Anda di halaman 1dari 27

Psikologi Pendidikan

PERKEMBANGAN BAKAT

DI SUSUN OLEH

SHAFIYAH ULFAH

4143121054

FISIKA DIK D 2014

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti sehingga makala ini
selesai pada waktu yang ditentukan.
Penyelesaian penulisan makala ini merupakan salah satu syarat tugas dari
pelajaran Psikologi Pendidikan. Penulisan makala ini berjudul Perkembangan
Bakat.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasil penulisan makala ini jauh dari
kesempurnaan. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh
penulis. Namun, berkat usaha penulis hasil penulisan makala ini dapat
diselesaikan walaupun jauh dari kemampuan. Maka dari itu, penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya. Selain itu, saran, usul dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan dimasa yang akan datang.
Akhir kata, semoga tugas ini dapat berguna bagi penulis dan pembaca.
Atas perhatiannya penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, 12 Maret 2017


Penulis

Shafiyah Ulfah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3 Tujuan........................................................................................................2

1.4 Manfaat......................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORITIS

2.1 Biografi Joy Paul Guilford .......................................................................3

2.2 Pengertian Bakat .......................................................................................8

2.3 Jenis-Jenis Bakat.....................................................................................15

2.4 Hubungan antar Bakat dengan Prestasi...................................................15

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bakat Khusus ................................16

2.6 Perbedaan Individu dalam bakat Khusus................................................18

2.7 Upaya Pengembangan Bakat Khusus Remaja dan Implikasinya dalam


Penyelenggaraan Pendidikan..................................................................18

2.8 Bagaimanakah Caranya Kita Mengenal Bakat Seseorang?....................19

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Implikasi Perkembangan Bakat...............................................................21

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..............................................................................................23

4.2 Saran........................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................24

LAMPIRAN...........................................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Seorang anak dikatakan anak luar biasa karena ia berbeda dengan anak-
anak lainnya. Perbedaan terletak pada adanya ciri-ciri yang khas yang
menunjukkan pada keunggulan dirinya. Namun, keunggulan tersebut selain
menjadi sebuah kekuatan dalam dirinya sekaligus menjadi kelemahan. Yang
dimaksud sebagai kelemahan di sini adalah diabaikannya ia sebagai individu yang
memiliki hak sama dalam mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
dirinya.
Anak-anak berbakat memiliki potensi yang luar biasa, baik untuk menjadi
pribadi yang positif ataupun yang negatif. Hal ini ditentukan oleh penanganan
yang mereka pada masa tumbuh kembang, baik di dalam keluarga, sekolah,
maupun masyarakat di mana dia tinggal. Mereka adalah bibit yang siap tumbuh,
sebagaimana tanaman yang merupakan bibit unggul tidak serta merta menjadi
tumbuhan yang luar biasa, karena akan bergantung pada keadaan tanah di mana ia
ditanam, bagaimana unsur haranya, mineralnya, bagaimana pemupukan yang ia
terima, penyinaran mataharinya dan lain sebagainya.
Orangtua dan pendidik seyogyanya menyadari pentingnya pengenalan
tanda-tanda anak berbakat, dengan demikian bisa menentukan pendekatan apa
yang tepat dan bagaimana cara menerapkan pada pola didik anak yang
bersangkutan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang sebenarnya tentu diperlukan
partisipasi dari sang pelaku pembelajaran, yaitu siswa. Dan guru pun harus
mampu melihat bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran. Sebagaimana
yang kita tahu bahwa motivasi, minat dan bakat siswa sangat berperan dalam
suksesnya proses pembelajaran. Semakin baik ketiga hal tersebut dimiliki siswa
maka semakin efektiflah proses pembelajaran tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bakat?
2. Apa saja faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi bakat anak?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat pada
anak?
4. Bagaimana pengembangan bakat?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian bakat.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi bakat
anak.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat
pada anak.
4. Untuk mengetahui pengembangan bakat.

1.4 Manfaat
1. Sebagai pembelajaran awal bagi penulis mengenai perkembangan bakat anak.
2. Sebagi pengetahuan awal bagi penulis tentang mengembangkan bakat anak
sesuai kemampuan dan kesehatan yang dimiliki anak.
3. Mengetahui lebih dalam mengenai cara menumbuhkan bakat anak.
4. Menambah pengetahuan penulis sebagai calon guru terhadap bakat yang
dimiliki peserta didiknya.

BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Biografi JOY PAUL GUILFORD


J P. GUILFORD meninggal pada usia
sembilan puluh di Los Angeles pada November 26,
1987, setelah serangkaian panjang melemahkan
penganiayaan Saksi. Ia meninggalkan seorang istri,
Ruth; anak perempuannya, Joan S. McGuire; tiga
cucu; dan tiga besar cucu. Ia lahir di sebuah
pertanian dekat Marquette, Nebraska, pada tanggal 7
Maret, tahun 1897, putra dari Edwin dan Arvilla
Monroe Guilford. Pada tahun 1914 ia lulus dari
Aurora SMA sebagai pembaca pidato perpisahan di
kelasnya. setelah mengajar SD selama dua tahun, ia
menghadiri, Universitas sity of Nebraska selama
satu tahun, masuk Angkatan Darat sebagai pribadi,
dan kembali untuk menyelesaikan BA setelah dibuang dan MA di Nebraska.
Selama periode ini ia menjabat sebagai direktur interim Klinik Psikologi, di mana
ia Administered tes kecerdasan untuk anak-anak. Dia terkesan dengan
ketimpangan kemampuan anak-anak di ar yang berbeda EAS, sesuatu yang ia
sudah melihat sementara membandingkan sendiri dari bakat saudaranya. Ia
menjadi yakin intelijen itu tidak satu monolitik, atribut global tapi gabungan dari
kemampuan yang berbeda. Pada titik ini dalam bukunya pelatihan, oleh karena
itu, ia sudah menunjukkan antar kuat test dalam apa yang menjadi fokus dominan
profesinya sional karir-individu perbedaan.
Pada tahun 1924 Guilford memasuki Ph.D. psikologi program di Cornell
University, di mana ia belajar dengan terkenal seperti tokoh-tokoh sejarah sebagai
EB Titchener, Kurt Koffka, Harry Helson, dan Karl Dallenbach. Ketika Guilford
dianugerahi Ph.D. di Cornell pada tahun 1927, ia sudah menerbitkan lima
dokumen. Tesis doktornya menunjukkan bahwa variasi dalam pengalaman
indrawi porting dengan rangsangan yang lemah itu lebih disebabkan dengan
karakteristik dari Limen sendiri daripada fluktuasi tions dalam perhatian,
bertentangan dengan apa yang umum diyakini pada waktu itu.
Setelah jangka waktu yang singkat di fakultas dari uni versities dari
Illinois dan Kansas, Guilford kembali pada tahun 1928 ke University of Nebraska
sebagai profesor psikologi, di mana ia mencapai reputasi internasional sebagai
salah satu Psikolog terkemuka Amerika. Pada tahun 1940 ia pindah ke University
of Southern California. Kecuali untuk periode dari meninggalkan untuk melayani
di Angkatan Udara Amerika Serikat selama Dunia Perang II, ia tetap di USC
hingga pensiun formal di 1962. Acara ini diwakili sedikit lebih dari tonggak
sejarah karirnya sejak ia terus menjadi sangat aktif dalam mencari dan menulis
selama dua puluh lima tahun lagi. Sebagai seorang guru, Guilford dilatih puluhan
mahasiswa pascasarjana yang pergi untuk membuat banyak kontribusi mereka
sendiri ke psyliteratur chometric.
Selama karir penelitian produktif yang berlangsung selama lebih dari
enam dekade, Guilford menerbitkan lebih dari dua puluh lima buku, tiga puluh
tes, dan 300 artikel jurnal. Beberapa kehormatan dan penghargaan yang diberikan
kepadanya termasuk tindak yang diinginkan: presiden, Psikometri Masyarakat
(1938); Presiden, Psychological Association Midwestern (1939); Presiden,
Psychological Association Barat (1946); Presiden, APA Divisi 5, Evaluasi dan
Pengukuran (1947); presidensi penyok, American Psychological Association
(1949); presidensi penyok, APA Divisi 10, Estetika (1956); Legion of Merit untuk
layanan militer yang luar biasa (1946); gelar kehormatan dari University of
Nebraska (1952) dan Universitas dari California Selatan (1962); keanggotaan
dalam National Academy of Sciences (1954); APA Distinguished Scientific
Kontribusi Award (1964); Richardson CRE
seluruh aktivitas Award (1966); Presiden-untuk-hidup, Internasional Masyarakat
untuk Pendidikan Intelijen (1978); dan Gold Medal of American Psychological
Foundation (1983).
Selama tahun-tahun awal karirnya, Guilford terfokus pada topik penelitian
klasik seperti di psikologi eksperimental ogy sebagai perhatian, psychophysics,
fenomena autokinetic, gerakan mata, metode scaling, dan fenomena phi. Mahkota
pencapaian periode ini, bagaimanapun, adalah publikasi pada tahun 1936 dari
buku klasiknya, Psikometri Metode, direvisi pada tahun 1954. Buku ini menjadi
diperlukan bacaan inggris untuk hampir semua mahasiswa pascasarjana psikologi
untuk pendidikan dan disediakan untuk pertama kalinya dalam satu sumber yang
ensiklopedis tapi dibaca eksposisi psikofisik metode, prosedur scaling, dan
bahkan analisis faktor. Awal penerbitan buku, fokus kembali Guilford
pencarian bergeser lebih dan lebih untuk studi kepribadian dan sifat-sifat
kemampuan.
LL Thurstone ini Vektor of Mind, yang diterbitkan pada tahun 1934, dan
kerja terkait pada kemampuan mental primer disediakan methaodology yang
Guilford segera mulai berlaku pada studi kepribadian. Pada saat itu, extraversion-
Carl Jung introversi konstruk secara luas diyakini mewakili dimensi kesatuan
tunggal kepribadian. Guilford dan nya Istri, Ruth, dikembangkan tiga puluh lima
kuesioner item untuk mengukur atribut umumnya dianggap mewakili
extraversion-in troversion dan dikenakan mereka untuk analisis faktor
menggunakan Metode baru Thurstone ini. Mereka menunjukkan ekstra yang
Versi-introversi tidak satu sifat global tetapi kompleks gabungan dari beberapa
kepribadian yang berbeda atribut.
Penyelidikan berpengaruh ini segera diikuti oleh banyak studi empiris
lainnya dari jenis yang sama, yang menyebabkan untuk identifikasi tiga belas
faktor penting dari per- sonality. Tiga dari mereka diukur di pub-pertama
diterbitkan persediaan kepribadian diperhitungkan, Kepribadian Nebraska
Persediaan (1934). Baris ini penelitian memuncak di publikasi terkenal Guilford-
Zimmerman Temple- perament Survey (1949) dan buku meninjau ilmiah literatur
kepribadian dari sudut faktor analitik lihat, Kepribadian (1959).
Penekanan baru Guilford pada studi korelasional diminta dia untuk
memberikan perhatian yang meningkat untuk metode statistik dalam bukunya
penelitian dan penulisan. Selain mengembangkan banyak baru prosedur statistik
sendiri, pada tahun 1942 ia menerbitkan menyenangkan- Statistik damental
Psikologi dan Pendidikan, sebuah text populer buku yang direvisi berkali-kali
setelah itu dan masih dalam mencetak hari ini.
Kedatangan Perang Dunia II disajikan Guilford dengan kesempatan unik
untuk menerapkan nya methodol- faktor analitik ogy untuk mempelajari
kemampuan mental. Dia selalu menjadi- lieved bahwa ada banyak penting dan
relatif yang bebas yang independen kemampuan mental. Jadi, ketika ia diminta
untuk berpartisipasi di Angkatan Udara Amerika Serikat Perang Dunia II upaya
penelitian untuk mengembangkan tes psikologis untuk pemilihan pilot, bom-
bardiers, dan navigator, ia memiliki filosofi dan methaodology siap untuk berlaku
untuk tugas di tangan.
Dari 1942 melalui 1945 ia diarahkan faktor analitik Cally tes berorientasi
upaya pembangunan yang dikerdilkan ada- hal semacam itu sampai sekarang
dilakukan. dia merevolusi metode klasifikasi pekerjaan oleh faktor menganalisis
kinerja Kriteria bersama dengan tes sendiri untuk menyediakan lebih banyak
informasi tentang bakat yang diperlukan untuk sukses kinerja pekerjaan. Pada
akhir Perang Dunia II, Guilford dan rekan-rekannya telah diidentifikasi dan
diukur beberapa dua puluh lima penting jiwa faktor kemampuan. Mereka
menggunakan tes psikologi yang dikembangkan dalam upaya penelitian ini
sebagai seperangkat pembacaan untuk mengurangi tingkat kegagalan dalam
pelatihan pilot sepertiga dari apa yang sudah pada awal perang. Karya epik ini,
dijelaskan dalam bukunya Printed Klasifikasi Tes (1947), menetapkan standar
untuk semua pilihan berikutnya program baik dalam dan keluar dari militer.
Pada tahun 1945, Guilford kembali mengajar dan penelitian di University
of Southern California, di mana ia melanjutkan dengan penyelidikannya ke dalam
kemampuan mental yang membuat up intelijen. Guilford terutama menyadari
yang rasa langkah-langkah kreativitas dalam kecerdasan konvensional tes. APA
pidato presiden 1950 menekankan perlu lebih banyak penelitian tentang sifat
kreativitas. Lebih dua puluh tahun berikutnya ia melakukan banyak em besar
investigasi pirical yang terus berkembang num yang ber dari kemampuan mental
dikonfirmasi. Banyak dari mereka mempunyai kreativitas. Dua buku besar pada
kecerdasan muncul dari periode ini, The Nature of Human Intelligence (1967) dan
Analisis Intelijen (1971) (dengan Ralph Hoepfner).
Dengan awal 1950-an Guilford mulai merasa perlu untuk mengembangkan
sistem untuk mengklasifikasikan kemampuan mental banyak yang telah dan terus
ditemukan. Itu Versi pertama Struktur sekarang-terkenal dari Akal (SOI) Model
disajikan pada tahun 1955 ke confer- internasional Ence analisis faktor di Paris.
Dari rumusan pertama, model SOI menjadi fokus utama dari re- Guilford mencari
dan menulis. Dia menggunakan model untuk menyarankan mana kemampuan
baru mungkin ditemukan, sebanyak periodik tabel telah digunakan sebelumnya
untuk mencari unsur kimia baru KASIH. Jumlah kemampuan yang mungkin
diwakili oleh model telah meningkat selama bertahun-tahun, dan dalam terbaru
Versi (dijelaskan di bawah) ada 180.
Sebagai model SOI dikembangkan, Guilford menjadi lebih dan lebih
tertarik menerapkannya untuk meningkatkan pendidikan. Meskipun popularitas
yang luas dari IQ, Guilford tidak pernah percaya pada Spearman teori g-faktor
kecerdasan, yang tersirat bahwa IQ didasarkan pada monolithic Kemampuan sifat.
Selanjutnya, mengantisipasi banyak penemuan baru-baru ini troversy tentang
konsep IQ, ia meragukan immutabil- yang itu kemampuan mental. Dia percaya
bahwa kemampuan manusia dibedakan menjadi sistem yang semakin kompleks
sebagai fungsi sebuah tion pendidikan lebih dan lebih. Dia percaya anak yang
anak dapat dilatih untuk menjadi lebih pintar; "Pendidikan Intelijen adalah
pendidikan yang cerdas "menjadi motto nya. Ide-idenya di daerah ini telah
dilaksanakan dalam beberapa tahun terakhir, khususnya untuk para larly di
Jepang, melalui upaya Jadi-International ciety Pendidikan Intelijen. Masyarakat
ini dan affili- nya sekolah diciptakan beristirahat di atas dasar model SOI
Guilford. Di sekolah tersebut siswa dilatih, sejak usia dini, untuk meningkatkan
kemampuan SOI mereka dalam berpikir, kreativitas, dan banyak daerah lain
melalui latihan mingguan. Dalam pengakuan Kontribusi besar Guilford untuk
pendidikan, Inter- nasional Masyarakat untuk Pendidikan Intelijen, yang berkantor
pusat di Tokyo, yang diterbitkan pada tahun 1988 An Odyssey Model SOI,
disunting oleh A. Chiba. Volume ini berisi auto Guilford biografi, beberapa kertas
pada model SOI, upeti Guilford oleh putrinya dan lain-lain, banyak surat-
suratnya, a vita, dan daftar pustaka Guilford sebagai diedit oleh istrinya.
Dalam versi terakhirnya dari SOI, "Beberapa Perubahan Struktur-of-Akal
Model "{Pendidikan dan Psikologis Pengukuran, 1988, vol. 48, hlm. 1-4),
Guilford dijelaskan di- telligence sebagai koleksi yang sistematis dari sejumlah
besar kemampuan untuk memproses berbagai jenis informasi dalam berbagai cara.
Ada enam jenis operasi (kognisi, merekam memori, retensi memori, produksi
konvergen tion, produksi divergen, dan evaluasi); lima jenis Isi (visual, auditori,
simbolik, semantik, dan prilaku ioral); dan enam jenis produk (unit,kelas,
hubungan, sistem, transformasi, dan implikasi). Model SOI menyerupai kubus
dengan isi, produk, dan operasi masing-masing menempati satu sisi. Setiap
kemampuan didefinisikan oleh con- sebuah persimpangan dari tiga kategori,
menempati salah satu sel di Angka tiga dimensi. Banyak dari kemampuan ini ac-
knowledged berkorelasi dengan satu sama lain. Ini 6 x 5 x 6 angka menghasilkan
total 180 kemampuan yang unik mungkin, lebih
100 yang telah diverifikasi secara empiris.
Hal ini tidak mudah untuk keluar tunggal satu prestasi sebagai Guil-
kontribusi paling penting ford ini. Buku yang luar biasa pada psikometri metode,
statistik, kepribadian, dan intelligence; kepribadian dan kemampuan tes nya; nya
Air Corps US kerja seleksi personil; penemuan abili- mental yang baru ikatan; dan
model SOI nya semuanya telah sangat influen- esensial. Apa mungkin yang paling
abadi, bagaimanapun, adalah pengaruhnya pada cara berpikir kita tentang
kecerdasan. ketika Guilford memulai karirnya, kecerdasan adalah IQ, monolitik
sifat global yang dianggap sebagai sebagian besar bawaan dan immu- meja.
Sekarang, dalam ukuran besar sebagai hasil dari penelitiannya, intelijen telah
terbukti menjadi sangat kompleks. Mungkin ada sebanyak 180 kemampuan
terpisah yang dapat
individual dikembangkan melalui "pendidikan intelijen." Turun-temurun
keterbatasan ditempatkan pada kecerdasan manusia terlihat sekarang menjadi jauh
lebih ketat daripada sebelumnya-asumsi dikonsumsi. Konsepsi Guilford
kecerdasan, jika memadai diindahkan, akan memiliki dampak yang mendalam di
masa depan di pub- persepsi lic tentang potensi individu dan pada pendidikan
anak-anak (Comrey, Andrew L. 1993: 1-9).

2.2 Pengertian Bakat

Bakat (aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan yang


merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu pengembangan dan
latihan lebih lanjut. Karena sifatnya yang masih bersifat potensial atau masih
laten itu, maka bakat merupakan potensi yang masih memerlukan ikhtiar
pengembangan dan latihan secara serius dan sistematis agar dapat terwujud.
Bakat berbeda dengan kemampuan (ability) uang mengandung makna sebagai
daya untuk melakukan sesuatu sebagi hasil dari pembawaan dan latihan. Bakat
juga berbeda dengan kapasistas (capacity) yang sering kali digunakan sebagai
sinonim untuk kemampuan yang dapat dikembangkan di masa yang akan
datang apabila latihan dilakukan secara optimal.

Dengan demikian, dapat disarikan bahwa bakat masih merupakan suatu


potensi yang akan muncul setelah memperoleh pengembangan dan latihan,
sedangkan kemampuan dan kapasitas sudah merupakan suatu tindakan yang
dilaksanakan atau akan dapat dilaksanakan (Ansori, 2007: 98-99).

Menurut Guilford
Meurut Guilford yang menyatakan bahwa aptitude pertains to abilities to
perform. There are actually as many abilities as there are actions to be
performed, hance traits of this kind are very numerous (Guilford, 1959: 8). Di
dalam pembahasannya Guilford mengemukakan, bahwa aptitude itu mencekup 3
dimensi psikologi, yaitu:
1. Dimensi perseptual,
2. Dimensi psiko-motor
3. Dimensi intelektual.
Tiap-tiap dimensi itu mengandung faktor-faktor psikologi yang lebig khasus lagi,
seperti misalnya faktor memory, reasoning dan sebgainya.
Dari contoh yang telah dikemukakan ini terbukti bahwa tidak ada
keseragaman pendapat di antara para ahli mengenai soal apakah bakat itu.
Namun perbedaan-perbedaan pendapat mereka sebenarnya tidak sebesar rumusan-
rumusan tersebut. Rumusan-rumusan yang berbeda-beda tersebut sebenarnya
merupakan penyorotan masalah bakat itu dari sudut yang berbeda-beda; jadi di
samping adanya pembedaan antara pendapat yang satu dan pendapat yang lain,
pendapat-pendapat tersebut juga saling melengkapi.
Dari analisis tentang tingkah laku itu kita ketemukan, bahwa dalam
tingkah laku itu kita dapatkan gejala sebagai berikut:
a. Bahwa individu melakukan sesuatu,
b. Bahwa apa yang dilakukan itu merupakan sebab dari sesuatu tertentu (atau
mempunyai akibat atau hasil tertentu,
c. Bahwa dia melakukan sesuatu itu dengan cara tertentu.
Karena itu analisis tingkah laku ini memberi kesimpulan bahwa tingkah laku
mengandung tiga aspek, yaitu:
a. Aspek tindakan (performance atau act),
b. Aspek sebab atau akibatnya (a person causes a result)
c. Aspek ekspresif.
Tingkah laku individu, yang mempunyai tiga aspek itu adalah
pengejawantahan dari pada kualitas individu yang didasari oleh bakat tertentu.
Guilford yang bertolak dari analisis faktor, berusaha merumuskan faktor-faktor
yang terkandung di dalam bakat itu yang secara garis besar telah di sebutkan di
muka. Di sini akan dikemukakan agak lebih jauh. Telah disebutkan, bahawa
menurut Guilford bakat itu mencakup tiga dimensi pokok, yaitu:
1. Dimensi Perseptual
Dimensi perseptual meliputi kemampuan dalam mengadakan persepsi, dan
ini meliputi faktor-faktor antara lain:
a. Kepekaan indera,
b. Perhatian,
c. Orientasi ruang,
d. Orientasi waktu,
e. Luasnya daerah persepsi,
f. Kecepatan persepsi, dan sebagainya.
2. Dimensi Psiko-motor
Dimensi psiko-motor ini mencakup enam faktor, yaitu:
a. Faktor kekuatan,
b. Faktor implus,
c. Faktor kecepatan gerak,
d. Faktor ketelitian/ketepatan, yang terdiri atas dua macam, yaitu:
1. Faktor kecakapan statis yang menitik beratkan pada posisi,
2. Faktor ketepatan dinamis, yang menitik beratkan pada gerakan.
e. Faktor koordinasi
f. Faktor keluwesan (flexibility)
3. Dimensi Intelektual
Dimensi inilah yang umumnya mendapat penyerotan secara luas, karena
memang dimensi inilah yang mempunyai implikasi sangat luas. Dimensi ini
meliputi lima faktor, yaitu:
a. Faktor, yang mencakup:
1. Faktor ingatan mengenai substansi,
2. Faktor ingatan mngenai relasi,
3. Faktor ingatan mengenai sistem;
b. Faktor pengalaman, yang mencakup:
1. Pengenalan terhadap keseluruhan informasi,
2. Pengenalan terhadap golongan (kelas)
3. Pengenalan terhadap hubunagn-hubungan,
4. Pengenalan terhadap bentuk atau struktur,
5. Pengenalan terhadap kesimpulan.
c. Faktor evaluatif, yang meliputi:
1. Evaluasi mengenal identitas,
2. Evaluasi mengenai relasi-relasi,
3. Evaluasi terhadap sistem,
4. Evaluasi terhadap penting tidaknya problem (keoekaan terhadap problem
yang dihadapi).
d. Faktor berfikir konvergen, yang meliputi:
1. Faktor untuk menghasilkan nama-nama,
2. Faktor untuk menghasilkan hubungn-hubungan,
3. Faktor untuk menghasilkan sistem-sistem,
4. Faktor untuk menghasilkan transformasi,
5. Faktor untuk menghasilkan implikasi-implikasi.
e. Faktor berfikir divergen, yang meliput:
1. Faktor untuk menhasilkan unit-unit, seperti: word fluency, ideational
fluency,
2. Faktor untuk pengalihan kelas-kelas secara spontan,
3. Fakror kelancaran dalam menghasilkan hubungan-hubungan,
4. Faktor untuk menghasilkan sistem, seperti: expressional fluency,
5. Faktor untuk transformasi divergen,
6. Faktor untuk menyusun bagian-bagian menjadi garis besar atau kerangka.
(Suryabrata, Sumadi, 1995:168-178).

Menurut para ahli lain mendefenisikan bakat ialah:


1. Menurut Crow (1989)
Menurut Crow (1989) bakat bisa dianggap sebagai kualitas yang dimiliki
oleh semua orang dalam tingkat yang beragam. Bakat juga dapat dianggap sebagai
keunggulan khusus dalam bidang perilaku tertentu, seperti musik, matematika,
atau olahraga.
2. Menurut William B. Michael
Menurut William B. Michael mendefinisikan bakat sebagai An aptitude
may be defined as a persons capacity, or hypothetical potential, for acquistition
of a certain more or less welldefined pattern of behavior involved in the
performance of a task respect to which the individual has had little or no previous
training (Michael, 1960: 59).
Jadi Michael meminjam bakat itu terutama dari segi kemampuan
individual untuk melakukan sesuatu tugas, yang sedikit ekali tergantung kepada
latihan mengenai hal tersebut.
3. Menurut Brigham
Sementara itu Brigham memberikan defenisi sebagai berikut:
aptitude.....as a conition or sect of characteristics regarded as symptomstic of an
individuals ability to acquire with training some (usually specified) knowledge,
skill, or set of responses such as the ability to speak a language, to produce
music,....etc. (Bingham, 1937: 16)
Dalam defenisi ini Bingham menitik-beratkan pada segi apa yang dapat
dilakukan oleh individu, jadi segi performance, setelah individu mendapatkan
latihan.
4. Menurut Traxler
Traxler (dalam Crow dan Crow, 1989) mendefinisikan bakat sebagai
kondisi, kualitas, atau sekumpulan kualitas pada diri individu yang menunjukkan
kemungkinan sampai dimana dia akan mampu mendapatkan, dengan latihan yang
cocok, pengethauan, keterampilan, atau sekumpulan pengetahuan, pengertian dan
keterampilan, seperti kemampuan untuk menyumbangkan diri dalam bidang seni,
kemampuan mekanik, kemampuan matematika, atau kemampuan membaca dan
berbicara dengan menggunakan bahasa asing.
5. Menurut Woodworth dan Marquis
Woodworth dan Marquis memberikan definisi bakat sebagai prestasi yang
dapat diramalkan dan dapat diukur melalui tes khusus. Oleh karena itu bakat
dikategorikan sebagai suatu kemampuan (ability). Menurut dia ability mempunyai
tiga arti, yaitu:
1. Achievement yang meupakan actual ability, yang dapat diukut langsung
dengan alat atau test tertentu.
2. Capacity yang merupakan potential ability, yang dapat diukur secara tidak
langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, di mana
kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara dasar dengan training
yang intensif dan pengalaman.
3. Aptitude, yaitu kualitas yang hanya dapat diungkapkan/duikur dengan tes
khusus yang sengaja ibuat untuk itu.
Jadi yang disebut bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat
khusus. Dikatakan bakat umum (intelektual)/gifted apabila kemampuan yang
berupa potensi tersebut brsifat umum, misalnya : bakat intelektual secara umum.
Sedangkan bakat khusus talent apabila kemampuan yang berupa potensi
tersebut bersifat khusus, misalnya: bakat akademik, sosial, seni, kinestetik dan
sebaginya. Oleh karna itu, anak yang memiliki bakat khusus menonjol sering
disebut dengan istila talented children, sedangkan anak yang memiliki bakat
intelektual menonjol sering disebut dengan istilah gifted children.
Dengan bakat seseorang berkemungkinan untuk mencapai prestasi dalam
bidang tertentu, tetapi untuk mewujudkan bakat ke dalam suatu prestasi
diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman, dan motivasi. Singkatnya
perbedaan yang menyolok antara individu yang memiliki bakat khusus dengan
yang memiiki bakat biasa adalah bahwa individu yang memiliki bakat khusus jika
memproleh penanganan pengembangannya, maka akan berkembang secara lebih
cepat dan bisa mencapai prestasi maksimal. Sedangkan individu yang memiliki
kemampuan biasa, jika memperoleh penanganan akan dapat berkembang juga,
namun tidak cepat dan memakan waktu lama serta hasilnyapun akan mentok pada
tingkat tertentu saja (Ansori, 2007: 98-99).
Menurut Victor Selebriakoff dan Dr. Steven Langger:
Kedua ahli ini tidak mendefenisikan, tetapi menjelaskan tanda-tanda anak
berbakat sebagai berikut:
1. Instimewa dalam kemampuan berfikir, mengelolah permasalahan yang
abstrak, membeuat generalisasi atas fakta-fakta yang ada.
2. Memiliki keinginan intelektual yang besar.
3. Selalu mudah mempelajari sesuatu dan menykainya.
4. Hal-hal yng menarik hatinya mencakup bidang yang luas.
5. Memiliki perhatian besar yang membuat mereka mampu berkonsentrasi
dalam memecahkan persoalan.
6. Istimewa dalam kualitas serta jumlah kosakata yang dimiliki dibanding anak-
anak lain sebaya dalam berbahasa.
7. Mampu mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan tuntas tanpa bantuan.
8. Pandai membaca sejak usia dini (sebelum mencapai usia sekolah).
9. Kemampuan melakukan mengobservasi yang besar.
10. Penuh inisiatip dan ide-ide orisinil mengenai tugas-tugas yang berhubungan
dengan intrlektualitas.
11. Menunjukkan kewas[adaan dan cepat dalam merespon hal-hal baru.
12. Cepat dalam menghapal.
13. Memiliki rasa tertarik yang besar.
14. Memiliki imajinasi yang tidak biasa.
15. Mudah mengikuti petunjuk-petunjuk yang komplek.
16. Merupakan pembaca cepat.
17. Mempunyai beberapa hobi
18. Sering mengunjungi perpustakaan dan memanfaatkan kegunaannya.
19. Menggemari bacaan yang mencakup bermacam-macam bidang.
20. Unggul dalam matematika, terutama dalam memecahkan soal-soal.
(Suki, A dan Taslim. 2006: 91)

2.3 Jenis Jenis Bakat Khusus

Ada lima jenis bakat khusus, baik yang masih berupa potensi maupun yang sudah
terwujud, yaitu:
1. Bakat akademik khusus,
2. Bakat kreatif-produktif,
3. Bakat seni,
4. Bakat kinestetik/psikomotorik,
5. Bakat sosial.

Termasuk ke dalam bakat akademik khusus, misalnya: bakat untuk bekerja


dalam angka-angka (numeric), logika, bahasa dan sejenisnya. Bakat khusus dalam
bidang kreatif-produktif artinya bakat dalam menciptakan sesuatu yang baru,
misalnya: menghasilkan rancangan arsitektur yang baru, menghasilkan teknologi
terbaru dan sejenisnya. Bakat khusus dalam bidag seni, misalnya: mampu
mengaransemen musik dan sangat dikagumi, mampu menciptakan lagu hanya
dalam waktu 30 menit lengkap dengan syair dan notasinya, mampu melukis
dengan sangat indah dalam waktu singkat dan sejenisnya. Bakat khusus
kinestetik/psikomotor, misalnya: memiliki kemampuan luarbiasa dalam bidang
sepak bola, bulu tangkis, tenis dan sejenisnya. Adapun bakat khusus dalam bidang
sosial, misalnya: sangat mahir dalam melakukan negosiasi, sangat mahir untuk
menawarkan suatu produk, sangat mahir dalam mencari koneksi, dan sebaginya
(Ansori, 2007: 99-100).

2.4 Hubungan antara Bakat dengan Prestasi


Perwujudan nyata dari bakat dan kemampuan adalah prestasi karena bakan
dan kemampuan sangat menentukan prestasi seseorang. Orang yang memiliki
bakat matematika dapat diprediksikan mampu mncapai prestasi yang menonjol
dalam bidang matematika. Prestasi yang menonjol dalam bidang matematika itu
merupakan cerminan dari bakat kusus yang dimiliki dalam bidang tersebut.
Perlu ditekankan disini bahwa karena bakat itu masih bersifat potensial,
maka seseorang yang berbakat belum tentu mampu mencapai prestasi yang tinggi
dalam bidangnya kalau tidak memperoleh kesempatan untuk mengembangkan
bakatnya secara maksimal. Hanya bakat khusus yang memproleh kesempatan
maksimal dalam pengembangannya sejak dini serta didukung oleh fasilitas dan
motivasi yang tinggi pula yang akhirny dapat terealisasikan dalam bentuk prestasi
ungul (Ansori, 2007: 100).
Dalam mencapai prestasi unggul khususnya prestasi tingkat nasional atau
internasional (dunia) beberapa unsur di bawah ini, perlu diperhatikan:
1. Unsur anak yang meliputi:
- Drajat/kadar bakat yang dipunyai si anak. Kadar bakat yang tinggi akan
memperhatikan prestasi yang tinggi, begitu juga sebaliknya.
- Minat, motivasi/dorongan pribadi yang kuat, tidak pernah merasa bosan dan
mempunyai kreatifitas yang berhubungan dengan bakatnya.
- Kemampuan psikis dan fisik yang prima agar dapat mengikuti acara
latihan/pengalaman belajar yang padat dan melelahkan.
2. Unsur Pelatihan Guru
Ada kalanya guru/pelatih, di sekolah atau tempat latihan tertentu, tidak
mampu memberikan layanan pengalaman belajar apalagi prestasi yang
ditargetkan prestasi internasional atau dunia. Untuk menanggulangi kekosongan
platih/guru tersebut sring didatangkan pelatih/guru yang berkualitas dari luar
negeri/negara lain yang prestasinya lebih menonjol dalam jenis bakat yang
dilatihnya (Suki, A dan Taslim. 2006: 94-95).

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bakat Khusus

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat-bakat


yang ia miliki atau kurang termotivasi untuk mencapai bakat-bakatnya secara
optimal terletak pada anak itu sendiri, keluarga dan kondisi lingkungan.
1. Faktor Anak
Misalnya anak itu tidak atau kurang berminat untuk mengembangkan
bakat-bakatnya yang ia miliki, atau kurang termotvasi untuk mencapai prestasi
yang tinggi atau mungkin punya kesulitan untuk masalah, yaitu:
- Kesehatan/cacat tubuh yang berhubungan erat dengan jenis bakat yang akan
dikembangkannya, seperti penyakit paru dengan bakat seni suara, olahraga
dan sebagainya atau cacat tubuh dapat menghalangi untuk mengembangkan
bakat khusus seseorang.
- Masalah pribadi, seperti sedang asik-asiknya bepacaran atau terlibat
kecanduang narkoba atau menolong orang tua secara rutin dalam
mengusahakan pendapatan keluarga dan sebaginya.
- Postur tubuh yang tinggi, khusus dibidang olah raga adakalanya
mempengaruhi peningkatan prestasi seperti bola basket, lari, lompat tinggi,
renang dan sebaginya yang membutuhkan tubuh yang relatif tinggi.
2. Faktor Keluarga
Orang tua yang mampu untuk menyediakan kesempatan dan sarana
pendidikan yang ia butuhkan atau ekonominya cukup tinggi tetapi kurang
memberi perhatian terhadap pendidikan anak.
3. Faktor Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan terutama di desa jauh dari kota. Kurang medukung
dalam pengembangan bakat seseorang disebabkan kurangnya/tidak adanya
sekolah/kursus latihan, begitu juga minimnya/tidak adanya guru/pelatih yang
berkualitas untuk mendukung tujuan tersebut (Suki, A dan Taslim. 2006: 96).
Ada sejumlah faktor yang memepengaruhi perkembangan bakat khusus
yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu.
Faktor-faktor internal tersebut adalah:
1. Minat
2. Motif berprestasi
3. Keberanian mengambil resiko
4. Keuletan dalam menghadapi tantangan
5. Kegigihan atau daya juang dalam mengatasi kesulitan yang timbul

Adapun faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari lingkungan


individu tumbuh dan berkurang. Faktor-faktor eksternal ini meliputi:
1. Kesempatan maksimal untuk mengembangkan diri
2. Sarana dan prasarana
3. Dukungan dan dorongan orang tua/keluarga
4. Lingkungan tempat tinggal
5. Pola asuh orang tua
Individu yang memiliki bakat khusus dan memperoleh dukungan internal
maupun eksternal, yakni memiliki minat yang tinggi terhadap bidang yang
menjadi bakat khususnya, memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, memiliki
daya juang yang tinggi, dan ada kesempatan maksimal untuk mengembangkan
bakat khusus tersebut secara optimal, maka bakat khusus tersebut akan dapat
muncul dalam suatu kinerja atau kemampuan unggul dan mencapai prestasi yang
menonjol (Ansori, 2007: 100-101).

2.6 Perbedaan Individu dalam Bakat Khusus

Dilihat dari aspek apapun, setiap individu memiliki perbedaan satu dengan
yang lain. Demikian juga dalam aspek bakat khusus, setiap individu memiliki
bakat khususnya masing-masing secara berbeda-beda. Pebedaan bakat khusus ini
bisa terletak pada jenis dan juga kualitasnya. Pebedaan dalam jenisnya akan
terwujud pada kemampuan yang ditunjukkan, misalnya: seorang individu tertentu
memiliki bakat khusus untuk bekerja dengan angka (numerical aotitude), tetapi
individu yang lain lebih menonjol bakat khususnya dalam bahasa (verbal
aptitide), sementara intu individu lainnya lagi memiliki bakat khusus yang amat
menonjol dalam bidang musik. Adapun perbedaan dalam kualitasnya
mengandung makna bahwa sangat boleh jadi diantara individu satu dengan yang
lain yang memiliki bakat khusus yang sama, tetapi dalam kualita yang berbeda.
Misalnya dua orang individu sama-sama memiliki bakat khusus untuk bekerja
dengan angka, namun individu yang memiliki kemampuan yang lebih unggul
dibandingkan dengan kemampuan individu satunya lagi (Ansori, 2007: 101).

2.7 Upaya Pengembangan Bakat Khusus Remaja dan Implikasinya dalam


Penyelenggaraan Pendidikan

Untuk mengetahui bakat khusus peserta didik, guru sebaiknya bekerja sma
dengan orang tua siswa.
Bagaimana orang tua dapat mengenal bakat khusus anak? Bakat anak dapat
dikenal dengan observasi terhadap apa yang selalu dikerjakan anak, dengan
mengenal ciri-ciri anak tersebut, orang tua dapat menyediakan lingkungan
pendidikan yang sesuai dengan bakat anak. Mereka dapat membantu anak
memahami dirinya agar tidak melihat bakat sebagai suatu beban tetapi sebagai
suatu anugerah yang harus dihargai dan dikembangkan. Manfaat lain dari
kemampuan orang tua untuk mengenal bakat anak ialah agar orang tua dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan tentang ciri-ciri dan keadaan anak
mereka.
Sekolah mengirim daftar/ciri0ciri perilaku kepada orang tua dengan
penjelasan bahwa sekolah perlu mengetahui sifat-sifat siswa untuk dapat
merencanakan pengalaman pendidikan yang sesuai baginya. Sebagai contoh,
orang tua diminta memberi keterangan tentang butir-butir berikut ini:
1. Hobi dan minat-minat anak yang khusus,
2. Jenis buku yang disenangi,
3. Masalah dan kebutuhan khusus,
4. Prestasi unggul yang pernah dicapai,
5. Pengalaman-pengalaman khusus,
6. Kegiatan kelompok yang disenangi,
7. Kegiatan mandiri yang disenangi,
8. Sikap anak terhadap sekolah/guru,
9. Cita-cita untuk masa depan.

2.8 Bagaimanakah Caranya Kita Mengenal Bakat Seseorang?

Menurut sejarahnya usaha pengenalan bakat itu mula-mula terjadi pad


bidang kerja (jabatan), tetapi kemudian juga dalam bidang pendidikan, bahkan
dewasa ini dalam bidang pendidikanlah usaha yang paling banyak menyusun test
untuk mengungkap bakat bertolak dari dasar fikiran analisis faktor. Pendapat
Guillford yang telah disajikan di muka itu merupakan salah satu contoh dari pala
pemikiran yang demikian itu. Apa yang dikemukanakan oleh Guillford itu adalah
hal (materi) yang ada pada individu, yang diperluakan untuk aktivitas apa saja,
jelasnya untuk setiap aktivitas diperlukan berfungsinya faktor-faktor tersebut.
Pemberian nama terhadap jenis-jenis bakat biasanya dilakukan berdasarkan atau
dalam lapangan apa bakat tersebut berfungsi seperti bakay matematika, bakat
bahasa, bakat olah raga, dan sebaginya.
Prosedur yang biasanya ditempuh adalah:
1. Melakukan analisis jabatan (job-analysis) atau analisis lapangan studi untuk
menemukan faktor-faktor apa sja yang diperlukan supaya orang dapat
berhasil dalam lapangan tersebut;
2. Dari hasil analisis itu dibuat pencandraan jabatan (job-description) atau
pencandraan lapangan studi;ndraan lapangan studi itu diketahui persyaratan
apa yang harus dipenuhi supaya individu dapat lebih berhasil dalam lapangan
tertentu;
3. Dari persyaratan itu sebagai landasan disusun alat pengungkapannya (alat
pengungkapan bakat), yang biasanya berwujud test.
4. Dari pencandraan jabatan atau penc

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Implikasi Perkembangan Bakat

Dari sekian banyak pesrta didik, jika dituangkan kedalam kurva normal,
kemampuan individualnya akan membentuk distribusi normal. Artinya, sebagian
besar berada pada kemampuan rata-rata, sebagian kecil berada dibawah rata-rata,
dan sebagian kecil lagi berada diatas rata-rata. Dilihat dari perspektif ini, peserta
didik yang memiliki bakat khusus berada didalam kelompok diatas rata-rata.
Agar dapat mengimplikasikan bakat khusus seseorang atau individu secara
optimal, mereka memerlukan progam pendidikan khusus seseuai dengan
bakatnya. Program pendidikan untuk mengembangkan individu berbakat khusus
agar mencapai prestasi unggul biasanya dikenal dengan istilah pendidkan
berdiferensi. Program pendidikan ini merupakan pelayanan di luar jangkauan
program pendidikan biasa agar dapat merealisasikan bakat dan kemampuannya
secara optimal, baik untuk pengembangan diri maupun untuk memeberikan
sumbangan yang berarti bagi kemajuan bangsa dan negara. Kurikulumya dalam
program pendidikan ini pun di sebut kurikuum berdiferensiasi.
Ada sejumlah langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk
mengembangkan bakat khusus individu, yaitu sebagai berikut:

a. Mengembangkan situasi dan kondisi yang memberikan kesempatan bagi


anak-anak dan remaja untuk mengembangkan bakat khususnya dengan
mengusahakan dukungan baik psikologis maupun fisik.

b. Berupaya menumbuhkembangkan minat dan motif berprestasi tinggi


dikalangan anak dan remaja baik dalam lingkungan keluarga sekolah maupun
masyarakat.

c. Meningkatkan daya juang kegigihan pada diri anak dna remaja dalam
menghadapai tantangan dan kesulitan.
d. Mengembangkan program pendidikan berdiferensi disekoah dengan
kurikulum berdiferensiasi pula, guna memberikan pelayanan secara lebih
lebih efektif kepada anak dan remaja yang memilik bakat khusus.

Bila semua aspek diatas dapat terpenuhi maka, pengembangan anak yang
mempunyai bakat khusus akan bisa berkembang secara optimal, dan memberikan
prestasi yang memuaskan terhadap orang tua, lingkungan sosial serta lingkungan
pendidikan.
BAB IV

PENUTU

4.1. Kesimpulan

Bakat dapat diartikan sebagi kemampuan bawaan yang merupakan potensi


yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Faktor-faktor penyebab yang
mempengaruhi bakat anak yaitu faktor genetik dan biologis lainnya dan faktor
lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat pada anak
adalah anak itu sendiri dan lingkungan anak. Hal yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan bakat sang anak yaitu perhatian, motivasi, dukungan,
pengertahuan, pelatihan, penghargaan, sarana, lingkungan, dan teladan yang baik.
Minat adalah gejala psikis yang muncul dalam diri seseorang dan direalisasikan
dengan perasaan senang dan menimbulkan perhatian yang khusus terhadap
sasaran, sehingga seseorang cenderung berupaya untuk mencapai sasaran tersebut.
Cara menumbuhkan minat belajar siswa salah satunya adalah memahami
kebutuhan anak didik dan berupaya melayani kebutuhan mereka. Faktor yang
mempengaruhi minat siswa adalah faktor individu dan faktor sosial.

4.2. Saran

Dengan adanya mata kuliah Psikologi pendidikan mahasiswa yang kelak


menjadi seorang guru diharapkan untuk memahami dan mengerti psikologi setiap
peserta didik. Untuk lebih dapat memahami materi tersebut mahasiswa diharapkan
lebih aktif dalam mencari informasi tentang materi psikologi pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Ansori. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Bumi Rencaekek Kencana.


Bingham, W. Van D. 1937. Aptitude and aptitude Testing. New York: Harper.
Comrey, Andrew L. 1993. National Academy Of Sciences (A Biographical
Memori). Washington D. C: C opyright.
Guilford, J. P. 1958. Personality. New York: McGraw Hill.
Michael, W. B. 1960. Encyclopedia of Educational research. New York:
McMillan.
Suki, Asril dan Taslim. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Medan: UMSU.
Suryabrata, Sumadi. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
https://www.scribd.com/document/317849785/Makalah-Psikologi-Pendidikan-
Tentang-Pengembangan-Bakat-Dan-Minat
http://www.nasonline.org/publications/biographical-memoirs/memoir-
pdfs/guilford-joy-paul.pdf

Anda mungkin juga menyukai