MTBS Pneumonia PDF
MTBS Pneumonia PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pneumonia
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang
disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat
berlangsung pada daerah yang mengalami konsilidasi, begitupun dengan aliran darah
di sekitar alveoli, menjadi terhambat dan tidak berfungsi maksimal (Somantri, 2009).
Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau napas
cepat. Penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada
pada anak kecil. Streptococus penumoniae sudah ada di kerongkongan manusia yang
sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua, malnutrisi, bakteri akan
Penyakit ini ditandai dengan gejala akut berupa demam, nyeri dada dan
pernapasan cepat yang sering disertai suara mendengkur. Pada pemeriksaan fisik akan
11
ditemukan konsolidasi segmen atau lobus dan dikonfirmasi dengan rontgen (Hull dan
Johnston, 2008).
i. Kongesti (4-12 jam pertama) : eksudat serosa masuk ke dalam alveolus dari
ii. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya): paru-paru tampak merah dan tampak
bergranula karena sel darah merah, fibrin, dan leukosit PMN mengisi alveolus.
iii. Hepatisasi kelabu (3-8 hari): paru-paru tampak abu-abu karena leukosit dan
iv. Resolusi (7-11 hari): eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh makrofag
Umumnya berespon terhadap pengobatan amoksilin oral (Hull dan Johnston, 2008).
Penyakit ini biasanya ditandai dengan demam tinggi dan septikemia, disertai
empisema atau pneumutoraks yang memerlukan drainase (Hull dan Johnston, 2008).
Ciri khas dari pneumonia jenis ini adalah sputum kental yang disebut Red
Currant Jelly. Kebanyakan pasien klebsiella adalah laki-laki usia pertengahan atau
tua yang menjadi peminum alkohol kronik atau yang menderita penyakit kronik
Pneumonia jenis ini paling sering ditemukan pada pasien yang sakit berat
yang dirawat di rumah sakit, atau yang mengalami supresi sistem pertahanan tubuh
(misal, pasien dengan leukimia atau transplantasi ginjal yang mendapat obat
ini makin banyak virus yang berhasil diidentifikasi. Sebagian besar pneumonia jenis
ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun apabila infeksi terjadi
bersamaan dengan influenza, gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian
(Misnadiarly, 2008).
virus yang belum ditemukan dan sering disebut pneumonia yang tidak tipikal
tersebar luas. Angka kematian sangat rendah,bahkan juga pada yang tidak diobati
(Misnadiarly, 2008).
diduga disebabkan oleh jamur. PCP dan biasanya menjadi tanda awal serangan
belakangan ini menjadi infeksi berat yang fatal bagi penderita AIDS akibat
kelemahan sistem kekebalan tubuh mereka. PCP merupakan infeksi oportunistik dan
dapat juga terjadi pada pejamu dengan gangguan imunitas seperti pasien yang
Pneumonia lain yang lebih jarang adalah disebabkan oleh masuknya makanan,
cairan, gas, debu, maupun jamur. Ricketsia juga masuk golongan antara virus dan
bakteri yang menyebakan demam Rocky Mountai, demam Q, Tipus, dan Psittacocis
(Misnadiarly, 2008).
dikategorikan sebagai:
a. Pneumonia Bakterialis
Influenza
b. Pneumonia Atipikal
Tuberkulosis
a. Gejala
atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh
meningkat dapat mencapai 40 derajat celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk
dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian
penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit
b. Tanda
antara lain : Batuk nonproduktif ; Ingus (nasal discharge) ; Suara napas lemah ;
menujukkan infiltrasi melebar ; Sakit kepala; Kekakuan dan nyeri otot; Sesak napas;
Menggigil; Berkeringat ; Lelah ;Terkadang kulit menjadi lembab ; Mual dan muntah
adalah :
kelamin laki-laki (lebih rentan), gizi kurang, berat badan lahir rendah, tidak
mendapat ASI memadai, terkena polusi udara, tinggal di lingkungan kumuh, tidak
a) Pneumonia Ringan
Diagnosis
Disamping batuk atau sukar bernapas, hanya terdapat napas cepat saja. Napas
cepat pada anak umur 2 bulan 11 bulan yaitu 50 kali/menit sedangkan pada
Tatalaksana
selama 3 hari atau amoksilin (25 mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari.
b) Pneumonia Berat
Diagnosis
Batuk dan atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal berikut ini:
konsolidasi, dll).
iii. Pada auskultasi terdengar crackles (ronki), suara pernapasan menurun, suara
pernapasan bronkial.
Bila keadaan yang sangat berat dapat dijumpai : tidak dapat menyusui, kejang,
Tatalaksana
iii. Terapi oksigen seperti, pulse oximetry, nasal prongs (WHO et al, 2009).
I. Menghindarkan bayi/balita dari paparan asap rokok, polusi udara, dan tempat
IV. Segera berobat jika mendapati anak kita mengalami panas, batuk, pilek.
Terlebih jika disertai suara serak, sesak napas, dan adanya tarikan pada otot di
disease) dan vaksinanasi influenza pada anak resiko tinggi, terutama usia 6-23
Puskesmas adalah salah satu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota/Kab
kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung
2.2.1.1 Upaya
serta yang mempunyai daya ungkit tiggi untuk peningkatan derajat kesehatan
f. Upaya Pengobatan
dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni:
puskesmas adalah:
berwawasan kesehatan
di wilayah kerjanya
yang harus dilakukan oleh puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara
lain:
a. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita
c. Upaya Perbaikan Gizi : Posyandu, Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi)
d. Upaya Kesehatan Sekolah : Dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali
(TPKJM)
j. Upaya Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (inovatif) : dana sehat, Tabungan Ibu
3. Azas Keterpaduan
1) Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) : keterpadua KIA dengan P2M, Gizi,
eksehatan jiwa
4) Posyandu : Keterpaduan KIA dengan KB, Gizi, P2M, Kesehatan Jiwa, Promosi
Kesehatan
dan inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk
3) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
4. Azas Rujukan
penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik
secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana
kesehatan yang sama. Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan
lebih lengkap
3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompeten
2) Rujukan tenaga
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau dalam bahasa inggris yaitu
melalui pendekatan teintegrasi/ terpadu dalam tata laksana balita sakit yang datang di
pelayanan kesehatan, baik mengenai beberapa klasifikasi penyakit, status gizi, status
imunisasi, maupun penanganan balita sakit tersebut dan konseling yang diberikan
(Depkes, 2008).
cara menatalaksana balita sakit. World Health Organization (WHO) telah mengakui
dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita
(Prasetyawati, 2012).
Strategi MTBS mulai diperkenalkan di Indonesia oleh WHO pada tahun 1996.
Modul MTBS telah diadaptasi pada tahun 1997 atas kerjasama antara Kemenkes RI,
WHO, Unicef, dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Sejak itu penerapan MTBS
di Indonesia berkembang secara bertahap dan up-date modul MTBS dilakukan secara
berkala sesuai perkembangan program kesehatan di Depkes dan ilmu kesehatan anak
melalui IDAI.
diantaranya belum adanya tenaga kesehatan yang sudah terlatih MTBS dan sarana
2.3.2 Sasaran
Sasaran MTBS adalah anak umur 0-5 tahun dan dibagi menjadi dua kelompok
sasaran, yaitu :
2.3.3 Tujuan
MTBS telah digunakan oleh lebih dari 100 negara dan terbukti dapat :
Selain itu, kegiatan MTBS memiliki tiga komponen yang khas yang
menguntungkan, yaitu :
1) Meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan dalam tata laksana kasus balita sakit
(selain dokter, tenaga kesehatan non dokter dapat pula memeriksa dan menangani
1. Penilaian
Bagan penilaian anak sakit terdiri dari petunjuk langkah untuk mencari
riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik. Penyakit yang dilakukan penilaian oleh
MTBS adalah :
c. Penilaian dan klasifikasi demam (demam untuk malaria, demam untuk DBD,
f. Memeriksa anemia
2. Klasifkasi Penyakit
penyakit yang spesifik. Setiap Klasifikasi penyakit mempunyai nilai suatu tindakan
3. Identifikasi Tindakan
Dari klasifikasi baru bisa ditentukan tindakan apa yang akan dilakukan.
4. Pengobatan
Bagan pengobatan terdiri dari petunjuk cara komunikasi yang baik dan efektif
dengan ibu untuk memberikan obat dan dosis pemberian obat, baik obat yang harus
5. Konseling
cairan di rumah dan nasehat kapan harus kembali segera maupun kembali untuk
tindak lanjut.
masyarakat dan kelaurga dalam memantau tumbuh kembang balita, mengenali dan
revitalisasi Posyandu
gizi buruk untuk mendukung fungsi Posyandu yang dikelola oleh masyarakat
c. Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada kelompok rawan
d. Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui promosi gizi, advokasi, dan sosialisasi
tentang makanan sehat dan bergizi seimbang dan pola hidup bersih dan sehat
e. Menggalang kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan swasta/ dunia usaha
masyarakat untuk mobilisasi sumber daya dalam rangka meningkatkan daya beli
23 bulan dan PMT pemulihan pada anak 24 59 bulan kepada balita gizi
kurang baik yang memiliki penyakit penyerta ataupun tidak ada penyakit penyerta
2) Diskusi dan rapat kerja dengan DPRD secara berkala tentang pelaksanaan dan
anggaran MTBS
(Prasetyawati, 2012).
1) Komponen I
Improving case management skills of first level workers through training and
kasus balita sakit menggunakan pedoman MTBS yang telah diadaptasi (dokter,
2) Komponen II
Ensuring that health facility supports reqired to provide effective IMCI care
are in place yaitu memperbaiki sistem kesehatan agar penanganan penyakit pada
3) Komponen III
keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan
2012).
dilaksanakan dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh seluruh tenaga yang meliputi
perawat, bidan, tenaga gizi, tenaga imunisasi, tenaga obat, pengelola SP3, pengelola
program P2M, tenaga loket dan lain-lain. Diseminasi informasi dilaksanakan oleh
tenaga yang telah dilatih MTBS, bila perlu dihadiri oleh supervisor dari Dinas
MTBS, Peran dan tanggung jawab tenaga Puskesmas dalam menerapkan MTBS
(Depkes, 2008).
MTBS di Puskesmas dan pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan MTBS (Depkes,
2008).
a. Obat
Obat obat yang digunakan dalam MTBS adalah obat yang sudah lazim ada,
kecuali beberapa obat yang belum tersedia di Puskesmas. Obat yang digunakan
termasuk dalam Daftar Obat Eesensial (DOEN) dan Laporan Pemakaian dan Lembar
kapsul tetrasiklin, tablet asam nalidiksat, tablet metronidazol, tablet primakuin, tablet
kina, tablet artesunate, tablet amodiakuin, tablet parasetamol, tablet albendazol, tablet
pirantel pamoat, tablet besi, sirup besi, suntikan ampisilin, suntikan gentamisin,
violet 1%, tablet nistatin, gliserin, vitamin A 200.000 IU, vitamin A 100.000 IU,
tablet zinc, aqua bides untuk pelarut, oralit 200 cc, cairan infus Na Cl 0,9%, cairan
infus ringer laktat, cairan infus detrose 5%, alkohol, povidone iodine (Depkes RI,
2008).
b. Peralatan
iii. Gelas, sendok, dan teko tempat air matang dan bersih (digunakan di pojok
oralit)
vii. Termometer
Formulir rawat jalan MTBS merupakan logistik pencatatan yang belum ada di
a. Hitung jumlah kunjungan balita sakit per hari dan hitung kunjungan per bulan.
formulir MTBS selama satu bulan. Formulir ini adalah untuk anak umur 2 bulan
didasarkan pada perkiraan jumlah bayi baru lahir di wilayah kerja puskesmas,
karena sasaran ini akan dikunjungi oleh bidan desa melalui kunjungan neonatal.
b. Untuk pencetakan jumlah KNI sesuai jumlah kunjungan baru balita sakit dalam
c. Selama tahap awal penerapan MTBS, cetak formulir pencatatan dan KNI untuk
pelayanan menjadi lebih lama. Untuk mengurangi waktu tunggu bagi balita sakit,
Penyesuaian alur pelayanan balita sakit harus disepakati oleh seluruh tenaga
berjalan yaitu balita sakit menjalani langkah-langkah pelayanan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan yang berbeda. Adapun alur pelayanan yang diterima oleh balita
sakit :
a. Pendaftaran
d. Pemberian obat
Petugas 3. di Apotik
Pemberian Obat
Rujuk
Pulang
Gambar 2.1 Alur Pelayanan penatalaksanaan penyakit dengan MTBS yang
diberikan oleh 3 orang tenaga kesehatan
pendekatan MTBS, bila jumlah kunjungannya tidak banyak (kurang dari 10 kasus per
hari). Akan tetapi bila perbandingan jumlah tenaga kesehatan yang telah dilatih
MTBS dan jumlah kunjungan balita sakit per hari cukup besar maka penerapan
MTBS di puskesmas dilakukan secara bertahap, hal ini tergantung kepada apakah
tenaga tersebut juga dibebani untuk menangani pasien yang bukan balita, kegiatan ke
a. Puskesmas yang memiliki kunjungan balita sakit 10 orang per hari pelayanan
b. Puskesmas yang memiliki kunjungan balita sakit 11-20 orang per hari,
memberikan pelayanan kepada 50% kunjungan balita sakit pada tahap awal dan
setelah 3 bulan pertama diharapkan telah seluruh balita sakit mendapat pelayanan
MTBS.
c. Puskesmas yang memiliki kunjungan balita sakit 21-50 orang per hari, memberikan
pelayanan MTBS kepada 25% kunjungan balita sakit pada tahap awal dan setelah
(Depkes, 2008).
dengan puskesmas yang lain yaitu menggunakan Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Puskesmas (SP3). Dengan demikian semua pencatatan dan pelaporan yang digunakan
tidak perlu mengalami perubahan. Perubahan yang perlu dilakukan adalah konvensi
klasifikasi MTBS ke dalam kode diagnosis dalam SP3 sebelum masuk ke dalam
sistem pelaporan.
hingga penggunaan obat tidak memerlukan pencatatan khusus. Pencatatan yang telah
ada di puskesmas digunakan sebagai alat pencatatan. Alat pencatatan yang dapat
digunakan adalah :
a. Register kunjungan
e. Register imunisasi
g. Register Obat
Bagan MTBS tidak digunakan bagi anak sehat yang dibawa untuk imunisasi
atau bagi anak dengan keracunan, kecelakaan atau luka bakar. Tentukan apakah
Periksa tanda bahaya umum pada anak sakit. Anak dengan tanda bahaya
umum memiliki masalah kesehatan serius dan sebagian besar perlu segera dirujuk.
b. Memuntahkan semuanya
c. Kejang
Anak dengan batuk atau sukar bernapas mungkin menderita pneumonia atau
infeksi saluran pernapasan berat lainnya. Anak yang menderita pneumonia, paru
mereka menjadi kaku, sehingga tubuh bereaksi dengan bernapas cepat, agar tidak
Anak yang batuk atau sukar bernapas dinilai untuk: Sudah berapa lama anak
batuk atau sukar bernapas, Napas cepat, Tarikan dinding dada ke dalam,
1. Klasifikasi pada lajur merah muda berarti anak memerlukan perhatian dan
pengobatan lainnya
3. Klasifikasi pada lajur hijau berarti anak tidak memerlukan tindakan medis
Ada tiga kemungkinan klasifikasi bagi anak dengan batuk atau sekedar
bernapas.
Tabel 2.1 Gejala dan Klasifikasi Pneumonia Pada Anak Umur 2 Bulan-5
Tahun
Gejala Klasifikasi
Ada tanda bahaya umum Pneumonia berat atau penyakit sangat
Tarikan dinding dada ke dalam berat
atau
Stridor
Napas cepat Pneumonia
Tidak ada tanda-tanda pneumonia Batuk: bukan Pneumonia
atau penyakit sangat berat
v. Memeriksa anemia
untuk tindakan seperti oksigen dan lain-lain. Sebelum anak dirujuk, beri dosis
menjadi lebih parah, serta membantu mengobati infeksi berat seperti sepsis
hidup anak. Sebelum melakukan tindakan /pengobatan pra rujukan tenaga meminta
Hal yang dilakukan tenaga kesehatan sebelum merujuk anak ke rumah sakit,
yaitu:
masalahnya.
iii. Menulis surat rujukan untuk dibawa ke rumah sakit. Memberi tahu ibu untuk
2.5.2.4 Menentukan tindakan dan pengobatan untuk anak yang tidak memerlukan
rujukan
klinik. Klasifikasi untuk pneumonia yang dapat ditangani di puskesmas atau klinik
Tindakan dan pengobatan untuk anak yang tidak memerlukan rujukan segera
meliputi :
i. Memilih obat oral yang sesuai dan menentukan dosis serta jadwal pemberian
ii. Memberi cairan tambahan dan tablet zinc untuk diare dan melanjutkan
pemberian makan
untuk dilihat kembali hasilnya setelah beberapa hari makan obat. Waktu untuk
kunjungan ulang dicatat pada tempat yang disediakan di bagian akhir atau kanan
bawah formulir pencatatan. Waktu kunjungan ulang disampaikan oleh tenaga kepada
konseling yaitu:
ibu penderita yang meliputi : Menasehati ibu cara pengobatan di rumah (memberi
ibu.
kepada balita yang menderita pneumonia seperti, menentukan jenis dan dosis obat
yang sesuai untuk umur atau berat badan anak, memberi tahu ibu alasan pemberian
obat kepada anak, memperagakan cara mengukur satu dosis, mengamati cara ibu
menyiapkan obat satu dosis, menjelaskan cara memberi obat, kemudian bungkus obat
a. Jika frekuensi napas cepat atau nafsu makan tidak membaik, beri antibiotik pilihan
i. Jika anak tidak minum antibiotik atau dosis yang diberikan terlalu rendah atau
terlalu jarang, obati lagi dengan antibiotik yang sama. Satu dosis diberikan
didepan tenaga kesehatan dan memastikan ibu tahu cara memberi obat di rumah.
ii. Jika anak telah mendapat antibiotik dengan benar namun tidak membaik, tenaga
hari, misalnya bila anak sudah mendapat kotrimoksazol ganti dengan amoksilin.
terpadu balita sakit (MTBS) dapat diukur melalui indikator masukan (input), proses
(process), dan luaran (output). Oleh karena itu fokus penelitian dapat disusun sebagai
berikut :
berikut:
pneumonia dengan MTBS agar dapat berjalan dengan baik, meliputi : Tenaga
a. Tenaga adalah tenaga kesehatan yang telah mendapat pelatihan MTBS dan
b. Pendanaan adalah adanya materi dalam bentuk uang yang digunakan untuk
pelaksanaan MTBS.
untuk pemeriksaan, formulir MTBS, kartu nasehat ibu (KNI), dan ruangan
tujuan yang telah ditetapkan, meliputi : Penilaian dan klasifikasi balita sakit,
menetukan tindakan dan memberi pengobatan, konseling bagi ibu, tindak lanjut.
manajemen terpadu balita sakit (MTBS), diharapkan semua balita yang menderita