Anda di halaman 1dari 27

FILARIASIS DAN PENCEGAHANNYA

I. PENDAHULUAN

Penyakit kaki gajah (filariasis) adalah penyakit

menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing

filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

Cacing tersebut hidup disaluran dan kelenjar getah

bening dengan manifestasi klinik acut berupa demam

berulang, peradangan kelenjar dan saluran getah

bening. Pada stadium lanjut dapat menimbulkan cacat

menetap berupa pembesaran kaki, tangan, payudara

dan alat kelamin, baik pada laki-laki maupun

perempuan. Gejala klinis akut dan atau kronis pada

penyakit ini dapat menurunkan derajat kesehatan dan

kualitas sumber daya manusia. Akibatnya dapat

menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar

karena penderita tidak dapat bekerja secara optimal

dalam waktu yang lama (seumur hidup).

Seluruh wilayah Indonesia mempunyai resiko

untuk kejangkitan penyakit kaki gajah karena cacing

penyebabnya dan nyamuk penularnya tersebar luas.

Dibeberapa daerah, terutama di pedesaan penyakit ini

masih epedemis. Sumber penularan adalah penderita

penyakit kaki gajah baik yang sudah menimbulkan

gejala-gejala ataupun tidak, karena di dalam darahnya

1
terdapat mikrofilaria yang dapat ditularkan oleh

nyamuk.

Di Propinsi Sumatera Barat khususnya di

Kecamatan Bungus Teluk Kabung terjadi peningkatan

yang cukup signifikan terhadap penyakit ini, Yang mana

ditandai dengan hasil survey dari Dinas Kesehatan Kota

Padang bekerjasama dengan Puskesmas Bungus Teluk

Kabung menunjukan peningkatan angka kesakitan

penyakit ini pada usia pruduktif antara umur 35 tahun

sampai dengan umur 60 tahun. Keberadaan Penyakit ini

mengakibatkan terganggunya aktifitas dari individu

yang mengalami penyakit kaki gajah dan diiringi dengan

menurunnya pruduktifitas penduduk dalam memberikan

hasil karyanya dalam meningkatkan pendapatan. Hal ini

mendorong para petugas kesehatan Puskesmas Bungus

Teluk Kabung didampingi unsur terkait lainnya untuk

melakukan langkah langkah pemberantasan penyakit

kaki gajah tersebut, khususnya dalam bidang

penyuluhan sebagai awal tindakan pemberantasan

penyakit.

Pada tahun 2000 WHO telah menetapkan

kesepakatan global untuk mengeliminasi penyakit kaki

gajah (The Global Goal of Elimination of Lymphatic

Filariasis as a Public Health Problem by the Year 2020),

2
Indonesia sepakat untuk melakukan program eliminasi

penyakit kaki gajah yang dilaksanakan secara bertahap

diawali pada tahun 2002.

Untuk melakukan program ini harus dilakukan

berbagai upaya diantaranya adalah promosi kesehatan

yang intensif, terpadu dan terarah melalui kerjasama

lintas program dan lintas sektoral agar kegiatan ini

dapat berhasil. Program eliminasi penyakit kaki gajah

bertujuan untuk menurunkan prevalensi (Mf-rate)

menjadi kurang dari 1% melalui pengobatan massal

sekali setahun selam 5 tahun di daerah yang endemis

dan penatalaksanaan kasus klinis sehingga tidak

menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi.

Dalam pelaksanaannya berbagai permasalahan

perilaku dapat dijumpai diantaranya adalah:

1. Beberapa pengambil keputusan di daerah belum

memahami kerugian akibat penyakit kaki gajah

sehingga belum memprioritaskan kegiatan

sehingga biaya operasional tidak/kurang

mencukupi.
2. Adanya anggapan dari sebagian penduduk bahwa

penyakit ini disebabkan oleh guna-guna (Black

Magic) atau kutukan sehingga tidak perlu diobati

oleh petugas kesehatan, tetapi oleh dukun.

3
3. Penduduk tidak datang pada waktu pemeriksaan

dan pengambilan darah pada malam hari.


4. Adanya efek samping pengobatan menyebabkan

masyarakat tidak mau melanjutkan pengobatan

sampai tuntas.
5. Kurangnya peran serta masyarakat dalam

mencegah penyakit kaki gajah misalnya dengan

cara menghindarkan diri dari gigitan nyamuk,

menghilangkan tempat-tempat berkembangbiak

nyamuk dan memeriksakan diri ke Puskesmas bila

ada tanda-tanda penyakit kaki gajah.

II. FILARIASIS PADA MANUSIA


A. PENGERTIAN
Penyakit kaki gajah adalah penyakit menular

yang disebabkan oleh sejenis cacing dalam kelenjar

4
getah bening dan mikrofilari dalam darah dan

ditularka melalui gigitan nyamuk penularnya . untuk

meyakinkan masyarakat , dapat diperlihatkan contoh

penderita kaki gajah (dengan kaki, lengan, skrotum,

vulva dan payudara yang membengkak), atau dengan

gambar/foto dari penderita. Penderita-penderita yang

telah timbul cacat pada anggota tubuhnya berarti

telah bertahun-tahun mengidap serangan penyakit

ini, tetapi tidak mendapat pengobatan yang

sempurna.

Penyakit Kaki Gajah (Filariasis atau

Elephantiasis) adalah golongan penyakit menular

yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan

melalui berbagai jenis nyamuk. Setelah tergigit

nyamuk, parasit (larva) akan menjalar dan ketika

sampai pada jaringan sistem lympa maka

berkembanglah menjadi penyakit tersebut.

5
Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila

tidak mendapatkan pengobatan, dapat menimbulkan

cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan

alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.

Penyakit Kaki Gajah bukanlah penyakit yang

mematikan, namun demikian bagi penderita mungkin

menjadi sesuatu yang dirasakan memalukan bahkan

dapat mengganggu aktifitas sehari-hari.


Penyakit Kaki Gajah umumnya banyak

terdapat pada wilayah tropis. Menurut info dari WHO,

urutan negara yang terdapat penderita mengalami

penyakit kaki gajah adalah Asia Selatan (India dan

Bangladesh), Afrika, Pasifik dan Amerika.

Belakangan banyak pula terjadi di negara Thailan

dan Indonesia (Asia Tenggara).


Penderita-penderita yang mengandung

mikrofilaria di dalam darahnya merupakan sumber

penularan penyakit bagi penduduk yang lain. Melalui

gigitan nyamuk , mikrofilaria tersebut akan terisap

ke dalam tubuh nyamuk sewaktu nyamuk itu

mengisap darah penderita. Selanjutnya mikrofilaria

akan mengalami perkembangan selama kira-kira 12

hari untuk siap ditularkan pada orang lain bila

nyamuk ini menggigit, sehingga orang tersebut akan

ketularan penyakit.

6
Seorang penderita kaki gajah yang menahun

(kronis), hidupnya akan sangat tergantung kepada

orang lain. Seringnya datang demam secara berulang

denga kerusakan-kerusakan pada jaringan tubuh

penderita, maka daya dan kemampuan kerja menjadi

sangat berkurang, sehingga tidak mampu memenuhi

nafkah hidupnya. Apalagi telah timbul cacat (invalid)

yang secara psikologis menimbulkan tekanan mental

(depresi) sehingga penderita mengasingkan diri dari

pergaulan masyarakat di sekelilingnya.


Untuk memastikannya perlu dilakukan

pemeriksaan darah terutama pada malam hari. Bila

hasil pemeriksaan darah ditemukan adanya

mikrofilaria berarti sudah ketularan penyakit kaki

gajah. Apabila tidak dilakukan pengobatan maka

cacing-cacing tersebut akan terus berkembang dan

menimbulkan kerusakan-kerusakan dalam tubuh.

7
Filariasis biasanya dikelompokkan menjadi tiga

macam, berdasarkan bagian tubuh atau jaringan

yang menjadi tempat bersarangnya:

1. Filariasis limfatik
Disebabkan oleh Wuchereria bancrofti, Brugia

malayi, dan Brugia timori


Tanda dan Gejala

elefantiasis (penebalan kulit dan jaringan-

jaringan di bawahnya) sebenarnya hanya

disebabkan oleh filariasis limfatik ini. B. timori

diketahui jarang menyerang bagian kelamin,

tetapi W. bancrofti dapat menyerang tungkai

dada, serta alat kelamin.

2. Filariasis subkutan (bawah jaringan kulit)

8
Loa loa (cacing mata Afrika), Mansonella

streptocerca, Onchocerca volvulus, dan

Dracunculus medinensis (cacing guinea). Mereka

menghuni lapisan lemak yang ada di bawah

lapisan kulit. Jenis filariasis yang terakhir

disebabkan oleh Mansonella perstans dan

Mansonella ozzardi, yang menghuni rongga

perut. Semua parasit ini disebarkan melalui

nyamuk atau lalat pengisap darah, atau, untuk

Dracunculus, oleh kopepoda (Crustacea). Selain

elefantiasis, bentuk serangan yang muncul

adalah kebutaan Onchocerciasis akibat infeksi

oleh Onchocerca volvulus dan migrasi

microfilariae lewat kornea

3. Filariasis rongga serosa (serous cavity)

Filariasis dapat ditegakkan secara Klinis, yaitu

bila seseorang tersangka Filariasis ditemukan

tanda-tanda dan gejala akut ataupun kronis,

dengan pemeriksaan darah jari yang dilakukan

mulai pukul 20.00 malam waktu setempat,

seseorang dinyatakan sebagai penderita

Filariasis, apabila dalam sediaan darah tebal

ditemukan mikrofilaria.
B. PATOFISIOLOGI

9
Ahli parasitologi dari Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, Prof Saleha Sungkar,

menjelaskan, mikrofilaria masuk ke tubuh manusia

lewat nyamuk. Lebih dari 20 species nyamuk menjadi

vektor (penyebar penyakit) filiriasis. Nyamuk Culex

quinquefasciatus sebagai vektor (penyebar penyakit)

untuk wuchereria bancrofti di daerah perkotaan. Di

pedesaan vektor umumnya Anopheles, Culez, Aedes,

dan Mansonia. Spesies nyamuk vektor bisa berbeda

dari daerah satu dengan daerah lain.

Cacing yang diisap nyamuk tidak begitu saja

dipindahkan, tetapi sebelumnya tumbuh di dalam

tubuh nyamuk. Makhluk mini itu berkembang dalam

otot nyamuk. Sekitar 3 minggu, pada stadium 3, larva

mulai bergerak aktif dan berpindah ke alat tusuk

nyamuk. Nyamuk pembawa mikrofilaria itu lalu

gentayangan menggigit manusia dan memindahkan

larva infektif tersebut.

Bersama aliran darah, larva keluar dari

pembuluh kapiler dan masuk ke pembuluh limfe.

Uniknya, cacing terdeteksi dalam darah tepi pada

malam hari, selebihnya bersembunyi di organ dalam

tubuh. Pemeriksaan darah ada-tidaknya cacing biasa

dilakukan malam hari. Selain manusia, untuk brugia

10
malayi, sumber penularan penyakit juga bisa

binatang liar, seperti kera dan kucing (hospes

reservoir).

Setelah dewasa, cacing menyumbat pembuluh

limfe dan menghalangi cairan limfe sehingga terjadi

pembengkakan. Selain di kaki, pembengkakan bisa

terjadi di tangan, payudara, atau buah zakar. Di

tubuh manusia cacing itu menumpang makan dan

hidup.

Ketika menyumbat pembuluh limfe di

selangkangan, misalnya, cairan limfe dari bawah

tubuh tidak bisa mengalir sehingga kaki membesar.

Dapat terjadi penyumbatan di ketiak, mengakibatkan

pembesaran tangan.

C. TANDA DAN GEJALA PENYAKIT KAKI GAJAH


Ada beberapa tanda dan gejala penyakit kaki

gajah yaitu :
1) Demam ringan selama beberapa hari dan timbul

secara berulang
2) Tanda - tanda peradangan saluran kelenjar

gatah bening pelipatan paha/lengan yang

menjalar ke arah ujung kaki/ lengan

(retrogadlymphangitis) terlihat sebagai garis

yang merah dari pangkal paha/lengan ke arah

ujung dan dirasakan panas, sakit.

11
3) Borok (ulcus) di daerah kelenjar getah bening

lipat Seseorang yang terinfeksi penyakit kaki

gajah umumnya terjadi pada usia kanak-kanak,

dimana dalam waktu yang cukup lama

(bertahun-tahun) mulai dirasakan

perkembangannya.
Adapun gejala akut yang dapat terjadi antara lain :
1) Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam

dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi

setelah bekerja berat.


2) Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa

ada luka) didaerah lipatan paha, ketiak

(lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas

dan sakit.
3) Radang saluran kelenjar getah bening yang

terasa panas dan sakit yang menjalar dari

pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung

(retrograde lymphangitis).
4) Filarial abses akibat seringnya menderita

pembengkakan kelenjar getah bening, dapat

pecah dan mengeluarkan nanah serta darah.


5) Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah

zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa

panas (early lymphodema).


Gejala dan tanda klinis kronis :
1) Limfedema : Infeksi Wuchereria mengenai

kaki dan lengan, skrotum, penis, vulva vagina

12
dan payudara, Infeksi Brugia dapat mengenai

kaki dan lengan dibawah lutut / siku lutut dan

siku masih normal


2) Hidrokel : Pelebaran kantung buah zakar yang

berisi cairan limfe, dapat sebagai indikator

endemisitas filariasis bancrofti.


3) Kiluria : Kencing seperti susu kebocoran

sel limfe di ginjal, jarang ditemukan


4) paha/lengan karena pecahnya kelenjar yang

meradang oleh bakteri/jamur.


5) Pembengkakan tungkai/lengan, kantong buah

zakar, alat kelamin wanita bagian luar dan

payudara (limfedema) karena terjadinya

serangan akut secara berulang.


6) Seseorang yang terinfeksi penyakit kaki gajah

umumnya terjadi pada usia kanak-kanak,

dimana dalam waktu yang cukup lama

(bertahun-tahun) mulai dirasakan

perkembangannya.
D. PENULARAN PENYAKIT KAKI GAJAH
Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk yang

menghisap darah seseorang yang telah tertular

sebelumnya. Darah yang terinfeksi dan mengandung

larva dan akan ditularkan ke orang lain pada saat

nyamuk yang terinfeksi menggigit atau menghisap

darah orang tersebut.

13
Tidak seperti Malaria dan Demam berdarah,

Filariasis dapat ditularkan oleh 23 spesies nyamuk

dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes &

Armigeres. Karena inilah, Filariasis dapat menular

dengan sangat cepat.


Seseorang yang terinfeksi penyakit kaki gajah

umumnya terjadi pada usia kanak-kanak, dimana

dalam waktu yang cukup lama (bertahun-tahun)

mulai dirasakan perkembangannya.

Adapun gejala akut yang dapat terjadi antara lain :


1) Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam

dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi

setelah bekerja berat


2) Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa

ada luka) didaerah lipatan paha, ketiak

(lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas

dan sakit
3) Radang saluran kelenjar getah bening yang

terasa panas dan sakit yang menjalar dari

14
pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung

(retrograde lymphangitis)
4) Filarial abses akibat seringnya menderita

pembengkakan kelenjar getah bening, dapat

pecah dan mengeluarkan nanah serta darah


5) Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah

zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa

panas (early lymphodema)


6) Sedangkan gejala kronis dari penyakit kaki

gajah yaitu berupa pembesaran yang menetap

(elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah

dada, buah zakar (elephantiasis skroti).


E. SIKLUS HIDUP CACING FILARIA
Siklus hidup cacing filaria dapat terjadi dalam

tubuh nyamuk apabila nyamuk tersebut menggit dan

menghisap darah orang yang terserang filariasis,

sehingga mikro filaria yang terdapat ditubuh

penderita ikut terhisap kedalam tubuh nyamuk.

Mikrofiaria tersebut masuk kedalam paskan

pembungkus pada tubuh nyamuk, kemudian

menembus dinding lambung dan bersarang diantara

otot otot dada (Toraksi).


Bentuk mikrofilaria menyerupai sosis yang

disebut larva stadium I. Dalam waktu kurang lebih

satu minggu larva ini berganti kulit, tumbuh menjadi

lebih gemuk dan panjang yang yang disebut larva

15
stadiun II. Pada hari kesepuluh dan seterusnya larva

berganti kulit untuk kedua kalinya, sehingga menjadi

lebih panjang dan kurus, ini adalah larva stadium III.

Gerak larva stadium III ini sangat aktif, sehingga

larva mulai bermigrasi mula mula ke rongga perut

(Abdomen) kemudian pindah ke kepala dan alat tusuk

nyamuk.
Apabila nyamuk mikrofilaria ini menggigit

manusia maka mikrofilaria yang sudah berbentuk

larva infektif (Larva stadium III) secara aktif ikut

masuk kedalam tubuh manusia (Hospes),bersama

sama dengan aliran darah dalam tubuh

manusia.Larva keluar dari pembuluh darah dan

masuk ke pembuluh limfe. Didalam pembuluh limfe

larva mengalamidua kali pergantian kulit dan tumbuh

menjadi dewasa yang sering disebut larva stadium IV

dan larva stadium V. Cacing filaria yang sudah

dewasa bertempat di pembuluh limfe, sehingga akan

menyumbat pembuluh limfe dan akan terjadi

pembengkakan.
Cacing filaria sendiri memiliki ciri sebagai berikut :
1) Cacing dewasa (makrofilaria) berbentuk seperti

benang berwarna putih kekuningan. Sedangkan

larva cacing filaria (kirofilaria berbentuk seperti

benang berwarna putih susu.

16
2) Makrofilaria yang betina memiliki panjang kurang

lebih 65-100mm dan ekornya lurus berujung

tumpul. Untuk makro filaria yang jantan memiliki

panjang kurang lebih 40mm dan ekor

melingkar.Sedangkan mikrofilaria memilki

panjang kurang labih 250 mikron, bersarung

pucat
3) Tempat hidup makrofilaria jantan dan betina di

saluran limfe. Tetapi pada malam hari

mikrofilaria terdapat didalam darah tepi

sedangkan pada siang hari mikrofilaria terdapat

di kapiler alat- alat dalam seperti paru- paru,

jantung, dan hati.


F. CARA PENULARAN FILARIASIS
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi

filariasis apabila orang tersebut digigit nyamuk yang

sudah terinfeksi, yaitu nyamuk yang dalam tubuhnya

mengandung larva (L3). Nyamuk sendiri mendapat

mikro filarial karena menghisap darah penderita atau

dari hewan yang mengandung mikrofolaria.

17
Nyamuk sebagai vector menghisap darah

penderita (mikrofilaremia) dan pada saat itu

beberapa microfilaria ikut terhisap bersama darah

dan masuk dalam lambung nyamuk. Dalam tubuh

nyamuk microfilaria tidak berkembang biak tetapi

hanya berubah bentuk dalam beberapa hari dari larva

1 sampai menjadi larva 3, karenanya diperlukan

gigitan berulang kali untuk terjadinya infeksi.

Didalam tubuh manusia larva 3 menuju sistem limfe

dan selanjutnya tumbuh menjadi cacing dewasa

jantan atau betina serta bekembang biak


G. MANIFESTASI KLINIS
Umumnya, filariasis akan bersifat

mikrofilaremia subklinis. Apalagi kebanyakan

penderita penyakit ini merupakan masyarakat

pedesaan hingga sama sekali tidak terdeteksi oleh

pranata kesehatan yang berada di lingkungan

tersebut. Namun demikian, jika telah parah dan

kronis dapat menimbulkan hidrokel, acute

18
adenolymphangytis (ADL), serta kelainan pembuluh

limfe yang kronis. Di daerah-daerah yang endemis

W.bancrofti juga sudah banyak orang yang kebal

sehingga jika ada satu atau dua orang yang

skrotumnya tiba-tiba sudah besar, kemungkinan

sudah banyak sekali laki-laki yang terinfeksi parasit

ini. Meski demikian, jika ingin mendeteksi secara

dini, dalam fase subklinis penderita filariasis

bancrofti akan mengalami hematuria dan atau

proteinuria mikroskopik, pembuluh limfe yang

melebar dan berkelok-kelok dideteksi dengan

flebografi- , serta limfangiektasis skrotum dideteksi

dengan USG. Namun tentu saja gejala-gejala yang

disebutkan terakhir jarang sekali (kalau bisa dibilang

tidak pernah) terdeteksi karena terjadi di

pedalaman-pedalaman desa.
ADL ditandai dengan demam tinggi,

peradangan limfe (limfangitis dan limfadenitis), serta

edema lokal yang bersifat sementara. Limfangitis ini

bersifat retrograd, menyebar secara perifer dari KGB

menuju arah sentral. Sepanjang perjalanan ini, KGB

regional akan ikut membesar atau sekedar memerah

dan meradang. Bisa juga terjadi tromboflebitis di

sepanjang jalur limfe tersebut. Limfadenitis dan

limfangitis dapat terjadi pada KGB ekstremitas

19
bawah dan atas akibat infeksi W.bancrofti dan

Brugia. Namun khas untuk W.bancrofti, biasanya

akan terjadi lesi di daerah genital terlebih dahulu.

Lesi di derah genital ini meliputi funikulitis,

epididimitis, dan rasa sakit pada skrotum. Nantinya

lesi ini juga bisa menjadi limfedema hingga menjadi

elefantiasis skrotalis yang sangat khas akibat infeksi

W.bancrofti. Lebih jauh, edema ini juga bisa

mendesak rongga peritoneal hingga menyebabkan

ruptur limfe di daerah renal dan menyebabkan

chiluria, terutama waktu pagi.


Pada daerah yang endemis infeksi filaria,

terdapat tipe onset penyakit akut yang dinamakan

dermatolymphangioadenitis (DLA).Agak sedikit

berbeda dengan ADL, DLA merupakan sindrom yang

meliputi demam tinggi, menggigil, myalgia, serta

sakit kepala. Plak edem akibat peradangan

membentuk demarkasi yang jelas dari kulit yang

normal. Pada sindrom ini juga terdapat vesikel,

ulkus, serta hiperpigmentasi. Kadang-kadang dapat

ditemui riwayat trauma, gigitan serangga, terbakar,

radiasi, lesi akibat pungsi, serta kecelakaan akibat

bahan kimia. Biasanya port dentre dari filaria

tersebut terletak di daerah interdigital. Karena

20
bentuknya yang tidak terlalu khas, sindrom ini sering

juga didiagnosis sebagai selulitis.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENYAKIT KAKI

GAJAH
Penyakit kaki gajah ini umumnya terdeteksi

melalui pemeriksaan mikroskopis darah, Sampai

saat ini hal tersebut masih dirasakan sulit dilakukan

karena microfilaria hanya muncul dan menampilkan

diri dalam darah pada waktu malam hari selama

beberapa jam saja (nocturnal periodicity).


Selain itu, berbagai methode pemeriksaan

juga dilakukan untuk mendiagnosa penyakit kaki

gajah. Diantaranya ialah dengan system yang

dikenal sebagai Penjaringan membran, Metode

konsentrasi Knott dan Teknik pengendapan.


Metode pemeriksaan yang lebih mendekati

kearah diagnosa dan diakui oleh pihak WHO adalah

dengan jalan pemeriksaan sistem Tes kartu, Hal

ini sangatlah sederhana dan peka untuk mendeteksi

penyebaran parasit (larva). Yaitu dengan cara

mengambil sample darah sistem tusukan jari

droplets diwaktu kapanpun, tidak harus dimalam

hari.
I. PENANGANAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT

KAKI GAJAH

21
Tujuan utama dalam penanganan dini

terhadap penderita penyakit kaki gajah adalah

membasmi parasit atau larva yang berkembang

dalam tubuh penderita, sehingga tingkat penularan

dapat ditekan dan dikurangi.


Pengobatan yang dapat dilakukan diantaranya :
1. Pengobatan Masal
Dilakukan di daerah endemis (mf rate > 1%)

dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazine

Citrate (DEC) dikombilansikan dengan Albendazole

sekali setahun selama 5 tahun berturut-turut.

Untuk mencegah reaksi pengobatan seperti

demam atau pusing dapat diberikan Pracetamol.


Pengobatan massal diikuti oleh seluruh penduduk

yang berusia 2 tahun ke atas, yang ditunda selain

usia 2 tahun, wanita hamil, ibu menyusui dan

mereka yang menderita penyakit berat.


2. Pengobatan Selektif
Dilakukan kepada orang yang mengidap

mikrofilaria serta anggota keluarga yang tinggal

serumah dan berdekatan dengan penderita di

daerah dengan hasil survey mikrofilaria < 1% (non

endemis)

22
3. Pengobatan Individual (penderita kronis)

Semua kasus klinis diberikan obat DEC 100 mg, 3x

sehari selama 10 hari sebagai pengobatan

individual serta dilakukan perawatan terhadap

bagian organ tubuh yang bengkak


J. PENCEGAHAN PENYAKIT KAKI GAJAH

Bagi penderita penyakit gajah diharapkan

kesadarannya untuk memeriksakan kedokter dan

mendapatkan penanganan obat-obtan sehingga tidak

menyebarkan penularan kepada masyarakat lainnya.

Untuk itulah perlu adanya pendidikan dan

23
pengenalan penyakit kepada penderita dan warga

sekitarnya.
Pemberantasan nyamuk diwilayah masing-

masing sangatlah penting untuk memutus mata

rantai penularan penyakit ini. Menjaga kebersihan

lingkungan merupakan hal terpenting untuk

mencegah terjadinya perkembangan nyamuk

diwilayah tersebut
Berikut usaha-usaha pencegahan penyakit kaki gajah

:
a. Berusaha menghindarkan diri dari gigitan

nyamuk vector ( mengurangi kontak dengan

vector) misalnya dengan menggunakan kelambu

bula akan sewaktu tidur,


b. Menutup ventilasi rumah dengan kasa nyamuk
c. Menggunakan obat nyamuk semprot atau obat

nyamuk baker
d. Mengoles kulit dengan obat anti nyamuk, atau

dengan cara memberantas nyamuk dengan

membersihkan tanaman air pada rawa-rawa yang

merupakan tempat perindukan nyamuk,

menimbun, mengeringkan atau mengalirkan

genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk

; membersihkan semak-semak disekitar rumah.


Gambar Usaha pemerintah dalam mencegah

penyakit kaki gajah

24
Untuk mencegah/memberantas penyakit ini

pemerintah melakukan gerakan eliminasi penyakit

kaki gajah. Masyarakat diharapkan untuk berperan

serta dengan cara:


1. Memeriksakan dirinya kepada petugas kesehatan

terhadap kemungkinan adanya tanda-tanda

penyakit kaki gajah.


2. Bersedia makan obat secara teratur sesuai jumlah

dosis yang dianjurkan petugas kesehatan

masyarakat.
3. Berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk

dengan cara :
1) Tidur memakai kelambu
2) Lubang-lubang angin (vetilasi) rumah ditutup

kawat kasa halus


3) Tidak membiarkan ternak di sekitar rumah
4) Membunuh nyamuk dengan obat nyamuk

semprot dan bakar

25
5) Mengoles kulit dengan obat anti nyamuk, dan

sebagainya
4. Menghilangkan tempat perindukan nyamuk

sehingga tidak memungkinkan perkembangan

nyamuk.

26
DAFTAR PUSTAKA

Eka. 2008. Pengobatan Massal Penyakit Filariasis

Secara Gratis. Diakses dari situs

http://www.enrekangkab.go.id. pada tanggal 30

Maret 2008.

Entjang, Indan. 1982. Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Bandung : Penerbit Alumni.

Prianto, Juni L.A., dkk. 1999. Atlas Parasitologi

Kedokteran. Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama.

Sofyan, Iyan. 2007. Cegah Penyakit Kaki Gajah,

Sembilan Ratus Ribu Warga Bogor Diharuskan

Minum Obat Cacing. Diakses dari situs

http://www.kotabogor.go.id. pada tanggal 30

Maret 2008.

http://ditaanugrah.blogspot.com/2014/01/makalah-

lengkap-filariasis-kaki-gajah.html

http://nursamawiah.blogspot.com/2012/03/makalah-

cacing-filaria-wuchereria.html

27

Anda mungkin juga menyukai