Anda di halaman 1dari 36

Nama : Nafisah Ammar

No. : 27

Kelas : XI AP 2

HUMAS SMK Negeri 1 Karanganyar.


Tujuan Hubungan Masyarakat :
a) Terjalinya komunikasi yang baik antara sekolah dengan masyarakat,
b) Terciptanya pemahaman masyarakat tentang pentingnya pendidikan,
c) meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan,
d) memperlancar proses belajar mengajar, memperoleh dukungan dan bantuan dari
masyarakat yang diperlukan dalam pengembangan dan pelaksanaan program sekolah.

Peran Hubungan Masyarakat :


1) membangun image yang baik
2) membina dan mengelola hubungan yang baik dengan publik internal maupun
eksternal
3) Humas juga harus mampu mendengar keinginan dan opini masyarakat
4) Humas sebagai pihak sosialisasi agar semua pihak mengetahui program sekolah

Kegiatan Humas :
a) mengadakan buletin sekolah atau majalah,
b) menyampaikan informasi kepada masyarakat
c) pertemuan-pertemuan formal orang tua dengan pihak sekolah seperti: rapat
musyawarah untuk pengembangan sekolah.
d) mengadakan kegiatan pengembangan siswa melewati ekstra kulikuler
e) memperikan penjelasan mengenai praktik kerja lapangan kepada siswa.

Tugas Pokok dan Fungsi Humas :


Membantu dan bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dalam:
a) Memberikan informasi dan menyampaikan ide (gagasan) kepada
masyarakat atau pihak lain yang membutuhkan.
b) Membina hubungan antara sekolah dengan wali murid
c) Membina pengembangan antar sekolah dengan lembaga pemerintah, dunia usaha
dan dunia industri
d) Membuat dan menyusun program sekolah
e) Koordinasi dengan semua staf untuk kelancaran kegiatan sekolah
f) Menciptakan hubungan yang kondusif diantara warga sekolah
g) Menyusun program kegiatan bakti sosial, karya wisata, dan pameran hasil pendidikan
h) Menyusun laporan secara berkala
Nama : Nafisah Ammar
No. : 27
Ke;as : XI AP 2

SEJARAH UANG RUPIAH DI INDONESIA

Pembentukan Bank Indonesia dari De Javasche Bank: kedua Republik Indonesia


uang kertas

Dengan transformasi dari DJB menjadi Bank Indonesia, Undang-Undang Darurat


tahun 1951 diperbaharui menjadi Undang-undang Mata Uang 1953, dan uang
kertas 1 dan 2 rupiah tahun emisi 1951 dikeluarkan kembali dengan ditambah
tanda tangan Menteri Keuangan dan tahun emisi 1953.
Uang Kertas Pemerintah: Republik Indonesia, seri kedua (lanskap), 1953, dicetak
oleh Perusahaan Percetakan Uang Kertas Keamanan (AS)

Tampak Depan Tampak Belakang

1
Rupia
h
1953

2 1/2
Rupia
h
1953

1953-1954: Uang Kertas Pertama Bank Indonesia


Uang kertas baru dari De Javasche Bank yang telah dinasionalisasi menjadi '
Bank Indonesia ' telah siap diedarkan dengan tahun emisi 1952 dalam pecahan
mulai dari 5, 10, 25, 50, 100, 500, dan 1000 rupiah, ditandatangani oleh Indra
Kasoema sebagai Direktur, dan Sjafruddin Prawiranegara sebagai Gubernur.
Uang kertas mulai beredar dari Juli 1953 sampai November 1954.

1952; Uang Kertas Bank Indonesia (' seri budaya ')

Tampak Tampak
Tampak Depan Tampak Depan
Belakang Belakang

5 25
Rupia Rupia
h h
1952 1952

10 50
Rupia Rupia
h h
1952 1952

100
500
Rupia
Rupiah
h
1952
1952
1000
Rupia
h
1952

Meski telah memiliki uang kertas baru sendiri dan uang kertas yang bertuliskan
nama DJB seharusnya tidak lagi dicetak, namun pada kenyataannya uang
bertuliskan DJB beredar sejak 1950. Sehingga beberapa Uang kertas DJB tua
dicabut, diantaranya sebagai berikut:

2 Maret 1956: Uang kertas 1000 gulden emisi '1946 ' yang berasal dari tahun
1950 ditarik dari peredaran dan efektif pada tanggal 5 Maret 1959, karena
pemalsuan merajalela.

22 November 1957: Uang kertas DJB pecahan 1 dan 2 rupiah emisi '1948 '
ditarik, efektif 1 Desember 1957, karena denominasi uang kertas adalah hak
penerbitan pemerintah di bawah Undang-undang Mata Uang 1914 yang berlaku
dan karenanya De Javasche Bank sudah tidak lagi memiliki otoritas untuk
menangani masalah uang.

Beberapa uang kertas pemerintah Hindia Belanda (semua pecahan rendah) yang
masih sah dan kemudian dicabut antara lain sebagai berikut:

1 Januari 1954: semua uang kertas pemerintah 'Nederlandsch Indie' pecahan 1 /


2, 1, dan 2 gulden ditarik dari peredaran karena semua uang itu berasal dari
awal Perang Dunia 2, 1940

1 Januari 1957: Uang kertas ' Indonesia ' pecahan 10 sen dan 25 sen '1947'
ditarik (uang ini dikeluarkan oleh Republik Indonesia)

Pada tahun 1954, pemerintah Indonesia mendesain ulang uang kertas pecahan 1
dan 2 rupiah, kemudian mengganti tahun emisi dan tanda tangan Menteri
Keuangan yang baru di tahun 1956.

Uang Kertas Pemerintah: Republik


Indonesia, seri ketiga (orang etnis), 1954,
dicetak oleh Pertjetakan Kebajoran

Tampak Tampak
Tampak Depan Tampak Depan
Belakang Belakang

1 1
Rupia Rupia
h h
1954 1956
2 1/2 2 1/2
Rupia Rupia
h h
1954 1956

Uang Kertas Pemerintah: Republik Indonesia, seri keempat (orang etnis), 1956,
dicetak oleh Pertjetakan Kebajoran

1958-1959 seri Hewan - Seri Kedua dari Uang Kertas Bank Indonesia
Pada tahun 1957, Gubernur Bank Indonesia Sjafruddin Prawiranegara
menugaskan Thomas De La Rue & Co untuk membuat uang kertas seri baru.
Namun, karena keterlibatan Syafruddin dengan PRRI maka ia digantikan oleh
Loekman Hakim pada Januari 1958 sebagai gubernur . Spesimen yang diproduksi
dalam pecahan 5, 10, 25, 50, 100, 500, 1000, dan 5000 rupiah, dan yang
pertama kali diedarkan adalah pecahan 100 dan 1000 rupiah.

Masalah keuangan agak terganggu oleh devaluasi mata uang pada 24 Agustus
1959, sehingga 500 (harimau) dan 1000 (gajah) rupiah didevaluasi menjadi 50
(buaya) dan 100 rupiah (tupai) pada September 1959. Untuk 2500 dan 5000
rupiah dinyatakan tidak perlu untuk devaluasi. Untuk 2500 Rupiah pada akhirnya
terbit tiga tahun kemudian karena inflasi yang terus naik, sedangkan mata uang
pecahan 5000 rupiah tidak pernah diterbitkan. Pecahan 10 dan 25 rupiah hanya
diedarkan selama 3 hari, meskipun mereka tetap menjadi alat pembayaran yang
sah.

Di samping 8 uang kertas yang sedang didesain, Loekman juga menugaskan


membuat uang kertas baru, 2500 rupiah. Terlepas dari uang kertas 100 dan 1000
rupiah, uang kertas pecahan yang juga tinggi yaitu 500 rupiah dirilis pada
tanggal 6 Januari 1959.

Seri Hewan (not dated, pertama dicetak 1957, kecuali untuk 2500 rupiah), semua
dicetak Thomas De La Rue

Tampak
Tampak Depan Tampak Belakang Tampak Depan
Belakang

5 500
Rupia Rupia
h h
1957 1957

10 1000
Rupia Rupia
h h
1957 1957
25 2500
Rupia Rupia
h h
1957 1957

50 5000
Rupia Rupia
h h
1957 1957

100
Rupia
h
1957

1959: Indonesia Pertama dirancang catatan, seri 'kerajinan'


8 September 1959, Indonesia murni pertama kali merancang uang kertas dan
diterbitkan oleh percetakan negara 'Pertjetakan Kebajoran' yaitu uang kertas
pecahan 5 dan 100 rupiah.

Tampak Depan Tampak Belakang

5 Rupiah
1958

100
Rupiah
1958

1960: Uang Kertas Bunga Thomas De La Rue dan Burung


Satu lagi rangkaian uang kertas baru, kali ini dengan seri 'bunga' yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia pada tahun 1960 (memperlihatkan bunga di
bagian depan dan burung di sebaliknya), tertanggal emisi 1 Januari 1959, namun
diterbitkan pada tahun 1960. uang uang kertas inidicetak oleh Thomas De La
Rue & Co Ltd dari Inggris.

Seri bunga dan burung, tertanggal '1 Januari 1959 ', diterbitkan pada tahun 1960,
dicetak oleh Thomas De La Rue
Tampak
Tampak Depan
Belakang

5 100
Rupia Rupia
h h
1959 1959

500
10
Rupi
Rupia
ah
h
195
1959
9

100
25 0
Rupia Rupi
h ah
1959 195
9

50
Rupia
h
1959

1960-1961: uang kertas Pemerintah


Sebuah desain uang kertas pemerintah Indonesia yang baru untuk pecahan 1
dan 2 rupiah diterbitkan pada tahun 1960 memperlihatkan buruh tani,
tertanggal emisi 1961 dengan tanda tangan Menteri Keuangan yang baru.

Uang Kertas Pemerintah: Republik


Uang Kertas Pemerintah: Republik Indonesia, seri
Indonesia, seri kelima (tema
keenam (tema pertanian), 1961, dicetak oleh
pertanian), 1960, dicetak oleh
Pertjetakan Kebajoran
Pertjetakan Kebajoran

Tampak
Tampak Depan
Belakang
1 1
Rupia Rupia
h h
1960 1961

2 1/2 2 1/2
Rupia Rupia
h h
1960 1961

1961-1964: seri Lengkap kerajinan


Indonesia juga mengeluarkan uang kertas dengan seri kerajinan tangan
menggantikan TDLR pada tahun 1961 dan 1962, dengan pecahan 5 sampai 1000
rupiah.

Uang kertas dengan gambar Kerajinan / rumah


asli Indonesia , dicetak oleh Pertjetakan
Kebajoran, diterbitkan tahun 1959, 1961, 1962,
1963, 1964 - seri pertama

Tampak Depan Tampak Belakang

5 Rupiah
1958

10
Rupiah
1958

25
Rupiah
1958

50
Rupiah
1958

100
Rupiah
1958
500
Rupiah
1958

1000
Rupiah
1958

5000
Rupiah
1958

10000
Rupiah
1964

Karena terjadinya inflasi, Uang kertas pecahan 2.500 rupiah dengan desain
'hewan' akhirnya diterbitkan pada bulan September 1962, kemudian menjadi
pecahan teratas. Suatu respon lanjutan terhadap inflasi yang datang maka
diterbitkannya pecahan 5000 (coklat) rupiah tertanggal emisi 1958 pada bulan
Oktober 1963. Pada bulan Agustus 1964, dirasa perlu untuk menambahkan uang
kertas 10.000 rupiah (merah), tertanggal emisi '1964 ', melengkapi seri buruh
kasar (manual workers).

1965: Pembaruan Uang Kertas seri Kerajinan


Pada tahun 1965, di tengah inflasi yang melonjak, semua uang kecuali 5 rupiah
kebawah dan 500 rupiah dengan seri kerajinan tangan direvisi dan diterbitkan
kembali.

Uang kertas dengan gambar Kerajinan / rumah asli


Indonesia , dicetak oleh Pertjetakan Kebajoran, diterbitkan
tahun 1965 - seri kedua

Tampak Depan Tampak Belakang

10
Rupia
h
1963
25
Rupia
h
1964

50
Rupia
h
1964

100
Rupia
h
1964

100
Rupia
h
1964

1000
Rupia
h
1958

5000
Rupia
h
1958

1000
0
Rupia
h
1964
1000
0
Rupia
h
1964

1965-1968: seri pertama uang kertas (' Soekarno ')

Hiperinflasi awal tahun 1960-an mengakibatkan pembacaan 'rupiah baru'


dianggap hanya senilai 1.000 rupiah lama.

Penarikan uang lama berarti sama dengan penerbitan uang kertas baru, dengan
Keputusan Presiden 13 Desember 1965. Keputusan resmi Bank Indonesia untuk
menerbitkan uang kertas fraksional untuk pertama kalinya (meski uang pecahan
1 dan 2 rupiah masih dikeluarkan oleh pemerintah sendiri), dalam pecahan 1,
5, 10, 25, dan 50 sen tertanggal emisi 1964 menampilkan gambar para
'sukarelawan'. Tetapi kenyataannya bahwa rupiah hanya didevaluasi 10, bukan
1000 kali, sehingga membuatnya tidak berharga pada saat penerbitan dan
jutaan uang kertas tidak pernah diedarkan.

Semua uang kertas yang tersisa menampilkan Presiden Soekarno pada bagian
depan, dan berbagai penari disebaliknya; seri iniditerbitkan oleh ' Republik
Indonesia (ORI) ' dalam pecahan 1 dan 2 rupiah tertanggal emisi 1964, dan
Bank Indonesia tertanggal emisi 1960 dalam bentuk pecahan 5, 10, 25, 50 , dan
100 rupiah; Uang kertas mulai dari pecahan 500 sampai 10.000 rupiah dianggap
tidak perlu dikeluarkan karena terjadinya devaluasi.

Untuk menyelesaikan masalah devaluasi, uang kertas lama ditarik kembali


selama tahun 1965-1966.

Pada tahun 1967, karena sifat yang terbatas dari devaluasi, maka dirasa perlu
untuk menambahkan pecahan 500 dan 1.000 rupiah namun dalam desain yang
sama.

the 'New Rupiah' (1965 devaluasi), Republik Indonesia

Tampak Depan Tampak Belakang

1
Rupia
h
1961
2 1/2
Rupia
h
1961

1
Rupia
h
1964

2 1/2
Rupia
h
1964

the 'New Rupiah' (1965 devaluasi, ditambah penambahan


denominasi 1967), Bank Indonesia

1 Sen
1964

5 Sen
1964

10
Sen
1964

25
Sen
1964
50
Sen
1964

5
Rupia
h
1960

10
Rupia
h
1960

25
Rupia
h
1960

50
Rupia
h
1960

100
Rupia
h
1960

500
Rupia
h
1960

1000
Rupia
h
1960
2500
Rupia
h
1960

5000
Rupia
h
1960

1968-1970: Uang kertas seri kedua ('Sudirman')

Pada tahun 1968 masa Orde Baru Suharto telah dibentuk, dan Bank Indonesia
sejak 1968 diberi hak tunggal untuk mengeluarkan / mengedarkan uang kertas
(termasuk uang di bawah 5 rupiah) serta uang logam (yang sebelumnya menjadi
persoalan pemerintah pusat) dengan demikian ORI sudah tidak diterbitkan lagi.

Oleh karena itu, edisi uang kertas baru dari pecahan 1 sampai 1.000 rupiah,
tertanggal emisi 1968 semuanya dari Bank Indonesia. Uang kertas baru
kali ini menampilkan pahlawan revolusi Jenderal Sudirman, didukung oleh
berbagai macam pemandangan berbagai industri. Uang kertas itu diterbitkan
pada tahun 1968 dan 1969. Pada tahun 1970, uang kertas dengan tema yang
sama (tapi menggunakan watermark yang berbeda) pecahan 5.000 dan 10.000
rupiah juga diedarkan, sehingga memulihkan pecahan uang yang sama dengan
yang telah beredar sebelum terjadi devaluasi tahun 1965.

Uang kertas edisi Sudirman / industri, '1968', Bank Indonesia:


Uang kertas seri Kedua pasca-devaluasi, Dicetak oleh PN
Pertjetakan Kebajoran

Tampak Depan Tampak Belakang

1
Rupia
h
1968

2 1/2
Rupia
h
1968
5
Rupia
h
1968

10
Rupia
h
1968

25
Rupia
h
1968

50
Rupia
h
1968

100
Rupia
h
1968

500
Rupia
h
1968

1000
Rupia
h
1968

5000
Rupia
h
1968
1000
0
Rupia
h
1968

Seri Diponegoro (tidak diterbitkan)

Sebuah seri baru uang kertas Indonesia kali ini dimulai dari pecahan 100 rupiah,
didesain dengan tema Diponegoro pada tahun 1971 (tapi dicetak tanpa tanggal
emisi), namun seri ini tidak pernah diterbitkan, meskipun uang kertas pecahan
1000 rupiah pada seri ini kemudian ditambahkan tanggal emisi dan diterbitkan
pada tahun 1976 (lihat di bawah), namun bagian belakang pada uang pecahan
5000 rupiah (seriini ) juga digunakan untuk uang kertas 5000 rupiah tahun 1976,
tetapi dengan desain bagian depan yang baru (bukan diponegoro lagi).

Rangkaian pembatalan uang kertas ini adalah yang terakhir di Indonesia dengan
tema yang konsisten, yaitu uang kertas baru biasanya mempertahankan warna
yang sama dengan yang lama dari pecahan yang sama.

Uang kertas edisi Sudirman / industri, '1968', Bank Indonesia:


Uang kertas seri Kedua pasca-devaluasi, Dicetak oleh PN
Pertjetakan Kebajoran

Tampak Depan Tampak Belakang

100
~Maap, belum
Rupiah
dapet potonya~
1971

500
~Maap, belum
Rupiah
dapet potonya~
1971

1000
~Maap, belum
Rupiah
dapet potonya~
1971
5000
~Maap, belum
Rupiah
dapet potonya~
1971

10000
~Maap, belum
Rupiah
dapet potonya~
1971

1976-1978: Uang Kertas seri ketiga; rupiah baru

Karena pemalsuan uang kertas seri Sudirman yang merajalela, semua uang
kertas pecahan 1.000, 5.000 dan 10.000 rupiah didesain ulang, tertanggal emisi
1975 dan diterbitkan pada tahun 1976. Uang kertas Sudirman 1000 rupiah
keatas ditarik dari peredaran secara resmi tanggal 1 September 1977.

Pendesainan ulang uang kertas pecahan 100 dan 500 rupiah diikuti pada tahun
1978, sehingga melengkapi seri ketiga dari uang kertas yang akan diterbitkan
sejak devaluasi mata uang tahun 1965.

Uang kertas edisi Sudirman / industri, '1968', Bank Indonesia:


Uang kertas seri Kedua pasca-devaluasi, Dicetak oleh PN
Pertjetakan Kebajoran

Tampak Depan Tampak Belakang

100
Rupia
h
1977

500
Rupia
h
1977

1000
Rupia
h
1975
5000
Rupia
h
1975

1000
0
Rupia
h
1975

Selama periode tahun 1970-an, Bank Indonesia mengeluarkan 6 macam pecahan


yang terdiri dari:

100 badak - 1977

500 anggrek - 1977

1000 Diponegoro - 1975

5000 nelayan - 1975

10000 relief candi Borobudur - 1975

10000 gamelan - 1979 (Lihat dibawah)

Dari ke 6 macam uang kertas ini yang paling sulit ditemukan dan tentu saja
bernilai paling tinggi adalah pecahan 10.000 relief candi Borobudur karena
mempunyai motif dan gambar yang sangat menarik selain bergambar relief
candi Borobudur di bagian depan juga gambar barong di bagian belakang
sehingga sangat digemari oleh kolektor mancanegara.

1979-1982: Uang Kertas rupiah baru Seri 4

Pada tahun 1979, uang kertas pertama kali yang perlu diganti lagi adalah 10.000
rupiah (pada saat itu bernilai sekitar US $ 16). Selanjutnya uang kertas didesain
ulang dan diikuti disemua pecahan kecuali 100 rupiah pada tahun 1980 dan
1982.

Uang kertas rupiah '1979 ', '1980', '1982', dicetak oleh Perum
Peruri

Tampak Depan Tampak Belakang


500
Rupia
h
1982

1000
Rupia
h
1980

5000
Rupia
h
1980

1000
0
Rupia
h
1979

1985-1988: Uang Kertas rupiah baru seri 5

Uang kertas 100 rupiah yang berasal dari tahun 1977 akhirnya digantikan pada
tahun 1985, penggantian semua uang pecahan diikuti pada tahun 1985, 1987
dan 1988.

Uang kertas rupiah '1979 ', '1980', '1982', dicetak oleh Perum
Peruri

Tampak Depan Tampak Belakang

100
Rupia
h
1984

500
Rupia
h
1988
1000
Rupia
h
1987

5000
Rupia
h
1986

1000
0
Rupia
h
1985

1992: Seri keenam uang kertas rupiah baru

Di tahun 1992 terlihat suatu perbaikan yang lengkap dari semua pecahan uang
kertas untuk pertama kalinya sejak 1968. Selain itu, pecahan baru uang kertas
20.000 rupiah juga ditambahkan dengan nilai US $ sekitar $ 10 pada saat
itu. ini adalah pecahan baru pertama sejak 10.000 rupiah diterbitkan pada bulan
April 1970 (saat itu senilai sekitar US $ 26).

Sebelum tahun 1990-an di bagian bawah setiap uang kertas tercantum tulisan
seperti berikut:

HERU SEOROSO DEL pada pecahan 100 rupiah 1984

SOERIPTO DEL pada pecahan 500 rupiah 1988

Kata Del berasal dari kata delineavit yang berarti "di gambar oleh", sehingga
Soeripto DEL artinya "di gambar oleh Soeripto" demikian juga dengan Heru
Soeroso DEL artinya "di gambar oleh Heru Soeroso".
Dari sinilah edisi ke depannya, sejak memasuki tahun 1990-an, maka uang
kertas kita tidak lagi mencantumkan kata-kata tersebut. Sebagai gantinya uang
kertas Indonesia, tahun emisi dituliskan dalam bentuk teks kecil di tepi uang
kertas (pojok bawah), dan tahun yang paling menonjol pada uang
kertas itu adalah tahun kewenangan (misalnya, "Direksi 1992").

1000 Rupiah - 1992 Series printed in year


1994.
Date of Authority printed in the
"PERUM PERCETAKAN UANG RI IMP 1994"
middle of the note
represents The Indonesia Currency mint
1994

Cetakan Rupiah seri '1992', dicetak oleh Perum Peruri

Tam
pak
Tampak Depan
Bela
kang
500 Rupiah
1992

1000 Rupiah
1992

5000 Rupiah
1992
100
Rup
iah
199
10000 Rupiah
2
1992

20000 Rupiah
1992

1993: Peringatan Soeharto - 50.000 rupiah

Pada tahun 1993 sebuah uang kertas 50.000 rupiah


(bernilai sekitar US $ 22) diterbitkan untuk
merayakan "25 Tahun Pembangunan" dibuat
dengan bahan polimer dan berhologram,
uang ini diterbitkan secara terbatas hanya lima juta
lembar saja, dan dalam bungkus penyajian / cover /
folder dijelaskan rencana 25-tahun pertumbuhan
sejak tahun 1969, dengan harga nilai nominal
ganda : 100.000 rupiah. Desain inimenampilkan
Soeharto di bagian depan dan bandara Soekarno-
Hatta di bagian belakang, dengan sebuah pesawat
yang sedang lepas landas melambangkan
pertumbuhan Indonesia. Namun, diyakini karena
penjualan yang buruk, beberapa uang polimer
dikurangi. Sebuah versi lain berbahan kertas namun
dengan desain serupa juga dicetak pada tahun
1993 dan 1994.

Rp50,000 Polymer note issued with folder is the


first Indonesian Polymer Banknote

Uang kertas Rupiah seri Soeharto '1993'

Tampak Depan Tampak Belakang

50000
Rupiah
1993

50000
Rupiah
(polime
r)
1993

1995: penambahan benang pengaman pada uang


kertas 1992/1993 ke atas

Pada tahun 1995 menjadi tahun pengenalan bagi


benang pengaman untuk uang kertas Indonesia,
sebuah fitur baru di semua uang kertas pecahan
besar (10.000 keatas) dengan '1995 Direksi' dan
yang lebih baru. Uang kertas 20.000 rupiah (tahun
emisi 1992) dan 50.000 (emisi 1993) juga diberi
benang pengaman.

Uang kertas '1995' pembaruan benang pengaman, dicetak


oleh Perum Peruri

Tampak Depan Tampak Belakang

2000
0
Rupia
h
1995

5000
0
Rupia
h
1995

Perbaruan untuk pecahan tinggi, diperkenalkannya


100.000 rupiah

Uang kertas pecahan tinggi, 10.000, 20.000 dan


50.000 rupiah diganti pada tahun 1998 dan 1999.
Ditambahkan juga sebuah uang polimer baru
100.000 rupiah (pada saat itu hanya bernilai sekitar
US $ 10) diimpor dari Australia. Uang
100.000 ini tidak lagi dicetak menyusul pengenalan
desain baru pada tahun 2004-2005 dan tidak lagi
menjadi alat pembayaran yang sah sejak 31
Desember 2008, meskipun uang 100.000 ini tetap
dapat ditukarkan di kantor Bank Indonesia hingga
10 tahun lebih lanjut.

Dalam menerbitkan uang polimer, Indonesia


mempunyai maksud tertentu, dan inilah
penjelasannya :

Bank Indonesia akan mengeluarkan uang dalam


pecahan Rp100.000 pada tanggal 1 November 1999
sebagai alat pembayaran resmi. "Uang itu akan
dibuat dari substrat polimer (plastik) yang lebih
tahan lama dan sulit untuk dipalsukan dari pada
bahan kertas" dikutip dari gubernur Bank Indonesia,
Syahril Sabirin. Untuk menghindari penipuan, uang
tersebut telah dilengkapi dengan elemen anti
pemalsuan yang dapat dilihat secara kasat mata
dan dapat disentuh agar masyarakat akrab dengan
keaslian uang.

Gubernur Bank Indonesia menjelaskan bahwa


penerbitan uang dengan emisi baru ini adalah untuk
mempermudah dan mempercepat transaksi tunai.
Gambar utama di depan uang adalah Dr Ir.
Soekarno dan Dr H. Mohammad Hatta, sementara di
sisi lainnya bergambar gedung DPR yang bertujuan
untuk mempromosikan penghargaan kami kepada
keduanya dan lembaga tertinggi untuk nilai
demokratis mereka.

Penerbitan diumumkan dalam Berita Negara tahun


1999 nomor 206, sementara itu bank-bank, kantor
pos dan kantor kantor pelayanan masyarakat akan
menerima poster uang sebagai pengumuman
penerbitan di kantor mereka dan di tempat umum
lainnya. Pengumuman ini juga tersedia di situs web
Bank Indonesia.

Jakarta, 27 Oktober 1999


BIRO GUBERNUR

Uang kertas '1995' pembaruan benang pengaman, dicetak


oleh Perum Peruri

Tampak Depan Tampak Belakang

10000
Rupia
h
1998

20000
Rupia
h
1998

50000
Rupia
h
1999
10000
0
Rupia
h
1999

Uang pecahan 100.000 rupiah bergambar Sukarno


Hatta ini merupakan uang polimer kedua yang
diterbitkan oleh Indonesia. Sampai saat inisekitar
36 negara yang sudah menerbitkan uang berbahan
dasar polimer, sehingga mengoleksi uang polimer
sudah menjadi cabang numismatik tersendiri.

Seri saat ini

Uang pecahan rendah, 2000 dan 2001

Pecahan rendah, 1.000 dan 5.000 rupiah diperbarui


pada tahun 2000 dan 2001 dengan gambar
pahlawan nasional, dan terus akan dicetak hingga
hari ini. Pecahan terendah sebelumnya, 100 dan
500 rupiah sudah tidak ada lagi karena rupiah telah
jatuh nilainya hingga 80% dibanding pecahan edisi
sebelumnya pada tahun 1992.

Rupiah seri 2000, 2001

Tampak Depan Tampak Belakang

1000
Rupia
h
2000

5000
Rupia
h
2001

Pembaruan pecahan tinggi 2004/2005

Uang kertas pecahan 10.000 - 100.000 diganti pada


tahun 2004 dan 2005, dan uang 100.000 kembali ke
desain kertas dan dicetak di Indonesia . sebagai
catatan, polimer ternyata menyulitkan mesin bank
untuk melakukan penghitungan, dan sebaiknya
semua uang kertas diberi perangkat anti-pemalsuan
saja (tidak dibuat dengan bahan polimer).

Rupiah seri '2004', '2005' - Printed by Perum Peruri

Tampak Depan Tampak Belakang

10000
Rupia
h
2005

20000
Rupia
h
2004

50000
Rupia
h
2005

10000
0
Rupia
h
2004

Uang kertas baru 2000 rupiah

Setelah tertunda beberapa kali, menyusul


pengumuman awal bahwa uang kertas pecahan
2000 rupiah akan menggantikan uang 1000 rupiah
sebagai pecahan terendah, pecahan baru, 2.000
rupiah akhirnya resmi dirilis, dan beredar
bersamaan dengan pecahan lainnya pada bulan Juli
2009. Selain uang pecahan 2000 rupiah ini, Bank
Indonesia mengeluarkan uang kertas baru yang
ditandatangani oleh Budiono. Walaupun bergambar
sama, uang kertas 2009 mempunyai beberapa ciri
yang berbeda antara lain :

Tanda tangan Gubernur BI yang berbeda

Tahun di bagian depan tercetak 2009

Tahun emisi yang tercetak di bagian bawah uang


masih tetap sesuai dengan tahun pertama kali
uang itu diterbitkan.

Rupiah seri '2009' (Gubernur : Boediono) - Printed by Perum


Peruri

1000
Rupia
h
2009

5000
Rupia
h
2009

10000
Rupia
h
2009

20000
Rupia
h
2009

50000
Rupia
h
2009

10000
0
Rupia
h
2009

Rupiah seri '2009' (Gubernur : Miranda S. Goeltom) - Printed


by Perum Peruri

Tampak Depan Tampak Belakang

2000
Rupia
h
2009
Dengan demikian uang yang berlaku hingga
saat ini) bisa dibilang dari seri 2000. Di seri ini,
pecahan uang kertas (dari tahun 2000) memiliki
pola yang sama (mirip) sehingga menyerupai satu
seri. Mungkin dengan demikian kita bisa menyebut
seri tahun 2000-an inidengan seri pahlawan.

Sampai saat ini berarti semua pecahan uang kertas


telah diganti dengan uang baru yang lebih baik
dalam segala hal termasuk desain, kualitas maupun
keamanannya.

Uang kertas bersambung / belum dipotong (Uncut)

Pada tahun 2004 dan 2005 bersamaan dengan


dikeluarkannya uang baru, Bank Indonesia
menerbitkan uang kertas bersambung (uncut) untuk
yang pertama kalinya yang terdiri dari pecahan
10.000, 20.000, 50.000 dan 100.000 rupiah dalam
edisi yang sangat terbatas.

Kemudian pada tahun 2009 bersamaan pula dengan


dikeluarkannya uang baru pecahan 2000 rupiah,
Bank Indonesia juga menerbitkan uang kertas
bersambung untuk pecahan 2000 rupiah. Masing-
masing pecahan uang bersambung terdiri dari 2
tipe uncut yaitu 2 lembar (2x) dan 4 lembar (4x).
Setiap uang uncut dilengkapi dengan folder / wadah
mewah yang berisi penjelasan dan sertifikat
keaslian dan hanya diterbitkan secara terbatas
(limited edition).

Saat ini sangat sulit menemukan jenis uncut yang


beredar di pasaran, rupanya semua uncut
yang ada sudah di tangan para kolektor, harganya
pun sudah tidak jelas lagi.
Uncut Series

2000
Rupiah
2009
Sheet of 2 uncut rupiah notes in the Rp 2000
denomination: Rp 50,000

2000
Rupiah
2009

Sheet of 4 uncut rupiah notes in the Rp 2000


denomination: Rp 80,000

10000
Rupiah
2005

Sheet of 2 uncut rupiah notes in the Rp 10,000


denomination: Rp 70,000

10000
Rupiah
2005
Sheet of 4 uncut rupiah notes in the Rp 10,000
denomination: Rp 200,000

20000
Rupiah
2004

Sheet of 2 uncut rupiah notes in the Rp 20,000


denomination: +/- Rp 300.000

20000
Rupiah
2004

Sheet of 4 uncut rupiah notes in the Rp 50,000


denomination: Rp -

50000

Anda mungkin juga menyukai