflamasi pada individu yang rentan terhadap keloid. Keloid sering dihubungkan dengan Iuka pada kulit dengan ‘tegangan, namun keloid jarang ditemuken pada area palmar manus dan plantar pedis walaupun daerah tersebut mendapat tegangan. Keloid biasanya mulai terbentuk 1 - 3 bulan setelah trauma atau proses inflamasi namun dapat juga baru mulai tampak 1 tahun setelah trauma. Fibroblast yang ciambil dari jaringan keloid memproduksi prokolagen tipe | yang berlebihan, memiliki kadar vascular endothelial growth factor (VEGF), 96 | Keloid Prevention and Management transforming growth factor- (TGF-) B1/ 82, platelet derived growth factor- (PDGF-) a receptor yang lebih tinggi serta membutlhkan growth factor lebih sedikit pada pembiakan in vitro, Selain itu, kultur fibroblast keloid memproduksi lebih banyak kolagen dan matrix metallocroteinase. Fibroblast pada keloid berproiiferasi lebih cepat daripada fibroblast pada parut hipertrofik, serta mengalami tingkat apoptosis yang rendah sehingga menyebabkan jaringan part yang meninggi, terus membesar dan tidak mampu mengalami ragresi spontan. EPIDEMIOLOGI Keloid lebih sering terjadi pada ras kulit berwarna gelap, Hispanis dan asia. Etiologi keloid berhubungan dengan faktor genetik. Pada populesi berisiko, angka kejadian keloid adalah 15%. HISTOPATOLOGI Pemeriksaan histopatologi menunjukxan bahwa keloid memiiki lapisan epidermis yang normal, peningkatan vaskularisasi, densitas mesenkin, kandungan kolagen dan glikosaminagikan. Terdapat kumpulan kolagen yang mengandung hyalin dan dikenal sebagai keloidal collagen. Terdapat 4 gambaran histologis yang patognomonic berupa keloidal hyalinized collagen, terdapat gambaran jaringan yang tumbuh dibawah epidermis dan papilla dermis yang normal, terdapat jaringan fibrosa seluler di jaringan reticular dermis, terdapat jaringan ikat yang tampak sepert fascia. MODALITAS TERAPI KELOID ‘Sampai saat ini belum didapatkan terapi defini untuk mengatasi keloid. Modalitas terapi yang telah terbukti cukup efektif untuk mengatasi keloid adalah injeksi kortikosteroid intralesi, eksisi, cryotherapy, eksisi dengan laser, radioterapi, serta penggunaan silicone gel dan silicone sheet. Terapi lain yang sedang dikembangkan adalah penggunaan imiquimod dan antimetabolite topical (termasuk 5-flurouracil [5-FU] dan bleomycin), pressure therapy, retinoid, calcium channel blockers, mitomycin C, injeksi keloid Prevention and Management | 97 interferon alpha-2b dan antihistamin. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengobatan herbal dengan ekstrak bawang merah (Mederma), bawang bombay (alium cepa), centella asiatica (Dermakel) serta ekstrak aloe vera mampu mengurangi keloid, Injeksi kortikosteroid intralesi Terapi_ ini merupakan terapi yang paling banyak digunakan dan efektif mengurang) keloid. Jenis obat yang digunakan adalah triamcinolone acetonide dengan dosis 10 — 40 mg/ml disuntikkan intradermal sesuai dengan ukuran lesi. Injeksi dllakukan setiap 4 - 6 minggu. Untuk keloid ada telinga dapat diberikan triamcinolone acetonide 10 mg/ml, 0,5 - 2 ml selama 4 tulan dengan interval 4 minggu. Mekanisme kerja triamcinolone acetonide belum dapat dijelaskan secara pasti namun diduga berungsi menghambat pertumbuhan fibroblast, mengurangi sintesis kolagen dan menurunkan produksi TGF- 81 Metode ini efektif untuk menipiskan, melunakkan dan mengurangi gejala keloid namun tidak dapat menghilangkan keloid secara tuntas, agar memberikay hasil yang lebih memuaskan, biasanya dikombinasi dengan Pembedahan. Efek samping yang mungkin timbul adalah teleangiektasi, atrofi kult, hipo- atau hiperpigmentasi dan nyeri saat injeksi. Penelitian di Korea Selatan oleh Park, et.al, menunjukkan injeksi kortikosteroid intralosi intra- dan pascaoperasi memberikan hasil memuaskan. Kekurangan lain dari metode ini adalah sangat tergantung pada kepatuhan pasien, Terapi Bedah ‘Terapi bedeh pada keloid memiliki tingkat rekurensi yang tinggi (80 - 100%) sehingga biasanya diberikan terapi adjuvant seperti injeksi steroid intraoperas| dan pascaoperasi, pressure dressing, atau penggunaan silicone gel dan silicone sheet. {98 Keloid Prevention and Management Teknik operasi eksisi keloid harus memperhatikan beberapa hal untuk mengurangi insidens rekurensi, diantaranyé : 1. Teknik asepsis yang benar, untuk mengurangi risiko infeksi den inflamasi yang memicu terjadinya keloid. 2. Arab insisi harus memperhatikan relaxed skin tension lines (RSTL) 3. Mengurangi tegangan dan insisi berupa garis lurus. Ogawa memperkenalkan wave incision untuk eksisi keloid 4, Eversi tepi iuka harus tercapai. Teknik menjahit luka pada keloid harus memperhatikan pentingnya jahitan pada fascia, karena jahitan berlebinan pada dermis akan merangsang proses inflamasi dan memicu terjadinya keloid. Tegangan pada jahitan superfisial harus dihindari, namun penutupan Iuka dengan skin graft berpotensi menyebabkan timbulnya keloid pada daerah se

Anda mungkin juga menyukai