Anda di halaman 1dari 13

Anatomi Humerus proximal

Extremitas superior di bagi menjadi 3 bagian yaitu Brachium


(lengan atas), Antebrachium (lengan bawah), Manus.

Pada rangka brachium terdapat tulang yaitu os humerus,


merupakan os longum yang dapat dibedakan kedalam caput,
corpus dan condylus. Atau dapat dibedakan menjadi ephiphysis
proximalis, diaphysis dan epiphysis distal. Humerus bertemu
dengan scapula pada articulation glenohumeralis dan dengan
radius dan ulna pada articulation cubiti. Ujung atas humerus
memiliki caput yang berbentuk sepertiga lingkaran dan berarticulasi
dengan cavitas glenoidalis scapulae.

Pada bagian ini terdapat bangunan collum anatomicum.


dibawah collum terdapat tuberculum majus yang terletak di lateral
caput. Facies proximal membulat dan merupakan tempat perlekatan
dari musculus supraspinatus, musculus infraspinatus, musculus
teres minor. Tuberculum majus dan minus yang akan dipisahkan
oleh sulcus intertuberclaris. Ujung atas humerus yang bergabung
dengan corpus yaitu corpus collum chirugicum yang sempit.
Dipertengahan ke bawah pada aspek lateral corpus terdapat elevasi
kasar yang disebut tuberositas deltoid. Di posteriorinferior
tuberositas terdapat sulcus radialis yang memuat nervus radialis .

Brachium di selubungi facies profunda. Dua septum facia


berada di sisi medial dan lateral yang akan melekat pada crista
supracondylaris medial dan lateral humeri. Dengan ini brachium
terbagi menjadi compartimentum brachii anterior dan posterior
yang terdiri dari musculus, nervus dan arteri (Snell, 2013).
Otot-otot Brachium:

1. Compartimentum Anterius

Otot Origo Insersio Persarafan Radi Kerja


Muscul x
us
Biceps
brachii
Caput Tuberculum Tuberosit Nervus C5,6 Supinator
longu supragleno as radii musculocu antebrachium
m idale dan taneus , fleksor
aponeuro articulation
sis cubiti, fleksor
bicpitalis lemaharticula
ke fascia tio
profunda glenohumeral
antebrac is
hii
Caput Procesus
brave coracoideu
s scapulae
M. Procesus Aspek Nervus C5,6 Fleksi
coraco coracoideu medial musculocu ,7 brachium
brachi s scapulae corpus taneus adductor
alis humeri lemah
M. Sisi depan Processus Nervus C5,6 Fleksor
brachi setengah coronoide Muaculocu articulation
alis bagian us taneus cubiti
bawah
humerus

2. Compartimentum Posterius

Otot Origo Insersio Persaraf Radi Kerja


M. Triceps
an x
Caput Tuberculu
longum m
infragenoid
ale
scapulae
Caput Bagian Olecran Nervus C6,7, Ekstensor
lateral atas on Rdialis 8 articulocu
permukaan ulnae biti
posterior
corpus
humeri
Caput Bagian
medial bawah
permukaan
posterior
corpus
humeri
Definisi:

Fraktur ujung proksimal humerus yang meliputi fraktur pada


bagian caput humeri, collum anatomicum, dan collum chiruugicum
(Hoppenfeld dan Murthy, 2011).

Epidermiologi:

Fraktur humerus proksimal biasanya terjadi setelah usia


pertengahan dan terbanyak ditemukan pada wanita yang menderita
osteoporosis pada masa pasca menopause. Pada sebagian besar
kasus pergeserannya tidak nyata dan terapi sedikit menghadapi
masalah. Pada sekitar 20% terdapat banyak pergeseran pada suatu
fragmen atau lebih dan terdapat resiko komplikasi yang bermakna.
Fraktur humerus proksimal merupakan fraktur ketiga paling umum
setelah fraktur hip dan fraktur radius distal (Apley, 1995).

Mekanisme Cedera:

Fraktur humerus proksimal dapat di sebabkan akibat dari


jatuh menumpu pada siku atau disaat rotasi eksterna. Terutama
pada pasien manula. Trauma pada aspek lateral bahu dan kejang
dapat mengakibatkan fraktur dan dislokasi bahu (Hoppenfeld dan
Murthy, 2011).

Klasifikasi fraktur humerus proksimal:

Menurut Neer , proksimal humerus dibentuk oleh 4 segmen utama


yang terlibat cedera:
1. Caput
2. Corpus
3. Tuberculum majus
4. Tuberculum minus
Klasifikasi membedakan jumlah fragmen yang bergeser atau
terpisah:
1. Fraktur satu bagian (One part fracture): fraktur impaksi
atau tampa dislokasi
2. Fraktur dua bagian (Two part fracture): fraktur dengan
dislokasi tuberculum atau fraktur collum chirugicum
dengan disertai dislokasi atau angulasi. Cedera rotator cuf
dapat terjadi pada fraktur ini.
3. Fraktur tiga bagian ( Three part fracture): melibatkan
dislokasi atau angulasi caput dan corpus dengan
keterlibatan baik tuberculum majus maupun tuberculum
minus
4. Fraktur empat bagian (four part fracture): dislokasi atau
angulasi caput, corpus, tuberculum majus dan tuberculum
minus. Caput humeri tanpa suplai darah dan rentan
teradinya nekrosis avaskuler (Hoppenfeld dan Murthy,
2011).

Tanda dan Gejala


Fraktur sering terimpaksi secara erat, nyeri tidak begitu
hebat. Tetapi terdapat memar yang besar pada bagian lengan,
tanda cedera pada nervus axilla dan pleksus brachialis harus dicari,

Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan ada empat, yaitu:

a. Recognition (diagnosis dan penilaian fraktur)


Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan
fraktur dengan anamnesis, pemriksaan klinik dan ridiologis.
Pada awal pengobatan perlu diperhatikan:

1) Lokalisasi fraktur
2) Bentuk fraktur
3) Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan
4) Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesduah
pengobatan
b. Reduction (reduksi fraktur apabila perlu)
Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan
posisi yang dapat diterima. Pada fraktur intra- artikuler
diperlukan reduksi anatomis dan sedapat mungkin
mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi
seperti kekauan, deformitas serta perubahan osteoatrhitis di
kemudian hari.

c. Retention
Imobilisasi fraktur

d. Rehabilitation
Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin
(Apley, 1995)

Penatalaksaan pada fraktur humerus proximal


Rehabilitasi (durasi 12 minggu sampai 1 tahun)
1. Kekuatan otot
Meningkatkan kekuatan otot yang terlibat dan berusaha
mengembalikan kekuatan penuh melawan tahanan maksimal
dengan latihan terapeutik dan ROM
2. Sasaran Fungsional
Memperbaiki dan mengembalikan fungsi bahu untuk
perawatan diri, berpakaian, dan berhias, selain itu, gerakan
dan kekuatan bahu sangat vital pada hamper semua aktivitas
oleh raga.
Metode penanganan
1. Sing
Biomekanika Alat stress-sharing. Cara penyembuhan tulang; sekunder
Indikasi; fraktur humerus proksimal tanpa dislokasi, impaksi atau dengan
dislokasi minimal biasanya diimobilisasi selama 2 samapai 3 minggu hingga
nyeri pasien berkurang. Delapan puluh lima persen fraktur humerus proksimal
mengalami dislokasi minimal.

2. Reduksi terbuka dan Fiksasi Interna


Biomekanika; Alat; stress shielding dengan fiksasi pelat, alat stress-sharing
untuk fiksasi dengan pin atau tension band.Cara penyembuhan tulang ; secara
primer jika fiksasi rigid tercapai dan tidak ada pembentukan kalus, sekunder
jika tidak tercapai fiksasi rigid dengan pembentukan kalus.
Indikasi; reduksi terbuka dan fiksasi interna diindikasikan pada fraktur dua
dan tiga bagian dan fraktur yang memerlukan perbaikan rotator cuff

Reduksi tertutup dan fiksasi perkutaneus/ Cannulated screw Tension Banding


Biomekanika ; Alat stress-sharing. Cara penyembuhan tulang; secara
sekunder dengan pembentukan kalus. Indikasi: digunakan untuk fraktur dua
bagian tanpa robekan rotator cuff yang bermakna. Metode ini pilihan untuk
fraktur dislokasi collum chirgicum.

Artroplasti Prostetik

Biomekanika; Alat stress-sharing. Cara penyembuhan tulang ; Tuberculum


sembuh secara sekunder, dengan pembentukan kalus.

Indikator: untuk fraktur dengan resiko nekrosis avaskuler yang bermakna


(fraktur empat bagian, fraktur tiga bagian pada pasien manula osteoporotic,
fraktur dengan terbelahnya caput atau fraktur impersi caput yang lebih dari
40%). Kelebihan metode ini terapi fisik memungkinkan di mulai ketika telah
terjadi penyembuhan jaringan lunak.

Reduksi tertutup dan imobilisasi


Biomekanika : alat stress-sharing Cara penyembuhan tulang : Secara
Sekunder. Indikasi : Metode penanganan ini dapat dilakukan jika telah
dilakukan reduksi dengan hasil yang memuaskan namun, hal ini jarang
tercapai sehingga metode penanganan ini tidak dibahas lebih lanjut.
Fiksator Eksterna
Biomekanika : Alat stress-sharing. Cara penyembuhan tulang : Secara
Sekunder, dengan pembentukan kalas. Indikasi : Fiksasi eksterna digunakan
untuk fraktur terbuka dan sangat kominutif. Lebih jarang lagi, cara ini
diindikasikan untuk fraktur dua atau tiga-bagian dengan luka terbuka dan
kadang-kadang untuk fraktur dua atau tiga-bagian yang meluas sampai corpus,
jika kirscliner wire tidak dapat digunakan. Metode ini tidak dibahas lebih
lanjut karena jarng digunakan (Hoppenfeld dan Murthy, 2011).

Weight Bearing

Ekstremitas yang terlibat tidak diperbolehkan mennggung beban. Pasien tidak


boleh menanggung berat badan saat menggunakan walker, crutcher aksilar,
atau tongkat atau akan bangun dari tempat tidur atau kursi sampai fraktur telah
menyatu secara klinis dan radiografis.

Gaya Berjalan (gait)

Ayunan lengan pada awalnya hilang dan dapat membaik seiring berlalunya
waktu (Hoppenfeld dan Murthy, 2011).

Komplikasi
1. Dislokasi bahu, dislokasi baik anterior atau posterior
2. Cedera pembuluh darah dan cedera saraf
3. Kekakuan pada bahu
4. Malunion (Apley, 1995).

Prognosis

Prognosis fraktur humerus proksimal tergantung pada


berbagai faktor diantaranya adalah:

1. Pola fraktur (Neer)


2. usia pasien
3. status kesehatan keseluruhan dari pasien (terkait
komorbiditas)
4. harapan pasien
5. Kesediaan pasien untuk menjalani rehabilitasi panjang
6. Kemampuan untuk anatomis mengurangi tuberositas patah
tulang dikelola pembedahan
7. Ada atau tidak adanya dukungan inferomedial

Dapus:

Frankle A Mark , S Ashfaq Hasan. Proximal Humerus Fractures


Treatment and Management.2015. Avaibel from:
http://emedicine.medscape.com/article/1261320-treatment#d13
Apley, A Graham. Buku ajar ortopedi dan fraktur, Edisi 7. 1995.
Jakarta: widya medika

Snell S Richard. Anatomi klinis berdasarkan region. Edisi 9. 2013.


Jakarta: EGC

Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik
Indonesia. 2013. hlm.103.

Rasjad, C., dkk. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC, 2010,
Bab 42;Sistem Muskuloskeletal

BAB I

PENDAHULUAN

Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang


(Appley, 1995). Hal ini bisa disebabkan karena : (1) trauma tunggal,
(2) trauma berulang - ulang, (3) kelemahan abnormal pada tulang
atau fraktur patologik (Apley,1995).

Di Indonesia prevalensi cedera dan penyebabnya


cecenderungan menunjukkan sedikit kenaikan dari 7,5 persen
pada tahun 2007 menjadi 8,2 persen pada tahun 2013. Penyebab
cedera yang dapat dilaporkan dikarenakan transportasi darat
(transportasi sepeda motor dan darat lainnya) tampak ada
kenaikan cukup tinggi yaitu dari 25,9 persen menjadi 47,7 persen,
jatuh dan terkena benda tajam/tumpul yaitu dari 58 persen
menjadi 40,9 persen dan terkena benda tajam/tumpul dari
20,6 persen menjadi hanya 7,3 persen (Riskesdas 2013).

Setiap fraktur dan kerusakan jaringan lunak di sekitar tulang


tersebut harus ditanggulangi sesuai dengan prinsip
penanggulangan cedera musculoskeletal. Prinsip tersebut meliputi
rekognisi (mengenali), reduksi (mengembalikan), retaining
(mempertahankan), dan rehabilitasi (Rasjad, 2010).

Agar penanganannya baik, perlu diketahui kerusakan apa saja


yang terjadi, baik tulang maupun jaringan lunaknya. Mekanisme
tulang sangat penting untuk diketahui (Rasjad, 2010).

Anda mungkin juga menyukai

  • Pemeriksaan Pada Glauoma Sudut Tertutup
    Pemeriksaan Pada Glauoma Sudut Tertutup
    Dokumen1 halaman
    Pemeriksaan Pada Glauoma Sudut Tertutup
    Daisa Rosiana
    Belum ada peringkat
  • SCNCK
    SCNCK
    Dokumen2 halaman
    SCNCK
    Daisa Rosiana
    Belum ada peringkat
  • GFGJDSC
    GFGJDSC
    Dokumen25 halaman
    GFGJDSC
    Daisa Rosiana
    Belum ada peringkat
  • NNNMMGVF
    NNNMMGVF
    Dokumen2 halaman
    NNNMMGVF
    Daisa Rosiana
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Pada Glauoma Sudut Tertutup
    Pemeriksaan Pada Glauoma Sudut Tertutup
    Dokumen1 halaman
    Pemeriksaan Pada Glauoma Sudut Tertutup
    Daisa Rosiana
    Belum ada peringkat
  • HHGDFCC
    HHGDFCC
    Dokumen1 halaman
    HHGDFCC
    Daisa Rosiana
    Belum ada peringkat
  • NMGCDC
    NMGCDC
    Dokumen13 halaman
    NMGCDC
    Daisa Rosiana
    Belum ada peringkat
  • Refrat Definisi Dan Diagnosis
    Refrat Definisi Dan Diagnosis
    Dokumen1 halaman
    Refrat Definisi Dan Diagnosis
    Daisa Rosiana
    Belum ada peringkat
  • HGGVGV
    HGGVGV
    Dokumen18 halaman
    HGGVGV
    Daisa Rosiana
    Belum ada peringkat
  • LPLVBVH
    LPLVBVH
    Dokumen7 halaman
    LPLVBVH
    Daisa Rosiana
    Belum ada peringkat
  • SDLDPL
    SDLDPL
    Dokumen7 halaman
    SDLDPL
    Daisa Rosiana
    Belum ada peringkat
  • Kllpo
    Kllpo
    Dokumen2 halaman
    Kllpo
    Daisa Rosiana
    Belum ada peringkat
  • SHCHCFW
    SHCHCFW
    Dokumen16 halaman
    SHCHCFW
    Daisa Rosiana
    Belum ada peringkat
  • HHHH
    HHHH
    Dokumen4 halaman
    HHHH
    Daisa Rosiana
    Belum ada peringkat
  • Eggeg
    Eggeg
    Dokumen1 halaman
    Eggeg
    Daisa Rosiana
    Belum ada peringkat
  • Referat Floaters
    Referat Floaters
    Dokumen10 halaman
    Referat Floaters
    Shindy Octaviana
    100% (1)
  • GDJHG
    GDJHG
    Dokumen4 halaman
    GDJHG
    Daisa Rosiana
    Belum ada peringkat
  • Diare Akut Konsensus
    Diare Akut Konsensus
    Dokumen7 halaman
    Diare Akut Konsensus
    fenniebudhiarti
    Belum ada peringkat
  • Hubungan Tingkat Stres Dengan Keteraturan Siklus Menstruasi Pada
    Hubungan Tingkat Stres Dengan Keteraturan Siklus Menstruasi Pada
    Dokumen42 halaman
    Hubungan Tingkat Stres Dengan Keteraturan Siklus Menstruasi Pada
    Daisa Rosiana
    0% (1)
  • FGVVH
    FGVVH
    Dokumen3 halaman
    FGVVH
    Daisa Rosiana
    Belum ada peringkat
  • Ghghghgdds
    Ghghghgdds
    Dokumen5 halaman
    Ghghghgdds
    Daisa Rosiana
    Belum ada peringkat
  • HBHH
    HBHH
    Dokumen4 halaman
    HBHH
    Daisa Rosiana
    Belum ada peringkat
  • Hitung Kalori
    Hitung Kalori
    Dokumen4 halaman
    Hitung Kalori
    Daisa Rosiana
    Belum ada peringkat
  • Ds
    Ds
    Dokumen5 halaman
    Ds
    Daisa Rosiana
    Belum ada peringkat
  • FFFFFFFFFFGH
    FFFFFFFFFFGH
    Dokumen1 halaman
    FFFFFFFFFFGH
    Daisa Rosiana
    Belum ada peringkat
  • XSHXK
    XSHXK
    Dokumen2 halaman
    XSHXK
    Daisa Rosiana
    Belum ada peringkat
  • Kha
    Kha
    Dokumen1 halaman
    Kha
    Daisa Rosiana
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Pada Glauoma Sudut Tertutup
    Pemeriksaan Pada Glauoma Sudut Tertutup
    Dokumen1 halaman
    Pemeriksaan Pada Glauoma Sudut Tertutup
    Daisa Rosiana
    Belum ada peringkat
  • I Identitas Pasien
    I Identitas Pasien
    Dokumen1 halaman
    I Identitas Pasien
    Daisa Rosiana
    Belum ada peringkat