BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas Bakrie
working capital yang dibutuhkan dan semakin tinggi aliran kas bebas yang
dihasilkan (Brighman & Ehrhardt, 2008).
Pengelolaan modal kerja sangat kuat kaitannya dengan kebijakan untuk
menentukan berapa jumlah aktiva lancar (current assets) yang dibutuhkan dan
bagaimana cara pendanaannya. Adapula elemen-elemen yang membentuk modal
kerja antara lain adalah kas, piutang, dan persediaan (Anshari, 2014). Kas
mempunyai tingkat likuiditas paling tinggi dalam modal kerja dimana semakin
tinggi kas perusahaan, maka semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya dan
berkurangnya risiko, begitu pula sebaliknya (Riyanto, 2011). Kas mempunyai
peran dalam menunjang operasi perusahaan untuk mencapai target yang
direncakan, karena kas digunakan untuk membiayai pengeluaran operasi yang
dilakukan perusahaan. Akan tetapi, menurut Bambang Riyanto (2011) hal ini
bukan berarti bahwa perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan
persediaan kas yang sangat besar karena semakin besar kas berarti semakin
banyak uang yang menganggur sehingga dapat memperkecil profitabilitasnya.
Elemen modal kerja lainnya adalah persediaan barang yang selalu mengalami
perputaran sehingga persediaan sangatlah berdampak langsung terhadap
keuntungan perusahaan (Riyanto, 2011). Selain dua elemen di atas, elemen
penting lainnya adalah piutang yang merupakan suatu bentuk investasi yang
cukup besar bagi perusahaan. Piutang juga dapat mengukur kemampuan
perusahaan dengan keseluruhan dana atau modal yang ditanamkan dalam aktiva
yang digunakan untuk operasi perusahaan dan menghasilkan keuntungan yang
besar bagi perusahaan. Oleh sebab itu, perputaran piutang yang baik dalam
perusahaan sangatlah penting dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan
(Yuliani, 2013).
Dalam mempertahankan operasi di perusahaannya agar tetap berjalan
baik, investasi sering dilakukan sebagai sarana untuk menjaga kekayaan yang
dimiliki perusahaan (Ross, 2010). Akan tetapi, investasi berlebihan akan
mengurangi profitabilitas, sedangkan investasi terlalu rendah pada harta lancar
akan meningkatkan risiko tidak dapat melunasi utang ketika jatuh tempo.
Pembiayaan utang lancar yang terlalu rendah juga mengurangi profitabilitas,
sedangkan pembiayaan yang berlebihan akan meningkatkan risiko tidak dapat
2
Universitas Bakrie
membayar utang saat jatuh tempo (Gitman, 2007). Karaduman, et al. (2011),
menyatakan bahwa modal kerja yang berlebihan dalam akumulasi persediaan
yang tidak perlu dapat menyebabkan kesalahan penanganan dalam persediaan dan
kerugian dalam penyusutan, kemungkinan kredit macet yang lebih tinggi,
ketidakefisiensian manajemen, peningkatan laba spekulatif dari persediaan
akumulatif dan konsekuensi kehilangan laba. Perusahaan yang memiliki
kekurangan modal kerja juga dapat sangat mengganggu kegiatan operasional
perusahaan itu sendiri (Alexandri, 2008). Oleh sebab itu analisis yang tepat sangat
dibutuhkan agar penggunaan modal kerja dapat dimanfaatkan secara efektif dan
efisien sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Perusahaan menjalankan kegiatan operasionalnya dengan mengelola
modal kerja yang dimiliki dengan baik bertujuan untuk mendapatkan laba yang
optimal dalam rangka meningkatkan profitabilitasnya. Profitabilitas merupakan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan (Gibson, 2012).
Sedangkan menurut Munawir (2014), profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva
maupun modal sendiri, semakin tinggi laba yang diharapkan maka perusahaan
akan mampu bertahan hidup dan menghadapi persaingan.
Laba yang diperoleh perusahaan tergantung dari perputaran modal kerja
yang dimilikinya, semakin pendek periode perputarannya akan semakin kecil
jumlah modal kerja yang dibutuhkan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.
Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan dapat
dilihat dari keberhasilan serta kemampuan perusahaan memanfaatkan modal kerja
yang dimilikinya secara produktif (Anshari, 2014). Pengukuran tingkat efektifitas
berhasil atau tidaknya manajemen memanfaatkan modal kerja dengan baik yang
dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi, dapat dilakukan dengan
mengetahui seberapa besar rasio profitabilitas yang dimiliki perusahaan (Nurak,
2002). Dengan mengetahui rasio profitabilitas yang dimiliki, dapat dimonitor
perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu.
Perlu diketahui faktor-faktor penting yang memiliki pengaruh besar
terhadap profitabilitas dalam rangka memaksimalkan keuntungan suatu
perusahaan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas
3
Universitas Bakrie
4
Universitas Bakrie
5
Universitas Bakrie
Berikut ini merupakan data ROA dari rasio profitabilitas dan perputaran
modal kerja yang terdiri dari perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran
persediaan yang dihasilkan PT Mandom Indonesia, Tbk secara semiannual dari
tahun 2010 2014:
Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa sepanjang periode 2010-2014, return
on asset pada PT Mandom Indonesia, Tbk tiap periode cenderung mengalami
mengalami peningkatan dan penurunan. Perubahan ROA ini disebabkan oleh
adanya fluktuasi beberapa elemen seperti perputaran kas, perputaran piutang, dan
perputaran persediaan. Saat tingkat perputaran modal kerja meningkat, maka
jumlah hari dari perputaran modal kerja akan cenderung lebih sedikit karena
modal kerja yang dibutuhkan cenderung semakin rendah sehingga baik untuk
tingkat profitabilitas perusahaan (Brigham & Ehrhardt, 2008). Untuk lebih
jelasnya, pertumbuhan return on asset, perputaran kas, perputaran piutang, dan
perputaran persediaan yang terjadi pada PT Mandom Indonesia, Tbk dapat dilihat
pada grafik di bawah ini:
6
Universitas Bakrie
30
27.33
25
20 19.43
16.47
15 15.11
12.55 12.38 11.95
10.92
10 10.62 9.41
7.40 7.25 6.82 6.95 7.52
5 4.63 4.47 4.34 4.23 3.77
0
2010.0 2011.0 2012.0 2013.0 2014.0
7
Universitas Bakrie
penjualan yang diperoleh perusahaan masih belum maksimal yaitu sebesar Rp 1,4
triliun rupiah. Setelah periode tersebut, tingkat perputaran kas cenderung naik
secara signifikan karena nilai penjualan perusahaan terus meningkat disebabkan
oleh adanya proses advertising yang dilakukan perusahaan. Hal ini sejalan dengan
biaya penjualan perusahaan yang juga mengalami peningkatan tiap tahunnya,
dimana perusahaan mengeluarkan biaya penjualan sebesar Rp 238 miliar dan
meningkat hingga Rp 488 miliar pada tahun 2014 seiring dengan pengeluaran
biaya iklan dan promosi yang dilakukan oleh PT Mandom Indonesia, Tbk (Bursa
Efek Indonesia, 2015). Semakin meningkatnya proses iklan dan promosi yang
dilakukan perusahaan, terlihat peningkatan penjualan yang diperoleh sampai
dengan akhir semester kedua tahun 2011 sebesar Rp 1,6 triliun dan terus
meningkat hingga tahun 2014 dengan perolehan sebesar Rp 2,3 triliun (Bursa
Efek Indonesia, 2015).
Berdasarkan grafik di atas, perputaran piutang mengalami penurunan
pada tahun 2010 hingga tahun 2012 yang disebabkan oleh tingkat rata-rata
kolektibiltas piutang perusahaan mengalami penurunan selama 50 hari pada tahun
2010 hingga 2011 dan menjadi 53 hari pada tahun 2012. Pada tahun 2013 kondisi
perputaran piutang perusahaa cenderung membaik dikarenakan tingkat rata-rata
kolektibiltas piutang pada tahun tersebut mulai membaik menjadi 52 hari (Bursa
Efek Indonesia, 2015). Perputaran piutang cenderung mengalami penurunan
seiring dengan penurunan ROA pada tabel di atas. Akan tetapi pada tahun 2014,
ketika ROA mengalami penurunan sebesar 1,51 % perputaran piutang cenderung
mengalami kenaikan sebesar 0,57 kali. Keadaan ini tidak sejalan dengan
pernyataan Riyanto (2008) yang mengemukakan bahwa perputaran piutang
memiliki pengaruh positif terhadap return on asset. Hal serupa juga dinyatakan
oleh Bambang Riyanto (2008) yang menyatakan ketika perputaran persediaan
mengalami kenaikan, maka profitabilitas (ROA) juga akan mengalami kenaikan
karena perputaran persediaan memiliki pengaruh positif terhadap ROA
perusahaan. Pendapat yang dikemukakan ini sesuai dengan tabel di atas ketika
perputaran persediaan dari tahun 2010-2014 mengalami penurunan, maka ROA
yang didapatkan oleh perusahaan juga cenderung menurun.
8
Universitas Bakrie
9
Universitas Bakrie
10