Anda di halaman 1dari 7

Faktor-faktor Pembekuan Darah

Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma dan diubah menjadi
fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini menyebabkan masalah pembekuan darah
afibrinogenemia atau hypofibrinogenemia.
Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan diubah menjadi bentuk
aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum dari
pembekuan. Fibrinogen trombin kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan faktor
menyebabkan hypoprothrombinemia.
Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber yang berbeda dalam
tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin penting dalam pembentukan prothrombin
ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan.
Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembekuan darah.
Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan panas, yang hadir dalam
plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik koagulasi jalur.
Proaccelerin mengkatalisis pembelahan prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor ini, sifat
resesif autosomal, mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang disebut
parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga akselerator globulin.
Proconvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabildan panas dan berpartisipasi
dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh kontak dengan kalsium, dan bersama
dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X. Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin herediter
(autosomal resesif) atau diperoleh (yang berhubungan dengan kekurangan vitamin K), hasil dalam
kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum prothrombin konversi faktor akselerator dan stabil.
Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan berpartisipasi
dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam konser dengan faktor von Willebrand) sebagai
kofaktor dalam aktivasi faktor X. Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab hemofilia A.
Disebut juga antihemophilic globulin dan faktor antihemophilic A.
Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan
terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah aktivasi, diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di
hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan faktor antihemophilic B.
Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan berpartisipasi dalam baik
intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan mereka untuk memulai jalur umum dari
pembekuan. Setelah diaktifkan, membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor V, yang
disebut prothrombinase; hal ini dapat membelah dan mengaktifkan prothrombin untuk trombin.
Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan gangguan koagulasi sistemik. Disebut juga Prower
Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan disebut juga thrombokinase.
Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam jalur intrinsik dari
koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX. Lihat juga kekurangan faktor XI. Disebut juga
faktor antihemophilic C.
Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan kaca atau
permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari koagulasi dengan mengaktifkan faktor XI.
Kekurangan faktor ini menghasilkan kecenderungan trombosis.
Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi yang merubah fibrin monomer untuk
polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut dalam urea, fibrin yang memungkinkan untuk
membentuk pembekuan darah. Kekurangan faktor ini memberikan kecenderungan seseorang
hemorrhagic. Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga disebut
transglutaminase.

Hemostasis merupakan pristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau robeknya pembuluh
darah, sedangkan thrombosis terjadi ketika endothelium yang melapisi pembuluh darah rusak atau
hilang. Proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi ) dan melibatkan pembuluh darah,
agregasi trombosit serta protein plasma baik yang menyebabkan pembekuan maupun yang
melarutkan bekuan.
Pada hemostasis terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang cedera sehingga aliran
darah di sebelah distal cedera terganggu. Kemudian hemostasis dan thrombosis memiliki 3 fase
yang sama:
1. Pembekuan agregat trombosit yang longgar dan sementara pada tempat luka. Trombosit akan
mengikat kolagen pada tempat luka pembuluh darah dan diaktifkan oleh thrombin yang terbentuk
dalam kaskade pristiwa koagulasi pada tempat yang sama, atau oleh ADP yang dilepaskan
trombosit aktif lainnya. Pada pengaktifan, trombosit akan berubah bentuk dan dengan adanya
fibrinogen, trombosit kemudian mengadakan agregasi terbentuk sumbat hemostatik ataupun
trombos.
2. Pembentukan jarring fibrin yang terikat dengan agregat trombosit sehingga terbentuk sumbat
hemostatik atau trombos yang lebih stabil.
3. Pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau trombos oleh plasmin
Tipe trombos :
1. Trombos putih tersusun dari trombosit serta fibrin dan relative kurang mengandung eritrosit (pada
tempat luka atau dinding pembuluh darah yang abnormal, khususnya didaerah dengan aliran yang
cepat[arteri]).
2. Trombos merah terutama terdiri atas erotrosit dan fibrin. Terbentuk pada daerah dengan
perlambatan atau stasis aliran darah dengan atau tanpa cedera vascular, atau bentuk trombos ini
dapat terjadi pada tempat luka atau didalam pembuluh darah yang abnormal bersama dengan
sumbat trombosit yang mengawali pembentukannya.
3. Endapan fibrin yang tersebar luas dalam kapiler/p.darah yang amat kecil.
Ada dua lintasan yang membentuk bekuan fibrin, yaitu lintasan instrinsik dan ekstrinsik. Kedua
lintasan ini tidak bersifat independen walau ada perbedaan artificial yang dipertahankan.
Proses yang mengawali pembentukan bekuan fibrin sebagai respons terhadap cedera jaringan
dilaksanakan oleh lintasan ekstrinsik. Lintasan intrinsic pengaktifannya berhubungan dengan suatu
permukaan yang bermuatan negative. Lintasan intrinsic dan ekstrinsik menyatu dalam sebuah
lintasan terkahir yang sama yang melibatkan pengaktifan protrombin menjadi thrombin dan
pemecahan fibrinogen yang dikatalis thrombin untuk membentuk fibrin. Pada pristiwa diatas
melibatkan macam jenis protein yaitu dapat diklasifikaskan sebagai berikut:
a. Zimogen protease yang bergantung pada serin dan diaktifkan pada proses koagulasi
b. Kofaktor
c. Fibrinogen
d. Transglutaminase yang menstabilkan bekuan fibrin
e. Protein pengatur dan sejumla protein lainnya
Lintasan intrinsic
Lintasan intinsik melibatkan factor XII, XI, IX, VIII dan X di samping prekalikrein, kininogen dengan
berat molekul tinggi, ion Ca2+ dan fosfolipid trombosit. Lintasan ini membentuk factor Xa (aktif).
Lintasan ini dimulai dengan fase kontak dengan prekalikrein, kininogen dengan berat molekul
tinggi, factor XII dan XI terpajan pada permukaan pengaktif yang bermuatan negative. Secara in
vivo, kemungkinan protein tersebut teraktif pada permukaan sel endotel. Kalau komponen dalam
fase kontak terakit pada permukaan pengaktif, factor XII akan diaktifkan menjadi factor XIIa pada
saat proteolisis oleh kalikrein. Factor XIIa ini akan menyerang prekalikrein untuk menghasilkan lebih
banyak kalikrein lagi dengan menimbulkan aktivasi timbale balik. Begitu terbentuk, factor xiia
mengaktifkan factor XI menjadi Xia, dan juga melepaskan bradikinin(vasodilator) dari kininogen
dengan berat molekul tinggi.
Factor Xia dengan adanya ion Ca2+ mengaktifkan factor IX, menjadi enzim serin protease, yaitu
factor IXa. Factor ini selanjutnya memutuskan ikatan Arg-Ile dalam factor X untuk menghasilkan
serin protease 2-rantai, yaitu factor Xa. Reaksi yang belakangan ini memerlukan perakitan
komponen, yang dinamakan kompleks tenase, pada permukaan trombosit aktif, yakni: Ca2+ dan
factor IXa dan factor X. Perlu kita perhatikan bahwa dalam semua reaksi yang melibatkan zimogen
yang mengandung Gla (factor II, VII, IX dan X), residu Gla dalam region terminal amino pada
molekul tersebut berfungsi sebagai tempat pengikatan berafinitas tinggi untuk Ca2+. Bagi perakitan
kompleks tenase, trombosit pertama-tama harus diaktifkan untuk membuka fosfolipid asidik
(anionic). Fosfatidil serin dan fosfatoidil inositol yang normalnya terdapat pada sisi keadaan tidak
bekerja. Factor VIII, suatu glikoprotein, bukan merupakan precursor protease, tetapi kofaktor yang
berfungsi sebagai resepto untuk factor IXa dan X pada permukaan trombosit. Factor VIII diaktifkan
oleh thrombin dengan jumlah yang sangat kecil hingga terbentuk factor VIIIa, yang selanjutnya
diinaktifkan oleh thrombin dalam proses pemecahan lebih lanjut.
Lintasan Ekstrinsik
Lintasan ekstrinsik melibatkan factor jaringan, factor VII,X serta Ca2+ dan menghasilkan factor Xa.
Produksi factor Xa dimulai pada tempat cedera jaringan dengan ekspresi factor jaringan pada sel
endotel. Factor jaringan berinteraksi dengan factor VII dan mengaktifkannya; factor VII merupakan
glikoprotein yang mengandung Gla, beredar dalam darah dan disintesis di hati. Factor jaringan
bekerja sebagai kofaktor untuk factor VIIa dengan menggalakkan aktivitas enzimatik untuk
mengaktifkan factor X. factor VII memutuskan ikatan Arg-Ile yang sama dalam factor X yang
dipotong oleh kompleks tenase pada lintasan intrinsic. Aktivasi factor X menciptakan hubungan yang
penting antara lintasan intrinsic dan ekstrinsik.
Interaksi yang penting lainnya antara lintasan ekstrinsik dan intrinsic adalah bahwa kompleks factor
jaringan dengan factor VIIa juga mengaktifkan factor IX dalam lintasan intrinsic. Sebenarna,
pembentukan kompleks antara factor jaringan dan factor VIIa kini dipandang sebagai proses penting
yang terlibat dalam memulai pembekuan darah secara in vivo. Makna fisiologik tahap awal lintasan
intrinsic, yang turut melibatkan factor XII, prekalikrein dan kininogen dengan berat molekul besar.
Sebenarnya lintasan intrinsik bisa lebih penting dari fibrinolisis dibandingkan dalam koagulasi,
karena kalikrein, factor XIIa dan Xia dapat memotong plasminogen, dan kalikrein dapat
mengaktifkanurokinase rantai-tunggal.
Inhibitor lintasan factor jaringan (TFPI: tissue factor fatway inhibitior) merupakan inhibitor fisiologik
utama yang menghambat koagulasi. Inhibitor ini berupa protein yang beredar didalam darah dan
terikat lipoprotein. TFPI menghambat langsung factor Xa dengan terikat pada enzim tersebut didekat
tapak aktifnya. Kemudian kompleks factor Xa-TFPI ini manghambat kompleks factor VIIa-faktor
jaringan.
Lntasan Terakhir
Pada lintasan terskhir yang sama, factor Xa yang dihasilkan oleh lintasan intrinsic dak ekstrinsik,
akan mengaktifkan protrombin(II) menjadi thrombin (IIa) yang kemudian mengubah fibrinogen
menjadi fibrin.
Pengaktifan protrombin terjadi pada permukaan trombosit aktif dan memerlukan perakitan kompelks
protrombinase yang terdiri atas fosfolipid anionic platelet, Ca2+, factor Va, factor Xa dan protrombin.
Factor V yang disintesis dihati, limpa serta ginjal dan ditemukan didalam trombosit serta plasma
berfungsi sebagai kofaktor dng kerja mirip factor VIII dalam kompleks tenase. Ketika aktif menjadi Va
oleh sejumlah kecil thrombin, unsure ini terikat dengan reseptor spesifik pada membrane trombosit
dan membentuk suatu kompleks dengan factor Xa serta protrombin. Selanjutnya kompleks ini di
inaktifkan oleh kerja thrombin lebih lanjut, dengan demikian akan menghasilkan sarana untuk
membatasi pengaktifan protrombin menjadi thrombin. Protrombin (72 kDa) merupakan glikoprotein
rantai-tunggal yang disintesis di hati. Region terminal-amino pada protrombin mengandung sepeuluh
residu Gla, dan tempat protease aktif yang bergantung pada serin berada dalam region-
terminalkarboksil molekul tersebut. Setelah terikat dengan kompleks factor Va serta Xa pada
membrane trombosit, protrombin dipecah oleh factor Xa pada dua tapak aktif untuk menghasilkan
molekul thrombin dua rantai yang aktif, yang kemudian dilepas dari permukaan trombosit. Rantai A
dan B pada thrombin disatukan oleh ikatan disulfide.
Konversi Fibrinogen menjadi Fibrin
Fibrinogen (factor 1, 340 kDa) merupakan glikoprotein plasma yang bersifat dapat larut dan terdiri
atas 3 pasang rantai polipeptida nonidentik (A,B)2 yang dihubungkan secara kovalen oleh ikatan
disulfda. Rantai B dan y mengandung oligosakarida kompleks yang terikat dengan asparagin.
Ketiga rantai tersebut keseluruhannya disintesis dihati: tiga structural yang terlibat berada pada
kromosom yang sama dan ekspresinya diatur secara terkoordinasi dalam tubuh manusia. Region
terminal amino pada keenam rantai dipertahankan dengan jarak yang rapat oleh sejumlah ikatan
disulfide, sementara region terminal karboksil tampak terpisah sehingga menghasilkan molekol
memanjang yang sangat asimetrik. Bagian A dan B pada rantai Aa dan B, diberi nama
difibrinopeptida A (FPA) dan B (FPB), mempunyai ujung terminal amino pada rantainya masing-
masing yang mengandung muatan negative berlebihan sebagai akibat adanya residu aspartat serta
glutamate disamping tirosin O-sulfat yang tidak lazim dalam FPB. Muatannegatif ini turut
memberikan sifat dapat larut pada fibrinogen dalam plasma dan juga berfungsi untuk mencegah
agregasi dengan menimbulkan repulse elektrostatik antara molekul-molekul fibrinogen.
Thrombin (34kDa), yaitu protease serin yang dibentuk oleh kompleks protrobinase, menghidrolisis 4
ikatan Arg-Gly diantara molekul-molekul fibrinopeptida dan bagian serta pada rantai Aa dan B
fibrinogen. Pelepasan molekul fibrinopeptida oleh thrombin menghasilkan monomer fibrin yang
memiliki struktur subunit ()2. Karena FPA dan FPB masing-masing hanya mengandung 16 dab
14 residu, molwkul fibrin akan mempertahankan 98% residu yang terdapat dalam fibrinogen.
Pengeluaran molekul fibrinopeptida akan memajankan tapak pengikatan yang memungkinkan
molekul monomer fibrin mengadakan agregasi spontan dengan susunan bergiliran secara teratur
hingga terbentuk bekuan fibrin yang tidak larut. Pembentukan polimer fibrin inilah yang menangkap
trombosit, sel darah merah dan komponen lainnya sehingga terbentuk trombos merah atau putih.
Bekuan fibrin ini mula-mula bersifat agak lemah dan disatukan hanya melalui ikatan nonkovalen
antara molekul-molekul monomer fibrin.
Selain mengubah fibrinogen menjadi fibrin, thrombin juga mengubah factor XIII menjadi XIIIa yang
merupakan transglutaminase yang sangat spesifik dan membentuk ikatan silan secara kovalen anatr
molekul fibrin dengan membentuk ikatan peptide antar gugus amida residu glutamine dan gugus -
amino residu lisin, sehingga menghasilkan bekuan fibrin yang lebih stabil dengan peningkatan
resistensi terhadap proteolisis.
Regulasi Trombin
Begitu thrombin aktif terbentuk dalam proses hemostasis atau thrombosis, konsentrasinya harus
dikontrol secara cermat untuk mencegah pembentukan bekuan lebih lanjut atau pengaktifan
trombosit. Pengontrolan ini dilakukan melalui 2 cara yaitu:
1. Thrombin beredar dalam darah sebagai prekorsor inaktif, yaitu protrombin. Pada setiap reaksinya,
terdapat mekanisme umpan balik yang akan menghasilkan keseimbangan antara aktivasi dan
inhibisi.
2. Inaktivasi setiap thrombin yang terbentuk oleh zat inhibitor dalam darah.
Sumber : Biokimia Harper
13 faktor pembekuan darah dan fungsinya (penjelasannya), antara lain:
1. Faktor I (fibrinogen). Fungsi sebagai komponen penting dalam protein plasma
hasil dari sintesis dalam hati dan diubah menjadi fibrin. Kekurangan fibrinogen dapat
mengakibatkan masalah seperti afibrinogenemia atau hypofibrinogenemia.
2. Faktor II (protrombin). Fungsi sebagai protein plasma dan akan dikonversi
menjadi bentuk yang aktif berupa trombin (faktor IIa) melalui pembelahan dengan
aktivasi faktor X (Xa). Kekurangan protrombin dapat
mengakibatkan hypoprothrombinemia.
3. Faktor III (tromboplastin). Fungsi sebagai aktivasi faktor VII untuk membentuk
trombin
4. Faktor IV (kalsium). Fungsinya digunakan disemua proses pembekuan darah
5. Faktor V (Proakselerin, faktor labil, globulin akselator). Fungsi sebagai sistem
intrinsik dan ekstrinsik dan juga sebagai katalisis pembelahan protrombin trombin yang
aktif. Kekurangan faktor Proakselerin dapat mengakibatkan parahemophilia.
6. Faktor VI. Faktor ini sudah tidak dipakai lagi karena fungsinya sama seperti
faktor V
7. Faktor VII (prokonvertin, faktor stabil). Fungsi sebagai sistem ekstrinsik.
8. Faktor VIII (Faktor antihemofilia/AHF, faktor antihemofilia A, globulin
antihemofilia/ AHG). Fungsi sebagai system intrinsik.
9. Faktor IX (komponen tromboplastik plasma (PTC), faktor antihemofilia B). Fungsi
sebagai sistem intrinsik.
10. Faktor X (faktor stuart-power). Fungsi sebagai sistem intrinstik dan ekstrinsik.
11. Faktor XI (Anteseden tromboplastin plasma, faktor antihemofilia C). Fungsi
sebagai sistem intrinsik.
12. Faktor XII (Faktor hageman). Fungsi sebagai sistem intrinsik.
13. Faktor XIII (Faktor stabilisasi fibrin). Fungsi sebagai penghubung silang filamen
fibril.

Anda mungkin juga menyukai