Anda di halaman 1dari 10

Universitas Bakrie

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitan


Setiap perusahaan secara umum memiliki tujuan yang sama, yaitu
mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin (profit oriented), dapat
berkembang menyesuaikan perubahan yang ada di sekitarnya (growing), dan yang
paling utama adalah menjaga kelangsungan hidup perusahaannya (going concern).
Apabila suatu perusahaan tidak dapat mempertahankan kegiatan operasional
perusahaannya, maka perusahaan tersebut tidak akan dapat bertahan dalam
persaingan yang dihadapinya dalam berbisnis (Mursalini, 2011).
Perusahaan memerlukan dana untuk memastikan kegiatan operasionalnya
dapat tetap berjalan, dana inilah yang kemudian disebut dengan modal kerja.
Modal kerja adalah alat penting untuk perkembangan dan profitabilitas suatu
perusahaan. Modal kerja yang tidak memadai dapat menyebabkan defisit dan
masalah dalam operasional perusahaan (Abdullah, 2005). Perusahaan
menggunakan modal kerja dengan harapan modal tersebut dapat berputar kembali
ke perusahaan dengan kurun waktu kurang dari satu tahun melalui hasil penjualan
produksinya (Riyanto, 2011).
Dewasa ini, semakin banyak perusahaan yang menyadari pentingnya
hubungan antara pengelolaan modal kerja terhadap perputaran modal kerja itu
sendiri dalam perusahaan sebagai keunggulan kompetitif yang sebenarnya dalam
upaya peningkatan profit. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ernst & Young terhadap 2.000 lebih perusahaan dengan penjualan
besar di AS dan Eropa pada tahun 2015 yang menunjukkan fluktuasi cash
conversion cycle (CCC) terhadap perubahan days sales outstanding (DSO), days
inventory outstanding (DIO), dan days payable outstanding (DPO)
perusahaannya. Menurut penelitian tersebut, pengelolaan modal kerja yang baik
diukur dengan kurun waktu harian cash conversion cycle (CCC) yang dimiliki
perusahaan cenderung mengalami penurunan. Hal ini akan meningkatkan nilai
perusahaan karena semakin pendek CCC, semakin rendah pula net operating

1
Universitas Bakrie

working capital yang dibutuhkan dan semakin tinggi aliran kas bebas yang
dihasilkan (Brighman & Ehrhardt, 2008).
Pengelolaan modal kerja sangat kuat kaitannya dengan kebijakan untuk
menentukan berapa jumlah aktiva lancar (current assets) yang dibutuhkan dan
bagaimana cara pendanaannya. Adapula elemen-elemen yang membentuk modal
kerja antara lain adalah kas, piutang, dan persediaan (Anshari, 2014). Kas
mempunyai tingkat likuiditas paling tinggi dalam modal kerja dimana semakin
tinggi kas perusahaan, maka semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya dan
berkurangnya risiko, begitu pula sebaliknya (Riyanto, 2011). Kas mempunyai
peran dalam menunjang operasi perusahaan untuk mencapai target yang
direncakan, karena kas digunakan untuk membiayai pengeluaran operasi yang
dilakukan perusahaan. Akan tetapi, menurut Bambang Riyanto (2011) hal ini
bukan berarti bahwa perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan
persediaan kas yang sangat besar karena semakin besar kas berarti semakin
banyak uang yang menganggur sehingga dapat memperkecil profitabilitasnya.
Elemen modal kerja lainnya adalah persediaan barang yang selalu mengalami
perputaran sehingga persediaan sangatlah berdampak langsung terhadap
keuntungan perusahaan (Riyanto, 2011). Selain dua elemen di atas, elemen
penting lainnya adalah piutang yang merupakan suatu bentuk investasi yang
cukup besar bagi perusahaan. Piutang juga dapat mengukur kemampuan
perusahaan dengan keseluruhan dana atau modal yang ditanamkan dalam aktiva
yang digunakan untuk operasi perusahaan dan menghasilkan keuntungan yang
besar bagi perusahaan. Oleh sebab itu, perputaran piutang yang baik dalam
perusahaan sangatlah penting dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan
(Yuliani, 2013).
Dalam mempertahankan operasi di perusahaannya agar tetap berjalan
baik, investasi sering dilakukan sebagai sarana untuk menjaga kekayaan yang
dimiliki perusahaan (Ross, 2010). Akan tetapi, investasi berlebihan akan
mengurangi profitabilitas, sedangkan investasi terlalu rendah pada harta lancar
akan meningkatkan risiko tidak dapat melunasi utang ketika jatuh tempo.
Pembiayaan utang lancar yang terlalu rendah juga mengurangi profitabilitas,
sedangkan pembiayaan yang berlebihan akan meningkatkan risiko tidak dapat

2
Universitas Bakrie

membayar utang saat jatuh tempo (Gitman, 2007). Karaduman, et al. (2011),
menyatakan bahwa modal kerja yang berlebihan dalam akumulasi persediaan
yang tidak perlu dapat menyebabkan kesalahan penanganan dalam persediaan dan
kerugian dalam penyusutan, kemungkinan kredit macet yang lebih tinggi,
ketidakefisiensian manajemen, peningkatan laba spekulatif dari persediaan
akumulatif dan konsekuensi kehilangan laba. Perusahaan yang memiliki
kekurangan modal kerja juga dapat sangat mengganggu kegiatan operasional
perusahaan itu sendiri (Alexandri, 2008). Oleh sebab itu analisis yang tepat sangat
dibutuhkan agar penggunaan modal kerja dapat dimanfaatkan secara efektif dan
efisien sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Perusahaan menjalankan kegiatan operasionalnya dengan mengelola
modal kerja yang dimiliki dengan baik bertujuan untuk mendapatkan laba yang
optimal dalam rangka meningkatkan profitabilitasnya. Profitabilitas merupakan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan (Gibson, 2012).
Sedangkan menurut Munawir (2014), profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva
maupun modal sendiri, semakin tinggi laba yang diharapkan maka perusahaan
akan mampu bertahan hidup dan menghadapi persaingan.
Laba yang diperoleh perusahaan tergantung dari perputaran modal kerja
yang dimilikinya, semakin pendek periode perputarannya akan semakin kecil
jumlah modal kerja yang dibutuhkan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.
Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan dapat
dilihat dari keberhasilan serta kemampuan perusahaan memanfaatkan modal kerja
yang dimilikinya secara produktif (Anshari, 2014). Pengukuran tingkat efektifitas
berhasil atau tidaknya manajemen memanfaatkan modal kerja dengan baik yang
dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi, dapat dilakukan dengan
mengetahui seberapa besar rasio profitabilitas yang dimiliki perusahaan (Nurak,
2002). Dengan mengetahui rasio profitabilitas yang dimiliki, dapat dimonitor
perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu.
Perlu diketahui faktor-faktor penting yang memiliki pengaruh besar
terhadap profitabilitas dalam rangka memaksimalkan keuntungan suatu
perusahaan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas

3
Universitas Bakrie

suatu perusahaan adalah adanya manajemen aset perusahaan yang merupakan


salah satu elemen dari modal kerja. Semakin lama waktu yang dibutuhkan
perusahaan untuk melakukan produksi dan penjualan , maka semakin besar biaya
yang harus dikeluarkan oleh perusahaan baik untuk pemeliharaaannya ataupun
biaya produksi. Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu analisis keuangan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh manajemen perusahaan dalam penggunaan
aset-asetnya terhadap return yang didapatkan oleh perusahaan. (Yuliani, 2013).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan Return On Asset (ROA) untuk
mengukur profitabilitas perusahaan. ROA digunakan karena merupakan rasio
yang menunjukkan keefisiensian perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva yang
dimilikinya (Yuliani, 2013). Return On Asset (ROA) membandingkan income
dengan total asset. ROA dapat diinterpretasikan dalam dua cara. Pertama, ROA
mengukur kemampuan manajemen dan keefisiensian dalam penggunaan aset-aset
perusahaan untuk menghasilkan ekuitas. Kedua, ROA melaporkan jumlah
pengembalian yang diakui dari semua modal yang diberikan, independen dari
sumber modal (White et al., 2004). Dengan mengetahui ROA, dapat diukur
kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan
dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan.
Di Indonesia sendiri, hampir seluruh sektor (kecuali sektor aneka
industri) mengalami peningkatan modal kerja yang menunjukkan perusahaan
sudah cukup baik dalam mengelola pemanfaatan aset yang dimilikinya. Jika
kebanyakan perusahaan mempunyai kas dalam jumlah besar yang diinvestasikan
dalam modal kerja, pengelolaan modal kerja akan memiliki dampak yang
signifikan terhadap profitabilitas perusahaan, terutama pada perusahaan industrial
dengan siklus operasi yang panjang (Deloof, 2003). Blinder dan Maccini (1991)
dalam The resurgence of inventory research: What have we learned? menyatakan
bahwa persediaan yang lebih besar dapat mencegah gangguan dalam proses
produksi dan kerugian bisnis karena kelangkaan produk serta mengurangi biaya
penawaran dan fluktuasi harga sehingga dapat meningkatkan profitabilitas
perusahaan (Baos-Caballero et al., 2011).
Di tengah krisis global yang melanda dunia sejak akhir tahun 2008 lalu
bisnis di Indonesia sedikit mengalami penurunan. Akan tetapi hal itu tidak

4
Universitas Bakrie

berpengaruh pada industri kecantikan yang didasarkan pada keinginan setiap


wanita di dunia yang selalu ingin tampil cantik dan terawat sebagai kebutuhan
utamanya. Oleh sebab itu, bisnis kecantikan di Indonesia menunjukkan
perkembangan yang cukup pesat dengan pertumbuhan sebesar 20% . Hal ini
dibuktikan dengan meningkatnya kepercayaan diri serta peran perempuan di
berbagai bidang, sehingga kebutuhan akan produk perawatan kulit (skin care) pun
tumbuh semakin pesat. Situasi ini mendorong berbagai perusahaan yang bergerak
di bidang beauty and personal care untuk terus berinovasi menciptakan produk
berkualitas sesuai dengan permintaan pasar (Imanuel, 2013).
Tren industri kecantikan berkembang sangat pesat di berbagai belahan
dunia, termasuk Indonesia yang diakui sebagai salah satu wilayah yang
mengalami pertumbuhan paling cepat secara global untuk kategori pasar
cosmetics and toiletries (Imanuel, 2013). Keadaan inilah yang kemudian membuat
para emiten di bidang industri kosmetik, khususnya sub kecantikan membutuhkan
pengelolaan yang baik atas aset untuk menghasilkan laba dalam upaya
mempertahankan perusahaannya agar tetap berjalan dalam persaingan global ini
(going concern). Menurut analisis yang dilakukan oleh Taufan Imanuel dalam
Spire Research and Consulting (2013), dalam beberapa tahun terakhir ini, di
Indonesia semakin marak munculnya beragam jenis produk kecantikan, terutama
produk perawatan kulit, sehingga Indonesia masih menjadi tempat investasi yang
potensial dalam bidang tersebut.
Salah satu perusahaan kecantikan yang diantaranya sudah sangat dekat
dengan konsumen Indonesia adalah PT Mandom Indonesia, Tbk yang telah
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1993. Selain menguasai pasar
domestik dengan beberapa produk seperti Gatsby, Pixy, Pucelle, Tancho,
Spalding, dan Mandom, PT Mandom Indonesia, Tbk juga melakukan ekspor
produknya ke beberapa negara antara lain Uni Emirat Arab (UEA), Jepang, India,
Malaysia, Thailand. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai profitabilitas yang diukur dengan Return On Asset pada PT Mandom
Indonesia, Tbk yang telah mencapai target penjualan sebesar dua triliun rupiah
dalam kurun waktu 2011-2013.

5
Universitas Bakrie

Berikut ini merupakan data ROA dari rasio profitabilitas dan perputaran
modal kerja yang terdiri dari perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran
persediaan yang dihasilkan PT Mandom Indonesia, Tbk secara semiannual dari
tahun 2010 2014:

Tabel 1.1 Trend Return On Asset, Perputaran Kas, Perputaran Piutang,


Perputaran Persediaan PT Mandom Indonesia, Tbk.

Return Perputaran Perputaran


Perputaran
Semester On Asset Piutang Persediaan
Kas (Kali)
(%) (Kali) (Kali)

I 6,73 7,80 3,01 2,38


2010
II 12,55 10,62 7,40 4,63
I 6,32 6,84 3,19 5,35
2011
II 12,38 15,11 7,25 4,47
I 6,39 8,36 3,54 4,58
2012
II 11,95 16,47 6,82 4,34
I 5,90 7,77 3,26 2,56
2013
II 10,92 19,43 6,95 4,23
I 5,76 10,20 3,43 2,77
2014
II 9,41 27,33 7,52 3,77
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2015. Data diolah oleh penulis.

Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa sepanjang periode 2010-2014, return
on asset pada PT Mandom Indonesia, Tbk tiap periode cenderung mengalami
mengalami peningkatan dan penurunan. Perubahan ROA ini disebabkan oleh
adanya fluktuasi beberapa elemen seperti perputaran kas, perputaran piutang, dan
perputaran persediaan. Saat tingkat perputaran modal kerja meningkat, maka
jumlah hari dari perputaran modal kerja akan cenderung lebih sedikit karena
modal kerja yang dibutuhkan cenderung semakin rendah sehingga baik untuk
tingkat profitabilitas perusahaan (Brigham & Ehrhardt, 2008). Untuk lebih
jelasnya, pertumbuhan return on asset, perputaran kas, perputaran piutang, dan
perputaran persediaan yang terjadi pada PT Mandom Indonesia, Tbk dapat dilihat
pada grafik di bawah ini:

6
Universitas Bakrie

Grafik 1.1 Pertumbuhan Return On Asset, Perputaran Kas, Perputaran


Piutang, Perputaran Persediaan

30
27.33
25

20 19.43
16.47
15 15.11
12.55 12.38 11.95
10.92
10 10.62 9.41
7.40 7.25 6.82 6.95 7.52
5 4.63 4.47 4.34 4.23 3.77

0
2010.0 2011.0 2012.0 2013.0 2014.0

ROA Perputaran Kas


Perputaran Piutang Perputaran Persediaan

Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2015. Data diolah oleh penulis.

Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa sepanjang 2010-2014


pertumbuhan ROA PT Mandom Indonesia, Tbk cenderung mengalami penurunan.
Akan tetapi, kondisi penurunan ROA ini sangat berbanding terbalik dengan
perputaran kas yang meningkat cukup signifikan setiap tahunnya.
Pada tahun 2014, ketika ROA mengalami penurunan sebesar 1,51% ,
perputaran kas justru meningkat sangat tajam sebesar 7,9 kali. Hal ini tidak
sejalan dengan pernyataan Munawir (2004) bahwa perputaran kas mempunyai
pengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA) karena dengan perputaran kas yang
tinggi akan diperoleh keuntungan yang semakin besar pula. Fakta di atas juga
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lucy Sri Musmini (2011)
yang menyatakan bahwa perputaran kas secara parsial berpengaruh signifikan
positif terhadap profitabilitas.
Berdasarkan Grafik 1.1 di atas, dapat dilihat tingkat perputaran kas pada
tahun 2010 sebesar 10,62 kali yang berada di bawah tingkat return on assets yang
memperoleh nilai sebesar 12,55 %. Sampai dengan bulan Juni 2011, perputaran
kas lebih rendah daripada return on asset karena pada periode tersebut, nilai

7
Universitas Bakrie

penjualan yang diperoleh perusahaan masih belum maksimal yaitu sebesar Rp 1,4
triliun rupiah. Setelah periode tersebut, tingkat perputaran kas cenderung naik
secara signifikan karena nilai penjualan perusahaan terus meningkat disebabkan
oleh adanya proses advertising yang dilakukan perusahaan. Hal ini sejalan dengan
biaya penjualan perusahaan yang juga mengalami peningkatan tiap tahunnya,
dimana perusahaan mengeluarkan biaya penjualan sebesar Rp 238 miliar dan
meningkat hingga Rp 488 miliar pada tahun 2014 seiring dengan pengeluaran
biaya iklan dan promosi yang dilakukan oleh PT Mandom Indonesia, Tbk (Bursa
Efek Indonesia, 2015). Semakin meningkatnya proses iklan dan promosi yang
dilakukan perusahaan, terlihat peningkatan penjualan yang diperoleh sampai
dengan akhir semester kedua tahun 2011 sebesar Rp 1,6 triliun dan terus
meningkat hingga tahun 2014 dengan perolehan sebesar Rp 2,3 triliun (Bursa
Efek Indonesia, 2015).
Berdasarkan grafik di atas, perputaran piutang mengalami penurunan
pada tahun 2010 hingga tahun 2012 yang disebabkan oleh tingkat rata-rata
kolektibiltas piutang perusahaan mengalami penurunan selama 50 hari pada tahun
2010 hingga 2011 dan menjadi 53 hari pada tahun 2012. Pada tahun 2013 kondisi
perputaran piutang perusahaa cenderung membaik dikarenakan tingkat rata-rata
kolektibiltas piutang pada tahun tersebut mulai membaik menjadi 52 hari (Bursa
Efek Indonesia, 2015). Perputaran piutang cenderung mengalami penurunan
seiring dengan penurunan ROA pada tabel di atas. Akan tetapi pada tahun 2014,
ketika ROA mengalami penurunan sebesar 1,51 % perputaran piutang cenderung
mengalami kenaikan sebesar 0,57 kali. Keadaan ini tidak sejalan dengan
pernyataan Riyanto (2008) yang mengemukakan bahwa perputaran piutang
memiliki pengaruh positif terhadap return on asset. Hal serupa juga dinyatakan
oleh Bambang Riyanto (2008) yang menyatakan ketika perputaran persediaan
mengalami kenaikan, maka profitabilitas (ROA) juga akan mengalami kenaikan
karena perputaran persediaan memiliki pengaruh positif terhadap ROA
perusahaan. Pendapat yang dikemukakan ini sesuai dengan tabel di atas ketika
perputaran persediaan dari tahun 2010-2014 mengalami penurunan, maka ROA
yang didapatkan oleh perusahaan juga cenderung menurun.

8
Universitas Bakrie

Terjadinya suatu perubahan di dalam sebuah kinerja perusahaan dapat


disebabkan oleh modal kerja termasuk elemen yang mengalami proses perputaran.
Perputaran modal kerja berfungsi untuk mengukur tingkat kinerja perusahaan
dalam memperoleh laba yang optimal (Mehta, 2013). Dengan menggunakan
regresi linear, penelitian yang dilakukan oleh Lina Warrad (2014), menyatakan
bahwa ada dampak signifikan dari perputaran modal kerja terhadap profitabilitas
yang disajikan oleh return on asset (ROA). Penelitian ini mengindikasikan
seberapa efisien sebuah perusahaan menghasilkan revenue berdasarkan working
capital turnover yang dimilikinya sebagai variable independennya terhadap
Return on Assets (ROA) sebagai variabel dependennya. Hasil penelitian tersebut
juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lutfi Jaya (2010) yang
menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara
perputaran modal kerja dengan profitabilitas pada PT Indofood Sukses Makmur,
Tbk.
Dengan adanya masalah perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan
peneliti sebelumnya serta pentingnya modal kerja bagi kelangsungan operasi
perusahaan, maka penulis tertarik untuk menguji kembali variabel yang
sebelumnya pernah diteliti. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pengaruh perputaran modal kerja pada salah satu perusahaan
kecantikan di Indonesia terhadap return on asset perusahaan dengan judul
penelitian Analisis Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas
Pada PT Mandom Indonesia, Tbk Periode 2010-2014.

1.2 Rumusan Masalah


Atas dasar pemaparan latar belakang di atas, maka dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh perputaran kas terhadap return on asset pada PT
Mandom Indonesia, Tbk untuk periode 2010 - 2014?
2. Bagaimanakah pengaruh perputaran piutang terhadap return on asset
pada PT Mandom Indonesia, Tbk untuk periode 2010 - 2014?
3. Bagaimanakah pengaruh perputaran persediaan terhadap return on asset
pada PT Mandom Indonesia, Tbk untuk periode 2010 - 2014?
4. Bagaimanakah pengaruh perputaran modal kerja yang terdiri atas
perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap

9
Universitas Bakrie

return on asset pada PT Mandom Indonesia, Tbk untuk periode 2010


2014?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan pertanyaan penelitian yang sudah dijelaskan di atas, tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh perputaran
modal kerja yang terdiri dari perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran
persediaan terhadap Return On Asset pada PT Mandom Indonesia, Tbk untuk
periode 2010 - 2014.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini merupakan kajian untuk mengetahui apakah terdapat
pengaruh perputaran modal kerja terhadap Return On Asset pada PT Mandom
Indonesia, Tbk. untuk periode 2010 - 2014. Penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat, baik secara akademis maupun secara praktis.
Berikut adalah manfaat dari penelitian ini:
1. Manfaat Akademis
Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh para
akademisi sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dan juga
memperdalam pembahasan materi akademis yang berhubungan dengan
perputaran modal kerja dan profitabilitas.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu
menjadi bahan informasi dan masukan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan, khususnya bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan
dapat menjadi referensi dan alat evaluasi dalam mengoptimalkan modal
kerja untuk mendapatkan laba yang optimum.

10

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab V
    Bab V
    Dokumen3 halaman
    Bab V
    Adivia Zwageri
    Belum ada peringkat
  • Abstrak
    Abstrak
    Dokumen2 halaman
    Abstrak
    Adivia Zwageri
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen24 halaman
    Bab Iv
    Adivia Zwageri
    Belum ada peringkat
  • Bab III
    Bab III
    Dokumen10 halaman
    Bab III
    Adivia Zwageri
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen22 halaman
    Bab Ii
    Adivia Zwageri
    Belum ada peringkat
  • Laporan Magang
    Laporan Magang
    Dokumen7 halaman
    Laporan Magang
    Adivia Zwageri
    Belum ada peringkat