MAKALAH
Rombel : 16
Disusun oleh :
Aprilia Siska (1401414352 / 10)
Quswatun Qasanah (1401414379 / 17)
Evy Sofianingsih (1401414400 / 23)
2016
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur penulis bermunajat kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa sembari
mengangkat tangan, bermohon kiranya memberikan taufiq, hidayah, rahmat dan karunianya
serta kelapangan berpikir dan waktu, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah ini. dengan judul Kebudayaan sebagai Isi Pendidikan. Makalah ini disusun sebagai
tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Filsafat Pendidikan.
Pada penyajian makalah ini sesuai dengan tuntutan penyajiannya. Paparan yang jelas
senantiasa menuntut mahasiswa untuk mengembangkan potensi diri yang dimilikinya.
Dengan demikian,diharapkan potensi diri mahasiswa dapat dikembangkan dengan baik.
Penulis juga menyadari bahwa materi dan teknik yang digunakan dalam makalah ini
masih memiliki beberapa kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat
penulis harapkan agar makalah ini menjadi lebih sempurna. Atas kritik dan sarannya
diucapkan terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
2
COVER ............................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................... 2
C. Tujuan..................................................................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA 10
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan manusia prasejarah, kebudayaan manusia purba dan kebudayaan
manusia modern sekarang merupakan perwujudan kehidupan dunia manusia, kodrat
manusiawi. Artinya hanya manusialah yang memiliki kebudayaan di dalam tata
kehidupannya sebagai manifestasi potensi dan martabat kemanusiaannya.
Sepanjang sejarah tiap masyarakat, tiap bangsa berada di dalam proses perkembangan
kebudayaan, baik dalam arti menerima warisan social dari generasi sebelumnya, maupun
mengembangkannya, menciptakan yang baru. Bahkan tidak mustahil pula membuang unsur
kebudayaan yang lama yang tidak sesuai dengan kemajuan berfikir atau kebutuhan
zamannya. Manusia sebagai makhluk budaya secara alamiah (kodrat) dengan potensi
kemanusiaanya itu hidup didalam alam budaya secara bertahap. Manusia tak terpisahkan
dengan kebudayaan, karena kebudayaan inilah yang membedakan secara prinsipil tata
kehidupan manusia daripada kehidupan alamiah makhluk lainnya.
Sepanjang sejarah ada manusia, generasi demi generasi, tidak saja sebagai proses
regenarasi subyek (manusia), melainkan juga sebagai proses estafet, pengoperan kebudayaan
secara terus-menerus. Lembaga yang paling efektif melaksanakan fungsi tersebut terutama
pendidikan.
Pendidikan dan kebudayaan adalah dua kata saling berhubungan erat. Keduanya tidak
dapat dipisahkan, karena keduanya merupakan entitas yang saling berkaitan. Pendidikan itu
sendiri adalah kebudayaan. Karena pendidikan adalah karyanya manusia. Kegiatan
pendidikan merupakan proses pembudayaan, artinya pendidikan membuat manusia menjadi
berbudaya. Kebudayaan merupakan salah satu landasan bagi pendidikan, karena di dalamnya
terkandung nilai nilai kehidupan dan menjadi pedoman hidup masyarakat dimana pendidikan
itu berlangsung.
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam perkembangan kebudayaan,
bahkan dalam perjalanan suatu kebudayaan. Tanpa proses pendidikan tidak mungkin
kebudayaan itu berlangsung dan berkembang. Melalui pendidikan, kepribadian seseorang itu
dibentuk dan dikembangkan. Individu yang mendapat pendidikan merupakan kreator dan
sekaligus sebagai manipulator dari kebudayaannya. Tanpa kepribadian manusia tidak ada
kebudayaan, meskipun kebudayaan bukanlah sekedar jumlah dari kepribadian.
Sebaliknya kebudayaan akan sangat diperlukan upaya pembentukan kepribdian.
Kesenian misalnya, sebagai aspek kebudayaan, sangat besar peranannya dalam
pengembangan kepribadian seseorang, dan karena itu sangat penting bagi pendidikan.
1
Mengartikan kebudayaan dalam arti sempit, yaitu terbatas pada kesenian dan kepurbakalaan
telah mereduksi kebudayaan hanya pada nilai nilai estetika. Dan ini berarti telah memperjarak
hubungan atau telah cenderung memisahkan antara pendidikan dengan kebudayaan. Gejala
pemisahan kedua hal itu juga disebabkan karena nilai nilai kebudayaan dalam pendidikan
terlalu dibatasi pada nilai nilai intelektual saja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa penjelasan tentang kurikulum?
2. Apa yang dimaksud proses perkembangan pendidikan dan kebudayaan?
3. Apa yang dimaksud manusia sebagai pembina kebudayaan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami penjelasan tentang kurikulum.
2. Untuk mengetahui dan memahamu apa yang dimaksud proses perkembangan
pendidikan dan kebudayaan.
3. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud manusia sebagai pembina
kebudayaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kurikulum
Kurikulum atau secara sederhana kita sebut isi pendidikan adalah jalan terdekat
untuk sampai pada tujuan pendidikan. Sebaliknya tanpa isi pendidikan, tanpa kurikulum
tidak ada proses pendidik dan pengajaran. Dengan perkataan lain, tidak ada pendidikan tanpa
kurikulum. Karena itu kurikulum adalah bagian yang amat penting di dalam pendidikan.
Dapat dikemukakan batasan kurikulum menurut Stratemayer cs antara lain:
1. Bahan pelajaran dan kegiatan kelas yang dilakukan oleh anak-anak dan pemuda.
2
2. Keseluruhan pengalaman di dalam dan di luar kelas yang disponsori sekolah.
3. Seluruh pengalaman murid.
Apapun batasan yang diterima, pendidikan harus menetapkan ke arah ilmu
pengetahuan, pengertian-pengertian, kecakapan-kecakapan yang manakah pengalaman-
pengalaman murid akan dibimbing. Kebijaksanaan ini menentukan scope dan kurikulum
sekolah.
Batasan menurut Stratemeyer itu, amat luas. Sehingga kontrol atas kurikulum seperti
dimaksud tidak mungkin. Sekolah hanya mampu menetapkan kurikulum dalam arti pertama
dan kedua dan ketiga unsur yang tersebut di atas. Brubacher menguraikan kurikulum sebagai
berikut: Dengan tujuan atau arah proses pendidikan yang ditetapkan, langkah selanjutnya
sudah jelas yaitu suatu cara-cara dan alat-alat untuk mencapai tujuan tersebut. Di antara
semua itu maka kurikulum rneminta perhatian pertama. Sesuai dengan asal pengertiannya,
menurut bahasa Latin, kurikulurn ialah suatu arah yang dilalui seseorang untuk mencapai
tujuan, seperti di dalam suatu perlombaan. Bentuk pelajaran ini dimasukkan di dalam istilah
pendidikan sebagai kurikulum, atau kadang-kadang disebut bahan pelajaran. Apapun
namanya, namun kurikulum itu menggambarkan landasan di atas maka murid, dan guru
berjalan mencapai tujuan pendidikan.
Menurut Stratemayer kreteria atau asas-asas bagaimana suatu kurikulum disusun,
antara lain :
1. Yang berhubungan dengan kodrat masyarakat dan nilai-nilai yang berlaku serta
yang dicita-citakan (asas-asan social).
2. Berorientasi kepada murid sebagai organisme yang berkembang dan kodrat proses
belajar ( asas-asas psikologi ).
3. Berpedomanan kepada nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi
filsafat hidup dan filsafat pendidikan mereka (asas-asas filosofi).
3
berpedornan kepada nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi filsafat
hidup dan filsafat pendidikan mereka (asas-asas filosofis).
Oleh karena kurikulum merupakan isi dan jalan untuk mencapai tujuan
pendidikan, maka sesungguhnya kurikulum menyangkut masalah-masalah: nilai,
ilmu, teori, skill, praktek, pembinaan sikap mental dan sebagainya. Ini berarti
kurikulum harus mengandung isi pengalarnan yang kaya demi realisasi tujuan.
Dengan perkataan lain kurikulum harus kaya dengan pengalaman-pengalaman yang
bersifat membina kepribadian. Keseimbangan antara luas dan dalamnnya (broad and
depth) suatu kurikulum adalah syarat bagi penguasaan suatu pengetahuan. Penguasaan
teori pengetahuan adalah pangkal pengetahuan praktis. Dan pengetahuan praktis salah
satu tujuan pendidikan. Meskipun pada dasarnya tujuan pendidikan yang pokok itu
tetap, namun ini tidak berarti bahwa kurikulum itu harus tetap: Kurikulum justru
harus berkembang, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan
masyarakat untuk apa pendidikan diselenggarakan. Dengan demikian kurikulum
bersifat progressif, berkembang maju, dinamis. OIeh karera itu kita selalu
mengadakan evaluasi dan revisi kurikulum.
4
pendidikan,atau masyarakat itu menyelenggarakan pendidikan yang maju. Apabila suatu
masyarakat mengabaikan pendidikan,maka masyarakat itu sukar untuk maju. Ini disebut
hubungan korelasi positif.
Sedangkan hubungan causalitas atau sebab-akibat, yaitu karena masyarakat sadar
dengan nilai dan peranan pendidikan, masyarakat aktif membina pendidikan,maka
masyarakat menjadi makin maju,makin baik.
Hubungan teleotologis berarti bahwa pendidikan masyarakat bergerak (aktif) menuju
satu tujuan tertentu, satu idealisme.
Hubungan pendidikan dan kebudayaan adalah hubungan antara aktivitas dengan
isinya. Pendidikan adalah satu proses, satu lembaga, satu aktivitas. Sedangkan kebudayaan
adalah isi didalam proses itu, isi suatu lembaga dan aktivitas pendidikan itu.
Fungsi dan misi pendidikan adalah mengoperkan kebudayaan dari manusia yang
berkebudayaan kepada anak didik yang belum berkebudayaan. Mengolah kebudayaan itu
menjadi sikap mental, tingkah laku, bahkan menjadi kepribadian anak didik. Membudayakan
manusia, atau membina manusia supaya berkebudayaan.
Sesungguhnya fungsi pendidikan masih mempunyai tujuan yang lebih utama yaitu
untuk membina kepribadian manusia agar lebih kreatif dan produktif, yakni mampu
menciptakan kebudayaan.
Pendidikan sesungguhnya melakukan peranan menciptakan kebudayaan,
mengembangkan kebudayaan, baik langsung maupun tak langsung. Pendidikan mempunyai
fungsi rangkap untuk kebudayaan, yaitu:
a. Menciptakan yang belum ada, melalui pembinaan manusia yang kreatif.
b. Mengoperkan kebudayaan (yang sudah ada) kepada generasi demi generasi
dalam rangka proses sosialisasi pribadi manusia.
Sebagai perbandingan, Auguste Comte ahli sosiologi dan filsafat, membedakan tingkat
perkembangan kebudayaan umat manusia atas tiga tingkatan besar dalam sejarah
perkembangan berpikir umat manusia : tingkatan teologis atau tingkat animistis, tingkatan
metafisis (filsafat) dan tingkatan ilmu pengetahuan positif.
Jhon Dewey menganalisa perkembangan kebudayaan sebagai proses integral daripada
perkembangan social, yang dipengaruhi oleh :
1. Adanya kondisi khusus dan problem-problem yang dihadapi.
2. Tuntutan-tuntutan komunikasi social yang menuju pengertian suatu cita-cita dan
informasi.
3. Adanya penyelidikan secara kritis dan penilaian kembali atas tujuan dan nilai-
nilai kebudayaan yang ada.
4. Eksperimen yang terkontrol dan validasi atas hasil-hasil rekonstruksi pada
situasi yang spesifik
5
Melalui definisi kebudayaan kita mengerti bahwa kebudayaan adalah ciptaan atau
kreasi manusia. Dengan melalui lembaga dan proses pendidikan, kebudayaan dikembangkan
yakni:
1. Dioperkan untuk dimengerti dan dikuasai, dilaksanakan oleh generasi muda.
2. Pembinaan manusia supaya mampu menciptakan kebudayaan atau unsur-unsur
kebudayaan agar mereka mampu menyesuaikan diri demi kehidupan dalam
zamannya.
Prestasi-prestasi yang dicapai oleh manusia dalam menciptakan kebudayaan ini
merupakan prestasi yang menentukan nilai kepribadian, kemajuan suatu zaman. Bahkan
satu-satunya ukuran prestasi manusia ialah pada achievement kebudayaan ini.Hal ini lebih
jelas pada karya dan prestasi seseorang. Sebenarnya pendidikan, langsung atau tidak
langsung terutama berfungsi untuk pembinaan kebudayaan. Pendidikan berfungsi baik
sebagai mempertahankan kebudayaan yang ada sebagai warisan sosial, maupun untuk
membina pribadi manusia yang pada gilirannya untuk mencipta pula kebudayaan baru.
Manusia sebagai pembina kebudayaan dalam arti yang non tradisional ialah tetap
mencipta dan mengejar prestasi-prestasi ideal,berarti juga mencipta dan mengejar dan
menduduki prestasi-prestasi ethis moral. Mengerti dan mengedakan relasi rohaniah dengan
yang non material, yakni aspek-aspek religius dan Tuhan sendiri. Manusia sebagai pribadi
yang bermoral adalah manusia yang berkebudayaan dalam makna hakiki. Karena itu manusia
sebagai pembina kebudayaan harus diartikan lebih luas dari makna berbudaya yang
tradisional, material saja, intelektual saja, melainkan juga percaya dan berkhidmat kepada
Tuhan yang Maha Esa, sebagai kebudayaan langit atau moral agama.
Pada sisi lain dari analisis filosofis ini, manusia modern tetap menyadari pula
bagaimana ketergantungannya kepada alam, sebagai bahan baku budaya seperti berbagai
hasil tambang untuk tekhnologi, bahkan juga unsur alam manapun untuk kehidupan. Cahaya
dan panas, udara, air, tanah subur, flora dan fauna dengan demikian makna dan hakikat
budaya menjadi proposioanal. Artinya,manusia mempunyai wawasan atas kedudukan dan
tanggung jawab budayanya dalam kesemestaan. Misal manusia mampu menikmati alam yang
murni tanpa sentuhan tangan manusia sebagai sumber keindahan dan bahkan sumber
kenikmatan hidup. Manusia dapat mencintai dan menghargai alam dalam wujud dan
tanggung jawab atas lingkungan hidup dan sumber daya alam yang sesungguhnya merupakan
prakondisi kehidupan umat manusia.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum atau secara sederhana kita sebut isi pendidikan adalah jalan terdekat
untuk sampai pada tujuan pendidikan. Sebaliknya tanpa isi pendidikan, tanpa kurikulum
tidak ada proses pendidik dan pengajaran. Dengan perkataan lain, tidak ada pendidikan tanpa
kurikulum. Karena itu kurikulum adalah bagian yang amat penting di dalam pendidikan.
Pendidikan sesungguhnya melakukan peranan menciptakan kebudayaan, mengembangkan
kebudayaan, baik langsung maupun tak langsung. Pendidikan mempunyai fungsi rangkap
untuk kebudayaan, yaitu:
a. Menciptakan yang belum ada, melalui pembinaan manusia yang kreatif.
b. Mengoperkan kebudayaan (yang sudah ada) kepada generasi demi generasi dalam
rangka proses sosialisasi pribadi manusia.
7
langsung atau tidak langsung terutama berfungsi untuk pembinaan kebudayaan.
Pendidikan berfungsi baik sebagai mempertahankan kebudayaan yang ada sebagai
warisan sosial, maupun untuk membina pribadi manusia yang pada gilirannya untuk
mencipta pula kebudayaan baru.
B. Saran
Setelah mengetahui pentingnya kebudayaan sebagai isi pendidikan, mahasiswa dan
semua pendidik diharapkan dapat menerapkan kebudayaan didalam pendidikan dengan benar
dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
8
DAFTAR PUSTAKA
Syam,Mohammad noor. 1983. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila.
Surabaya : Usaha Nasional.
http://karuniayeni.blogspot.co.id/2014/04/kebudayaan-sebagai-isi-pendidikan.html. Diakses
pada tanggal 8 Maret 2016.
http://kahijhi10.blogspot.co.id/2011/12/perkembangan-pendidikan-dan-kebudayaan.html.
Diakses pada tanggal 8 Maret 2016