Abstrak
Korosi adalah suatu persoalan yang selalu dihadapi dan merupakan suatu permasalahan yang harus
dicari jalan keluarnya untuk mengurangi terjadinya oksidasi antara logam dengan udara bebas. Proses
korosi terjadi karena bereaksinya permukaan suatu logam dengan oksigen, di mana permukaan logam
tersebut tidak dilapisi dengan suatu logam lain atau logam alloy (paduan) untuk mengurangi terjadinya
korosi. Pada logam, apabila lapisan oksida yang mula-mula terbentuk bersifat porous, oksigen dapat
tembus dan terjadi reaksi-reaksi pada antarmuka oksida-logam. Namun, umumnya lapisan tipis tidak
porous dan oksida selanjutnya mencakup difusi melalui lapisan oksida. Metode yang digunakan dalam
pelapisan logam diantaranya adalah pelapisan permukaan dengan deposisi uap yang dibagi dua yaitu
deposisi uap kimia dan deposisi uap fisis. Pada proses penguapan, material sumber dipanaskan dengan
berkas energi-tinggi (elektron, ion, laser), tahanan, induksi dan sebagainya dalam ruang vakum.
Metode pelapisan semprot termal untuk komponen turbin gas. Pada penyemprotan ini, serbuk
disuntikkan dalam gas yang sangat panas dengan kecepatan tinggi ke permukaan komponen. Metode
senapan detonasi adalah campuran sejumlah oksigen dari asetelin (C2H2) yang terukur dan diledakkan
dengan letupan api. Serbuk dengan diameter rata-rata 45 mm disuntikkan, dan dipanaskan oleh gas
panas kemudian ditembakkan dari laras sepanjang 1 inchi ke benda kerja dengan kecepatan sekitar 750
m/s. Pada teknik semprotan plasma, serbuk dipanaskan oleh busur arus searah dengan umpan argon
dan kemudian ditembakkan ke benda kerja dengan kecepatan 125-600 m/s. Digunakan pelindung
berupa selubung gas mulia (Ar) untuk mencegah oksidasi material yang diendapkan.
Jurnal Teknik SIMETRIKA Vol. 4 No. 1 April 2005: 301 306 303
diabsorpsi permukaan logam berdisosiasi menjadi
komponen atom sebelum membentuk ikatan kimia
dengan atom permukaan logam, proses ini disebut
kemisorpsi. Setelah terbentuk beberapa lapisan
adsorpsi, oksida bernukleasi secara epitaksial pada
butir logam induk di lokasi yang diutamakan,
seperti dislokasi dan atom pengotor. Setiap daerah
nukleasi tumbuh, merasuk satu dengan lainnya
sehingga terbentuk lapisan tipis oksida di seluruh
permukaan. Oleh karena itu oksida biasanya
terdiri dari agregat butir-individu atau kristal, dan
menampakkan gejala seperti rekristalisasi,
pertumbuhan butir, creep mencakup cacat kisi,
mirip dengan yang terjadi pada logam.
Apabila lapisan oksida yang mula-mula
terbentuk bersifat porous, oksigen dapat tembus
dan terjadi reaksi pada antar muka oksida-logam.
Namun, umumnya, lapisan tipis tidak porous dan
oksida selanjutnya mencakup difusi melalui
lapisan oksida. Apabila terjadi oksida di
permukaan oksida oksigen maka ion logam dan
elektron harus berdifusi dalam logam yang berada
di bawahnya. Apabila reaksi oksidasi terjadi di
antarmuka logam-oksida, ion oksigen harus
berdifusi melalui oksida dan elektron berpindah
dengan arah berlawanan untuk menuntaskan
reaksi.
Pertumbuhan lapisan oksida dapat diikuti
dengan keseimbangan-termal memiliki kepekaan
Gambar 1: Energi bebas standar pembentukan hingga 10-7 g, dan pengurangan dilakukan di
oksida lingkungan pada temperatur yang dikendalikan
dengan teliti. Teknik metalografi yang paling
Logam mulia yang mudah tereduksi terdapat sering diterapkan adalah elipsometri, yang
di ujung atas diagram dan logam yang lebih bergantung pada perubahan di bidang polarisasi
reaktif terdapat di bagian dasar. Namun beberapa berkas cahaya-terpolarisasi yang dipantulkan oleh
jenis logam di bagian dasar (Al, Ti, Zr), tidak permukaan oksida; sudut rotasi bergantung tebal
mengalami oksidasi pada temperatur ruang karena oksida. Selain itu juga digunkan interferometri,
ada lapisan oksida koheren tipis yang lebih dahulu tetapi kini lebih sering dipakai replika dan lapisan
terbentuk dan tidak dapat ditembus. tipis di mikroskop transmisi elektron dan
Nilai numerik G untuk reaksi oksidasi mikroskopik scanning elektron. Laju penebalan
berkurang dengan meningkatnya temperatur, oksidasi bergantung pada temperatur dan meterial
berarti stabilitas oksida berkurang. Hal ini terjadi seperti Gambar 2.
karena entropi yang menyertai reaksi, padatan
(logam) + gas (oksigen), keduanya padat,
mempunyai nilai entropi yang hampir sama dan
d(Go)/dT hampir ekivalen dengan entropi
oksigen, yaitu 209,3 J deg-1 mol-1. Oleh karena itu
di sekitar nilai ini, garis G terhadap T
mempunyai kemiringan ke atas, dan setiap
perubahan kemiringan terjadi karena perubahan
keadaan.
Gambar 2: Berbagai bentuk perilaku oksidasi
pada logam
3. Kinetika Oksidasi
Perubahan energi bebas menunjukkan Selama tahap awal pertumbuhan pada
kemungkinan produk reaksi stabil, tetapi tidak temperatur rendah, karena atom oksigen
meramalkan laju pembentukan produk. Selama mendapatkan elektron dari atom permukaan
oksidasi, molekul oksigen pertama yang
Jurnal Teknik SIMETRIKA Vol. 4 No. 1 April 2005: 301 306 305
paduan yang mengandung krom, seperti baja
tahan-karat austenitik, bersentuhan dengan produk
hasil pembakaran bahan bakar fosil yang panas,
lapisan luar krom oksida yang terbentuk seringkali
dikaitkan dengan fasa sulfida yang berada di
bawahnya (Gambar 3a). Struktur dupleks ini
dapat dijelaskan dengan menggunakan diagram (d)
(stabilitas) fasa dan konsep "urutan reaksi".
Aktivitas kimia sulfur dan oksigen dalam Gambar 3a, b, c dan d adalah: urutan reaksi
bentuk fasa gas merupakan fungsi dari tekanan- untuk oksidasi dan sulfidasi kromium.
parsial (konsentrasi). Apabila tekanan parsial
sulfur relatif rendah, komposisi fasa gas akan 5. Korosi Berair
berada dalam medan krom oksida dan paduan Korosi logam dalam lingkungan berair
mengalami oksidasi (Gambar 3b). Sulfur dan terjadi oleh mekanisme elektro kimia yang
oksigen berdifusi melalui lapisan kerak oksida melibatkan pelarutan logam sebagai ion (misal:
yang tumbuh tetapi difusi S2 lebih cepat Fe Fe2+ + 2e). Elektron berlebih yang
dibandingkan O2. Karenanya komposisi fasa gas dihasilkan dalam elektrolit mereduksi ion
yang menyentuh paduan mengikuti urutan hidrogen (khususnya dalam larutan asam) sesuai
reaksi seperti yang digambarkan oleh garis putus-
reaksi: 2H + + 2e H2 sehingga gas keluar dari
putus. Gambar 3c. Memperlihatkan urutan reaksi
logam, atau membentuk ion hidroksil dengan
untuk gas dengan tekanan awal sulfur yang
mereduksi oksigen yang larut sesuai reaksi: O 2
lebih tinggi. Kemiringan sedemikian sehingga
+ 4e + 2H2O 4OH -Jadi laju korosi
krom oksida terbentuk lebih dahulu dan
berhubungan dengan aliran elektron atau arus
menyusul krom sulfida. Kadang-kadang kerak
listrik. Pada (Gambar 4) diperlihatkan sel aerasi
oksida retak atau membentuk void. Aktivitas S2
diferensial ion Fe2+ masuk ke larutan dari anoda
dalam kerak mengalami peningkatan lokal dan
dan ion OH - dari katoda, dan apabila keduanya
melampaui aktivitas fasa gas utama. Dengan
bertemu mereka membentuk ferohidroksida
demikian mungkin terjadi sulfidasi krom
Fe(OH) 2. Namun, bergantung pada aerasi,
meskipun konsentrasi sulfur dalam aliran gas
oksidasi mungkin menghasilkan Fe(OH)3 karat-
utama rendah.
merah Fe2O 3.H 2O atau magnetit-hitam Fe3O 4.
Proses seperti ini penting bilamana air,
khususnya air laut memenuhi celah (crevice)
yang terjadi selama pemakaian, manufaktur atau
disain. Pada korosi jenis ini, pemasukan
oksigen ke daerah katodik besar, sering terjadi
serangan lokal yang gawat di daerah anoda yang
kecil sehingga membentuk sumuran, goresan,
(a) celah, dan sebagainya.
(b)
Gambar 4: Korosi besi oleh aerosi differensial
6. Rekayasa Permukaan
Pelapisan permukaan dengan deposisi uap.
Pelapisan permukaan dengan deposisi uap
dibagi dua yaitu deposisi uap kimia dan deposisi
(c) uap fisis. Pada proses deposisi uap kimia (CVD,
chemical vapour deposition} pelapisan logam,
paduan, atau senyawa tahan api merupakan hasil
reaksi kimia antara uap dan gas pembawa di
Jurnal Teknik SIMETRIKA Vol. 4 No. 1 April 2005: 301 306 307
dan retak pada kerak apabila kerak tidak plastis meningkatkan adhesi kerak dalam jumlah kecil.
atau memiliki ikatan lemah dengan paduan. Lapisan dengan komposisi khusus ini digunakan
Pelapisan bahwa tahan-api yang tahan aus dan sebagai perapat saluran gas panas di lokasi di mana
korosi merupakan salah satu jawaban terhadap terdapat toleransi rendah antar sudu yang berputar
masalah ini. Metode pelapisan semprot termal yaitu dan bagian dalam dinding mesin sehingga efisiensi
untuk komponen turbin gas. Pada penyemprotan bahan bakar meningkat. Lapisan ini tahan terhadap
ini, serbuk disuntikkan dalam gas yang sangat kontak gesekan yang kadang-kadang terjadi.
panas dan disemprotkan dengan kecepatan tinggi ke
permukaan komponen. Pada impak, partikel
mengalami deformasi plastis dan melekat dengan Daftar Pustaka
kuat pada komponen dan juga melekat satu sama Bell, T. 1992. Surface engineering: its current and
lainnya. Struktur lapisan pada penampang future impact on tribology, J.Phys D:
melintang memiliki penampilan lentikular Appl.Phys. 5, A97-3006.
karakteristik dan terdiri dari partikel tahan api. Bunshah, R. F. 1984. Overview of deporition
Berbagai lapisan penyemprotan termal dapat technologies with emphasis on vapour
beroperasi pada temperatur di atas 10000C. deposition techniques. Industrial Materials
Ketebalan sesuai kebutuhan, bervariasi dari Sctence and engineering. Bab 12 (L.E. Murr.
beberapa mikron hingga beberapa milimeter. (Ed.)). Marcel Dekker, New York.
Pada metode senapan detonasi (Gambar 7) Shreir, L. L. 1976. Corrosion, Vol.1 and 2. Edisi
campuran sejumlah oksigen dan asetelin {C2H2} kedua. Newnes-Butterworth, London.
terukur diledakkan dengan letupan api. Serbuk Trethewey, K. R. And Chamberlain, J. 1988.
dengan diameter rata-rata 45 mm disuntikkan, dan Corrosion for students or Science and
dipanaskan oleh gas panas kemudian ditembakkan engineering. Longman, Harlow.
dari laras sepanjang 1 m ke benda kerja dengan
kecepatan sekitar 750 m/s. Laras diisi gas nitrogen
di antara detonasi, yang terjadi setiap empat atau
delapan kali per detik.