No. : 27
Kelas : XI AP 2
Kegiatan Humas :
a) mengadakan buletin sekolah atau majalah,
b) menyampaikan informasi kepada masyarakat
c) pertemuan-pertemuan formal orang tua dengan pihak sekolah seperti: rapat
musyawarah untuk pengembangan sekolah.
d) mengadakan kegiatan pengembangan siswa melewati ekstra kulikuler
e) memperikan penjelasan mengenai praktik kerja lapangan kepada siswa.
1
Rupia
h
1953
2 1/2
Rupia
h
1953
Tampak Tampak
Tampak Depan Tampak Depan
Belakang Belakang
5 25
Rupia Rupia
h h
1952 1952
10 50
Rupia Rupia
h h
1952 1952
100
500
Rupia
Rupiah
h
1952
1952
1000
Rupia
h
1952
Meski telah memiliki uang kertas baru sendiri dan uang kertas yang bertuliskan
nama DJB seharusnya tidak lagi dicetak, namun pada kenyataannya uang
bertuliskan DJB beredar sejak 1950. Sehingga beberapa Uang kertas DJB tua
dicabut, diantaranya sebagai berikut:
2 Maret 1956: Uang kertas 1000 gulden emisi '1946 ' yang berasal dari tahun
1950 ditarik dari peredaran dan efektif pada tanggal 5 Maret 1959, karena
pemalsuan merajalela.
22 November 1957: Uang kertas DJB pecahan 1 dan 2 rupiah emisi '1948 '
ditarik, efektif 1 Desember 1957, karena denominasi uang kertas adalah hak
penerbitan pemerintah di bawah Undang-undang Mata Uang 1914 yang berlaku
dan karenanya De Javasche Bank sudah tidak lagi memiliki otoritas untuk
menangani masalah uang.
Beberapa uang kertas pemerintah Hindia Belanda (semua pecahan rendah) yang
masih sah dan kemudian dicabut antara lain sebagai berikut:
1 Januari 1957: Uang kertas ' Indonesia ' pecahan 10 sen dan 25 sen '1947'
ditarik (uang ini dikeluarkan oleh Republik Indonesia)
Pada tahun 1954, pemerintah Indonesia mendesain ulang uang kertas pecahan 1
dan 2 rupiah, kemudian mengganti tahun emisi dan tanda tangan Menteri
Keuangan yang baru di tahun 1956.
Tampak Tampak
Tampak Depan Tampak Depan
Belakang Belakang
1 1
Rupia Rupia
h h
1954 1956
2 1/2 2 1/2
Rupia Rupia
h h
1954 1956
Uang Kertas Pemerintah: Republik Indonesia, seri keempat (orang etnis), 1956,
dicetak oleh Pertjetakan Kebajoran
1958-1959 seri Hewan - Seri Kedua dari Uang Kertas Bank Indonesia
Pada tahun 1957, Gubernur Bank Indonesia Sjafruddin Prawiranegara
menugaskan Thomas De La Rue & Co untuk membuat uang kertas seri baru.
Namun, karena keterlibatan Syafruddin dengan PRRI maka ia digantikan oleh
Loekman Hakim pada Januari 1958 sebagai gubernur . Spesimen yang diproduksi
dalam pecahan 5, 10, 25, 50, 100, 500, 1000, dan 5000 rupiah, dan yang
pertama kali diedarkan adalah pecahan 100 dan 1000 rupiah.
Masalah keuangan agak terganggu oleh devaluasi mata uang pada 24 Agustus
1959, sehingga 500 (harimau) dan 1000 (gajah) rupiah didevaluasi menjadi 50
(buaya) dan 100 rupiah (tupai) pada September 1959. Untuk 2500 dan 5000
rupiah dinyatakan tidak perlu untuk devaluasi. Untuk 2500 Rupiah pada akhirnya
terbit tiga tahun kemudian karena inflasi yang terus naik, sedangkan mata uang
pecahan 5000 rupiah tidak pernah diterbitkan. Pecahan 10 dan 25 rupiah hanya
diedarkan selama 3 hari, meskipun mereka tetap menjadi alat pembayaran yang
sah.
Seri Hewan (not dated, pertama dicetak 1957, kecuali untuk 2500 rupiah), semua
dicetak Thomas De La Rue
Tampak
Tampak Depan Tampak Belakang Tampak Depan
Belakang
5 500
Rupia Rupia
h h
1957 1957
10 1000
Rupia Rupia
h h
1957 1957
25 2500
Rupia Rupia
h h
1957 1957
50 5000
Rupia Rupia
h h
1957 1957
100
Rupia
h
1957
5 Rupiah
1958
100
Rupiah
1958
Seri bunga dan burung, tertanggal '1 Januari 1959 ', diterbitkan pada tahun 1960,
dicetak oleh Thomas De La Rue
Tampak
Tampak Depan
Belakang
5 100
Rupia Rupia
h h
1959 1959
500
10
Rupi
Rupia
ah
h
195
1959
9
100
25 0
Rupia Rupi
h ah
1959 195
9
50
Rupia
h
1959
Tampak
Tampak Depan
Belakang
1 1
Rupia Rupia
h h
1960 1961
2 1/2 2 1/2
Rupia Rupia
h h
1960 1961
5 Rupiah
1958
10
Rupiah
1958
25
Rupiah
1958
50
Rupiah
1958
100
Rupiah
1958
500
Rupiah
1958
1000
Rupiah
1958
5000
Rupiah
1958
10000
Rupiah
1964
Karena terjadinya inflasi, Uang kertas pecahan 2.500 rupiah dengan desain
'hewan' akhirnya diterbitkan pada bulan September 1962, kemudian menjadi
pecahan teratas. Suatu respon lanjutan terhadap inflasi yang datang maka
diterbitkannya pecahan 5000 (coklat) rupiah tertanggal emisi 1958 pada bulan
Oktober 1963. Pada bulan Agustus 1964, dirasa perlu untuk menambahkan uang
kertas 10.000 rupiah (merah), tertanggal emisi '1964 ', melengkapi seri buruh
kasar (manual workers).
10
Rupia
h
1963
25
Rupia
h
1964
50
Rupia
h
1964
100
Rupia
h
1964
100
Rupia
h
1964
1000
Rupia
h
1958
5000
Rupia
h
1958
1000
0
Rupia
h
1964
1000
0
Rupia
h
1964
Penarikan uang lama berarti sama dengan penerbitan uang kertas baru, dengan
Keputusan Presiden 13 Desember 1965. Keputusan resmi Bank Indonesia untuk
menerbitkan uang kertas fraksional untuk pertama kalinya (meski uang pecahan
1 dan 2 rupiah masih dikeluarkan oleh pemerintah sendiri), dalam pecahan 1,
5, 10, 25, dan 50 sen tertanggal emisi 1964 menampilkan gambar para
'sukarelawan'. Tetapi kenyataannya bahwa rupiah hanya didevaluasi 10, bukan
1000 kali, sehingga membuatnya tidak berharga pada saat penerbitan dan
jutaan uang kertas tidak pernah diedarkan.
Semua uang kertas yang tersisa menampilkan Presiden Soekarno pada bagian
depan, dan berbagai penari disebaliknya; seri iniditerbitkan oleh ' Republik
Indonesia (ORI) ' dalam pecahan 1 dan 2 rupiah tertanggal emisi 1964, dan
Bank Indonesia tertanggal emisi 1960 dalam bentuk pecahan 5, 10, 25, 50 , dan
100 rupiah; Uang kertas mulai dari pecahan 500 sampai 10.000 rupiah dianggap
tidak perlu dikeluarkan karena terjadinya devaluasi.
Pada tahun 1967, karena sifat yang terbatas dari devaluasi, maka dirasa perlu
untuk menambahkan pecahan 500 dan 1.000 rupiah namun dalam desain yang
sama.
1
Rupia
h
1961
2 1/2
Rupia
h
1961
1
Rupia
h
1964
2 1/2
Rupia
h
1964
1 Sen
1964
5 Sen
1964
10
Sen
1964
25
Sen
1964
50
Sen
1964
5
Rupia
h
1960
10
Rupia
h
1960
25
Rupia
h
1960
50
Rupia
h
1960
100
Rupia
h
1960
500
Rupia
h
1960
1000
Rupia
h
1960
2500
Rupia
h
1960
5000
Rupia
h
1960
Pada tahun 1968 masa Orde Baru Suharto telah dibentuk, dan Bank Indonesia
sejak 1968 diberi hak tunggal untuk mengeluarkan / mengedarkan uang kertas
(termasuk uang di bawah 5 rupiah) serta uang logam (yang sebelumnya menjadi
persoalan pemerintah pusat) dengan demikian ORI sudah tidak diterbitkan lagi.
Oleh karena itu, edisi uang kertas baru dari pecahan 1 sampai 1.000 rupiah,
tertanggal emisi 1968 semuanya dari Bank Indonesia. Uang kertas baru
kali ini menampilkan pahlawan revolusi Jenderal Sudirman, didukung oleh
berbagai macam pemandangan berbagai industri. Uang kertas itu diterbitkan
pada tahun 1968 dan 1969. Pada tahun 1970, uang kertas dengan tema yang
sama (tapi menggunakan watermark yang berbeda) pecahan 5.000 dan 10.000
rupiah juga diedarkan, sehingga memulihkan pecahan uang yang sama dengan
yang telah beredar sebelum terjadi devaluasi tahun 1965.
1
Rupia
h
1968
2 1/2
Rupia
h
1968
5
Rupia
h
1968
10
Rupia
h
1968
25
Rupia
h
1968
50
Rupia
h
1968
100
Rupia
h
1968
500
Rupia
h
1968
1000
Rupia
h
1968
5000
Rupia
h
1968
1000
0
Rupia
h
1968
Sebuah seri baru uang kertas Indonesia kali ini dimulai dari pecahan 100 rupiah,
didesain dengan tema Diponegoro pada tahun 1971 (tapi dicetak tanpa tanggal
emisi), namun seri ini tidak pernah diterbitkan, meskipun uang kertas pecahan
1000 rupiah pada seri ini kemudian ditambahkan tanggal emisi dan diterbitkan
pada tahun 1976 (lihat di bawah), namun bagian belakang pada uang pecahan
5000 rupiah (seriini ) juga digunakan untuk uang kertas 5000 rupiah tahun 1976,
tetapi dengan desain bagian depan yang baru (bukan diponegoro lagi).
Rangkaian pembatalan uang kertas ini adalah yang terakhir di Indonesia dengan
tema yang konsisten, yaitu uang kertas baru biasanya mempertahankan warna
yang sama dengan yang lama dari pecahan yang sama.
100
~Maap, belum
Rupiah
dapet potonya~
1971
500
~Maap, belum
Rupiah
dapet potonya~
1971
1000
~Maap, belum
Rupiah
dapet potonya~
1971
5000
~Maap, belum
Rupiah
dapet potonya~
1971
10000
~Maap, belum
Rupiah
dapet potonya~
1971
Karena pemalsuan uang kertas seri Sudirman yang merajalela, semua uang
kertas pecahan 1.000, 5.000 dan 10.000 rupiah didesain ulang, tertanggal emisi
1975 dan diterbitkan pada tahun 1976. Uang kertas Sudirman 1000 rupiah
keatas ditarik dari peredaran secara resmi tanggal 1 September 1977.
Pendesainan ulang uang kertas pecahan 100 dan 500 rupiah diikuti pada tahun
1978, sehingga melengkapi seri ketiga dari uang kertas yang akan diterbitkan
sejak devaluasi mata uang tahun 1965.
100
Rupia
h
1977
500
Rupia
h
1977
1000
Rupia
h
1975
5000
Rupia
h
1975
1000
0
Rupia
h
1975
Dari ke 6 macam uang kertas ini yang paling sulit ditemukan dan tentu saja
bernilai paling tinggi adalah pecahan 10.000 relief candi Borobudur karena
mempunyai motif dan gambar yang sangat menarik selain bergambar relief
candi Borobudur di bagian depan juga gambar barong di bagian belakang
sehingga sangat digemari oleh kolektor mancanegara.
Pada tahun 1979, uang kertas pertama kali yang perlu diganti lagi adalah 10.000
rupiah (pada saat itu bernilai sekitar US $ 16). Selanjutnya uang kertas didesain
ulang dan diikuti disemua pecahan kecuali 100 rupiah pada tahun 1980 dan
1982.
Uang kertas rupiah '1979 ', '1980', '1982', dicetak oleh Perum
Peruri
1000
Rupia
h
1980
5000
Rupia
h
1980
1000
0
Rupia
h
1979
Uang kertas 100 rupiah yang berasal dari tahun 1977 akhirnya digantikan pada
tahun 1985, penggantian semua uang pecahan diikuti pada tahun 1985, 1987
dan 1988.
Uang kertas rupiah '1979 ', '1980', '1982', dicetak oleh Perum
Peruri
100
Rupia
h
1984
500
Rupia
h
1988
1000
Rupia
h
1987
5000
Rupia
h
1986
1000
0
Rupia
h
1985
Di tahun 1992 terlihat suatu perbaikan yang lengkap dari semua pecahan uang
kertas untuk pertama kalinya sejak 1968. Selain itu, pecahan baru uang kertas
20.000 rupiah juga ditambahkan dengan nilai US $ sekitar $ 10 pada saat
itu. ini adalah pecahan baru pertama sejak 10.000 rupiah diterbitkan pada bulan
April 1970 (saat itu senilai sekitar US $ 26).
Sebelum tahun 1990-an di bagian bawah setiap uang kertas tercantum tulisan
seperti berikut:
Kata Del berasal dari kata delineavit yang berarti "di gambar oleh", sehingga
Soeripto DEL artinya "di gambar oleh Soeripto" demikian juga dengan Heru
Soeroso DEL artinya "di gambar oleh Heru Soeroso".
Dari sinilah edisi ke depannya, sejak memasuki tahun 1990-an, maka uang
kertas kita tidak lagi mencantumkan kata-kata tersebut. Sebagai gantinya uang
kertas Indonesia, tahun emisi dituliskan dalam bentuk teks kecil di tepi uang
kertas (pojok bawah), dan tahun yang paling menonjol pada uang
kertas itu adalah tahun kewenangan (misalnya, "Direksi 1992").
Tam
pak
Tampak Depan
Bela
kang
500 Rupiah
1992
1000 Rupiah
1992
5000 Rupiah
1992
100
Rup
iah
199
10000 Rupiah
2
1992
20000 Rupiah
1992
50000
Rupiah
1993
50000
Rupiah
(polime
r)
1993
2000
0
Rupia
h
1995
5000
0
Rupia
h
1995
10000
Rupia
h
1998
20000
Rupia
h
1998
50000
Rupia
h
1999
10000
0
Rupia
h
1999
1000
Rupia
h
2000
5000
Rupia
h
2001
10000
Rupia
h
2005
20000
Rupia
h
2004
50000
Rupia
h
2005
10000
0
Rupia
h
2004
1000
Rupia
h
2009
5000
Rupia
h
2009
10000
Rupia
h
2009
20000
Rupia
h
2009
50000
Rupia
h
2009
10000
0
Rupia
h
2009
2000
Rupia
h
2009
Dengan demikian uang yang berlaku hingga
saat ini) bisa dibilang dari seri 2000. Di seri ini,
pecahan uang kertas (dari tahun 2000) memiliki
pola yang sama (mirip) sehingga menyerupai satu
seri. Mungkin dengan demikian kita bisa menyebut
seri tahun 2000-an inidengan seri pahlawan.
2000
Rupiah
2009
Sheet of 2 uncut rupiah notes in the Rp 2000
denomination: Rp 50,000
2000
Rupiah
2009
10000
Rupiah
2005
10000
Rupiah
2005
Sheet of 4 uncut rupiah notes in the Rp 10,000
denomination: Rp 200,000
20000
Rupiah
2004
20000
Rupiah
2004
50000