Anda di halaman 1dari 15

IMUNISASI

1.sejarah imunisasi
a.tokoh-tokoh penting
TOKOH-TOKOH PENEMU VAKSIN

LUOIS PASTEUR : sosok vaksioner ilmiah

Louis Pasteur menciptakan serangkaian penemuan di sepanjang karirnya yang merevolusi


pengobatan modern dan meletakkan dasar bagi penerapan mikrobiologi sumbangsihnya menjadi
akar bagi teori kuman penyakit- penemuan yang menyebutkan bahwa penyakit infeksi
disebabkan oleh mikroorganisme . Lebih lanjut melalui teori ini, Pasteur menemukan bahwa
menyuntikan mikroorganisme dalam wujud yang sudah dilemahkan dapat melindungi tubuh dari
penakit yang disebabkan oleh mikroorganisme tersebut. Penemuan ini mengarah pada
perkembangan sejumlah vaksin, termasuk vaksin rabies ,yang diberikan pertama kali pada
manusia di tahun 1885. Jerih payah Pasteur berasil mengubah penanganan infeksi di rumah sakit
serta keamanan makanan.

KELUARGA MERIEUX: tiga generasi penemu

Tiga genirasi keluarga merieux Marsel , puteranya Charles , dan cucu nya alain mengabdikan
hidup mereka untuk melindungi manusia dari penyakit menular. Sumbangsih terpenting dari
merieux institute adalah perkembangan produksi vaksin berskala industry , yang memungkinkan
pembeian vaksinasi kepada banyak banyak orang dalam jangka waktu yang relaktif singkat .
Pada tahun 1947 , berbagai tektik yang dikenbangkan oleh lembaga ini berhasil mencegah
epidermi meningokokal tipe A dan C gi Brasil , di mana 90 juta orang diberi imunisasi dalam
waktu Sembilan bulan.

JOHN FITZGERALD : perintis kesehatan masyarakat di Kanada

john fitzgerald memiliki visi , yakni menghasilkan produk kesehatan yang menyelamatkan
kehidupan masyarakat dan terjangkau bagi siapa pun .Didirikan oleh fitzgerald pada tahun 1914 ,
Connaught Laboratories tumbuh pesat , menghasilkan vaksin dand serum ter hadap difteri , cacar
, tetanus , dan meningitis . Laboraturium ini juga memberikan sumbangsih penting dalam
memeranigi polio . setelah menciptakan vaksin polio yang pertama dapat disuntikkan , Dr. Jonas
Salk memanfaatkan teknik yang dikembangkan oleh para ilmuan Connaught untuk menghasilkan
vaksinnya dalam skala besar , yang menghasilkan epidemic di Amerika utara pada tahun 1950an

RICHARD SLEE : sosok perintis vaksin


Pada tahun 1897, Richard Slee mendirikan Pocono biologicl laoratuies di Swiftwater ,
Pennsylvaia , untuk mengemakn po duksi jalur bu aksin cacar .Lebih dari 100 tahun kemudian ,
waisannya tap nyata cacar berasil dibasmi secara esi di tingkart global sejaktahun 1980 , dan
laoraturiumnya pun menjadi pusat sanofi pteu di Amerika Serikat.

Edward Jenner

Edward Jenner (17 Mei 1749)lahir di Berkeley, Gloucestershire, 17 Mei 1749 meninggal di
Berkeley, Gloucestershire, 26 Januari 1823 pada umur 73 tahun), Penemuan Jenner dikenal
sebagai vaksinasi yang diambil dari bahasa latin sapi, yaitu vacca. Pada 1789, dia mengirim
artikel ilmiah tentang hasil studi yang dilakukannya kepada majalah The Royal Society yang
terkenal dan bergengsi. Dia menjelaskan bahwa upaya vaksinasi yang dilakukannya berhasil
memberi perlindungan dari serangan penyakit cacar.

1721 lady mary worthly montagu menyuntikan bahan cacar di lengan seseorang
1796 edward jenner orang pertama yang meneliti vaksinasi pada manusia
1954 jonas salk menemukan vaksin polio [ ada relief ttg polio d mesir kuno]

b.Program kerja imunisasi

Program Imunisasi
a) Tercapainya target Universal Child Immunization yaitu
cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada
bayi di 100% desa/ kelurahan pada tahun 2010
b) Tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden
di bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada
tahun 2005.
c) Eradikasi polio pada tahun 2008.
d) Tercapainya reduksi campak (RECAM) pada tahun 2005.
2) Program Imunisasi Meningitis Meningokus
Memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit Meningitis
Meningokokus tertentu, sesuai dengan vaksin yang diberikan
pada calon jemaah haji.
3) Program Imunisasi Demam Kuning
Memberikan kekebalan efektif bagi semua orang yang melakukan
perjalanan berasal dari atau ke negara endemis demam kuning
sehingga dapat mencegah masuknya penyakit demam kuning di
Indonesia.
4) Program Imunisasi Rabies
Menurunkan angka kematian pada kasus gigitan hewan penular
rabies.

c.Organisasi Pendukung imunisasi


WHO( World Health Organization)
Unicef (United Nations Childrens Fund)

Vaccine Safety Comittee, Institute of Medicine (IOM)


d.Kejadian-kejadian penting imunisasi

Vaksin menerobos dunia modern pertama kali pada tahun 1796, ketika Edward Jenner, seorang
dokter dari Inggris, meneliti seorang pekerja harian yang terkena penyakit cacar, dengan
diimunisasi dengan cacar sapi ringan. Dia mengambil beberapa cairan dari luka penderita cacar
sapi dan menggoreskan di permukaan lengan anak berusia 8 tahun. Empat pulah delapan (48)
hari kemudian Jenner memberi nama vaksin (bahasa latin dari Sapi).

Terobosan baru lainnya datang pada akhir abad 19, ketika Louis Pasteur seorang ahli kimia dari
Perancis, mengembangkan tehnik kimia untuk mengisolasi virus dan melemahkannya, yang
efeknya dapat dipakai sebagai vaksin. Sebelum vaksinasi memancing kontroversi. Pasteur
pertama kali mencatat, memasukkan vaksin rabies ke tubuh manusia yang mendapat protes
keras oleh ahli jiwa dan masyarakat.

Upaya untuk menggalakkan imunisasi di Inggris yang menurun pada abad tersebut
merupakan kenyataan pahit akibat dari penentangan/protes terhadap imunisasi. Meskipun
Inggris menghadapi resiko serius terhadap penyakit Tipus yang mewabah di medan perang Boer
(Afrika Selatan).

Pada perubahan jaman ini, peneliti lainnya telah mengembangkan vaksin yang tidak aktif untuk
melawan Tipus, wabah Rabies dan Kolera. Pada pertengahan tahun 1920-an, vaksin telah
dikembangkan untuk melawan Dipteri (penyakit yang sering menyebabakan kematian pada
anak-anak) dan Pertusis.

Dua tim ahli dipimpin oleh Jonas Salk and Albert Sabin mengembangkan vaksin Polio. Vaksin
untuk mencegah Polio, digunakan untuk membunuh virus, dipatenkan pada tahun 1954 dan
digunakan untuk kampanye imunisasi. Kurang dari enam tahun, kasus Polio menurun 90%.
Tetapi vaksin Salk tidak melengkapi imunisasi secara menyeluruh untuk semua jenis virus Polio.
Pada tahun 1961, Sabin telah mengembangkan vaksin oral yang bekerja secara aktif (hidup)
berupa virus yang telah dilemahkan, untuk menggantikan imunisasi dengan suntik jenis Salk di
Amerika Serikat. Pada tahun 1960-an, vaksin digunakan secara rutin dan tidak menyebabkan
kontroversi pada masyarakat dan paramedis, dan vaksin virus aktif (hidup) telah dikembangkan
untuk Campak (1963), Rubella/ campak Jerman (1966) dan penyakit Gondong (1968).

Bahaya Serangan DPT (Mary H. Cooper, 1995).

Pada awal tahun 1980-an, wabah infeksi yang membunuh ratusan anak-anak tiap tahun telah
mencemaskan orang tua. Sebagian kecil orang tua merasa anaknya menderita akibat vaksin
yang diberikan tidak aman bagi anak mereka terutama DPT. Di antara mereka adalah anggota
National Vaccine Information Center (NVIC)

Pada tahun 1982. Fisher dan para ibu menemukan kelompok pembela yang tergabung dalam
NVIC dan meyakinkan konggres untuk menyediakan vaksin DPT yang aman.

Pada tahun 1991, Fisher mendokumentasikan perkembangan vaksin DPT dalam A Shot in the
Dark (menyerang dalam kegelapan), dan menerangkan bagaimana lebih banyak racun pertusis
menyebabkan banyak masalah, dan mengapa diamankan dan tidak dipasarkan secara luas di
Amerika Serikat.

Tidak tahu secara pasti mengapa pemerintah Amerika Serikat menarik vaksin DPT dari pasaran
pada tahun 1996 dan merekomendasikan dokter menutup vaksin jenis DTaP. Hanya 6-7 persen
dari vaksin pertusis di Amerika Serikat masih mengandung DPT. Tetapi itu telah digunakan
secara luas di masyarakat dunia ketiga (negara berkembang).

Pada masa pemerintahan Clinton telah diijinkan untuk memperpanjang program vaksinasi untuk
masyarakat miskin dan merekomendasikan ijin baru untuk memperbaiki tingkat vaksinasi. Sejak
tahun 1994, program vaksinasi telah dijalankan dalam pemerintahan untuk anak-anak miskin
secara Cuma-Cuma.

e.Prinsip imunisasi
Prinsip Dasar Imunisasi
1. Pada dasarnya tubuh akan menolak antigen (kuman,bakteri,virus,parasit,racun) jika
memasuki tubuh,tubuh akan menolak dan membuat antibody atau antitoksin.
2. Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen berlangsung lambat dan lemah sehingga tdak
cukup kuat melawan antigen.
3. Pada reaksi berikutnya tubuh sudah mengenal jenis antigen tersebut.
4. Imunisasi diberikan dalam rangka memperkenalkan berbagai antigen,agar cepat direspon
oleh tubuh,sehingga tubuh sudah mengenal betul zat antigen yg harus dilawan.
5. Sesudah beberapa lama,pemberian imunisasi zat anti untuk melawan antigen akan menurun
atau hilang.
6. Zat anti dibuat di hati,limfa dan kelenjar timus.
2.Jenis-jenis imunisasi dan vaksin

Imunisasi dibagi menjadi dua, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif (Hidayat, 2002).
a. Imunisasi Aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu
proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami rekasi imunologi spesifik yang akan
menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori sehingga apabila
benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespon.

b. Imunisasi Pasif merupakan pemberian zat (imunoglobulin) yang dihasilkan melalui suatu
proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk
mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.

JENIS VAKSIN LIMA IMUNISASI LENGKAP

1. BCG
Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat
terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. TBC yang berat contohnya adalah TBC pada
selaput otak, TBC milier pada seluruh lapangan paru, atau TBC tulang. Vaksin BCG merupakan
vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.
Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1 dosis sejak lahir sebelum umur 3 bulan.
Vaksin BCG diberikan melalui intradermal/intracutan. Efek samping pemberian imunisasi BCG
adalah terjadinya ulkus pada daerah suntikan, limfadenitis regionalis, dan reaksi panas.
2. Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit hepatitis B. kandungan vaksin ini adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi
pemberian imunisasi hepatitis B adalah 3 dosis. Imunisasi hepatitis ini diberikan melalui
intramuscular.
3. Polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini
adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi polio adalah 4 dosis. Imunisasi
polio diberikan melalui oral.
4. DPT
Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun
kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat merangsang
pembentukan zat anti (toksoid).
Frekuensi pemberian imuisasi DPT adalah 3 dosis. Pemberian pertama zat anti terbentuk
masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh
membuat zat anti. Pada pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi
DPT diberikan melalui intramuscular.
Pemberian DPT dapat berefek samping ringan ataupun berat. Efek ringan misalnya
terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan, dan demam. Efek berat misalnya terjadi
menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang,
encephalopathy, dan syok.
5. Campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Kandungan vaksin ini adalah
virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah 1 dosis. Imunisasi
campak diberikan melalui subkutan. Imunisasi ini memiliki efek samping seperti terjadinya ruam
pada tempat suntikan dan panas. (Alimul, 2009)

3.Faktor-faktor fisiologis imunisasi


a.Gejala-gejala yang ditimbulkan terhadap vaksin pada imunisasi

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)


Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau adverse events following immunization adalah
semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. Pada
keadaan tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (arthritis kronik pasca
vaksinasi rubella), atau bahkan 42 hari (infeksi virus campak vaccine-strain pada pasien
imunodefisiensi pasca vaksinasi campak, dan polio paralitik serta infeksi virus polio vaccine-
strain pada resipien non imunodefisiensi atau resipien imunodefisiensi pasca vaksinasi polio).

a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), KIPI dibagi menjadi 3 (tiga)kategori,


yaitu:
Related programme atau hal hal berkaitan dengan kegiatan imunisasi, misalnya timbul
bengkak bahkan abses pada bekas suntikan vaksin. Biasanya karena jarum tidak steril.
Contoh lain adalah kelenjar limfe misalnya di daerah ketiak, atau lipat paha membengkak
dan terasa sedikit nyeri. Ini akibat aktivitas sistem kekebalan tubuh yang menerima
vaksin tersebut.
Reaction related to properties of vaccine atau reaksi terhadap sifat sifat yang dimiliki
oleh vaksin yang bersangkutan. Misalnya saja reaksi terhadap bahan campuran vaksin.
Reaksi ini biasanya berupa pembengkakan, kemerahan, demam (misalnya terhadap
vaksin campak, biasanya akan normal kembali dalam satu hari).
Coincidental atau koinsidensi. Koinsidensi adalah dua kejadian secara bersama tanpa
adanya hubungan satu sama lain. Ketika anak menerima imunisasi, sebenarnya dia sudah
dalam keadaan masa perjalanan penyakit yang sama atau penyakit lain (masa tunas) yang
tidak ada hubungannya dengan vaksin yang bersangkutan. Misalnya saja, anak sedang
dalam perjalanan mau sakit batuk pilek atau diare bahkan seringkali penyakit akut yang
lebih serius disertai demam.
b.Penyakit penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

1. CACAR AIR

Penyakit Cacar atau yang disebut sebagai Herpes oleh kalangan medis adalah penyakit radang
kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berisi air secara berkelompok.
Penyakit Cacar atau Herpes ini ada 2 macam golongan, Herpes Genetalis dan Herpes Zoster.

2. PENYAKIT HEPATITIS A

Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan jarang sekali menyebabkan
kematian, Virus hepatitis A (VHA=Virus Hepatitis A) penyebarannya melalui kotoran/tinja
penderita yang penularannya melalui makanan dan minuman yang terkomtaminasi, bukan
melalui aktivitas sexual atau melalui darah. Sebagai contoh, ikan atau kerang yang berasal dari
kawasan air yang dicemari oleh kotoran manusia penderita.

3. PENYAKIT HEPATITIS B

Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya didunia, Penyakit
ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan
hati akut atau menahun. Seperti hal Hepatitis C, kedua penyakit ini dapat menjadi kronis dan
akhirnya menjadi kanker hati. Proses penularan Hepatitis B yaitu melalui pertukaran cairan
tubuh atau kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B.

4. PENYAKIT MENINGITIS

Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane atau selaput yang
melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus,
bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan otak.

Pasien yang diduga mengalami Meningitis haruslah dilakukan suatu pemeriksaan yang akurat,
baik itu disebabkan virus, bakteri ataupun jamur. Hal ini diperlukan untuk spesifikasi
pengobatannya, karena masing-masing akan mendapatkan therapy sesuai penyebabnya.

5. TETANUS

Tetanus (lockjaw) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh racun yang dihasilkan oleh
bakteri Clostridium tetani. Disebut juga lockjaw karena terjadi kejang pada otot rahang. Tetanus
banyak ditemukan di negara-negara berkembang.

6. DIFTERI

Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas. Penyakit ini
dominan menyerang anak anak, biasanya bagian tubuh yang diserang adalah tonsil, faring hingga
laring yang merupakan saluran pernafasan bagian atas. Ciri yang khusus pada difteri ialah
terbentuknya lapisan yang khas selaput lendir pada saluran nafas, serta adanya kerusakan otot
jantung dan saraf.

7. PERTUSIS (BATUK REJAN)

Seorang anak yang mengidap batuk rejan.

Penyakit Batuk rejan atau juga dikenali sebagai pertusis atau dalam bahasa Inggris Whooping
Cough adalah satu penyakit menular. Di dunia terjadi sekitar 30 sampai 50 juta kasus per tahun,
dan menyebabkan kematian pada 300.000 kasus (data dari WHO). Penyakit Batuk Rejan Atau
Pertusis ini biasanya terjadi pada anak berusia di bawah 1 tahun. 90 persen kasus ini terjadi di
negara berkembang, penyakit ini biasanya diakibatkan oleh bacterium Bordetella namun tidak
jarang diakibatkan oleh B. parapertussis

8. CAMPAK

Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat
menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat
mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak
golongan Paramyxovirus. Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita
campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam
kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.

9. PENYAKIT KANKER LEHER RAHIM (SERVIKS)

Penyakit kanker leher rahim yang istilah kesehatannya adalah kanker servik (Cervical Cancer)
merupakan kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita
yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang
senggama (vagina). Penyakit kanker servik ini disebabkan oleh beberapa jenis virus yang disebut
Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini menyebar melalui kontak sexual, HPV dapat
menyerang semua perempuan disetiap waktu tanpa melihat umur ataupun gaya hidup. Banyak
wanita yang dengan daya tahan tubuh yang baik mampu melawan infeksi HPV dengan
sendirinya. Namun demikian, terkadang virus ini berujung pada terjadinya penyakit kanker.

10. POLIO

Nama lain dari polio adalah Poliomieltis. Virus polio yang termasuk genus enterovirus famili
Picornavirus.Virus ini tahan terhadap pengaruh fisik dan bahan kimia. Selain itu, dapat hidup
dalam tinja penderita selama 90-100 hari. Virus ini juga dapat bertahan lama pada air limbah dan
air permukaan, bahkan dapat sampai berkilo-kilometer dari sumber penularan.

11. INFLUENZA
Influenza adalah penyakit menular yang menyerang saluran napas, dan sering menjadi wabah
yang diperoleh dari menghirup virusinfluenza. Penyebab penyakit ini adalah Virus Influenza tipe
A, B, dan C. Siapa pun bisa tertular penyakit ini, apalagi dalam sebuah komunitas yag seruangan.
Sebabnya penyebaran virus melalui cairan yang keluar sewaktu penderita bersin, berbicara, dll.
Apalagi jika kita berada dengan penderita dalam ruangan yang ber-AC (tertutup) dan tidak
mendapat sinar matahari.

12. Penyakit Tuberkulosis (TBC)

Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyakit TBC dapat menyerang pada siapa saja tak
terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja. Di Indonesia khususnya,
Penyakit ini terus berkembang setiap tahunnya dan saat ini mencapai angka 250 juta kasus baru
diantaranya 140.000 menyebabkan kematian. Bahkan Indonesia menduduki negara terbesar
ketiga didunia dalam masalah penyakit TBC ini.

13. PENYAKIT DEMAM TIFOID

Penyakit Demam Tifoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga disebut typhus atau
types dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi terutama menyerang bagian saluran
pencernaan. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik)
di Indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa.

14. PENYAKIT RABIES

Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dangenus Lysavirus.
Karakteristik utama virus keluarga Rhabdoviridae adalah hanya memiliki satu utas
negatif RNA yang tidak bersegmen. Virus ini hidup pada beberapa jenis hewan yang berperan
sebagai perantara penularan. Spesies hewan perantara bervariasi pada berbagai letak geografis.

4.Pelayanan imunisasi

a. Pemerian imunisasi

Cara Memberikan vaksin DPT, DT, TT:

Kocok flakon sehingga endapan vaksin tercampur dengan sempuma dan dosisnya tepat.

Buka tutup metalnya.

Ambil semprit 2 ml yang steril dengan pinset.

Pasang jarum DPT/DT/TT.

Usaplah karet penutup flakon dengan kapas alkohol (tunggu sampai kering).

Sedot 0,6 cc vaksin ke dalam spuit.


Cabut jarum dari flakon, semprit ditegakluruskan ke atas untuk melihat gelembung
udara.

Bila ada gelembung udara, ketuklah pelan-pelan supaya gelembung naik ke atas, lalu
doronglah udara tadi, dengan piston hingga gelembung udara tadi ke luar.

Cara menyuntikan vaksin intramuskular/subkutis. Tepatnya ialah di bagian tengah


pangkal paha luar atau bokong harus hati-hati banyak syaraf (untuk DPT), sedangkan
untuk TT biasanya subkutan pada pangkal lengan. Bersihkan kulit yang akan disuntik
dengan kapas lembab oleh air bersih. Letakan ibu jari dan telunjuk pada sisi yang akan
disuntik dan renggangkan kulitnya. Intramuskular, tusukan jarum tegak lurus melalui
kulit diantara jari anda sampai masuk ke dalam otot. Subkutan, tusukan jarum
membentuk sudut 45 pada tempat yang akan disuntik melalui kulit hingga di bawah
kulit. Tarik piston sedikit untuk meyakinkan bahwa jarum tidak mengenai pembuluh
darah. Dorong piston dengan ibu jari untuk memasukan vaksin, kemudian cabutlah bila
vaksin sudah masuk semua. Menyiapkan vaksin Polio:

Buka tutup metal dan tutup karet dengan menggunakan gergaji ampul yaitu angkat tutup
metal bagian tengah dari tutup metal dan bengkokan.

Ambil pipet dari kantongnya pasang pada bibir flakon tangan anda jangan menyentuh
bibir flakon. Dan sisa vaksin yang sudah terbuka harus dibuang.

Cara pemberian vaksin Polio:

Dosis: 2 tetes, 3x pemberian, interval waktu 4 minggu.

Atur posisi bayi sehingga mulut bayi terbuka, andaikan bayi tidak mau membuka mulut,
dapat diatasi dengan cara tekan dagu bayi kebawah sehingga mulutnya terbuka kemudian
teteskan vaksin polio di atas lidah bayi sebanyak 2 tetes tanpa menyentuh bibir bayi.

Menyiapkan dan memberikan vaksin campak:

Ambil semprit 2 ml dan jarum no. 22 memakai pinset.

Bersihkan karet flakon pelarut vaksin, masukan pada flakon vaksin campak, kocok
hingga larut benar, kemudian hisap 0,6 ml vaksin kedalam semprit.

Kontrol gelembung udara dengan cara semprit ditegakluruskan.

Bila ada gelembung udara diketuk-ketuk pelan agar gelembung udara naik ke atas dan ke
luar.

Bersihkan kulit yang akan disuntik, kemudian direnggangkan dengan ibu jari dan
telunjuk.
Vaksin disuntikan sampai subkutan dengan sudut 45 dengan dosis 0,5 cc.

Setelah vaksinnya masuk semua, jarum diangkat.

5. Sistem imun dan pertahanan tubuh

a.Organ maupun sel tubuh yang berperan dalam sistem imun dan pertahanan tubuh

sel darah putih :fagositosis

sel limfosit B : mensekresikan antobodi

sel limfosit T : dr sumsum tulng n berkembang d kelenjar timus

d bagi 2 : limfosit T sitotoksik: menghancurkan dan limfosit T memori :mengingat

Limpa merupakan organ limfoid sekunder dan tempat utama dalam merespon imun terhadap
antigen yang berasal dari darah. Limpa terletak di regio hipokondriaka sinistra dan dialiri oleh
arteri lienalis yang menembus kapsul di daerah hilus dan berakhir sebagai percabangan. Limpa
terdiri dari pulpa merah dan pulpa putih, daerah yang kaya akan limfosit terletak di pulpa putih
yang terletak di sekitar arteri centralis

b. Istilah dalam imunologi dan sistem pertahanan tubuh

Sistem Imun
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis
yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja
dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh.
Immunodefisiensi
Immunodefisiensi adalah sekumpulan keadaan yang berlainan, dimana sistem kekebalan
tidak berfungsi secara adekuat, sehingga infeksi lebih sering terjadi, lebih sering berulang, luar
biasa berat dan berlangsung lebih lama dari biasanya.
.
Bagian-bagian dari Sistem Imun
spesifik antigen (mengenal dan melawan antigen khusus),
sistemik (tidak terbatas pada lokasi infeksi awal, tetapi di seluruh tubuh)
memiliki memori (mengenal dan meningkatkan serangan terhadap antigen yang sama pada
waktu yang akan datang.

Pengenalan self dan non self dicapai dengan setiap sel menunjukkan suatu penanda
berdasarkan pada major histocompatibility complex (MHC). Beberapa sel yang tidak
menunjukkan penanda ini diperlakukan sebagai non self dan diserang. Kadang-kadang sistem
imun menyerang sel-selnya sendiri (penyakit autoimun) misalnya multiple sclerosis, systemic
lupus erythematosus, rheumatoid arthritis, diabetes serta myasthenia gravis.
ilah Imunologi
a) Respon imun :

1. Respon imun non spesifik. Terdiri atas : Fagositosis, Reaksi peradangan

2. Respon imun spesifik, terdapat 2 komponen :

o Respon imun humoral, berupa globulin-gama tertentu / imunoglobulin.


Diperankan limfosit B.

o Respon imun selular, menyebabkan reaksi hipersensitif tipe lambat. Diperankan


limfosit T

b) Imunitas Humoral

Diperankan limfosit B yang dapat berdeferensiasi menjadi sel plasma

80-90 % dalam sumsum tulang, 10-20 % dari limfosit darah tepi.

Mensintesis imunoglobulin

Ada 5 imunoglobulin : dari yang terbanyak & peranannya :

1. Ig G : aktivasi komplemen,antibodi heterotropik

2. Ig A : antibodi sekretorik

3. Ig M : aktivasi komplemen

4. Ig D : reseptor permukaan limfosit

5. Ig E : antibodi reagin, pemusnah parasit.

Antibodi berperan pada 4 tipe reaksi imun :


Reaksi tipe I : reaksi anafilaksis.
Alergen + Ig E + sel Basofil pelepasan mediator ( histamin, serotonin dll)

Contoh klinis : urtikaria


Reaksi tipe II : reaksi sitotoksis

Antigen + Ig G / Ig M + aktivasi komplemen lisis dan fagositosis virus, bakteri dll

Contoh klinis : pemfigoid.

Reaksi tipe III : reaksi kompleks imun.

Antigen + Antibodi + Komplemen

Tidak mudah dimusnahkan sistem fagosit bereaksi dgn pembuluh darah atau jaringan
lain kerusakan jaringan.

Contoh klinis : vaskulitis nekrotikans.

c) Imunitas Selular

Diperankan sel T dgn limfokin-nya.

Sel T 80-90 % jumlah limfosit darah tepi dan 90 % jumlah limfosit timus.

Limfokin : zat yang dikeluarkan sel T yang mampu merangsang dan mempengaruhi
reaksi peradangan selular. Contoh : MIF ( Makrophage Inhibitory Factor), MAF
( Activating), faktor kemotaktik makrofag, dll.

Antigen spesifik + limfosit T + limfokin reaksi hipersensitivitas lambat (Reaksi tipe


IV ).

Contoh klinis : Dermatitis Kontak Alergik

d) Komplemen
adalah kumpulan 9 protein plasma bukan antibodi yang diperlukan pada reaksi antigen - antibodi
sehingga terjadi kerusakan jaringan atau kematian mikroba serta lisis sel. Fungsi terpenting :
mediator berbagai proses peradangan a.l : vasodilatasi, pengeluaran cairan, kemotaksis fagosit
dll. Jadi aktivasi komplemen diperlukan untuk dapat terjadinya kerusakan jaringan serta
komponen penting pada reaksi imun tipe II dan tipe III.
e) Sistem Fagositosis

Fagosit adalah sel yang mampu memakan benda asing.Terdiri atas : PMN, Monosit dan
Makrofag.

Fagosit akan tertarik ke daerah kerusakan jaringan oleh faktor kemotaksis yang
dikeluarkan oleh berbagai jaringan.

f) Mediator

substansi kimia yang mempengaruhi dan memacu respons imun dan proses peradangan

beberapa contoh : prostaglandin, fibrinolisin, faktor kemotaktik, kinin, serotonin,


histamin dll

Histamin : mediator penting selain penyebab vasodilatasi, pengeluaran protein,


menimbulkan rasa gatal juga secara langsung memacu respon peradangan.

Anda mungkin juga menyukai