Ada beberapa indikator yang dikategorikan dalam red flags, yaitu meliputi: 1. Manajemen mengesampingkan control. Pihak manajemen yang ada diperusahaan telah mengesampingkan kontrol. jadi, kontrol perusahaan yang dibuat dalam bentuk SPI, SOP, aturan2, dll itu ada tapi tidak dilaksakan secara sepenuhnya. sehingga akibatnya risiko adanya kebocoran atau kecurangan sangat tinggi di perusahaan. 2. Kegagalan untuk menerima tanggung jawab. Didalam manajemen perusahaan setiap staf atau pekerja mempunyai tanggung jawab masing2 dengan tugas pekerjaanya. kegagalan dalam menjalankan tugasnya membuat pegawai gagal dalam menerima tangung jawab yang telah diberikan ke dia. kegagalan ini tidak semata- mata bukan gagal dalam menjalankan tugasnya, tapi bisa juga gagal dalam melaksanakan amanat sesungguhnya dari perusahaan. 3. Gaya manajemen yang berlebihan. Gaya manajemen ini bisa gaya dari personal manajemen dan bisa juga gaya manajemen dalam menjalankan perusahaan. kalau dari sisi gaya personal bisa dilihat dari gaya hidup dan stylenya sehari-hari, apakah ada perubahan signifikan pada gaya hidup atau yang lainnya. sedangkan kalu dari sisi manajemennya sendiri bisa dilihat dari manajemen dalam menjalankan perusahaan, mengambil keputusan, atau yang lainya yang mana itu ada keanehan atau kejanggalan manajemen dalam menjalankan tugasnya.
4. Manfaat atau keuntungan yang berlebihan.
kita juga harus mencurigai jika disebuah perusahaan mempunyai keuntungan yang berlebihan atau luar biasa. karena itu kemungkinan besar perusahaan melakukan overstatement ataupun understatement didalam laporan keuangan. 5. Hubungan kerja yang dekat. kecurangan dapat mudah diungkap jika itu dilakukan sendiri, akan tetapi lebih sulit diungkap jika kecurangan itu dilakukan oleh 2 atau lebih orang yang saling kerjasama untuk itu. oleh karea itu kita harus mencurigai ketika ada hubungan antar pegawai atau partner yang tidak biasa. 6. Kekuasaan atau akses yang tidak biasa. kekuasaan atau akses yang luar biasa yang dimiliki oleh salah satu pihak yang ada di manajemen membuat dia mempunyai wewenang atau hak yang orang lainnya tidak punya. dan jika itu terjadi disebuah perusahaan maka risikonya orang yang mempunyai kekuasaan yang luar biasa tadi bisa-bisa menyalahgunakan kekukasaannya untuk kepentingan pribadi dan menggunakan kekuasaan atau akses yang tidak biasa untuk bertindak curang di dalam sebuah perusahaan. B. Kelemahan Pengendalian Internal Pengendalian internal terdiri atas pengendalian lingkungan, sistem akuntansi dan pengendalian prosedur. Umumnya gejala kecurangan pada pengendalian internal mencakup: Ketiadaan dari pemisahan tugas Ketiadaan dari perlindungan fisik Ketiadaan dari pemeriksaan sendiri Ketiadaan dari otorisasi yang tepat Ketiadaan dari dokumen dan arsip yang tepat Menolak pengendalian yang ada Kurangnya pengetahuan tentang sistem akuntansi Banyak penelitian menemukan bahwa elemen umum di dalam kecurangan adalah menolak pengendalian internal yang ada. Pengendalian internal antara lain dirancang untuk dapat mengamankan harta milik organisasi. Bila pengendalian internal tidak dapat berfungsi efektif sebagai sarana kendali, kemungkinan besar terjadi fraud. Kelemahan pengendalian internal (internal control weakness) berupa tidak diterapkannya kunci pengendalian yaitu pemisahan fungsi, persetujuan transaksi yang layak, pendokumentasian dan pencatatan yang layak, pengendalian disik terhadap aset, dan pencatatan serta pengecekan independen dalam pekasanaan tugas. a. Kelemahan dalam pemisahan fungsi Pemisahan fungsi dimaksud adalah pemisahan tugas antara fungsi pencatatan, penyimpanan, dan otoritasi. Pemisahan fungsi ini bertujuan untuk menciptakan kondisi saling control (check and recheck) antara ketiga fungsi tersebut. Bila ada perangkapan fungsi terbuka peluang untuk dilakukan manipulasi atau kecurangan. b. Kelemahan dalam aktivitas persetujuan transaksi Persetujuan transaksi yang layak menghendaki agar setiap dokumen yang dipersiapkan harus dikaji ulang dalam hal kebenaran dan dikaji ulang mengenai adanya persetujuan dari pejabat berwenang.Otoritas pejabat yang berwenang menunjukkan tanggung jawab atas transaksi dan untuk pembuktian atas keabsahannya. Bila dijumpai adanya ketidakjelasan dalam persetujuan transaksi, berarti ada gejala terjadinya kecurangan. c. Kelemahan dalam pendokumentasian dan pencatatan Dokumentasi dan pencatatan dimaksud bertujuan untuk menyusun laporan pertanggungjawaban dan sebagai alat pembuktian. Oleh karena itu, setiap transaksi harus didokumentasikan dan dicatat segera setelah terjadi. Jika tidak, terbuka peluang untuk melakukan rekayasa sehingga pertanggungjawaban dan pembuktian transaksinya tidak sesuai dengan keadaan atau kejadian sebenarnya. Dengan demikian bila ditemui kelemahan pendokumentasian dan pencatatan terdeteksi adanya gejala kecurangan.
d. Kelemahan pengendalian fisik terhadap aset dan pencatatan
Pengendalian fisik terhadap aset organisasi adalah adanya pemabtasan orang yang boleh mengakses aset organisasi seperti kas, barang persediaan, dan harta kekayaan lain termasuk keamanan fisiknya seperti lokasi dan tempat penyimpanannya serta pengawasan langsung atas fisiknnya. Demikian pula keamanan terhadap pencatatannya sehingga hanya orang-orang tertentu yang dapat akses ke pencatatan dan program komputernya. Kelemahan atas pengawasan fisik aset dan pencatatan akan berakibat terbukanya peluang untuk mencuri atau memanipulasi aset dan merekayasa catatan untuk menutupi tindak kecurangan.Kesalahan pemberian kebebasan terhadap askes fisik berpeluang untuk menggunakan harta/aset atau menggelapkan aset/ harta. Kebebasan kewenangan akses informasi member peluang menafsir data/catatan merusak bukti dari salah satu hitung. a. Kelemahan pengecekan secara independen terhadap pelaksanaan tugas. Pengecekan oleh pihak independen atau oleh pihak yang tidak terkait dengan aktivitas yang dicek bertujuan untuk memperoleh penilaian secara objektif terhadap kinerja suatu unit organisasi. Sumber utama yang digunakan untuk penilaian kinerja ialah informasi yang disajikan manajemen.Kelemahan penilaian ini menunjukkan gejala adanya kecurangan. Contoh: akuntansi persediaan pada suatu perusahaan, dimana catatan persediaan barang di bagian akuntansi berupa buku persediaan dan rekening pesediaan barang di buku besar (ledger). Di samping itu ada catatan persediaan barang di gudang. Sisa persediaan barang pada ketiga catatan tersebut pada setiap saat harus sama sehingga terjadi control otomatis antara berbagai catatan. C. Indikator Analisis Kecurangan. Memahami tanda-tanda fraud dapat dilakukan dengan melakukan berbagai analisis vertikal, analisis horizontal, analisis ratio, analisis rendemen, dan analisis lainnya. a. Analisis vertikal adalah analisis hubungan antar item-item dalam laportan keuangan (Neraca dan Laporan rugi laba dan Laporan arus kas) tahun lalu dengan tahun ini yang digambarkan dalam presentase. b. Analisis horizontal adalah analisis presentase perubahan item laporan keuangan selama beberapa periode laporan. c. Analisis rasio adalah perbadingan item-item dalam laporan keuangan seperti rasio kas (cash ratio), rasio cepat (quick ratio), rasio lancar (current ratio). d. Analisis rendemen adalah perbandingan antara hasil barang jadi dengan bahan bakunya. Ditemukannya penyimpangan dari hasil analisis dapat dipergunakan untuk mendeteksi adanya kecurangan (fraud). Hasil analisis perbandingan dua kegiatan yang berhubungan seharusnya menunjukkan hal yang sama atau bila ada perbedaan, perbedaannya tidak mencolok.Contohnya: Kenaikan penjualan jauh lebih kecil dari kenaikan harga pokoknya padahal tidak ada perubahan harga komponen pendukung harga pokok. Misalnya kenaikan penjualan 50% sedangkan harga pokok mengalami kenaikan 125%, padahal komponen pendukung harga pokoknya tidak ada kenaikan yang signifikan. Kondisi seperti ini ada kemungkinan terjadi penggelapan atau terjadi pembelian fiktif. Rendemen hasil pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit menjadi muntak crude palm oil (CPO) misalnya 60%, berarti setiap mengolah 1 ton TBS hasilnya 600 kg CPO. Bila hasil analisis rendemen misalnnya hanya 30 % ada indikasi kuat terjadi fraud. Suatu perusahaan sistem pembeliannya dilakukan secara kredit. Dalam kondisi produksi dan penjualannya stabil, ternyata persediaan barangnya turun sedangkan hutangnya naik. Hal ini menunjukan indikasi kuat adanya kecurangan. Petunjuk adanya kecurangan lainnya misalnya dalam kondisi persediaan barang turun biaya gudangnya naik sedangkan produksi dan penjualannya stabil. D. Perilaku Yang Tidak Biasa. Kelakuan tidak biasa (unusual behavior) atau perilaku menyimpang sebagai akibat rasa bersalah dan adanya rasa takut, sehingga kelakuan tidak biasa ini merupakan gejala terjadinya fraud.Perilaku menyimpang tersebut antara lain: a. Pecandu narkoba atau peminum sebagai pelarian menghilangkan rasa takut. b. Gelisah atau tidak dapat santai karena selalu dihantui rasa bersalah dan takut. c. Tidak mampu menatap muka lawan bicara karena takut. Bila diajak bicara soal fraud, bicaranya defensif atau beragumen untuk mencari pembenaran atau alasan. E. Informasi dan Pengaduan. Pengaduan (tip or complain) atau adanya keluhan atas kegiatan atau pelayanan oleh organisasi atau pegawai hanya dianggap sebagai gejala karena pengaduan tersebut belum tentu benar. Pihak ketiga yang mengadu mungkin untuk memperoleh keuntungan individu semata, sedangkan karyawan yang mengadu karena iri hati atau masalah pribadi lain. Deteksi fraud harus dilakukan sedini mungkin agar potensi terjadinya dapat segera dicegah dan fraud yang telah terjadi dapat segera ditindaklanjuti. Para atasan langsung, pimpinan organisasi, auditor intern dan fraud examiner harus cepat tanggap setiap menemukan gejala fraud. Gejala fraud yang ditemui harus segera ditelaah lebih lanjut, ditinfak lanjuti dengan melakukan investigasi terhadap gejala tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Zulijaz. 2013. Sinyal Indikator Adanya Fraud.
http://zulijaz.blogspot.co.id/2013/12/sinyal-indikator-adanya- fraud.html (diakses tanggal 12 maret 2017) Cermatkeuangan. 2016. Mendeteksi Fraud Melalui Identifikasi. http://cermatkeuangan.blogspot.co.id/2016/09/mendeteksi-fraud- melalui identifikasi.html (diakses tanggal 12 maret 2017) Internalauditindonesia. 2010. Tanggungjawab Auditor internal dalam pencegahan pendektesian dan penginvestigasian kecurangan. https://internalauditindonesia.wordpress.com/2010/02/08/tanggung- jawab-auditor-internaldalam-pencegahan-pendeteksian-dan- penginvestigasian-kecurangan/ (diakses tanggal 12 maret 2017) Khairoelanwar. 2014. Mendeteksi Kecurangan. http://khairoelanwar.blogspot.co.id/2014/03/mendeteksi- kecurangan.html (diakses tanggal 12 maret 2017)