Anda di halaman 1dari 24

Universitas Bakrie

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.2 Perputaran Modal Kerja PT Mandom Indonesia, Tbk
Berdasarkan data laporan keuangan PT Mandom Indonesia, Tbk yang
didapatkan dari website Bursa Efek Indonesia, dapat dilihat perputaran modal kerjanya
pada periode 2010 2014. Komponen-komponen yang menjadi ukuran dalam menilai
modal kerja pada penelitian ini adalah perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran
persediaan.

4.1.2.1 Perputaran Kas pada PT Mandom Indonesia, Tbk


Perputaran kas pada perusahaan dapat dilihat dari perbandingan antara net sales
dengan average cash and equivalent. Kedua komponen tersebut didapatkan penulis dari
laporan keuangan perusahaan. Net sales (penjualan bersih) didapatkan penulis dari
laporan keuangan bagian laporan laba rugi, sedangkan average cash and equivalent
didapatkan dari perhitungan rata-rata kas dan setara kas tahun berjalan terhadap tahun
sebelumnya yang didapatkan dari bagian neraca pada laporan keuangan.
Adapun perputaran kas pada PT Mandom Indonesia, Tbk adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Perputaran Kas PT Mandom Indonesia, Tbk Periode 2010 2014

Penjualan Bersih Rata-rata Kas dan Perputaran


Tahun Semester
(Rp) Setara Kas (Rp) Kas (Kali)
I 726,345,665,689 93,154,562,797 7.80
2010
II 1,466,938,711,851 138,128,397,967 10.62
I 802,002,390,470 117,213,858,159 6.84
2011
II 1,654,671,098,358 109,483,440,877 15.11
I 953,698,829,260 114,116,670,207 8.36
2012
II 1,851,152,825,559 112,401,367,475 16.47
I 989,167,117,680 127,336,160,555 7.77
2013
II 2,027,899,402,527 104,382,470,149 19.43
I 1,177,648,478,655 115,497,580,241 10.20
2014
II 2,308,203,551,971 84,457,854,073 27.33
Sumber: Laporan Neraca dan Laba Rugi PT Mandom Indonesia, Tbk periode 2010-2014,
2015. Data diolah oleh penulis.

47
Universitas Bakrie

Menurut Kasmir (2008), standar industri untuk perputaran kas adalah 10 kali
dalam setahun. Untuk memudahkan perbandingan antara perputaran kas PT Mandom
Indonesia, Tbk dengan standar industri, dapat dilihat perputaran kas dalam bentuk
diagram seperti berikut:

Grafik 4.1 Perputaran Kas PT Mandom Indonesia, Tbk

Perputaran Kas 2010 - 2014


30.00 27.33

25.00
19.43
20.00
Perputaran Kas (Kali) 16.47 Standar Industri (Kali)
15.11
15.00
10.6210 10 10 10 10
10.00

5.00

0.00
2010.0 2011.0 2012.0 2013.0 2014.0

Sumber: Laporan Neraca dan Laba Rugi PT Mandom Indonesia, Tbk periode 2010-2014,
2015. Data diolah oleh penulis.

Diagram di atas menunjukkan perputaran kas perusahaan yang cenderung selalu


mengalami kenaikan rata-rata sebesar 4,2 kali setiap tahunnya pada periode 2010 2014.
Berdasarkan diagram perputaran kas di atas, dapat diketahui bahwa nilai perputaran kas
tertinggi adalah sebesar 27,33 kali yaitu pada tahun 2014 dan perputaran kas terendah
adalah sebesar 10,62 kali pada tahun 2010. Dari diagram tersebut menunjukkan bahwa
rata-rata perputaran kas PT Mandom Indonesia, Tbk mengalami peningkatan yang
signifikan setiap tahunnya untuk periode 2010 2014. Apabila dibandingkan dengan
standar industri, perputaran kas PT Mandom Indonesia, Tbk sudah sangat baik untuk
periode 2010 2014 karena setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan yang
signifikan dengan tingkat perputaran kas selalu di atas tingkat standar 10 kali. Semakin
tinggi perputaran kas perusahaan menandakan semakin efisien penggunaan kas dalam
perusahaan tersebut (Riyanto, 2008).

48
Universitas Bakrie

4.1.2.2 Perputaran Piutang pada PT Mandom Indonesia, Tbk


Penjualan secara kredit dilakukan oleh perusahaan untuk memberi peluang
perluasan pasar sehingga dapat meningkatkan laba usaha (Soemarso, 2004). Menurut
Soemarso (2004) piutang dalam suatu perusahaan harus selalu dalam keadaan berputar,
semakin cepat perputarannya, makin baik pula kondisi keuangan perusahaan. Perputaran
piutang dapat diukur dengan jumlah penjualan selama periode tertentu dengan jumlah
rata-rata piutang.
Adapula perputaran piutang pada PT Mandom Indonesia, Tbk dapat dilihat pada
tabel berikut:

Tabel 4.2 Perputaran Piutang PT Mandom Indonesia, Tbk Periode 2010 2014

Perputaran
Penjualan Bersih Rata - Rata
Tahun Semester Piutang
(Rp) Piutang (Rp)
(Kali)
I 726,345,665,689 241,462,546,599 3.01
2010
II 1,466,938,711,851 198,163,878,909 7.40
I 802,002,390,470 251,802,874,237 3.19
2011
II 1,654,671,098,358 228,354,277,115 7.25
I 953,698,829,260 269,350,801,012 3.54
2012
II 1,851,152,825,559 271,337,455,572 6.82
I 989,167,117,680 303,823,478,991 3.26
2013
II 2,027,899,402,527 291,582,165,562 6.95
I 1,177,648,478,655 343,528,312,853 3.43
2014
II 2,308,203,551,971 306,837,907,447 7.52
Sumber: Laporan Neraca dan Laba Rugi PT Mandom Indonesia, Tbk periode 2010-2014,
2015. Data diolah oleh penulis.

Menurut Kasmir (2008), standar industri untuk perputaran piutang adalah 15


kali dalam setahun. Untuk memudahkan perbandingan antara perputaran piutang PT
Mandom Indonesia, Tbk dengan standar industri, dapat dilihat perputaran piutang dalam
bentuk diagram seperti berikut:

Grafik 4.2 Perputaran Piutang PT Mandom Indonesia, Tbk

49
Universitas Bakrie

Perputaran Piutang 2010 - 2014


16.00 15 15 15 15 15

14.00

12.00

10.00
Perputaran Piutang (Kali) Standar Industri (Kali)
8.00 7.40 7.25 7.52
6.82 6.95

6.00

4.00

2.00

0.00
2010.0 2011.0 2012.0 2013.0 2014.0

Sumber: Laporan Neraca dan Laba Rugi PT Mandom Indonesia, Tbk periode 2010-2014,
2015. Data diolah oleh penulis.

Berdasarkan grafik di atas, perputaran piutang PT Mandom Indonesia, Tbk


mengalami fluktuasi yang cukup signifikan pada periode 2010 2014. Hal ini ditandai
dengan rata-rata perputaran piutang terendah berada pada tahun 2012 sebesar 6,82 kali.
Akan tetapi kondisi perputaran piutang membaik secara signifikan pada tahun 2014.
Perusahaan mencapai titik tertinggi sebesar 7,52 kali pada periode tersebut. Fakta ini
menunjukkan perputaran piutang PT Mandom Indonesia, Tbk mengalami peningkatan
yang sangat baik dari tahun 2012. Dari grafik di atas dapat dilihat tingkat perputaran
piutang PT Mandom Indonesia, Tbk masih berada jauh di bawah tingkat standar industri
sebesar 15 kali. Perputaran piutang PT Mandom Indonesia, Tbk hanya berfluktuasi pada
angka 7,40, 7,25, 6,82, 6,95, dan 7,52 kali pada periode 2010 2014. Semakin rendah
tingkat perputaran piutang menunjukkan semakin tinggi modal kerja yang ditanamkan
dalam piutang, selain itu rendahnya tingkat perputaran piutang menggambarkan kualitas
piutang dan kesuksesan penagihan piutang perusahaan yang masih kurang baik (Riyanto,
2008).

4.1.2.3 Perputaran Persediaan pada PT Mandom Indonesia, Tbk

50
Universitas Bakrie

Perputaran persediaan merupakan rasio antara jumlah harga pokok barang yang
dijual dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan (Munawir, 2004).
Rasio ini dapat menunjukkan berapa kali jumlah barang persediaan diganti dalam satu
tahun (Munawir, 2004). Adapun perputaran persediaan pada PT Mandom Indonesia, Tbk
tertera pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3 Perputaran Persediaan PT Mandom Indonesia, Tbk Periode 2010 2014

Tahun Semester Harga Pokok Rata-rata Perputaran


Penjualan (Rp) Persediaan (Rp) Persediaan (Kali)

2010 I 464,643,652,782 486,067,091,936 2.38


II 923,034,681,729 988,189,865,721 4.63
2011 I 507,490,531,089 565,264,946,442 5.35
II 1,053,345,049,712 1,111,284,552,321 4.47
2012 I 623,039,361,795 634,734,799,106 4.58
II 1,169,224,054,930 1,210,004,865,066 4.34
2013 I 646,430,236,417 689,184,891,610 2.56
II 1,250,785,675,202 1,331,360,296,560 4.23
2014 I 731,939,546,803 365,969,773,402 2.77
II 1,411,934,917,918 705,967,458,959 3.77
Sumber: Laporan Neraca dan Laba Rugi PT Mandom Indonesia, Tbk periode 2010-2014,
2015. Data diolah oleh penulis.

Menurut Kasmir (2008), standar industri untuk perputaran persediaan adalah 20


kali dalam setahun. Untuk memudahkan perbandingan antara perputaran persediaan PT
Mandom Indonesia, Tbk dengan standar industri, dapat dilihat perputaran persediaan
dalam bentuk diagram seperti berikut:

Grafik 4.3 Perputaran Persediaan PT Mandom Indonesia, Tbk

51
Universitas Bakrie

Perputaran Persediaan 2010 - 2014


25.00

20 20 20 20 20
20.00

15.00 Perputaran Persediaan (Kali) Standar Industri (Kali)

10.00

4.63 4.47 4.34 4.23


5.00 3.77

0.00
2010.0 2011.0 2012.0 2013.0 2014.0

Sumber: Laporan Neraca dan Laba Rugi PT Mandom Indonesia, Tbk periode 2010-2014,
2015. Data diolah oleh penulis.

Diagram di atas menunjukkan rata-rata perputaran persediaan perusahaan pada


periode 2010-2014. Pada tahun 2010, perusahaan mencapai titik tertinggi perputaran
persediaan yaitu sebesar 4,63 kali. Perusahaan cenderung mengalami penurunan hingga
mencapai titik terendah pada tahun 2014 dengan titik perputaran persediaan sebesar 3,77
kali. Berdasarkan diagram di atas, terlihat jelas bahwa perputaran persediaan perusahaan
masih sangat kecil jika dibandingkan dengan standar perputaran industri sebesar 20 kali
dalam setahun. Rendahnya perputaran persediaan tersebut menunjukkan perusahaan
bekerja kurang efisien atau tidak produktif dengan banyaknya barang persediaan yang
menumpuk, hal ini yang akan menyebabkan investasi dalam tingkat pengembalian yang
rendah (Munawir, 2004).

4.1.2.4 Return on Asset pada PT Mandom Indonesia, Tbk


Profitabilitas memiliki beberapa rasio dalam pengukurannya. Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan return on asset sebagai acuan untuk indicator profitabilitas PT
Mandom Indonesia, Tbk. Return on asset mengukur sejauh mana perusahaan
menghasilkan laba bersih pada tingkat aktiva tertentu.

52
Universitas Bakrie

Adapula rasio profitabilitas pada PT Mandom Indonesia, Tbk yang menjadi


sampel yang diukur adalah menggunakan return on asset dihitung berdasarkan net
income after tax yang didapatkan dari laporan laba rugi perusahaan terhadap jumlah
aktiva yang dimiliki perusahaan tersebut. Tabel 4.4 menunjukkan perhitungan performa
perusahaan berdasarkan return on asset:

Tabel 4.4 Return on Asset PT Mandom Indonesia, Tbk Periode 2010 2014

Laba RO
Tahu Semes Jumlah
Setelah A
n ter Aktiva (Rp)
Pajak (Rp) (%)
68,739,734,2 1,021,840,785,
I 6.73
93 974
2010
131,445,098, 1,047,238,440, 12.5
II
783 003 5
72,045,291,9 1,139,494,940,
I 6.32
14 017
2011
140,038,819, 1,130,865,062, 12.3
II
641 422 8
76,111,380,4 1,190,330,145,
I 6.39
86 304
2012
150,803,441, 1,261,572,952, 11.9
II
969 461 5
78,070,399,2 1,323,509,154,
I 5.90
89 697
2013
160,148,465, 1,465,952,460, 10.9
II
833 752 2
94,418,440,4 1,640,173,794,
I 5.76
54 538
2014
174,314,394, 1,853,235,343,
II 9.41
101 636
Sumber: Laporan Neraca dan Laba Rugi PT Mandom Indonesia, Tbk periode 2010-2014,
2015. Data diolah oleh penulis.

53
Universitas Bakrie

Menurut Kasmir (2008), standar industri untuk return on asset adalah 30%
dalam setahun. Untuk memudahkan perbandingan antara return on asset PT Mandom
Indonesia, Tbk dengan standar industri, dapat dilihat return on asset dalam bentuk
diagram seperti berikut:

Grafik 4.4 Return On Asset PT Mandom Indonesia, Tbk

ROA 2010 - 2014


35

30 30 30 30 30 30

25

20 ROA (%) Standar Industri (%)

15
12.55 12.38 11.95
10 10.92
9.41
5

0
2010.0 2011.0 2012.0 2013.0 2014.0

Sumber: Laporan Neraca dan Laba Rugi PT Mandom Indonesia, Tbk periode 2010-2014,
2015. Data diolah.

Grafik di atas menggambarkan perubahan return on asset perusahaan dari tahun


2010 sampai dengan 2014. Berdasarkan grafik di atas terlihat return on asset perusahaan
cenderung mengalami penurunan sebesar rata-rata 0,79 % setiap tahunnya. Return on
asset tertinggi perusahaan adalah sebesar 12,55% pada tahun 2010 yang kemudian
mengalami penurunan hingga mencapai titik 9,41% pada tahun 2014. Terjadinya
penurunan return on asset ini diperkirakan karena berfluktuasinya beberapa variabel yang
mempengaruhinya, seperti perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan
pada PT Mandom Indonesia, Tbk. Grafik perbandingan di atas menunjukkan tingkat
return on asset yang didapatkan perusahaan pada periode 2010 2014 masih berada
sangat jauh dari standar industri rata-rata untuk ROA yang memiliki tingkat sebesar 30%.
Perusahaan hanya berfluktuasi pada pencapaian 12,55%, 12,38%, 11,05%, 10,92%, dan
9,41% untuk tingkat ROA nya. Keadaan ini menunjukkan kinerja perusahaan yang masih

54
Universitas Bakrie

kurang baik dalam pengembalian investasi yang didapatkan jika diukur dari nilai aset
yang dimiliki (Riyanto, 2008).

4.2 Uji Statistik Deskriptif


Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data time series yang diukur setiap
6 bulan sekali selama 5 tahun (periode 2010 sampai dengan 2014). Seperti yang telah
dipaparkan pada bab sebelumnya, populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
laporan keuangan (neraca dan laba rugi) PT Mandom Indonesia, Tbk dengan sampel dari
laporan keuangan perusahaan yang diambil pada awal semester 2010 sampai dengan
semester kedua tahun 2014. Bab ini akan menjelaskan mengenai analisis data, hasil
pengolahan data dan pembahasan lebih lanjut mengenai hasil pengolahan data tersebut.
Peneliti menggunakan software Eviews 6 dalam melakukan pengolahan data.
EViews yang merupakan kependekan dari Econometrics Views, merupakan versi terbaru
dari paket statistik untuk melakukan pengolahan data time series dengan model
ekonometrika. Hasil analisis deskriptif pada masing-masing variabel akan dijadikan acuan
awal pembanding untuk mencari perbedaan diantara variabel. Rata-rata sampel, standar
deviasi, titik maksimum, titik minimum akan menjadi pertimbangan utama dalam
membandingkan sampel.
Pada Tabel 4.5 berikut menampilkan hasil analisis deskriptif yang dilakukan
oleh peneliti untuk menampilkan karakteristik variabel yang digunakan dalam penelitian
ini meliputi jumlah sampel (N), nilai rata-rata (mean), nilai maksimum dan nilai
minimum serta standar deviasi untuk masing-masing variabel.

Tabel 4.5 Hasil Analisis Deskriptif Data

Karakteristik ROA CASHTO RECTO INVTO


Mean 0.088318 12.992100 5.236612 3.907536
Median 0.080665 10.408210 5.181529 4.284533
Maximum 0.125516 27.329650 7.522550 5.349862
Minimum 0.057566 6.842215 3.008109 2.378827
Std. Dev. 0.028989 6.587809 2.072778 1.007870
Skewness 0.202503 1.071357 0.013335 -0.403409
Kurtosis 1.263621 3.119789 1.052750 1.844339

Jarque-Bera 1.324601 1.918990 1.580206 0.827711

55
Universitas Bakrie

Probability 0.515664 0.383086 0.453798 0.661096

Observations 10 10 10 10
Sumber: Data diolah menggunakan EViews 6, 2016.

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, jumlah observasi dalam penelitian ini untuk tiap
variabel adalah sebanyak 10 periode dengan titik sampel 40 observasi yang didapat dari
awal semester tahun 2010 hingga semester kedua tahun 2014. Dari tabel di atas terlihat
bahwa variabel dependen ROA memiliki rata-rata sebesar 0,088318, nilai tengah sebesar
0,080665 dengan standar deviasi sebesar 0,028989. Hal ini menunjukkan bahwa data
pada variabel ROA memiliki sebaran yang tidak begitu besar karena standar deviasi lebih
kecil daripada nilai rata-ratanya. Nilai minimum dari variabel ROA adalah sebesar
0,057566 dan nilai maksimum sebesar 0,125516.
Variabel kedua adalah perputaran kas (CASHTO) yang memiliki nilai minimum
sebesar 6,842215 dan nilai maksimum sebesar 27,32965. Rata-rata dari nilai variabel
CASHTO adalah 12,9921 dengan standar deviasi sebesar 6,587809 yang menunjukkan
sebaran pada data variabel CASHTO tidak begitu besar karena nilai standar deviasi lebih
kecil daripada nilai rata-rata CASHTO.
Kemudian, variabel perputaran piutang (RECTO) memiliki nilai minimum
sebesar 3,008109 dan nilai maksimum sebesar 7,52255. RECTO memiliki sebaran data
yang tidak begitu besar jika dilihat dari nilai standar deviasi sebesar 2,072778 lebih kecil
dari nilai rata-rata sebesar 5,236612 dengan median sebesar 5,181529.
Sementara itu, berdasarkan Tabel 4.5 di atas, dapat dilihat nilai rata-rata dari
variabel perputaran persediaan (INVTO) sebesar 3,907536, median sebesar 4,284533
dengan nilai minimum sebesar 2,378827 dan nilai maksimum sebesar 5,349862. Nilai
standar deviasi variabel INVTO adalah sebesar 1,00787 yang menunjukkan bahwa pada
variabel perputaran persediaan memiliki sebaran yang tidak begitu besar karena standar
deviasi lebih kecil dari nilai rata-ratanya.

4.3 Analisis Linier Berganda


Penelitian ini dianalsis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen modal kerja terhadap
variabel dependen return on asset. Dengan menggunakan software EViews 6, berikut

56
Universitas Bakrie

merupakan output data yang menunjukkan hubungan antara variabel perputaran kas,
perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap return on asset:

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda

Dependent Variable: ROA


Method: Least Squares
Date: 01/20/16 Time: 16:55
Sample: 2010S1 2014S2
Included observations: 10

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.021828 0.010326 2.113843 0.0790


CASHTO -0.002156 0.000624 -3.454429 0.0136
RECTO 0.018502 0.002155 8.585809 0.0001
INVTO -0.000612 0.002790 -0.219232 0.8337

R-squared 0.958470 Mean dependent var 0.088318


Adjusted R-squared 0.937705 S.D. dependent var 0.028989
S.E. of regression 0.007235 Akaike info criterion -6.730491
Sum squared resid 0.000314 Schwarz criterion -6.609457
Log likelihood 37.65246 Hannan-Quinn criter. -6.863265
F-statistic 46.15788 Durbin-Watson stat 1.563706
Prob(F-statistic) 0.000154

Sumber: Data diolah menggunakan EViews 6, 2016.

Dari tabel di atas diperoleh persamaan regresi linier berganda pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:

Y = 0,021828 0,002156X1 + 0,018502X2 0,000612X3

Dari persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan bahwa ketika perputaran kas
(X1) ditingkatkan sebesar 1%, maka return on asset akan turun sebesar 0,002156 kali
dengan variabel lainnya (perputaran piutang dan perputaran persediaan) tetap konstan.
Apabila perputaran piutang ditingkatkan sebesar 1%, dengan variabel lainnya tetap
konstan (perputaran kas dan perputaran persediaan), maka return on asset akan
mengalami kenaikan sebesar 0,018502 kali. Berdasarkan persamaan tersebut pula, ketika
perputaran persediaan ditingkatkan sebesar 1%, maka return on asset akan mengalami
penurunan sebesar 0,000612 kali dengan variabel lainnya (perputaran kas dan peprutaran
piutang) tetap konstan. Nilai sebesar 0,021828 dapat diartikan ketika nilai perputaran

57
Universitas Bakrie

kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan sama dengan nol, maka return on
asset akan bernilai sebesar 0,021828.

4.4 Uji Asumsi Klasik


4.4.1 Uji Normalitas
Uji normalitas perlu dilakukan dalam penelitian untuk mengetahui apakah dalam
model regresi, variabel dependen atau independen memiliki distribusi normal atau tidak.
Model regresi dapat dikatakan baik saat data terdistribusi normal atau mendekati normal.
Pengujian normalitas pada penelitian kali ini dilakukan dengan menggunakan analisis
grafik histogram. Data dapat dikatakan lulus uji normalitas atau dapat dikatakan
terdistribusi secara normal apabila hasil dari probabilitas lebih besar dari 0,05.

Gambar 4.1 Uji Normalitas

Sumber: Data diolah menggunakan EViews 6, 2016.

Dari Gambar 4.1 di atas, terbukti sampel terdistribusi secara normal dengan nilai
probabilitas sebesar 0,669409 dimana > 0,05 yang berarti data terdistribusi secara
normal dengan nilai Jarque-Bera dari data adalah sebesar 0,802720. Data dapat dikatakan
secara sempurna terdistribusi normal apabila skewness (kemiringan atau ukuran simetri)
bernilai nol dan kurtosis (keruncingan atau yang mengukur seberapa tinggi atau pendek
kurva distribusi normal tersebut) bernilai tiga sebagai nilai ideal data terdistribusi secara
normal. Nilai Skewness dari data di atas adalah 0,383848 dimana sedikit melampaui nol
dan kurtosis yang bernilai 1,843640 dimana nilai tersebut kurang dari tiga.

4.4.2 Uji Multikolinieritas

58
Universitas Bakrie

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi yang


tinggi antar variabel independen dalam model regresi (Gujarati, 2009). Model regresi
yang baik adalah model yang tidak memiliki korelasi tinggi di antara variabel bebasnya.
Berdasarkan hasil pengujian multikolinieritas data, diperoleh nilai sebagai berikut:

Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinieritas

CASHT
O RECTO INVTO
CASHT 0.78057 0.12005
O 1.000000 2 1
1.00000 0.40634
RECTO 0.780572 0 0
0.40634 1.00000
INVTO 0.120051 0 0
Sumber: Data diolah menggunakan EViews 6, 2016.

Dilihat dari tabel di atas, koefisien korelasi antar variabel menunjukkan angka
dibawah 0,8. Hasil uji multikolinieritas ini menunjukkan bahwa semua nilai koefisien
korelasi semua variabel independen dibawah nilai 0,8 yang berarti tidak terjadi
multikolinieritas, sehingga model tersebut reliable sebagai dasar analisis.

4.4.3 Uji Autokorelasi


Uji autokorelasi dilakukan untuk melakukan uji terhadap data apakah dalam
model regresi linier ada korelasi antara variabel pengganggu (t) pada periode tertentu
dengan variabel pengganggu pada periode sebelumnya (t-1). Jika terdapat korelasi, maka
dapat dikatakan model terdapat masalah autokorelasi. Tabel di bawah ini merupakan hasil
pengujian autokorelasi menggunakan deteksi Durbin Watson (D-W). Uji autokorelasi
menggunakan Durbin Watson memiliki acuan pada angka Durbin Watson yang
didapatkan dari hasil pengolahan data. Dengan nilai n (jumlah sampel) sebesar 40, dan
nilai k (jumlah variabel independen) sebesar 3, angka Durbin Watson yang diperoleh
berkisar antara 1,3384 hingga 1,6589. Data dikatakan tidak memiliki masalah
autokorelasi apabila angka Durbin Watson yang didapatkan setelah pengolahan data

59
Universitas Bakrie

berkisar antara 1,3384 hingga 1,6589. Tabel di bawah ini merupakan hasil pengujian data
menggunakan Durbin Watson:
Tabel 4.8 Uji Durbin-Watson

R-squared 0.958470 Mean dependent var 0.088318


Adjusted R-squared 0.937705 S.D. dependent var 0.028989
S.E. of regression 0.007235 Akaike info criterion -6.730491
Sum squared resid 0.000314 Schwarz criterion -6.609457
Log likelihood 37.65246 Hannan-Quinn criter. -6.863265
F-statistic 46.15788 Durbin-Watson stat 1.563706
Prob(F-statistic) 0.000154

Sumber: Data diolah menggunakan EViews 6, 2016.

4.4.4 Uji Heteroskedastisitas


Uji heteroskedastisitas muncul apabila residual dari model yang diamati tidak
memiliki varian yang konstan dari satu observasi ke observasi lainnya. Hasil uji
heteroskedastisitas menggunakan EViews 6 dari data yang diteliti, diperoleh nilai sebagai
berikut:

Tabel 4.9 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey

F-statistic 0.771641 Prob. F(3,6) 0.5507


Obs*R-squared 2.784059 Prob. Chi-Square(3) 0.4261
Scaled explained SS 0.422774 Prob. Chi-Square(3) 0.9355

Sumber: Data diolah menggunakan EViews 6, 2016.

Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, diperoleh hasil observasi dikali dengan R-squared
sebesar 2,78 dengan nilai probabilitas Chi-square sebesar 0,43. Menggunakan program
EViews, data dapat dikatakan terbebas dari masalah heteroskedastisitas apabila
probabilitas Chi-square memperoleh nilai lebih besar dari tingkat sitgnifikansi yang telah
ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Oleh sebab itu, data dinyatakan bebas heteroskedastisitas
karena mendapatkan nilai Chi-square sebesar 0,43.

4.5 Hasil Pengujian Hipotesis


4.5.1 Analisis Koefisein Determinasi (Adjusted R2)
Analisis koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa kuat
kemampuan variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Nilai

60
Universitas Bakrie

R2 yang mendekati angka 1 menunjukkan hubungan yang kuat bagi variabel-variabel


independen dalam memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen. Berikut hasil pengolahan data menggunaka EViews 6:

Tabel 4.10 Analisis Koefisien Determinasi

R-squared 0.958470 Mean dependent var 0.088318


Adjusted R-squared 0.937705 S.D. dependent var 0.028989
S.E. of regression 0.007235 Akaike info criterion -6.730491
Sum squared resid 0.000314 Schwarz criterion -6.609457
Log likelihood 37.65246 Hannan-Quinn criter. -6.863265
F-statistic 46.15788 Durbin-Watson stat 1.563706
Prob(F-statistic) 0.000154

Sumber: Data diolah menggunakan EViews 6, 2016.

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan


EViews 6 pada tabel di atas, diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,937705.
Nilai ini menunjukkan bahwa variabel independen yang terdiri dari perputaran kas,
perputaran piutang, dan perputaran persediaan mampu menjelaskan variabel dependennya
yaitu return on asset sebesar 93,7705% (kuat), sedangkan sebesar 6,2295% dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang tidak diteliti penulis.

4.5.2 Analisis Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)


Uji t dilakukan untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen dalam
penelitian ini memiliki pengaruh secara parsial terhadap variabel dependen. Untuk
melakukan uji hipotesis tersebut, maka dilakukan perbandingan antara probabilitas
signifikansi dengan tingkat signifikansi yang ditetapkan, yaitu pada penelitian ini sebesar
0,05. Apabila nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dibandingkan dengan tingkat
signifikansi maka hipotesis akan diterima dimana variabel independen memiliki pengaruh
secara parsial terhadap variabel independen.
Selain itu perlu menentukan nilai thitung dengan menggunakan software EViews 6,
kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel, dengan ketentuan sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan
variabel dependen (H0 diterima H1 ditolak, jika thitung < ttabel)

61
Universitas Bakrie

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel


dependen (H0 ditolak H1 diterima, jika thitung > ttabel)
Dari pengolahan data menggunakan EViews 6, dapat diperoleh output thitung pada
tabel berikut:

Tabel 4.11 Hasil Analisis Uji t

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.021828 0.010326 2.113843 0.0790


CASHTO -0.002156 0.000624 -3.454429 0.0136
RECTO 0.018502 0.002155 8.585809 0.0001
INVTO -0.000612 0.002790 -0.219232 0.8337

Sumber: Data diolah menggunakan EViews 6, 2016.

Berdasarkan tabel di atas, perhitungan nilai statistik uji t tersebut menunjukkan


bahwa:

Tabel 4.12 Perhitungan Nilai Uji t

Tingkat
Variabel thitung ttabel Probabilitas
Signifikansi
Perputaran Kas -3.454429 > 2.02809 0.0136 < 0.05
Perputaran Piutang 8.585809 > 2.02809 0.0001 < 0.05
Perputaran Persediaan -0.219232 < 2.02809 0.8337 > 0.05

Sumber: EViews 6, data diolah oleh penulis. 2016.

Dari perhitungan di atas dan perhitungan ttabel dengan kriteria tingkat signifikansi
sebesar 0,05 dan degree of freedom (df) = n k -1 atau 40 3 1 = 36 , dimana n
merupakan jumlah sampel penelitian dan k adalah jumlah variabel independen, maka
diperoleh ttabel sebesar 2,02809.
Berdasarkan nilai uji t yang diperoleh, perputaran kas sebagai salah satu variabel
independen dalam penelitian ini berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel
return on asset. Hal ini dapat dilihat dari nilai thitung sebesar -3,454429 yang lebih besar
dari nilai ttabel sebesar 2,02809 serta dengan nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,0136
yang lebih kecil daripada tingkat signifikansi sebesar 0,05 ( = 0,05). Berdasarkan hasil
pengolahan data di atas, penelitian ini menolak H 0 dan menerima H1 yang menyatakan

62
Universitas Bakrie

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel perputaran kas terhadap variabel
return on asset.
Variabel perputaran piutang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel return on asset. Hal ini dapat dilihat dari nilai perolehan t hitung sebesar 8,585809
yang lebih besar dari nilai t tabel sebesar 2,02809. Perputaran piutang juga dikatakan
memiliki pengaruh signifikan karena berdasarkan nilai probabilitas signifikansi sebesar
0,0001 lebih kecil jika dibandingkan dengan tingkat signifikansi ( = 0,05). Oleh sebab
itu, penelitian ini menolak H0 dan menerima H1 dimana terdapat pengaruh yang signifikan
antara variabel perputaran piutang terhadap variabel return on asset.
Variabel independen terakhir yang diuji dalam penelitian ini adalah variabel
perputaran piutang yang memperoleh nilai thitung sebesar -0,219232 yang lebih kecil jika
dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 2,02809 serta perolehan probabilitas signifikansi
sebesar 0,8337 yang lebih besar jika dibandingkan dengan signifikansi yang ditetapkan
sebesar 0,05 atau 5%. Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut, dapat disimpulkan
bahwa variabel perputaran persediaan tidak signifikan dan berpengaruh negatif terhadap
variabel return on asset perusahaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa H 0 diterima dan
H1 ditolak yang menyatakan bahwa perputaran persediaan berpengaruh signifikan
terhadap return on asset.

4.5.3 Analisis Uji Signifikansi Simultan (Uji F)


Uji signifikansi simultan dilakukan untuk menguji besarnya pengaruh variabel
independen secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen. Apabila nilai
probabilitas signifikansi lebih kecil dari tingkat signifikansi yang digunakan, maka
variabel independen secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
Tabel 4.13 Hasil Analisis Uji F

R-squared 0.958470 Mean dependent var 0.088318


Adjusted R-squared 0.937705 S.D. dependent var 0.028989
S.E. of regression 0.007235 Akaike info criterion -6.730491
Sum squared resid 0.000314 Schwarz criterion -6.609457
Log likelihood 37.65246 Hannan-Quinn criter. -6.863265
F-statistic 46.15788 Durbin-Watson stat 1.563706
Prob(F-statistic) 0.000154

Sumber: Data diolah menggunakan EViews 6, 2016.

63
Universitas Bakrie

Berdasarkan tabel di atas, memperlihatkan hasil pengujian secara simultan


menghasilkan nilai F sebesar 46,15788 dengan probabilitas sebesar 0,000154, karena
probabilitas jauh lebih kecil dari tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 0,05 atau
5%, hal tersebut menunjukkan bahwa secara simultan, variabel independen meliputi
perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan, secara bersamaan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return on asset. Penelitian ini menunjukkan
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang menyatakan bahwa antara perputaran kas,
perputaran piutang, serta perputaran persediaan secara bersamaan memiliki pengaruh
signifikan terhadap return on asset.

Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Penelitian

Variabel yang Berpengaruh terhadap Pengaru


No Hasil Keputusan
ROA h

1 Perputaran Kas - Signifikan Diterima


2 Perputaran Piutang + Signifikan Diterima
Tidak
3 Perputaran Persediaan - Ditolak
Signifikan
Perputaran Kas, Perputaran Piutang,
4 + Signifikan Diterima
dan Peputaran Persediaan
Sumber: Data olahan penulis, 2016.

4.6 Pembahasan Penelitian


4.6.1 Pengaruh Perputaran Kas terhadap Return On Asset PT Mandom
Indonesia, Tbk
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa
hubungan antara variabel perputaran kas terhadap return on asset memiliki nilai negatif
dengan perolehan thitung sebesar -3.454429. Perputaran kas juga memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap return on asset dengan tingkat probabilitas < 0,05 yaitu sebesar
0,0136. Dari hasil tersebut menunjukkan adanya pengaruh negatif yang signifikan dari
perputaran kas terhadap return on asset. Dengan demikian hipotesis H0 ditolak dan H1
diterima. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nina Sufiana
(2011) yang menyatakan bahwa secara parsial perputaran kas tidak berpengaruh terhadap
return on asset pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek

64
Universitas Bakrie

Indonesia periode 2008 2010. Hal ini disebabkan karena dalam perusahaan manufaktur,
investasi modal kerja dominan pada jumlah piutang dan persediaan, sehingga perputaran
kas memiliki pengaruh sangat kecil atau tidak signifikan terhadap profitabilitas
perusahaan.
Menurut Marc Deloof (2003), perputaran kas merupakan kemampuan kas dalam
menghasilkan pendapatan sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu
periode tertentu. Tingkat perputaran kas menunjukkan kecepatan kembalinya modal kerja
yang tertanam pada kas atau setara kas menjadi kas kembali melalui penjualan atau
pendapatan. Dalam pengukuran tingkat perputaran kas, sumber masuknya kas yang telah
tertanam dalam modal kerja berasal dari aktivitas operasional perusahaan. Oleh sebab itu
dalam penelitian ini, sumber kas yang digunakan adalah berasal dari aktivitas penjualan
perusahaan. Menurut laporan laba rugi PT Mandom Indonesia, Tbk jumlah penjualan
bersih pada periode 2010 2014 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan
perolehan penjualan bersih pada tahun 2010 sebesar Rp 1,4 triliun , Rp 1,6 triliun pada
tahun 2011, Rp 1,8 triliun pada tahun 2012, pada tahun 2013 sebesar Rp 2 triliun, serta
pada tahun 2014 sebesar Rp 2,3 triliun (Bursa Efek Indonesia, 2015). Peningkatan nilai
inilah yang menyebabkan perputaran kas mengalami kenaikan yang cukup signifikan
pada tahun 2010 2014 dan berada jauh di atas standar rata-rata industri sebesar 10 kali
seperti digambarkan pada grafik 4.1. Akan tetapi, peningkatan yang signifikan dari
perputaran kas pada PT Mandom Indonesia, Tbk tidak searah dengan perkembangan
return on asset yang cenderung mengalami penurunan pada periode tersebut. Hal inilah
yang dimaksud perputaran kas memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap return on
asset, dimana setiap kenaikan perputaran kas akan mengurangi tingkat return on asset.
Menurut Irman Deni (2012) dalam penelitiannya pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009 2011, perputaran kas yang tinggi
namun tidak meningkatkan profitabilitas perusahaan disebabkan oleh adanya permintaan
pemesanan barang yang terus-menerus dalam jumlah yang cukup besar, mendorong
perusahaan untuk melakukan pinjaman guna membeli bahan baku yang jumlahnya diluar
perkiraan yang telah dianggarkan serta kewajiban perusahaan untuk membayar bunga atas
pinjaman tersebut. Keadaan ini yang menyebabkan ketidakstabilan pada kas karena kas
yang masuk pada perusahaan cenderung lebih kecil daripada kas yang dikeluarkan.

65
Universitas Bakrie

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Julkarnain (2012) yang menyatakan
bahwa perputaran kas pada perusahaan Industri Barang Konsumsi yang terdaftar pada
periode 2008 2011, memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap return on asset.
Perputaran kas yang cepat tapi tidak dapat menimbulkan keuntungan yang maksimal
dapat disebabkan karena adanya penunggakan pembayaran yang dilakukan oleh para
konsumen pengguna barang atau juga ada pengeluaran untuk biaya-biaya lainnya
(Rohmiati, 2009). Pernyataan Rohmiati ini didukung oleh hasil penelitian Mohamad Tejo
Suminar (2014) yang menyatakan bahwa tingginya perputaran kas pada perusahaan
disebabkan oleh adanya kepentingan lain dalam penggunaan kas yaitu kas digunakan
untuk menutupi kerugian yang disebabkan oleh adanya piutang tak tertagih, kas yang
digunakan oleh pemilik modal, serta kas digunakan untuk biaya pemeliharaan persediaan
yang ada di gudang. Pernyataan tersebut sejalan dengan keadaan PT Mandom Indonesia,
Tbk yang melakukan pembangunan kantor dan pabrik baru di kawasan industri MM2100,
Bekasi, Jawa Barat pada tahun 2013 sehingga sebagian besar penggunaan kas perusahaan
dialokasikan untuk pembiayaan pembangunan gedung kantor dan pabrik baru tersebut
serta keperluan operasi lainnya selain dengan hasil penjualan aktiva lancar perusahaan
berupa lahan dan bangunan yang dimiliki perusahaan di Sunter senilai Rp 500 miliar
(Pasopati, 2015).
Oleh sebab itu, perputaran kas yang tinggi dalam sebuah perusahaan belum
tentu meningkatkan tingkat return on asset perusahaan karena profitabilitas perusahaan
dipengaruhi oleh keefektifan perusahaan dalam mengolah kas tersebut (Deni, 2012).

4.6.2 Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Return On Asset PT Mandom


Indonesia, Tbk
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa variabel perputaran
piutang berpengaruh signifikan positif terhadap return on asset. Hal ini dapat dilihat
bahwa thitung variabel perputaran piutang sebesar 8.585809 menunjukkan pengaruh positif
terhadap return on asset. Tingkat profitabilitas sebesar 0,0001 lebih kecil dari tingkat
signifikan yang ditetapkan sebesar 0,05 menunjukkan bahwa perputaran piutang memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perubahan return on asset perusahaan. Dengan
demikian, hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rina Yuliani (2013) bahwa perputaran piutang memiliki

66
Universitas Bakrie

pengaruh yang signifikan positif terhadap return on asset PT Unilever Indonesia, Tbk
pada periode 2005 2012.
Menilai berhasil tidaknya kebijakan penjualan kredit suatu perusahaan dapat
dilakukan dengan cara melihat tingkat perputaran piutang (Warren et. Al., 2005) Menurut
Warren et. al. (2005) perputaran piutang adalah usaha untuk mengukur seberapa sering
piutang usaha berubah menjadi kas dalam periode tertentu. Perputaran piutang
memberikan keterangan bahwa posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulan piutang
memberikan keterangan bahwa posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat
dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut. Pengaruh positif
perputaran piutang terhadap return on asset menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
perputaran persediaan akan meningkatkan profitabilitas perusahaan. Semakin
meningkatnya profitabilitas perusahaan berarti kebijakan penjualan kredit yang diberikan
perusahaan kepada para pelanggan telah berjalan baik dengan memberikan persyaratan
kredit berupa potongan tunai, standar kredit yang baik serta aktifnya perusahaan dalam
usaha pengumpulan piutang (Yuliani, 2013).
Perputaran piutang PT Mandom Indonesia, Tbk mengalami penurunan yang
signifikan pada periode 2010 2013 dengan tingkat perputaran pada tahun 2011, 2012,
2013 secara beruturut-turut sebesar 5,22 kali, 5,18 kali, dan 5,11 kali berdampak pada
penurunan profitabilitas perusahaan (Bursa Efek Indonesia, 2015). Adanya penurunan
perputaran piutang ini disebabkan oleh berfluktuasinya rata-rata periode pengumpulan
piutang selama 50 hari pada tahun 2010 dan 2011, 53 hari pada tahun 2012 yang
menyebabkan titik perputaran piutang paling rendah pada perusahaan yaitu sebesar 6,82
% serta mengalami sedikit kenaikan pada tahun 2013 dan 2014 yaitu selama 52 hari
(Bursa Efek, Indonesia, 2015). Penyebab tingkat perputaran piutang yang rendah tersebut
dikarenakan perusahaan memberikan syarat yang mudah bagi kreditur sehingga jumlah
piutang meningkat, dimana ketika keadaan perusahaan dalam pengelolaan piutang kurang
baik sehingga berdampak pada penurunan profitabilitas karena perusahaan membutuhkan
waktu yang lebih lama dalam pengumpulan piutang (Yuliani, 2013). Hal ini sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Lukman Syamsuddin (2009) bahwa semakin tinggi Account
Receivable Turnover suatu perusahaan, maka semakin baik pula pengelolaan piutangnya,
begitu pula sebaliknya. Selain itu, semakin rendahnya tingkat perputaran piutang
perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu melakukan pengelolaan

67
Universitas Bakrie

piutang secara efektif sehubungan dengan perluasan kredit, syarat kredit penjualan, serta
lama periode penagihan piutang (Yuliani, 2003).

4.6.3 Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Return On Asset PT Mandom


Indonesia, Tbk
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa hubungan
antara variabel perputaran persediaan terhadap return on asset memperoleh nilai thitung
sebesar -0,219232 serta tingkat profitabilitas sebesar 0.8337 lebih besar dari tingkat
signifikansi sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan
dari perputaran persediaan terhadap return on asset. Dengan demikian hipotesis H1
ditolak dan H0 diterima. Sedangkan, dalam penelitian yang dilakukan oleh Ratih Pratiwi
(2011), perputaran persediaan memiliki pengaruh signifikan positif terhadap return on
asset perusahaan.
Perputaran persediaan sebagai variabel independen secara parsial tidak memiliki
pengaruh terhadap profitabilitas menunjukkan bahwa perusahaan dengan kondisi
perputaran persediaan yang baik atau meningkat tidak mempunyai potensi terhadap daya
tarik investor (Suminar, 2014). Pernyataan ini sesuai dengan hasil pengolahan data
penelitian ini dimana ketika perputaran persediaan mengalami peningkatan pada tahun
2012, tidak diikuti dengan peningkatan return on asset pada tahun tersebut. Adanya
perputaran persediaan yang terus menerus mengalami penurunan atau jumlah persediaan
dalam perusahaan semakin kecil dapat mengakibatkan kelancaran perusahaan terganggu
sehingga keuntungan yang diperoleh akan berkurang. Berdasarkan grafik 4.3, tingkat
perputaran persediaan perusahaan masih sangat rendah dibandingkan dengan standar
industri, hal ini disebabkan oleh tingginya harga pokok penjualan yang disebabkan oleh
kesulitan dalam impor bahan baku seperti resin dan fatty acid yang disebabkan oleh
gempa dan tsunami yang melanda Jepang pada Maret 2011 sehingga terjadi peningkatan
harga bahan baku impor serta pada tahun 2013 industri kosmetik Indonesia menghadapi
kenaikan biaya produksi sehubungan dengan adanya kenaikan biaya bahan baku dan
tenaga kerja yang cukup signifikan yang berdampak pada meningkatnya harga pokok
penjualan (Bursa Efek Indonesia). Tingkat perputaran persediaan yang rendah di PT
Mandom Indonesia, Tbk menunjukkan banyaknya persediaan yang idle disebabkan oleh
adanya pembangunan pabrik baru di kawasan industri MM2100 Cibitung sehingga

68
Universitas Bakrie

perusahaan mencadangkan inventorinya dalam jumlah cukup besar sebagai upaya


mengantisipasi kekurangan persediaan dalam rangka memenuhi permintaan pasar (Bursa
Efek Indonesia, 2015). Persediaan yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan
perusahaan, akan memperbesar beban bunga perusahaan, selain itu juga memperbesar
biaya penyimpanan dan keadaan inilah yang akan meningkatkan risiko penurunan harga
sehingga profitabilitas perusahaan pun akan menurun juga (Riyanto, 2008). Oleh sebab
itu perputaran persediaan pada penelitian ini diperoleh hasil tidak signifikan yang sesuai
dengan penelitian Widiarti (2009) yang menyatakan bahwa perputaran persediaan tidak
dapat dijadikan tolak ukur dalam mempengaruhi profitabilitas perusahaan karena
berpengaruh sangat kecil atau dapat dikatakan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap pencapaian profitabilitas perusahaan.

4.6.4 Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang, dan Perputaran


Persediaan terhadap Return On Asset PT Mandom Indonesia, Tbk
Berdasarkan hasil uji secara simultan atau bersamaan, variabel perputaran kas,
perputaran piutang, dan perputaran persediaan memperoleh nilai F sebesar 46,15788
dengan probabilitas sebesar 0,000154, karena probabilitas jauh lebih kecil dari tingkat
signifikansi yang digunakan sebesar 0,05 atau 5%, maka terdapat pengaruh yang
signifikan atas variabel independen secara bersamaan terhadap return on asset. Dengan
demikian H0 ditolak dan H1 diterima.
Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratih
Pratiwi (2011) yang menyatakan bahwa perputaran kas, perputaran piutang, serta
perputaran persediaan secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap return on
asset PT Mandom Indonesia, tbk. Adanya fluktuasi pada perputaran modal kerja yang
meliputi perputaran kas, perputaran piutang, serta perputaran persediaan akan
memberikan pengaruh signifikan terhadap perubahan tingkat return on asset perusahaan
(Pratiwi, 2011). Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Irman Deni (2012)
mengenai pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menyatakan bahwa pengelolaan
perputaran kerja yang tepat akan berpengaruh terhadap kegiatan operasional perusahaan.
Semakin baik pengelolaan kegiatan operasional perusahaan, akan berpengaruh pada
pendapatan yang akan diperoleh perusahaan, sehingga profitabilitas yang didapatkan

69
Universitas Bakrie

perusahaan akan mengalami peningkatan juga seiringnya peningkatan pada perputaran


modal kerja (Deni, 2012).

70

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab V
    Bab V
    Dokumen3 halaman
    Bab V
    Adivia Zwageri
    Belum ada peringkat
  • Abstrak
    Abstrak
    Dokumen2 halaman
    Abstrak
    Adivia Zwageri
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen10 halaman
    Bab I
    Adivia Zwageri
    Belum ada peringkat
  • Bab III
    Bab III
    Dokumen10 halaman
    Bab III
    Adivia Zwageri
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen22 halaman
    Bab Ii
    Adivia Zwageri
    Belum ada peringkat
  • Laporan Magang
    Laporan Magang
    Dokumen7 halaman
    Laporan Magang
    Adivia Zwageri
    Belum ada peringkat