Anda di halaman 1dari 7

Nama : Sisnawaty Sabatiny

Npm : 0227 1411 022

Tugas : Akuntansi Forensik & Audit Investigatif

Deteksi Fraud

A. Indikator Kecurangan (Red flag)


Ada beberapa indikator yang dikategorikan dalam red flags, yaitu
meliputi:
1. Manajemen mengesampingkan control.
Pihak manajemen yang ada diperusahaan telah mengesampingkan
kontrol. jadi, kontrol perusahaan yang dibuat dalam bentuk SPI, SOP,
aturan2, dll itu ada tapi tidak dilaksakan secara sepenuhnya. sehingga
akibatnya risiko adanya kebocoran atau kecurangan sangat tinggi di
perusahaan.
2. Kegagalan untuk menerima tanggung jawab.
Didalam manajemen perusahaan setiap staf atau pekerja mempunyai
tanggung jawab masing2 dengan tugas pekerjaanya. kegagalan dalam
menjalankan tugasnya membuat pegawai gagal dalam menerima
tangung jawab yang telah diberikan ke dia. kegagalan ini tidak semata-
mata bukan gagal dalam menjalankan tugasnya, tapi bisa juga gagal
dalam melaksanakan amanat sesungguhnya dari perusahaan.
3. Gaya manajemen yang berlebihan.
Gaya manajemen ini bisa gaya dari personal manajemen dan bisa juga
gaya manajemen dalam menjalankan perusahaan. kalau dari sisi gaya
personal bisa dilihat dari gaya hidup dan stylenya sehari-hari, apakah
ada perubahan signifikan pada gaya hidup atau yang lainnya. sedangkan
kalu dari sisi manajemennya sendiri bisa dilihat dari manajemen dalam
menjalankan perusahaan, mengambil keputusan, atau yang lainya yang
mana itu ada keanehan atau kejanggalan manajemen dalam
menjalankan tugasnya.

4. Manfaat atau keuntungan yang berlebihan.


kita juga harus mencurigai jika disebuah perusahaan mempunyai
keuntungan yang berlebihan atau luar biasa. karena itu kemungkinan
besar perusahaan melakukan overstatement ataupun understatement
didalam laporan keuangan.
5. Hubungan kerja yang dekat.
kecurangan dapat mudah diungkap jika itu dilakukan sendiri, akan
tetapi lebih sulit diungkap jika kecurangan itu dilakukan oleh 2 atau
lebih orang yang saling kerjasama untuk itu. oleh karea itu kita harus
mencurigai ketika ada hubungan antar pegawai atau partner yang tidak
biasa.
6. Kekuasaan atau akses yang tidak biasa.
kekuasaan atau akses yang luar biasa yang dimiliki oleh salah satu
pihak yang ada di manajemen membuat dia mempunyai wewenang atau
hak yang orang lainnya tidak punya. dan jika itu terjadi disebuah
perusahaan maka risikonya orang yang mempunyai kekuasaan yang
luar biasa tadi bisa-bisa menyalahgunakan kekukasaannya untuk
kepentingan pribadi dan menggunakan kekuasaan atau akses yang tidak
biasa untuk bertindak curang di dalam sebuah perusahaan.
B. Kelemahan Pengendalian Internal
Pengendalian internal terdiri atas pengendalian lingkungan, sistem
akuntansi dan pengendalian prosedur. Umumnya gejala kecurangan pada
pengendalian internal mencakup:
Ketiadaan dari pemisahan tugas
Ketiadaan dari perlindungan fisik
Ketiadaan dari pemeriksaan sendiri
Ketiadaan dari otorisasi yang tepat
Ketiadaan dari dokumen dan arsip yang tepat
Menolak pengendalian yang ada
Kurangnya pengetahuan tentang sistem akuntansi
Banyak penelitian menemukan bahwa elemen umum di dalam
kecurangan adalah menolak pengendalian internal yang ada. Pengendalian
internal antara lain dirancang untuk dapat mengamankan harta milik
organisasi. Bila pengendalian internal tidak dapat berfungsi efektif sebagai
sarana kendali, kemungkinan besar terjadi fraud.
Kelemahan pengendalian internal (internal control weakness) berupa
tidak diterapkannya kunci pengendalian yaitu pemisahan fungsi,
persetujuan transaksi yang layak, pendokumentasian dan pencatatan yang
layak, pengendalian disik terhadap aset, dan pencatatan serta pengecekan
independen dalam pekasanaan tugas.
a. Kelemahan dalam pemisahan fungsi
Pemisahan fungsi dimaksud adalah pemisahan tugas antara fungsi
pencatatan, penyimpanan, dan otoritasi. Pemisahan fungsi ini bertujuan
untuk menciptakan kondisi saling control (check and recheck) antara
ketiga fungsi tersebut. Bila ada perangkapan fungsi terbuka peluang
untuk dilakukan manipulasi atau kecurangan.
b. Kelemahan dalam aktivitas persetujuan transaksi
Persetujuan transaksi yang layak menghendaki agar setiap dokumen
yang dipersiapkan harus dikaji ulang dalam hal kebenaran dan dikaji
ulang mengenai adanya persetujuan dari pejabat berwenang.Otoritas
pejabat yang berwenang menunjukkan tanggung jawab atas transaksi
dan untuk pembuktian atas keabsahannya. Bila dijumpai adanya
ketidakjelasan dalam persetujuan transaksi, berarti ada gejala terjadinya
kecurangan.
c. Kelemahan dalam pendokumentasian dan pencatatan
Dokumentasi dan pencatatan dimaksud bertujuan untuk menyusun
laporan pertanggungjawaban dan sebagai alat pembuktian. Oleh karena
itu, setiap transaksi harus didokumentasikan dan dicatat segera setelah
terjadi. Jika tidak, terbuka peluang untuk melakukan rekayasa sehingga
pertanggungjawaban dan pembuktian transaksinya tidak sesuai dengan
keadaan atau kejadian sebenarnya. Dengan demikian bila ditemui
kelemahan pendokumentasian dan pencatatan terdeteksi adanya gejala
kecurangan.

d. Kelemahan pengendalian fisik terhadap aset dan pencatatan


Pengendalian fisik terhadap aset organisasi adalah adanya pemabtasan
orang yang boleh mengakses aset organisasi seperti kas, barang
persediaan, dan harta kekayaan lain termasuk keamanan fisiknya seperti
lokasi dan tempat penyimpanannya serta pengawasan langsung atas
fisiknnya. Demikian pula keamanan terhadap pencatatannya sehingga
hanya orang-orang tertentu yang dapat akses ke pencatatan dan program
komputernya. Kelemahan atas pengawasan fisik aset dan pencatatan
akan berakibat terbukanya peluang untuk mencuri atau memanipulasi
aset dan merekayasa catatan untuk menutupi tindak
kecurangan.Kesalahan pemberian kebebasan terhadap askes fisik
berpeluang untuk menggunakan harta/aset atau menggelapkan aset/
harta. Kebebasan kewenangan akses informasi member peluang
menafsir data/catatan merusak bukti dari salah satu hitung.
a. Kelemahan pengecekan secara independen terhadap pelaksanaan tugas.
Pengecekan oleh pihak independen atau oleh pihak yang tidak terkait
dengan aktivitas yang dicek bertujuan untuk memperoleh penilaian
secara objektif terhadap kinerja suatu unit organisasi. Sumber utama
yang digunakan untuk penilaian kinerja ialah informasi yang disajikan
manajemen.Kelemahan penilaian ini menunjukkan gejala adanya
kecurangan. Contoh: akuntansi persediaan pada suatu perusahaan,
dimana catatan persediaan barang di bagian akuntansi berupa buku
persediaan dan rekening pesediaan barang di buku besar (ledger). Di
samping itu ada catatan persediaan barang di gudang. Sisa persediaan
barang pada ketiga catatan tersebut pada setiap saat harus sama
sehingga terjadi control otomatis antara berbagai catatan.
C. Indikator Analisis Kecurangan.
Memahami tanda-tanda fraud dapat dilakukan dengan melakukan
berbagai analisis vertikal, analisis horizontal, analisis ratio, analisis
rendemen, dan analisis lainnya.
a. Analisis vertikal adalah analisis hubungan antar item-item dalam
laportan keuangan (Neraca dan Laporan rugi laba dan Laporan arus
kas) tahun lalu dengan tahun ini yang digambarkan dalam presentase.
b. Analisis horizontal adalah analisis presentase perubahan item laporan
keuangan selama beberapa periode laporan.
c. Analisis rasio adalah perbadingan item-item dalam laporan keuangan
seperti rasio kas (cash ratio), rasio cepat (quick ratio), rasio lancar
(current ratio).
d. Analisis rendemen adalah perbandingan antara hasil barang jadi
dengan bahan bakunya.
Ditemukannya penyimpangan dari hasil analisis dapat
dipergunakan untuk mendeteksi adanya kecurangan (fraud). Hasil analisis
perbandingan dua kegiatan yang berhubungan seharusnya menunjukkan
hal yang sama atau bila ada perbedaan, perbedaannya tidak
mencolok.Contohnya:
Kenaikan penjualan jauh lebih kecil dari kenaikan harga pokoknya
padahal tidak ada perubahan harga komponen pendukung harga
pokok. Misalnya kenaikan penjualan 50% sedangkan harga pokok
mengalami kenaikan 125%, padahal komponen pendukung harga
pokoknya tidak ada kenaikan yang signifikan. Kondisi seperti ini ada
kemungkinan terjadi penggelapan atau terjadi pembelian fiktif.
Rendemen hasil pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa
sawit menjadi muntak crude palm oil (CPO) misalnya 60%, berarti setiap
mengolah 1 ton TBS hasilnya 600 kg CPO. Bila hasil analisis rendemen
misalnnya hanya 30 % ada indikasi kuat terjadi fraud.
Suatu perusahaan sistem pembeliannya dilakukan secara kredit.
Dalam kondisi produksi dan penjualannya stabil, ternyata persediaan
barangnya turun sedangkan hutangnya naik. Hal ini menunjukan indikasi
kuat adanya kecurangan.
Petunjuk adanya kecurangan lainnya misalnya dalam kondisi
persediaan barang turun biaya gudangnya naik sedangkan produksi dan
penjualannya stabil.
D. Perilaku Yang Tidak Biasa.
Kelakuan tidak biasa (unusual behavior) atau perilaku
menyimpang sebagai akibat rasa bersalah dan adanya rasa takut, sehingga
kelakuan tidak biasa ini merupakan gejala terjadinya fraud.Perilaku
menyimpang tersebut antara lain:
a. Pecandu narkoba atau peminum sebagai pelarian menghilangkan rasa
takut.
b. Gelisah atau tidak dapat santai karena selalu dihantui rasa bersalah
dan takut.
c. Tidak mampu menatap muka lawan bicara karena takut. Bila diajak
bicara soal fraud, bicaranya defensif atau beragumen untuk mencari
pembenaran atau alasan.
E. Informasi dan Pengaduan.
Pengaduan (tip or complain) atau adanya keluhan atas kegiatan
atau pelayanan oleh organisasi atau pegawai hanya dianggap sebagai
gejala karena pengaduan tersebut belum tentu benar. Pihak ketiga yang
mengadu mungkin untuk memperoleh keuntungan individu semata,
sedangkan karyawan yang mengadu karena iri hati atau masalah pribadi
lain.
Deteksi fraud harus dilakukan sedini mungkin agar potensi
terjadinya dapat segera dicegah dan fraud yang telah terjadi dapat segera
ditindaklanjuti. Para atasan langsung, pimpinan organisasi, auditor intern
dan fraud examiner harus cepat tanggap setiap menemukan gejala fraud.
Gejala fraud yang ditemui harus segera ditelaah lebih lanjut, ditinfak
lanjuti dengan melakukan investigasi terhadap gejala tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Zulijaz. 2013. Sinyal Indikator Adanya Fraud.


http://zulijaz.blogspot.co.id/2013/12/sinyal-indikator-adanya-
fraud.html (diakses tanggal 12 maret 2017)
Cermatkeuangan. 2016. Mendeteksi Fraud Melalui Identifikasi.
http://cermatkeuangan.blogspot.co.id/2016/09/mendeteksi-fraud-
melalui identifikasi.html (diakses tanggal 12 maret 2017)
Internalauditindonesia. 2010. Tanggungjawab Auditor internal dalam
pencegahan pendektesian dan penginvestigasian kecurangan.
https://internalauditindonesia.wordpress.com/2010/02/08/tanggung-
jawab-auditor-internaldalam-pencegahan-pendeteksian-dan-
penginvestigasian-kecurangan/ (diakses tanggal 12 maret 2017)
Khairoelanwar. 2014. Mendeteksi Kecurangan.
http://khairoelanwar.blogspot.co.id/2014/03/mendeteksi-
kecurangan.html (diakses tanggal 12 maret 2017)

Anda mungkin juga menyukai