VENTILASI TAMBANG
FF
A. PENDAHULUAN
Dalam teknologi penambangan bawah tanah ada dua masalah pokok yang
menjadi kendala pada saat pelaksanaan, yaitu :
Apakah jawaban dari kedua masalah diatas adalah ya?, Jika ya, maka
dapatlah dimulai membuat rancangan dari jaringan ventilasi dari tambang tersebut.
Dalam membahas ventilasi tambang akan tercakup tiga hal yang saling
berhubungan, yaitu;
Udara segar normal yang dialirkan pada ventilasi tambang terdiri dari ;
Nitrogen, Oksigen, Karbondioksida, Argon dan Gas-gas lain seperti terlihat pada
tabel 1.
Tabel 1.
Komposisi Udara Segar
Demikian pula perlu diingat bahwa udara dalam ventilasi tambang selalu
mengandung uap air dan tidak pernah ada udara yang benar-benar kering. Oleh
karena itu akan selalu ada istilah kelembaban udara.
Atas dasar jenis kegiatan kerja yang dilakukan ini akan diperlukan juga
udara segar yang berlainan jumlahnya. Dalam suatu pernafasan terjadi kegiatan
menghirup udara segar dan menghembuskan udara hasil pernafasan. Laju
pernafasan per menit didefinisikan sebagai banyaknya udara dihirup dan
dihembuskan per satuan waktu satu menit. Laju pernafasan ini akan berlainan
bagi setiap kegiatan manusia yang berbeda, makin keras kerja yang dilakukan
makin besar angka laju pernafasannya.
Perlu juga dalam hal ini didefinisikan arti angka bagi atau nisbah
pernafasan (respiratori quotient) yang didefiniskan sebagai nisbah antara jumlah
karbondioksida yang dihembuskan terhadap jumlah oksigen yang dihirup pada
suatu proses pernafasan. Pada manusia yang bekerja keras, angka bagi
pernafasan ini (respiratori quotient) sama dengan satu, yang berarti bahwa jumlah
CO 2 yang dihembuskan sama dengan jumlah O 2 yang dihirup pada
pernafasannya.Tabel 2 berikut memberikan gambaran mengenai keperluan
oksigen pada pernafasan pada tiga jenis kegiatan manusia secara umum.
Tabel 2.
Kebutuhan Udara Pernafasan (Hartman, 1982)
Ada dua cara perhitungan untuk menentukan jumlah udara yang diperlukan
perorang untuk pernafasan, yakni;
Pada pernafasan, jumlah oksigen akan berkurang sebanyak 0,1 cfm ; sehingga
akan dihasilkan persamaan untuk jumlah oksigen sebagai berikut;
Dengan harga angka bagi pernafasan = 1,0 ; maka jumlah CO 2 pada pernafasan
akan bertambah sebanyak 1,0 x 0,1 = 0,1 cfm.
Dari kedua cara perhitungan tadi, yaitu atas kandungan oksigen minimum
19,5 % dalam udara pernafasan dan kandungan maksimum karbon dioksida
sebesar 0,5 % dalam udara untuk pernafasan, diperoleh angka kebutuhan udara
segar bagi pernafasan seseorang sebesar 6,7 cfm dan 21,3 cfm. Dalam hal ini
tentunya angka 21,3 cfm yang digunakan sebagai angka kebutuhan seseorang
untuk pernafasan.
b. Gas-Gas Pengotor
Kandungan O 2 Pengaruh
Di Udara
17 % - Laju pernapasan meningkat (ekuivalen dengan
ketinggian 1600 m)
15 % - Terasa pusing, suara mendesing dalam telinga
dan jantung berdetak cepat
13 % - Kehilangan kesadaran
9% - Pucat dan jatuh pingsan
7% - Sangat membahayakan kehidupan
6% - Kejang-kejang dan kematian
1) Karbondioksida (CO 2 )
Gas ini tidak berwarna dan tidak berbau dan tidak mendukung
nyala api dan bukan merupakan gas racun. Gas ini lebih berat dari pada
udara, karenanya selalu terdapat pada bagian bawah dari suatu jalan
udara. Dalam udara normal kandungan CO 2 adalah 0,03 %. Dalam
tambang bawah tanah sering terkumpul pada bagian bekas-bekas
penambangan terutama yang tidak terkena aliran ventilasi, juga pada
dasar sumur-sumur tua. Sumber dari CO 2 berasal dari hasil pembakaran,
hasil peledakan atau dari lapisan batuan dan dari hasil pernafasan
manusia.
2) Methan (CH 4 )
Gas methan ini merupakan gas yang selalu berada dalam tambang
batubara dan sering merupakan sumber dari suatu peledakan tambang.
Campuran gas methan dengan udara disebut Firedamp. Apabila
kandungan methan dalam udara tambang bawah tanah mencapai 1 %
maka seluruh hubungan mesin listrik harus dimatikan. Gas ini mempunyai
berat jenis yang lebih kecil dari pada udara dan karenanya selalu berada
pada bagian atas dari jalan udara.
Gambar 1.
Pengaruh Racun Gas CO Sebagai Fungsi Waktu
4) Hidrogen Sulfida (H 2 S)
Gas ini sering disebut juga stinkdamp (gas busuk) karena
baunya seperti bau telur busuk. Gas ini tidak berwarna, merupkan gas
racun dan dapat meledak, merupakan hasil dekomposisi dari senyawa
belerang. Gas ini mempunyai berat jenis yang sedikit lebih berat dari
udara. Merupakan gas yang sangat beracun dengan ambang batas (TLV-
TWA) sebesar 10 ppm pada waktu selama 8 jam terdedah (exposed) dan
untuk waktu singkat (TLV-STEL) adalah 15 ppm. Walaupun gas H 2 S
mempunyai bau yang sangat jelas, namun kepekaan terhadap bau ini
akan dapat rusak akibat reaksi gas H 2 S terhadap syaraf penciuman. Pada
kandungan H 2 S = 0,01 % untuk selama waktu 15 menit, maka kepekaan
manusia akan bau ini sudah akan hilang.
6) Nitrogen Oksida NO X )
Gas nitrogen oksida sebenarnya merupakan gas yang inert,
namun pada keadaan tekanan tertentu dapat teroksidasi dan dapat
menghasilkan gas yang sangat beracun. Terbentuknya dalam tambang
bawah tanah sebagai hasil peledakan dan gas buang dari motor bakar.
NO 2 merupakan gas yang lebih sering terdapat dalam tambang dan
merupakan gas racun. Harga ambang batas ditetapkan 5 ppm, baik untuk
waktu terdedah singkat maupun untuk waktu 8 jam kerja. Oksida notrogen
yang merupakan gas racun ini akan bersenyawa dengan kandungan air
dalam udara membentuk asam nitrat, yang dapat merusak paru-paru
apabila terhirup oleh manusia.
1) Pencegahan (Preventation)
a) Menerapkan prosedur peledakan yang benar
b) Perawatan dari motor-motor bakar yang baik
c) Pencegahan terhadap adanya api
2) Pemindahan (Removal)
a) Penyaliran (drainage) gas sebelum penambangan
b) Penggunaan ventilasi isap lokal dengan kipas
Tabel 4
Sifat Bermacam Gas
Nama Sim Berat Sifat fisik Pengaruh Sumber Amban Amb Kisar
Bol Jenis Utama g batas ang ledak
3) Absorpsi (Absorption)
a) Penggunaan reaksi kimia terhadap gas yang keluar dari mesin
b) Pelarutan dengan percikan air terhadap gas hasil peledakan
4) Isolasi (Isolation)
a) Memberi batas sekat terhadap daerah kerja yang terbakar
5) Pelarutan
a) Pelarutan lokal dengan menggunakan ventilasi lokal
b) Pelarutan dengan aliran udara utama
Q = (Qg/ (MAC) B) Qg
2) Klasifikasi Debu
Klasifikasi debu pada dasarnya dapat dibedakan menurut tingkat
bahaya terhadap fisiologis dan kemampuledakannya. Berikut ini adalah
klasifikasi yang diurut menurut menurunnya tingkat bahaya.
b) Debu Karsinogenik
(1) Kelompok Radon
(2) Asbestos
(3) Arsenik
4) Penyakit Pernafasan
Debu dapat menyebabkan penyakit pernafasan fibrous dan non
fibrous atau disebut juga pnemoconiosis. Nama-nama jenis penyakit
sejenis ini dan jenis debu penyebabnya antara lain sebagai berikut;
Yang paling serius dari kesemua jenis penyakit itu adalah silicosis.
Sedangkan debu yang dianggap sangat berbahaya dan dapat
menimbulkan penyakit kanker adalah:
Crocidolite (asbestos)
Keluarnga radon (kanker paru-paru)
Chrysotile (asbestos)
Arsenic.
c) Ukuran Partikel
Debu berukuran haslus (< 5 m) merupakan debu yang paling
berbahaya karena luas permukaannya besar, dengan demikian
aktivitas kimianya pun besar. Selain itu debu halus tergolong debu
yang dapat dihirup (respirable dust) karena mungkin tersuspensi di
udara.
e) Kemampuan Individual
Faktor kemampuan individu terhadap bahaya debu sampai saat
ini merupakan faktor yang belum dapat dikuantifikasi.
Gambar 2.
Hubungan Antara Konsentrasi Rata-Rata Debu Dan Lamanya Waktu
Berhubungan Terhadap Gejala Pneumoconiosis (Hartman,1982)
cfm/orang atau bahkan hingga 2.000 cfm/orang. Kondisi tambang bawah tanah saat
ini sudah banyak yang menyediakan aliran udara untuk sebanyak 10 20 ton udara
segar per ton mineral tertambang.
Gambar 3
Sistem Aliran Fluida
Perhatikan gambar 3, dimana;
Atau;
Dimana :
(P/w) = energi statik /head statik
(V2/2g) = energi kecepatan /head kecepatan
Z = energi potensial /head potensial
Hl = energi kehilangan /head kehilangan
Setiap suku dalam persamaan diatas pada dasarnya adalah energi spesifik
dalam satuan ft. lb/lb atau ft. Karena ft adalah ukuran head fluida, maka suku-suku
tersebut dapat dinyatakan sebagai presure head atau head saja.
H t1 = H t2 + Hl (3)
H s1 + H v1 + H z1 = H s2 + H v2 + H z3 + Hl (4)
Dimana ;
Hs = head statik
Hv = head kecepatan
Hz = head potensial
P = w1 H1 = w2 H2
Dimana :
P = tekanan, dalam Pa atau lbs/sq.ft.
W1 = bobor isi udara, dalam kg/m3 atau lbs/cuft.
H = head, dalam m atau ft.
Dengan bobot isi air = 62,4 lb/ft3, pengaruh berda tinggi untuk kolom 1 inci air
pada kondisi udara standar adalah :
Jadi untuk udara diatas permukaan air laut, suatu kenaikan elevasi sebesar
69,3 ft akan menaikkan head potensial H z sebesar 1 in dan sebagai kompensasinya
head statik akan turun juga sebesar 1 in. Dalam praktek, konversi sebesar 70 ft
udara ekuivalen dengan 1 in air.
H T1 = H s1 + H v1 + H z1
H T2 = H s2 + H v2 + H z2
H T1 = H T2 + H L
(4 + 408) + 1 + 0 = ( 1 + 408 ) + 1 + 0 + 3
413 = 413
4+1+0 = 1+1+0+3
5 = 5
Gambar 4
Susunan Saluran Udara Mendatar dan Tegak
H T1 = H T2 + H L
(4 + 408) + 1 + 0 = (1 + 407 ) + 1 + 1 + 3
413 = 413
4+1+0 1+1+1+3
5 6
Perhitungan dengan tekanan gage salah karena tidak mempertimbangkan
perubahan datum yang terjadi karena perubahan elevasi.
H t1 = H t2 + H L
H s1 + H v1 = H s2 + H v2 + H L .. (5)
a. Head Los
Aliran udara terjadi karena adanya perbedaan tekanan yang
ditimbulkan antar dua titik dalam sistem. Energi yang diberikan untuk
Head los dalam aliran udara fluida dibagi atas dua komponen, yaitu :
friction loss (H f ) dan shock loss (H x ). Dengan demikian head loss adalah:
HL = Hf + Hx (6)
Friction loss menggambarkan head loss pada aliran yang linear melalui
saluran dengan luas penampang yang tetap. Sedangkan shock loss adalah
kehilangan head yang dihasilkan dari perubahan aliran atau luas penampang
dari saluran, juga dapat terjadi pada inlet atau titik keluaran dari sistem,
belokan atau percabangan, dan halangan-halangan yang terdapat pada
saluran.
b. Mine Head
Untuk menentukan jumlah aliran udara yang harus disediakan untuk
mengatasi kehilangan head (head losses) dan menghasilkan aliran yang
diinginkan, diperlukan penjumlahan dari semua kehilangan energi aliran.
Pada suatu sistem ventilasi tambang dengan satu mesin angin dan satu
saluran keluar, komulatif pemakaian energi disebut mine head, yaitu
perbedaan tekanan yang harus ditimbulkan untuk menyediakan sejumlah
tertentu udara ke dalam tambang.
Mine H s = H L = (H f + H x )
Gambar 5
Gradien Tekanan Untuk Sistem Aliran Udara Sederhana
Gambar 6
Gradien Tekanan Pada Sistem Ventilasi Tekan
Bila sumber tekanan aliran udara ditempatkan pada bagian keluar disebut
sistem ventilasi exhaust. Penggambarannya dilakukan sama dengan sistem
tekan, kecuali bahwa bagian masuk dianggap sebagai titik mula (lihat gambar 7).
Gambar 7
Gradien Tekanan Sistem Ventilasi Exhaust
Gambar 8
Gradien Tekanan Pada Sistem Booster
Dalam sistem aliran fluida akan selalu ditemui keadaan aliran : laminer,
entermediate dan turbulent. Kriteria yang dipakai untuk menentukan keadaan
aliran adalah bilangan Reynold (N Re ). Bilangan Reynold untuk aliran laminer
adalah 2000 dan untuk turbulent di atas 4000.
N Re = ( D V )/( ) = ( D V ) / () (7)
Dimana:
N Re = 67.280 DV untuk SI
Atau kira-kira Vc 40 / D
Aliran turbulen hampir selalu terjadi pada lubang bukaan tambang bawah
tanah. Pipa saluran udara dengan diameter lebih kecil 1 ft jarang dipakai di
tambang, oleh karena itu kecepatan di atas 40 fpm selalu menghasilkan aliran
turbulent.
Gambar 9
Distribusi Kecepatan Aliran Di Dalam Lubang Bulat
Jadi dalam suatu sistem ventilasi distribusi head loss dapat disederhanakan
sebagai berikut :
Hs = HL
= (H f + H x )
Hv = H v pada keluaran
Dan
Ht = Hs + Hv
a. Velocity head
Walaupun bukan merupakan suatu head loss, secara teknis dapat
dianggap suatu kehilangan. Velocity head merupakan fungsi dari kecepatan
aliran udara, yakni:
H v = (V2)/(2g) (8)
Dimana:
Hv = velocity head
V = kecepatam aliran (fps)
G = percepatan gravitasi (ft/dt2)
Dari persamaan diatas, diperoleh turunan berikut :
Atau :
H v = ((V)/(4.000))2
Persamaan terakhir menyatakan bahwa kecepatan aliran sebesar 400
fpm ekuivalen dengan head kecepatan sebesar 1 inchi. Untuk mempermudah
perhitungan konversi dari kecepatan dan head kecepatan dapat
menggunakan nomogram yang ditunjukkan pada gambar 10
b. Friction Loss
Besarnya head loss akibat gesekan dalam aliran udara melalui lubang
bukaan di tambang bawah tanah sekitar 70 % hingga 90 % dari total
kehilangan (head loss). Friction loss merupakan fungsi dari kecepatan aliran
udara, kekasaran muka lubang bukaan, konfigurasi yang ada di dalam lubang
bukaan, karakteristik lubang bukaan dan dimensi lubang bukaan.
Persamaan mekanika fluida untuk friction loss pada saluran berbentuk
lingkaran adalah:
H L = f (L/D)(V2/2g) (9)
Dimana:
L = panjang saluran
D = diameter saluran (ft)
V = kecepatan (fpm)
F = koefisien gesekan
H L = f (L/4 R H )(V2/2g)
Dimana :
Hf = friction loss (inch water)
V = kecepatan aliran
K = faktor gesekan untuk densitas udara standar (lb.men2/ft4)
A = luas penampang saluran (ft2)
S = rubbing surface (ft2) = PL
P = keliling saluran (ft)
L = panjang saluran (ft)
Q = debit udara (cfm)
Faktor gesek K didalam sistem ventilasi tambang berhubungan
dengan koefisien gesek dalam aliran umum fluida. Untuk bobot isi udara
standard:
K (800)(10)-10 f
Tabel 5
Faktor Gesek K untuk Lubang Bukaan Tambang Bawah Tanak Bukan Batubara
c. Shock Loss
Shock loss terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan arah aliran
dalam saluran atau luas penampang saluran udara dan merupakan tambahan
terhadap friction losses. Walaupun besarnya hanya sekitar 10 % - 30 % dari
head loss total di dalam ventilasi tambang, tetapi tetap harus diperhatikan.
Berdasarkan sumber yang menimbulkan shock loss, pada dasarnya
berkurangnya tekanan sebanding dengan kuadrat kecepatan atau berbanding
lurus dengan velocity head.
Formula untuk menentukan faktor shock loss ter lihat pada tabel 6.
Tabel 6
Panjang Ekuivalen Untuk Berbagai Sumber Shock Loss (ft)
Sumber Le
Feet Meter
Bend, acute, round 3 1
Bend, acute, sharp 150 45
Bend, right, round 1 1
Bend, right, sharp 70 20
Bend, obtuse, round 1 1
Bend, obtuse, sharp 15 5
Doorway 70 20
Overcast 65 20
Inlet 20 6
Discharge 65 20
Contraction, gradual 1 1
Contraction, abrupt 10 3
Expansion, gradual 1 1
Expansion, abrupt 20 6
Splitting, straight branch 30 10
Splitting, straight branch (90o) 200 60
Junction, straight branch 60 20
Junction, deflected branch (90o) 30 10
Mine car or skip (20 % of airway area) 100 30
Mine car or skip (40 % of airway area) 500 150
Head loss merupakan jumlah dari friction loss dan shock loss, maka ;
HL = Hf + Hx
= (KP (L + L e )Q2)/ 5,2 A3
dimana ;
HL = head loss (inci air)
Le = panjang ekuivalen (ft)
K = faktor gesekan untuk density udara standar
Q = debit udara (cfm)
A = luas penampang saluran (ft2)
L = panjang saluran (ft)
6. Air Horsepower
Daya yang diperlukan untuk mengatasi kehilangan energi dalam aliran
udara disebut Air Horsepower (Pa):
Pa = pQ = 5,2 HQ lb ft/menit
Pa = 5,2 HQ / 33.000 = (HQ / 6.346) HP
H 1 /H 2 = (Q 1 /Q 2 )2 , atau
H 2 = H 1 (Q 2 /Q 1 )2
Hubungan dasar antara head dengan kuantitas aliran udata dinyatakan pada
persamaan Atkinson yang dapat dituliskan sebagai berikut :
H L = R Q2
Dimana , R = konstanta proporsionalitas.
R = KP (L + Le) / 5,2 A3
Untuk sistem ventilasi tambang, R kemudian disebut tahanan ekuivalen.
Tahanan ekuivalen serupa dengan sistem aliran listrik yang mengikuti hukum
Ohm.
Hukum Kirchoff
Ada dua dasar aturan dalam mempelajari sistem aliran listrik, yang dapat
digunakan pada sistem jaringan ventilasi.
Hukum Kirchoff 1
Bila ada aliran-aliran udara yang masuk melalui sutau titik atau
disebut juga Junction dan keluar lagi ke percabangan, maka udara
keluar harus sama dengan udara masuk (lihat gambar 10)
Q1 + Q2 = Q3 + Q4 = 0
Bila aliran udara keluar persimpangan dinyatakan positif dan
yang masuk dinyatakan negatif, maka;
Q1 + Q2 - Q3 - Q4 = 0
Atau ;
Q = 0
Q1 Q3
Q2 Q4
Gambar 10
Aplikasi Hukum Kirchoff 1
Hukum Kirchoff 2
Gambar 11
Aplikasi Hukum Kirchoff 2
c. Jaringan Seri
Dalam sistem ventilasi ada dua kemungkinan jaringan Seri dan Paralel (lihat
gambar 12)
Gambar 12
Rangkaian Jaringan Ventilasi Seri
Rangkaian jaringan ventilasi seri seperti tampat pada gambar 13.a dapat
disederhanakan dalam bentuk jaringan ventilasi seri seperti ditunjukkan pada
gambar 13.b.
Gambar 13
Saluran Aliran Udara : a) Hubungan Seri; b) Saluran Ekuivalen
H L = R 1 Q2 + R 2 Q2 + R 3 Q2
Atau; H L = (R 1 + R 2 + R 3 + .. ) Q2 = Req.Q2.
Req. = H L / Q2.
d. Jaringan Paralel
Q = Q1 + Q2 + Q3 +
Maka bila aliran udara didalurkan kepercabangannya paralel maka jumlah
total aliran udara merupakan penjumlahan jumlah aliran udara setiap saluran.
Demikian juga halnya dengan head loss.
Gambar 14
Saluran Aliran Udara Paralel dan Saluran Ekuivalen
Gambar 15
Penyelesaian Grafis Jaringan Ventilasi Sederhana
f. Pencabangan Terkendali
Jika saluran udara diatur secara paralel dan jumlah udara yang mengalir
ke setiap cabangnya ditentukan, maka diterapkan percabangan terkendali
(controlled splitting). Pengendalian tersebut umumya dilakukan dengan cara
membuat tahanan buatan pada salah satu cabang. Cabang yang tidak diberi
tahanan buatan disebut free split. Tahanan buatan merupakan shock loss yang
timbul oleh alat yang disebut regulator.
Dengan cara ini jumlah aliran udara ke permuka kerja atau tempat-tempat
lainnya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Namun dengan cara ini head total
serta kebutuhan daya secara keseluruhanakan meningkat dan selanjutnya akan
meningkatkan biaya.
Penentuan ukuran regulator diturunkan dari rumus shock loss teoritis untuk
suatu saluran bulat dan simetris.
X = (((1/Cc) N)/N)2
Dimana X = faktor shock loss, N = nisbah luas regulator/ luas lubang bukaan
dan Cc = koefisien kontraksi.
Cc = 1 / ( X + (2x+Z))
X = Hx / Hv
Dimana Hx = shock loss yang harus ditimbulkan oleh regulator dan Hv = head
kecepatan.
Nilai Z dapat dilihat pada tabel. Dan untuk regulator, nilai Z = 2,5 adalah nilai
yang umum di tambang bawah tanah.
Tabel 6
Koefisien Kontraksi (berdasarkan saluran pojok siku, t = 2,50)
N 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0
Cc 0.63 0.64 0.65 0.67 0.69 0.71 0.75 0.81 0.88 1.0
X 217.97 46.38 17.03 7.61 3.67 1.78 0.81 0.30 0.07 0
Tabel 7
Faktor Konstraksi
Edge Z
Formed 1.05
Rounded 1.50
Smooth 2.00
Square 2.50
Sharp 3.80
Tabel 8
Koefisien Saluran Masuk
Edge Z Cc X
Formed 1.05 0.975 0.0006
Round 1.50 0.785 0.05
Square 2.50 0.630 0.34
Source : McElroy, 1935.
Udara segar yang dialirkan kedalam tambang bawah tanah akan mengalami
beberapa proses seperti penekanan atau pengembangan, pemanasan atau
pendinginan, pelembaban atau pengawalembaban. Oleh karena itu maka volume,
tekanan, kandungan energi panas dan kandungan airnya juga akan mengalami
perubahan. Ilmu yang mempelajari proses perubahan sifat-sifat udara seperti
temperatur dan kelembaban disebut psikrometri.
Sumber-Sumber Panas
Dalam kondisi panas, tujuan ventilasi adalah mengeluarkan hawa panas dan
uap air dengan laju yang sesuai, sehingga temperatur dan kelembaban udara yang
dikondisikan memungkinkan pekerja juga melepaskan panas tubuhnya saat bekerja.
Kedua faktor tersebut (panas dan kelembaban) harus dikondisikan secara
bersamaan.
Gambar 16
Hubungan antara Efisiensi Kerja dan Temperatur Efektif
Akan tetapi, bila syaraf sentral tidak dapat bekerja karena satu sebab dan
lainnya, maka hal ini hal ini akan dapat menyebabkan sakit dan kematian (lihat
gambar 17 berikut);
Gambar 17
Reaksi Fisiologis Terhadap Panas
Bila seseorang istirahat di dalam ruangan dengan kondisi udara jenuh, maka
batas kemampuannya untuk beradaptasi hanya akan mencapai temperatur 90 oF (32
o
C). namun bila ruangan tersebut dialiri udara dengan kecepatam 200 fpm maka
batas temperaturnya dapat naik hingga 95 oF (35 oC). Sedangkan temperatur normal
untuk seseorang dapat bekerja dengan nyaman adalah 26 27 oC.
Gambar 18
Grafik Temperatur Efektif
1. Kompresi Adiabatik
Bila kolom udara menurun di dalam suatu vertikal shaft, tekanannya akan
menaik sesuai dengan beratnya. Hal ini akan menyebabkan temperatur udara
menaik dan prosesnya dianggap adibiatik bila kandungan uap air tetap, aliran
udara tidak akan mengalami gesekan, dan tidak ada perpindahan panas antara
udara dengan lingkungannya (batuan). Sudah barang tentu hal ini tidak pernah
terjadi di alam. Kenaikan panas akibat autocompression sangat besar, sebagai
contoh suatu tambang emas di Afrika Selatan yang bekerja pada kedalaman
8.000 ft (2438,8 m) menimbulkan autokompresi sebesar 1 juta Btu/menit
(17.550 kw) atau memerlukan refrigerasi sebanyak 5.000 ton/hari. Secara teoritik,
bila udara standard sebanyak 100.000 cfm (47,19 m3/det) dimasukkan kedalam
tambang bawah tanah sedalam 1.000 feet (304,8 m), maka banyaknya refrigerasi
yang dibutuhkan adalah:
Aliran udara kebawah shaft akan menaikan temperatur dan bobot isinya
sesuai dengan kedalaman. Maka kebutuhan ventilasi akan meningkat dengan
semakin dalamnya aktivitas penambangan. Faktor lainnya dari kompresi adiabatik
adalah kenaikan temperatur cembung kering udara begitu mengalir melalui fan.
Besarnya kurang lebih 0,45 oF (0,25 oC) per 1 inchi air head statik. Fan yang
biasa dipakai di tambang bawah tanah mampu menekan hingga 10 inchi air head
statik.
Persamaan umum aliran panas melalui dinding dapat ditulis sebagai berikut:
Q = kA.dt/dL
Karena aliran panas dari dinding merupakan satu-satunya sumber panas yang
masuk ke tambang, maka penentuan laju pengeluaran panasnya secara vertikal &
horizontal tidak dapat ditentukan secara teliti. Dalam penentuan temperatur
batuan biasanya batas kedalaman minimum 50 feet dianggap sebagai awal
perhitungannya.Tabel 9 berikut memberikan gambaran temperatur maksimum
batuan induk pada berbagai tambang dalam.
Tabel 9
Temperatur Maksimum Batuan Induk
Kedalaman Temperatur
Tambang (ft) (m) (oF) (oC)
Kolar Gold Field India 11000 3353 152 66.7
South Africa 10000 3048 125-130 51.7-54.4
Morro velho, Brazil 8000 2438 130 54.4
Nort Broken Hill,Australia 3530 1076 112 44.4
Great Britain 4000 1219 114 45.6
Bralorne.B.C. Canada 4100 1250 112.5 50.3
Kirkland Lake, Ont. 4000-6000 1219-1829 66-81 18.9-27.2
Falconebridge Mine, Ont 4000-6000 1219-1829 70-84 21.1-28.9
Lockerby Mine, Ont. 3000-4000 914-1219 67-96 19.4-35.6
Levark Borehild (Inco),Ont 7000-10000 2134-3048 99-128 37.2-53.3
Garson Mine, Ont. 2000-5000 610-1524 54-78 12.1-25.6
Lake Shore Mine, Ont. 6000 1829 73 22.8
Holinger Mine, Ont. 4000 1219 58 14.4
Creighton Mine, Ont. 2000-10000 610-3048 60-138 15.6-58.9
Superior, Arizona 4000 1219 140 60.0
San Manuel, Arizona 4500 1372 118 47.8
Butte, Montana 5200 1585 145-150 60.8-65.6
Ambrosia Lake, NM 4000 1219 140 60.0
Brunswick Ni.12 New. 3700 1128 73 22.8
Brunswick, CA
Belle Isle Salt Mine,LA 1400 427 88 31.1
Tabel 10.
Potensi Panas Dari Berbagai Jenis Bahan Peladak
Pada tambang batu bara bawah tanah, diasumsikan bisa terjadi berbagai jenis
bencana/ kecelakaan yang sama sekali tidak terbayangkan pada industri lain.
Sebagai contoh misalnya; di Jepang pernah terjadi beberapa kali kecelakaan
tambang batu bara bawah tanah. Diantaranya yang paling mengerikan adalah
ledakan gas dan debu batu bara. Sudah barang tentu, penyebabnya adalah
keberadaan gas metan yang mencapai batas ledakan. Pada terowongan (pit)
tambang batubara bawah tanah, hal yang paling penting dari segi keamanan adalah
mengencerkan dan menyingkirkan gas metan CH 4 yang timbul dari lapisan batu bara,
dengan menggunakan sistem ventilasi. Oleh karena itu, perencanaan ventilasi
merupakan masalah khas tambang batu bara bawah tanah yang perlu ditentukan
dengan perencanaan yang sungguh-sungguh
Konstruksinya harus dibuat sedemikian rupa, agar ventilasi yang diperlukan untuk
pengembangan pit kedepan, dapat dilakukan secara ekonomis, dan konstruksinya
dibuat dengan memiliki kelonggaran (kelebihan) udara ventilasi secukupnya,
untuk mengantisipasi pertambahan atau perkembangan pit di kemudian hari,
serta peningkatan gas yang mungkin timbul akibat dari penambangan batubara.
Struktur yang diinginkan untuk metode ventilasi pada jenis ventilasi utama adalah
sistem diagonal . Sedangkan pembuatan vertical shaft, khusus dilakukan
terhadap kondisi penambangan bagian dalam. Selain itu, pada tempat yang sulit
dilakukan penggalian vertical shaft (misalnya tambang batu bara dasar laut),
diharapkan memiliki inclined shaft khusus dengan penampang berbentuk
lingkaran. Selain itu konstruksinya dibuat sedemikian rupa agar tahanan ventilasi
utama menjadi sekecil mungkin, dan memungkinkan mengambil ventilasi cabang
sebanyak mungkin dari terowongan ini.
Y = 4,1 + 0,023X
Kandungan oksigen pada udara di dalam pit harus lebih besar dari 19%
dan kandungan gas karbon diosida harus lebih kecil dari 1%.
Kandungan gas dapat terbakar di dalam exhaust air aliran cabang utama
serta di lokasi kerja harus lebih kecil dari 1,5% dan di dalam aliran udara
ditempat lalu lintas di dalam pit harus lebih kecil dari 2%.
Temperatur udara di lokasi kerja di dalam pit harus lebih rendah dari 37oC.
Jumlah udara ventilasi di mulut pit intake mengambil standar jumlah udara
maksimum untuk pekerja tambang yang bekerja dalam waktu bersamaan
di dalam pit selama satu hari, dan untuk tambang batu bara kelas A harus
dibuat lebih besar dari 3 m3 per menit per orang.
Kecepatan udara ventilasi harus lebih rendah dari 450 m/menit. Kecuali
pada vertical shaft dan terowongan khusus untuk ventilasi boleh
ditingkatkan sampai 600 m/menit.
Jadi di Jepang, selama tidak ada alasan yang khusus, harus ditentukan
jumlah udara ventilasi yang membuat kondisi di dalam pit memenuhi
persyaratan-persyaratan tersebut.
4) Karena mulut pit intake dan outtake terpisah jauh, tidak ada
kekhawatiran exhaust air bercampur masuk ke dalam intake air akibat
arah angin.
b. Pembagian Aliran Udara
Aliran cabang utama pada ventilasi pit bawah tanah, pecah menjadi
beberapa aliran cabang, kemudian setiap aliran cabang terbagi lagi untuk
menyapu permuka kerja dan menjadi exhaust air. Lama-lama aliran cabang
exhaust air lain juga berkumpul dan bergabung dengan exhaust air utama
dan dibuang ke luar pit. Berpecah dan mengalirnya aliran udara seperti ini
disebut pembagian aliran udara atau pencabangan aliran udara.
Semua hal diatas adalah nerupakan efek utama dari pembagian aliran
udara. Mengenai pembagian aliran udara, terutama untuk ventilasi di permuka
kerja penambangan, peraturan keselamatan tambang batu bara mengatur hal
sebagai berikut:
Pada tambang batu bara kelas A, exhaust air dari lokasi penambangan
batu bara sistem lorong panjang (long wall) atau gob tidak boleh
dilakukan ke lokasi penambangan lain. (Kecuali ada alasan khusus dan
mendapat izin dari kepala bagian pengawasan keselamatan tambang,
maka hal tersebut diperbolehkan).
Metode pembagian aliran udara terdiri dari pembagian aliran alami dan
pembagian aliran proporsional. Pembagian aliran alami adalah metode
pembagian aliran secara alami tanpa menggunakan alat pembagi aliran
ataupun kipas angin pembantu. Sedangkan pembagian aliran proporsional
adalah metode pengaturan jumlah udara ventilasi dengan menggunakan
peralatan seperti fan atau kipas angin. Tergantung dari tahapan
pembagiannya, pembagian aliran udara dapat dibagi menjadi pembagian
aliran primer, pembagian aliran sekunder dan pembagian aliran permuka
kerja, seperti terlihat pada gambar 19 berikut :
Gambar 19
Pembagian Aliran Ventilasi
Hal penting yang berikutnya adalah bagaimana strukturnya harus dapat
mencegah kebocoran angin untuk meningkatkan jumlah angin efektif. Masalah
ini bukan saja untuk maksud menyingkirkan gas di lokasi kerja yang
merupakan tujuan utama, tetapi dilihat dari segi pencegahan swabakar dan
ekonomi daya ventilasi juga penting. Untuk mencapai tujuan tersebut, jaringan
ventilasi utamanya menggunakan sistem diagonal (mengenai sistem ini akan
3. Ventilasi Utama
b. Ventilasi Alami
Pada suatu pit yang mempunyai 2 buah mulut pit yang ketinggiannya
berbeda seperti gambar di bawah, dimana pada musim panas temperatur di
dalam pit lebih rendah dari pada temperatur luar, maka udara di dalam pit
menjadi lebih berat dari pada udara di luar pit yang sama-sama mempunyai
tinggi L, sehingga mulut pit bawah menjadi outtake/exhaust. Pada musim
dingin terjadi kebalikannya.
Gambar 20
Kondisi Ventilasi Alami
Dalam kasus ni, daya ventilasi dapat dinyatakan dengan rumus berikut:
4,17
h= L(t ta )
1.000
dimana:
h = tekanan ventilasi (mmaq
L = perbedaan tinggi (m)
t = temperatur exhaust air (oC)
t a = temperatur udara luar (oC)
Jawaban :
4,17
H= x 200 x (25o 10o ) = 12,5, yakni menjadi 12,5 mmaq
1.000
Gambar 21
Ventilasi alami pada vertical shaft
H=
4,17
{( )
L L x (t ta ) + L (t t )
1.000 2 1 2 1 2 1
}
Seandainya kedua vertical shaft berada pada level yang sama, maka L 1 -
L 2 menjadi 0, sehingga rumus ini menjadi
4,17
h= L (t t )
1.000 1 2 1
Ventilasi alami terutama terjadi karena perbedaan temperatur di dalam
dan luar pit, maka ketika perbedaannya kedil pada musim semi dan gugur,
daya ventilasi semakin berkurang, bahkan kadang kala disuatu hari atau
karena siang dan malam aliran ventilasi berbalik, atau kadang-kadang sama
sekali tidak mengalir. Olah karena itu, selain tambang batu bara yang sama
sekali tidak timbul gas metan, tambang batu bara yang sedikit sekali saja
timbul gas, ventilasi yang dilakukan dengan metode ini berbahaya. Namun,
karena pada ventilasi mesinpun, daya ventilasi alami ini tetap bekerja, maka
harus dipikirkan untuk memanfaatkannya sedapat mungkin. Selain itu, apabila
idak ada kipas angin cadangan pada waktu kipas angin utama sedang
diperbaiki, sedapat mungkin perbaikan dilakukan pada musim panas atau
dingin, yaitu ketika daya ventilasi alami bekerja kuat.
c. Ventilasi Mesin
Kebalikan dari sistem tiup, maka pada sistem sedot, kipas angin
ditenpatkan di mulut pit outtake, membangkitkan tekanan yang lebih rendah
(tekanan negatif) dari pada tekanan atmosfir, untuk menyedot keluar udara
dari dalam pit. Karena tidak ada kelemahan seperti ventilasi tiup yang ditulis di
depan maka saat ini ventilasi di tambang batu bara menggunakan metode ini.
4. Teori Ventilasi
a. Tahanan Ventilasi
Pada waktu air lewat di dalam pipa besi, akan mengalami tahanan
karena jumlah aliran air, kecepatan, ukuran pipa besi dan sifat permukaan
dalam pipa besi. Sama seperti kasus air tersebut, aliran udara yang melewati
terowongan juga akan menerima tahanan yang berbeda menurut jumlah aliran
udara, kecepatan, ukuran terowongan, panjang terowongan, belokan dan
bentuk keliling terowongan. Namun, karena sifat cairan dan gas sangat
berbeda, sifat tahanan yang diterima juga akan berbeda.
Untuk melakukan ventilasi, harus diberikan daya ventilasi yang dapat
mengatasi tahanan ini. Tahanan ini disebut tahanan ventilasi, yang mana akan
mengalami perubahan karena kecepatan, jumlah aliran udara dan keadaan
pit, seperti berikut ini:
Seperti dapat dilihat pada rumus di depan, untuk terowongan yang sama,
tahanan ventilasi sebanding dengan kuadrat kecepatan aliran udara. Artinya,
kalau kecepatan menjadi 2 kali, tahanan menjadi 2 x 2 = 4 kali, dan saat
kecepatan menjadi 3 kali, tahanan menjadi 9 kali. Untuk terowongan yang
sama jumlah aliran udara sebanding dengan kecepatan udara, sehingga
untuk jumlah aliran udara juga dapat dikatakan hal yang sama. Misalnya,
pada suatu terowongan yang tiap menitnya dilewati 2.000 m3 udara, apabila
jumlah aliran udaranya langsung dijadikan 4.000 m3, maka tahanan yang
diterima menjadi 4 kali lipat.
1) Koefisien Gesek
Koefisien gesek berbeda menurut metode penyanggaan terowongan.
Tabel berikut adalah koefisien gesek untuk tiap jenis terowongan.
Tabel 11
Koefisien Gesek Tiap Jenis Terowongan
2) Tahanan Belokan
Pada rumus di atas, kecepatan aliran adalah jumlah aliran dibagi luas
Q
penampang artinya v = (Q = jumlah aliran). Dengan substitusi v ke
a
dalam rumus di atas, maka menjadi :
uLQ 2
h= K
a3
Artinya, pada rumus yang tidak memasukkan kecepatan angin,
tahanan ventilasi berbanding terbalik dengan pangkat 3 luas penampang
terowongan.
L.u.v2 L.u.Q2
h=K =K
a a3
h = Penurunan tekanan akibat gesekan (mm air)
L = Panjang terowongan (m)
u = Panjang keliling penampang terowongan (m)
v = Kecepatan angin rata-rata (m/detik)
a = Luas penampang terowongan (m2)
Q = Jumlah angin (m3/detik)
K = Koefisien tahanan gesek terowongan
5) Tahanan Jenis
L.u
K dalam rumus Atkinson merupakan konstanta yang ditentukan
a 3
oleh kondisi terowongan, dan disebut sebagai tahanan spesifik atau tahanan
jenis terowongan ( R ). Karena nilai R mempunyai angka desimal yang
sangat kecil, maka untuk aplikasinya digunakan murgue dengan mengalikan
1.000. Jika M adalah murgue, maka;
L.u
M = K x1.000 (murgue) .................(1)
a3
= R x 1.000 (murgue)
L.u.Q 2 M
H= K = xQ 2...................(2)
a 3 1. 000
airway, baik memisah maupun menggabung. Dalam hal ini, jumlah angin,
V, dimanapun sama.
Penurunan tekanan yang terjadi di masing-masing airway adalah
R 1 V2 dan R 2 V2. Seandainya 2 buah airway tersebut dianggap sebagai 1
R
h = RV2
h = R 1 V2 + R 2 V2
R = R1 + R2
R = R1 + R2 + R3 + .
Gambar 23
Saluran Udara Yang Berhubungan Secara Seri dan Paralel
H = R1V12 = R2V22
Jadi
h h
V1 = dan V =
R 2 R
1 2
Karena
V = V1 + V2
1 1 1 1
= + + + ....
R R1 R2 R3
Dan, karena h = RV2 = R 1 V 1 2 = R 2 V 2 2 = R 3 V 3 2, maka
R R R
V1 = V ,V2 = V ,V3 = V
R1 R2 R3
6) Equivalent Orifice
Misalkan pada sebuah papan tipis dibuat lubang, dimana jumlah angin
yang melalui lubang tersebut dibuat eqivalen dengan jumlah aliran udara
pada suatu pit. Sekarang, andaikan ukuran lubang dapat diasumsikan
sehingga perbedaan tekanan di depan dan belakang lubang juga menjadi
ekuivalen dengan tekanan ventilasi suatu pit, maka tahanan ventilasi pit
dapat dinyatakan dengan ukuran lubang tersebut. Ukuran lubang yang
diasumsi tersebut dinamakan equivalent orifice.
Di berbagai negara, hingga sekarang equivalent orifice ini digunakan
sebagai metode untuk menyatakan tahanan ventilasi secara sederhana.
Contoh soal:
7) Daya Ventilasi
Contoh soal:
Berapa daya penggerak udara untuk melakukan ventilasi dengan
tekanan ventilasi 150 mm dan jumlah angin 150 m3/detik?
150 x 150
Jawaban N = = 200 HP
75
Dalam hal ini, walaupun digunakan kipas angin dengan efisiensi
terbaik, diperlukan daya 300 HP x 1,5 = 450 HP. Misalkan untuk
melewatkan jumlah udara tersebut, tekanan ventilasinya dapat dijadikan
100 mm dengan cara memperbesar terowongan, melakukan penganggaan
shaft (vertical shaft untuk ventilasi) dibagian yang sedalam mungkin. Dengan
melakukan itu, seringkali semua masalah yang berhubungan dengan f, L, v
dan Da dapat diselesaikan.
Apabila (1) dan (2) disubstitusi ke dalam rumus umum Atkinson, maka
L.3b.Q2 L.Q 2
h=K = 24 K
b6 / 8 b5
Seperti diuraikan di depan, koefisien gesek terowongan berlapis beton
adalah dari koefisien gesek terowongan dengan steel sets, sehingga
apabila jumlah angin ventilasi dan panjang terowongannya sama, maka
dapat dikatakan terowongan lapis beton dengan lebar 1 secara ventilasi
nilainya ekuivalen dengan terowongan steel sets dengan lebar 1,15.
9) Perhitungan Ventilasi
H = RV2 (1)
H = RV V (2)
V 1 + V 2 + V 3 + = 0 .. (3)
5. Ventilasi Lokal
Sama seperti ventilasi utama, ada sistem tiup dan sistem sedot, namun
untuk penggalian maju pada prinsipnya harus menggunakan sistem tiup.
Untuk menyingkirkan gas yang timbul di permuka kerja penggalian maju,
secepatnya harus mengencerkan gas tersebut sampai ke taraf yang tidak
bahaya. Gas dan udara secara alamiah dapat bercampur karena efek difusi
gas, sehingga kalau kedua gas diaduk dengan ventilasi tiup, segera
bercampur dan menjadi encer. Tetapi, pada ventilasi sedot tidak terjadi
pengadukan, sehingga gas diujung permuka kerja tidak mudah disingkirkan.
Namun pada sistem tiup, exhaust air yang terdifusi keluar ke bagian
depan melalui seluruh terowongan, sehingga pada penggalian maju batuan
terjadi banyak suspensi serbuk batuan yang membuat buruk keadaan
lingkungan. Oleh karena itu, pada penggalian maju batuan yang sama sekali
tidak timbul gas, penggunaan sistem sedot membuat udara terowongan lebih
bersih dan sehat (perhatikan gambar).
Dilihat dari segi fasilitas peralatan, ventilasi lokal dapat dibagi menjadi
ventilasi brattice, air jet, saluran udara dan metode kipas angin lokal.
1) Ventilasi Brattice
Ini adalah metode ventilasi pada sebuah terowongan penggalian
maju dengan merentangkan papan kayu dan vinil, dimana satu sisi
dijadikan intake dan sisi lainnua sebagai exhaust. Di Jepang, pada
zaman penambangan batu bara sistem ruang dan pilar, ventilasi
permuka kerja terutama dilakukan dengan ventilasi brattice. Namun
karena banyak kebocoran angin dan boros bahan papan kayu, serta
memakan tenaga dan waktu, maka saat ini tidak digunakan lagi.
(Perhatikan Gambar).
2) Air jet
Pada kipas angin lokal atau jet, ada resiko terjadi resirkulasi udara
tergantung posisi pemasangan atau jumlah angin. Sedangkan pada
ventilasi saluran udara sama sekali tidak ada resirkulasi udara
(mengenai resirkulasi udara akan diuraikan di belakang).
Pada kipas angin lokal timbul bunyi bising selama operasi, sehingga
ada resiko terjadi kecelakaan lori batu bara atau hal lain. Sedangkan
ventilasi saluran udara sama sekali tidak menimbulkan bunyi bising.
Apabila diperlukan jumlah angin ventilasi yang cukup banyak, maka
dengan menggunakan beberapa buah saluran udara atau saluran
udara berdiameter besar, dapat dilakukan ventilasi dalam jumlah
besar.
Pada sistem sedot, debu yang timbul di permuka kerja dapat disedot ke
dalam saluran udara tanpa menyapu dulu terowongan di tengahnya, sehingga
dari segi lingkungan kerja lebih unggul daripada sistem tiup. Namun, sistem
sedot mempunyai kelemahan sebagai berikut:
Lingkup gerak aliran udara diujung saluran udara kecil, sehingga gas yang
timbul di permuka kerja sulit disingkirkan.
Karena perlu memperpanjang saluran udara sampai ke dekat permuka
kerja, menjadi gangguan kerja di permuka kerja, serta saluran udara
mudah mengalami kerusakan akibat peledakan atau hal lain.
Saluran udara dari vinil sulit digunakan karena bisa mengempis.
Apabila konsentrasi gas dapat terbakar yang disingkirkan tinggi,
penggunaan kipas angin aksial menjadi berbahaya.
Oleh karena itu, dalam penempatan kipas angin lokal harus diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1) Apabila letak kipas angin lokal tidak baik (perhatikan gambar berikut)
Walaupun letak kipas angin sudah baik, kalau jumlah angin induk
(intake air) yang melewati posisi peletakan kipas angin lebih sedikit dari
pada jumlah angin yang dibangkitkan oleh kipas angin, akan terjadi
resirkulasi udara. Selain itu, adakalanya resirkulasi udara dapat terjadi
karena kekurangan angin induk yang disebabkan oleh ambruknya airway
atau pembukaan pintu angin.
Kipas angin lokal harus ditempatkan pada posisi dimana exhaust air
tidak tertarik masuk ke intake air, dan jumlah udara ventilasi yang
melalui posisi tersebut dibuat melebihi kapasitas kipas angin yang
dimaksud, agar tidak terjadi resirkulasi udara.
6. Pengukuran
a. Kecepatan angin
1) Anemometer
Untuk mengukur kecepatan angin di dalam pit bawah tanah
biasanya menggunakan anemometer. Ini adalah kincir angin yang sangat
ringan dan gesekannya kecil, dimana baling-balingnya terbuat dari pelat
aluminium dan membentuk sudut 42-44o terhadap arah poros. Untuk
mengukur kecepatan angin, alat ini diletakkan di dalam aliran udara untuk
memutar baling-baling, dimana kecepatan angin atau jarak tempuh aliran
udara per satuan waktu dapat diperoleh dari jumlah putaran dalam waktu
tertentu. Daerah kemampuan ukurnya adalah 0,5-10 m/s.
2) Tabung pitot
Pada tabung pitot terdapat lubang ukur tekanan total di depan dan
lubang ukur tekanan statis di samping. Perbedaan kedua tekanan
tersebut, yakni tekanan dinamis, diukur dengan manometer tabung U,
kemudian kecepatan angin diperoleh dari persamaan di bawah.
P = w2/2g
b. Jumlah angin
Jumlah angin adalah perkalian kecepatan angin rata-rata dan luas
penampang. Pada umumnya, kecepatan angin terbesar terjadi di sekitar
pusat penampang terowongan. Oleh karena itu, apabila mengukur kecepatan
angin dengan anemometer, maka anemometer digerakkan sepanjang
penampang dengan kecepatan konstan untuk mengukur kecepatan angin
rata-rata. Kemudian nilai tersebut dikalikan dengan luas penampang
terowongan yang diukur untuk menghitung jumlah angin.
c. Perbedaan tekanan
Apabila tabung gelas ditekuk membentuk huruf U dan ke dalamnya
dimasukkan air atau cairan lain hanya setengah bagiannya, kemudian dua
buah tekanan yang hendak diukur masing-masing dihubungkan ke kedua
ujung tabung gelas dengan pipa, maka perbedaan tekanan dapat diukur
sebagai perbedaan ketinggian cairan. Apabila mau mengukur perbedaan
tekanan yang kecil, cukup dengan memiringkan tabung U. Dengan
memiringkannya sebesar 0o, sensitivitas akan meningkat 1/sin 0 kali.
d. Tekanan udara
1) Barometer air raksa
e. Penurunan Tekanan
1) Melakukan pengukuran penurunan tekanan yang terjadi karena
mengalirnya udara di dalam lorong angin adalah hal yang sangat penting.
Apabila pada 2 titik pengukuran di dalam lorong angin diletakkan tabung
tekanan statis Pitot dan di tengah-tengahnya diletakkan tabung U,
kemudian dihubungkan dengan pipa (misalnya pipa karet), maka
perbedaan tekanan yang tampak pada tabung U adalah penurunan
tekanan. Apabila 2 titik yang hendak diukur penurunan tekanannya
berjarak jauh, selang jarak tersebut dibagi menjadi beberapa bagian,
kemudian penurunan tekanannya diukur dan nilai penjumlahan untuk
selang 2 titik tersebut boleh dianggap sebagai penurunan tekanan. Pada
waktu melakukan pengukuran mulai dari mulut pit udara masuk kemudian
mengelilingi pit dan sampai ke mulut pit udara buang, maka nilai
penjumlahan penurunan tekanan selama itu setara dengan jumlah
tekanan kipas angin dan tekanan ventilasi alami (perhatikan gambar di
bawah).
2) Melakukan pengukuran nilai mutlak tekanan udara dengan menggunakan
barometer aneloide, kemudian dari perbedaan tekanan tersebut
menghitung penurunan tekanannya.