Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN STUDI KOMPARASI

Adat Istiadat Di Kampung Naga Ditengah Modernisasi

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Dosen Pengampu : Dr. Muhamad Sutisna, M.Pd

Disusun oleh :

Eka Yuniarti Sapitri


NPM. 145710121

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


STKIP ARRAHMANIYAH DEPOK Prodi S2 PKn
2016

KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan tentang kehidupamn
masyarakat di kampung naga darei segi sosial, ekonomi dan budaya. Makalah ini di susun
oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun
yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa STKIP Arrahmaniyah
Program Pasca Sarjana. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca.

Depok, Februari 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

Laporan Studi Komparasi Kampung Naga


Page 1
Hal
Kata pengantar 1
Daftar isi . 2
BAB I Pendahuluan .. 3
1.1.1. Latar Belakang .. 3
1.1.2. Permasalahan Yang Diteliti .. 4
1.1.3. Hipotesis/Asumsi .. 4
1.1.4. Tujuan Penelitian .. 5
BAB II Tinjauan Pustaka 6
2.1.Definisi Budaya 6
2.2.Definisi Kebudayaan 6
2.3.Modernisasi .. 8
BAB III Metode Penelitian 9
3.1.Penelitian Kualitatif . 9
3.2.Objek Penelitian .. 9
3.3.Lokasi Penelitian . 9
BAB IV Isi .. 11
4.1. Hasil Penelitian .. 11
4.1.1. Sejarah Kampung Naga 11
4.1.2. Kampung Naga Masih Pertahankan Adat Ditengah Modernisasi. 12
4.1.3. Pemersatu Masyarakat Kampung Naga 14
BAB V Penutup .. 15
5.1. Kesimpulan .. 15
5.2. Saran . 15
Daftar Pustaka . 16
Lampiran

BAB I
PENDAHULUAN
Laporan Studi Komparasi Kampung Naga
Page 2
1.1. LATAR BELAKANG

Latar belakang dibuatnya laporan ini adalah sebagai informasi dan publikasi
kepada para pembaca untuk mengetahui kehidupan di kampung Naga secara kebudayaan
dan adat istiadatnya.
Kampung Naga di ambil dari bahasa Sunda yaitu dari kata Nagawir = tebing,
karena kampung Naga dikelilingi oleh tebing-tebing. Kampung Naga ini terutup dari
segala aktivitas modern serta menjaga adat istiadat dan mengikuti aturan-aturan
terdahulunya. Kampung Naga merupakan kampung adat yang masih bertahan di
Indonesia selain Baduy. Sampai saat ini kampung Naga masih menutup diri dari
aktivitas modernisasi, seperti ; tidak menggunakan listrik dalam segala aktivitasnya,
serta teknologi kecuali ; Televisi dan handphone yang di gunakan sebagai sumber
informasi dan komunikasi, akan tetapi mereka tidak menggunakan listrik, melainkan Aki
sebagai pengganti listrik.
Kampung Naga ini sudah berdiri 500 tahun yang lalu, kampung ini pernah di
bakar oleh DI-TII pada tahun 1956. Seluruh rumah dan peninggalan purbakala serta
buku-buku sejarah lenyap dilahap si jago merah. Pada tahun 1957 kampung Naga di
bangun kembali. Kampung Naga dapat ditempuh dengan cara berjalan kaki 2 Km dari
jalan raya, jalannya berupa tangga yang banyaknya sekitar 439 anak tangga. Kampung
Naga terdapat 2 hutan larangan yang tidak boleh di tebang maupun di datangi oleh
masyarakat dalam maupun luar kampung Naga itu sendiri. Di kampung Naga terdapat
112 bangunan, 103 rumah dan 3 bangunan berupa Masjid, lambung padi serta balai
pertemuan. Disana terdapat 314 orang yang terdiri dari 103 kepala keluarga. Kampung
ini dibuat dengan bangunan rumah relatif sama, setiap rumah berbentuk panggung dan
dibawah rumah tersebut digunakan sebagai kandang ayam. Atapnya berupa ijuk dari
pohon aren, dindingnya berupa bilik bambu. Rumah-rumah tersebut terdiri dari satu
kamar tidur, ruang tamu, dapur dan goah. Kamar di peruntukkan untuk orang tua
sedangkan untuk anak mereka tidur di ruangan tamu dengan beralaskan tikar. Fungsi
Goah adalah untuk menyimpan hasil bumi, seperti ; beras. Dapur berfungsi untuk
memasak dan makan kelurga.

Laporan Studi Komparasi Kampung Naga


Page 3
Mata pencaharian di kampung tersebut adalah bertani, bercocok tanam dan
berternak. Warga setempat menanam padi dan sayur-sayuran serta berternak untuk
konsumsi mereka, bukan untuk di jual.
Kampung Naga yang terletak di desa Neglasari, Kecamatan Kawalu, Kabupaten
Tasikmalaya, Jawa Barat, merupakan tempat bermukim masyarakat yang
mempertahankan adat dan kebudayaan leluhur, dan menghindari peralatan modern.
Meskipun teknologi abad 21 menunjukkan perkembangan yang hebat, masyarakat yang
mendiami kampung di sebuah lembah di antara pegunungan dan sungai itu
mempertahankan adat yang diamanatkan leluhur mereka. Ketika di banyak tempat
berbagai kemudahan informasi, transportasi dan berbagai peralatan canggih mudah
ditemui, tidak demikian di kampung Naga.
Warga kampung Naga itu menjalankan aturan yang ada saat menjalani kehidupan
sehari-hari dengan tenteram dan damai, walaupun banyak orang modern yang kerap
mengunjungi kampung mereka. Salah satu perkembangan teknologi yang tidak dapat
diterima masyarakat kampung Naga adalah jaringan listrik. Pemerintah daerah setempat
berulang kali menawarkan fasilitas tersebut, namun masyarakat kampung Naga tetap
menolak.

1.2. PERMASALAHAN YANG DITELITI

Kedatangan penulis ke desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten


Tasikmalaya, Jawa Barat, kampung Naga ini adalah untuk melakukan wawancara
dengan salah satu warga setempat, untuk mengetahui :
1. Bagaimana sejarah kampung Naga sebagai kampung adat yang masih bertahan di
daerah Jawa Barat ?
2. Mengapa kampung Naga masih mempertahankan Adat Istiadat mereka di tengah
Modernisasi ?
3. Apa yang membuat kampung Naga bersatu ?

1.3. HIPOTESIS/ASUMSI

Penulis berasumsi bahwa era Globalisasi ini setiap orang di deluruh Dunia ikut
serta menikmati segala macam aktifitas Modern yang sedang menggeliat sekarang ini.
Tetapi di Jawa Barat ada perkampungan yang menutup diri dari segala macam aktivitas
modern dengan kata lain daerah tersebut dapat di kategorikan daerah Primitif, sebuah
kehidupan seperti itu tidak akan pernah dapat bertahan lama dengan tetap

Laporan Studi Komparasi Kampung Naga


Page 4
mempertahankan adat dan kebiasaan yang mereka anut. Kehidupan mereka akan segera
punah jika tetap mengisolasi diri dari dunia luar. Di tambah dengan lokasi tempat
mereka tinggal masih terjangkau oleh banyak aktivitas modern. Mereka tidak mungkin
dapat memungkiri segala informasi dari luar karena mereka juga membutuhkan segala
macam informasi sebagai pengetahuan. Apa yang akan terjadi apabila anak-anak atau
generasi penerus tanpa pengetahuan, maka, akan ditakutkan akan mengalami shock
culture dan kesenjangan kognisi.

1.4. TUJUAN PENELITIAN


Tujuan dibuatnya Makalah ini adalah :
1. Mengetahui kehidupan masyarakat Kampung Naga.
2. Mengali dan mengkaji aspek fisik, sosial budaya, ekonomi dan penataan lingkungan
Kampung Naga

Laporan Studi Komparasi Kampung Naga


Page 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI BUDAYA

Budaya secara harfiah berasal dari bahasa latin yaitu colere yang memiliki arti
menherjakan tanah, mengolah, memelihara ladang (menurut Soerjanto Poespowardojo
1992)
Menurut Koentjaraningrat, budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakkan dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan cara belajar.

2.2. DEFINISI KEBUDAYAAN

Menurut para ahli :

1. Edward B. Taylor

Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkadang


pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-
kemampuan lain yang di dapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
2. M. Jacobs dan B.J. stern

Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi sosial, ideologi,


religi dan kesenian serta benda yang kesemuanya merupakan warisan sosial.
3. Koentjaraningrat

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar.
4. Dr. K. Kupper

Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah bagi
manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupun kelompok.
5. William H. Haviland

Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh
para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan

Laporan Studi Komparasi Kampung Naga


Page 6
melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat diterima oleh semua
masyarakat.
6. Ki Hajar Dewantara

Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua
pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia
untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya
guna mencapai keselamatan dan kebahagian yang pada lahirnya bersifat tertib dan
damai.
7. Francis Merill

Pola-pola perilaku yang dihasilkan oleh interaksi sosial


Semua perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh seseorang sebagai anggota
suatu masyarakat yang ditemukan melalui interaksi simbolis.
8. Bounded et. Al

Kebudayaan adalah sesuatu yang terbentuk oleh pengembangan dan transmisi dari
kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya simbol bahasa sebagai
rangkaian simbol yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya di antara para
anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang diharapkan dapat di
temukan di dalam media, pemerintahan, institusi agama, sistem pendidikan dan
semacam itu.
9. Mitchell (Dictionary of Soriblogy)

Kebudayaan adalah sebagian perulangan keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia


dan produk yang dihasilkan menusia telah memasyarakat secara sosial dan bukan
sekedar di alihkan secara genetikal.
10. Robert H Lowie

Kebudayaan adalah segala sesuatu yang di peroleh individu dari masyarakat, mencakup
kepercayaan, adat istiadat, norma-norma aristic, kebiasaan makan, keahlian yang di
peroleh bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan warisan massa lampau
yang di dapat melalui pendidikan formal atau informal.
11. Arkeolog R. Soekmono

Kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya
berupa buah pikiran dan dalam penghidupan.

Laporan Studi Komparasi Kampung Naga


Page 7
2.3. MODERNISASI

Kata modernisasi secara etimologi berasal dari kata modern, kata modern dalam
kamus umum bahasa Indonesia adalah yang berarti : Baru, terbaru, cara baru atau
mutakhir, sikap dan cara berfikir serta bertindak sesuai dengan tuntutan zaman, dapat
juga diartikan maju, baik. Kata modernisasi serupakan kata benda dari bahasa latin
modernus (modo : baru saja) atau model baru, dalam bahasa perancis disebut
moderne.
Modernisasi ialah proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat
untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan hidup masa kini.
Adapun modernisasi secara terminologi terdapat banyak arti dari berbagai sudut
pandang yang berbeda dari banyak ahli. Manurut Daniel Lerner, modernisasi adalah
istilah baru untuk satu proses panjang proses perubahan social, dimana masyarakat
yang kurang berkembang memperoleh ciri-ciri yang bisa bagi masyarakat yang lebih
berkembang.
Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari
keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu
masyarakat yang modern. Pengertian modernisasi berdasar pendapat para ahli adalah
sebagai berikut :
1. Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah suatu transformasi total dari
kehidupan bersama yang tradisional atau pra-modern dalam arti teknologi serta
organisasi sosial, ke arah pola-pola ekonomis dan politis.
2. Soerjono Soekanto, modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial
yang terarah, yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya
dinamakan sosial planning.(dalam buku Sosiologi : suatu pengantar)

Laporan Studi Komparasi Kampung Naga


Page 8
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. PENELITIAN KUALITATIF

Pendekatan Kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang


berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah
manusia. Pada pendekatan ini, penelitian membuat suatu gambaran kompleks, meneliti
kata-kata, laporan terinci dari pandangan resonden dan melakukan studi pada situasi
yang alami (Creswell, 1998:15). Bogdan dan taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan
bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati.
Penelitian kualitatif pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan.dalam
penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, penelitian harus
memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis dan
mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih
menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah
belum jelas, untuk mengetahui makana yang tersembunyi, untuk memahami interaksi
sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data dan meneliti
sejarah perkembangan.

3.2. OBJEK PENELITIAN

Penulis melakukan penelitian ke Desa Neglasari, Kecamatan Salawu,


Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Kampung Naga. Untuk mengetahui bagaimana
adat istiadat serta kebiasaan yang terjadi pada masyarakat kampung Naga tersebut.

3.3. LOKASI PENELITIAN

Kampung Naga merupakan perkampungan tradisional dengan luas areal kurang


lebih 4 ha. Lokasi objek wisata kampung Naga terletak pada ruas jalan raya yang
menghubungkan Tasikmalaya Bandung melalui Garut, yaitu kurang lebih pada
kilometer 30 ke arah Barat Kota Tasikmalaya. Kampung Naga termasuk kampung
Legok Dage bagian Desa Neglasari yang terletak di Kecamatan Salawu, Kabupaten
Tasikmalaya, Jawa Barat. Desa yang damai dan hijau ini hanya berjarak 500 meter dari

Laporan Studi Komparasi Kampung Naga


Page 9
jalan raya Garut dan Tasikmalaya. Kampung ini berada di lembah yang subur, dengan
batas wilayah ; sebelah barat kampung Naga dibatasi oleh hutan keramat, karena di
dalam hutan tersebut terdapat makam leluhur masyarakat kampung Naga. Sebelah
selatan dibatasi oleh sawah-sawah penduduk dan sebelah utara serta timur dibatasi oleh
sungai Ciwulan yang sumber airnya berasal dari gunung Cikuay di daerah Garut. Untuk
mencapainya, orang harus menuruni 350 anak tangga yang sudah di tembok (sunda
sengked) sampai ketepi sungai Ciwulan dengan kemiringan sekitar 45 derajat dengan
jarak kira-kira 500 meter. Kemudian melalui jalan setapak menyusuri sungai Ciwulan
sampai ke dalam kampung Naga.

Foto : Pemukiman Kampung Naga

Laporan Studi Komparasi Kampung Naga


Page 10
BAB IV
ISI

4.1. HASIL PENELITIAN

4.1.1 SEJARAH KAMPUNG NAGA

Pertama kalinya kampung Naga terbentuk dengan datangnya suku Badui dari
daerah Banten, kedatangannya karena diusir oleh kepala suku Badui Banten yang
kemudian singgah di Salawu Desa Neglasri dan mendirikan pemerintahan sendiri atau
otonomi daerah dan diberi nama Kampung Naga.
Kampung Naga berasal dari bahasa Sunda yaitu kata Nagawir = tebing, karena
kampung Naga ini dikelilingi oleh tebing-tebing. Kata Naga diambil agar masyarakat
lebih cepat mengenal nama kampung tersebut. Kampung ini sudah berdiri 500 tahun
yang lalu, kampung ini pernah di bakar oleh DI-TII pada tahun 1956. Seluruh rumah
dan peninggalan purbakala serta buku-buku sejarah lenyap dilahap sijago merah. Pada
tahun 1957 kampung Naga dibangun kembali.
Sejarah atau asal-usul kampung Naga menurut salah satu versinya bermula pada
masa kewalian Syeh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, seorang abdinya
yang bernama Singaparna, ditugasi untuk menyebarkan Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa kesebelah Barat. Kemudian dia sampai ke daerah Neglasari yang
sekarang menjadi Desa Neglasari. Di tempat tersebut, Singaparna oleh masyarakat
Kampung Naga disebut Sembah Dalem Singaparna. Suatu hari ia mendapat ilapat atau
petunjuk harus bersemedi. Di dalam persemediannya, Singaparna mendapat petunjuk,
bahwa ia harus mendiami suatu tempat yang sekarang disebut Kampung Naga.
Nenek moyang Kampung Naga yang paling berpengaruh dan berperan bagi
masyarakat kampung Naga Sa Naga yaitu Eyang Singaparna atau Sembah Dalem
Singaparna yang disebut lagi dengan Eyang Galunggung, dimakamkan disebelah Barat
Kampung Naga. Makam ini dianggap oleh masyarakat Kampung Naga sebagai makam
keramat yang selalu diziarahi pada saat diadakan upacara adat bagi semua
keturunannya.
Namun kapan Eyang Singaparna meninggal ? tidak diperoleh data yang pasti,
bahkan tidak seorang pun warga Kampung Naga yang mengetahuinya. Menurut
kepercayaan yang mereka warisi secara turun menurun, nenek moyang masyarakat

Laporan Studi Komparasi Kampung Naga


Page 11
Kampung Naga tidak meninggal dunia, melainkan raib tanpa meninggalkan jasad. Dan
di tempat itulah masyarakat Kampung Naga menganggapnya sebagai makam, dengan
memberikan tanda atau petunjuk kepada keturunan masyarakat Kampung Naga.
Ada sejumlah nama para leluhur masyarakat Kampung Naga yang dihormati,
seperti : Pangeran Kudratullah, dimakamkan di Gadog Kabupaten Garut, seorang yang
dipandang sangat menguasai pengetahuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.
Raden Kagok Katalayah Nu Lencing Sang Seda Sakti, dimakamkan di Taraju,
Kabupaten Tasikmalaya yang menguasai ilmu kekebalan kewedukan. Ratu Ineng
Kudratullah atau disebut Eyang Mudik Batara Karang, dimakamkan di Karangnunggal,
Kabupaten Tasikmalaya, menguasai ilmu kekuatan fisik kebedasan. Pangeran
Mangkubawang, dimakamkan di Mataram Yogyakarta, menguasai ilmu kepandaian
yang bersifat keduniawian atau kekayaan. Sunan Gunungjati Kalijaga, dimakamkan di
Cirebon menguasai ilmu pengetahuan bidang pertanian.

4.1.2. KAMPUNG NAGA MASIH PERTAHANKAN ADAT DITENGAH


MODERNISASI

Kampung Naga, yang terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Kawalu,


Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, merupakan tempat bermukim masyarakat yang
mempertahankan adat dan budaya leluhur, dan menghindari peralatan Modern.
Meskipun teknologi abad 21 menunjukkan perkembangan yang hebat,
masyarakat yang mendiami kampung disebuah lembah di antara pegunungan dan
sungai itu mempertahankan adat yang diamanatkan leluhur mereka. Ketika dibanyak
tempat berbagai kemudahan informasi, transfortasi, dan berbagai peralatan canggih
mudah ditemui, tidak demikian di Kampung Naga. Masyarakat Kampung Naga selalu
mengikuti perkembangan, tetapi mereka selalu memfilternya, mana yang dapat diterima
oleh mereka di masyarakat Kampung Naga. Aturan adat merupakan harga mati yang
tidak boleh dilanggar maupun diubah atau dicampuradukkan dengan adat dan budaya
luar.
Warga kampung itu menjalankan aturan yang ada saat menjalani kehidupan
sehari-hari dengan tenteram dan damai walaupun banyak orang modern yang kerap
mengunjungi kampung mereka. Salah satu perkembangan teknologi yang tidak dapat
diterima masyarakat kampung Naga adalah jaringan Listrik. Pemerintah daerah
setempat berulang kali menawarkan fasilitas tersebut, namun masyarakat kampung

Laporan Studi Komparasi Kampung Naga


Page 12
Naga tetap menolak. Menurut salah satu warga kampung Naga, penolakan itu
sederhana, agar tidak ada kecemburuan sosial di sana.
Pada orang tua di kampung itu meyakini, jika jaringan listrik masuk ke
permukiman yang memiliki 112 rumah adat, diantaranya bale tempat perkumpulan dan
masjid, maka kehidupa mereka akan berubah. Keberadaan listrik dikhawatirkan
perubahan gaya hidup mereka, misalnya ; rasa ingin memiliki kebutuhan hidup yang
serba canggih, listrik membuat anggota masyarakat yang memiliki uang membeli
peralatan rumah tangga yang serba menggunakan listrik, termasuk televisi berwarna.
Masyarakat kampung Naga, tidak menolak keberadaan pesawat televisi dan sebagian
warga memiliki televisi untuk sekedar mengetahui informasi dari luar. Itu pun hitam
putih yang listriknya dari aki. Di kampung ini aki diperbolehkan, kecuali listrik.
Selain menolak jaringan listrik, masyarakat kampung Naga juga menolak
masuknya perlatan memasak seperti kompor gas. Program pengalihan ke kompor gas,
yang digagas pemerintah untuk mengurangi subsidi bahan bakar, ditolak kampung itu.
Warga kampung Naga mempertahankan kebiasaan memasak dengan menggunakan
tungku dengan bahan bakar kayu. Bagi mereka, tungku itu merupakan peninggalan
orang terdahulu kampung Naga dalam cara memasak. Jika memasak dengan tungku ini
di tinggalkan, bagaimana kita dapat mengenalkan pada anak cucu mereka bahwa dulu
itu memasak dengan tungku. Inilah alasan mengapa mereka menolak kompor gas.
Dengan itu juga, ketika malam tiba masyarakat masih menggunakan lampu templok
dan petromak, alat penerang dengan minyak tanah. Bagi masyarakat kampung Naga,
minyak tanah merupakan barang yang berharga bagi kebutuhan hidup sehari-hari.
Maka, tidak mengherankan, ketika pemerintah mencabut subsidi minyak tanah,
masyarakat adat melakukan aksi. Pada juni 2009, masyarakat kampung Naga menutup
diri dari masyarakat luar. Mereka menolak kedatangan wisatawan sampai pemerintah
menyediakan minyak tanah dengan harga terjangkau. Akhirnya, dengan kebijakan
khusus dari pemerintah, kebutuhan minyak tanah masyarakat kampung Naga, yang
setiap bulannya sekitar seribu liter, terpenuhi. Tuntutan penyedian minyak tanah itu
bukan di gratiskan. Bagi mereka pantang meminta. Mereka merasa mampu membeli
minyak tanah asal harganya Rp 2.500 hingga Rp 3.000 per-liter.
Warga kampung Naga merupakan penganut Islam yang taat menjalankan ibadah
shalat lima waktu dan kewajiban lainnya, seperti puasa di bulan Ramadhan, mereka
membantah pemberitaan di media massa elektronik dan cetak yang menyebutkan
bahwa masyarakat kampung Naga menunaikan shalat lima waktu hanya pada hari

Laporan Studi Komparasi Kampung Naga


Page 13
jumat. Pada sisi lain, masyarakat adat kampung Naga tidak menghilangkan adat dan
budaya leluhur dengan mengadakan upacara ritual ke makam yang berada di hutan
yang di sakralkan masyarakat. Di makam leluhur bernama Sembeh Dalem itu biasa
dilakukan ritual jiarah enam kali dalam setahun, dengan kegiatan upacara adat di hutan
larangan dan tidak sembarangan orang dapat masuk kesana.
Kampung Naga juga terdapat rumah adat bernama Bumi Ageung, yaitu tempet
benda-benda peninggalan leluhur. Rumah itu disakralkan, hanya orang tertentu seperti
kuncen dan sesepuh yang dapat masuk. Larangan tersebut, dijaga dengan ketat, tidak
ada yang boleh melanggar tanpa terkecuali. Jika ada pengunjung yang tetap memaksa
untuk melanggar, maka mereka akan di keluarkan dari kampung Naga tersebut.
Sedangkan mengenai pendidikan, warga kampung Naga diizinkan
menempuhnya hingga pendidikan tinggi. Pendidikan menurut mereka, merupakan
sesuatu yang dianggap penting untuk kemajuan bangsa Indonesia. Dengan itu, anak-
anak sekolah dari luar diizinkan menginap untuk mengenal kegiatan siang dan malam
serta mengetahui budaya di kampung Naga.

4.1.3 PEMERSATU MASYARAKAT KAMPUNG NAGA

Yang membuat masyarakat kampung Naga dapat bersatu adalah sebuah


FILOSOPI dari leluhurnya tentang tali persaudaraan yang tidak boleh putus dan harus
saling menghargai, menghormati, serta saling menyayangi diantara sesama warga
kampung Naga. Mereka menganggap bahwa seluruh warga kampung Naga tidak ada
yang kaya maupun miskin, itulah mengapa mereka memfilter semua kegiatan-
kegiatan dari luar yang berbau modern, agar tidak terjadi kesenjangan sosial diantara
mereka.

Gb. Menunjukkan
bahwa tidak ada
kesenjangan sosial
semua sama.

Laporan Studi Komparasi Kampung Naga


Page 14
BAB V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Kampung Naga adalah suatu perkampungan adat yang masih betahan di Jawa
Barat selain Baduy. Kampung ini masih tetap bertahan dengan segala adat istiadat,
kebiasaan, serta aturan-aturan mereka dan menutup segala aktivitas mereka dari alur
modernisasi. Mereka mempercayai aturan yang turun-menurun dari leluhurnya, dan
mereka yakin dengan aturan tersebut. Kampung Naga tidak mengikuti alur modernisasi
karena menjaga kesenjangan sosial di dalam kehidupan sehari-harinya, karena
modernisasi ditakutkan akan mengubah kebudayaan yang telah lama di anut oleh
kampung Naga.

5.2 SARAN

Kampung Naga dapat di jadikan aset wisata di Jawa Barat yang berhubungan
dengan Budaya. Adat istiadat kampung Naga harus dihargai pemerintah, agar
dipandang oleh dunia, karena jarang kampung-kampung di Indonesia yang masih
menjaga keutuhan dari budaya yang di turunkan oleh leluhurnya.

Laporan Studi Komparasi Kampung Naga


Page 15
DAFTAR PUSTAKA

Ade Yandi, Harapat. (2008). Pelaksanaan Hukum Kewarisan di Lingkungan Adat Kampung
Naga, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya di

Tinjau dari Hukum Islam. Yogyakarta: Fakultas Syari'ah UIN Sunan Kalijaga.

Atkinson, Paul dkk. (ed). (2001). Handbook of Ethnography. London, Thousand Oaks, New
Delhi: SAGE Pulications.

Badan Pusat Statistik. (1991). Data Statistik Indonesia: Jumlah Penduduk menurut Kelompok
Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota Tahun 1990. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.

Bogdan, R. & Taylor, S.J. (1975). Introduction to Qualitative Research Methode. New York:
John Willey and Sons.

Budimansyah, Dasim. (1994). Faktor Sosial Budaya dalam Proses Adopsi Inovasi Teknologi:
Suatu Kajian tentang Tradisi dan Perubahan pada Masyarakat dan Migran asal
Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya. Bandung: Tesis S-2 Program
Pascasarjana Ilmu Sosial Universitas Padjadjaran.

Cohen, Erik. (1984). The Sociology of Tourism: Approeches, Issues, and Finding.

California: Annual Review of Sociology, Vol. 10.

Creswell, John W. (2007). Qualitative Inquiry & Research Design, Choosing

Among Five Approch. California: Sage Publications.

Creswell, John W. (diterjemahkan oleh Achmad Fawaid). (2009). Research

Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Daryono, Y. (2000). Kampung Naga Bumi Para Karuhun. Makalah Seminar

Budaya Sunda. Bandung : FT Unpas.

Laporan Studi Komparasi Kampung Naga


Page 16
LAMPIRAN :

Laporan Studi Komparasi Kampung Naga


Page 17
Laporan Studi Komparasi Kampung Naga
Page 18
Laporan Studi Komparasi Kampung Naga
Page 19
Laporan Studi Komparasi Kampung Naga
Page 20
Laporan Studi Komparasi Kampung Naga
Page 21
Laporan Studi Komparasi Kampung Naga
Page 22

Anda mungkin juga menyukai