PENDAHULUAN
Rongga mulut merupakan tempat hidup bakteri aerob dan anaerob yang
berjumlah lebih dari 400 ribu spesies bakteri. Ratio antara bakteri aerob
dengan anaerob berbanding 10:1 sampai 100:1.Oragnisme-organisme ini
merupakan flora normal dalam mulut yang terdapat dalam plak gigi, cairan sulkus
ginggiva, mucus membrane, dorsum lidah, saliva dan mukosa mulut. Infeksi
odontogen dapat menyebar secara perkontinuitatum, hematogen dan
limfogen, yang disebabkan antara lain oleh periodontitis apikalis yang
berasal dari gigi nekrosis, dan periodontitis marginalis. Infeksi gigi dapat terjadi
melalui berbagai jalan: (1) lewat penghantaran yang pathogen yang berasal dari
luar mulut; (2) melalui suatu keseimbangan flora yang endogenus; (3) melalui
masuknya bakteri ke dalam pulpa gigi yang vital dan steril secara normal.
1.2 Skenario
Pasien lelaki usia 20 tahun datang dengan keluhan terdapat benjolan pada
daerah bawah belakang susah untuk membuka mulut. Berdasarkan pemeriksaan
terdapat pembengkakan mandibula kanan meluas ke daerah dagu, kelenjar limfe
submandibula teraba keras dan sakit buka mulut terbatas gigi geligi posterior
rahang bawah radiks
1.4 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mendiagnosa dari kasus di skenario.
2. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi apa saja yang terlibat pada kasus di
skenario.
3. Mahasiswa dapat mengetahui gejala, etiologi dan diagnosa banding yang
dapat terjadi pada kasus di skenario.
4. Mahasiswa mampu mengetahui proses patofisiologi sesuai dengan
skenario.
5. Mahasiswa mampu mengetahui tentang intruksi yang diberikan oleh
dokter gigi pasca tindakan.
6. Mahasiswa mengetahui tentang komplikasi yang mungkin terjadi pasca
tindakan.
7. Mahasiswa mampu mengetahui proses penatalaksaan pasca tindakan serta
bagaimana dengan prognosisnya.
8. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pencegahan yang dapat dilakukan
pada kasus di skenario.
9. Mahasiswa mengetahui tentang mengintrepertasi rontgen pada kasus di
scenario
10. Mahasiswa mampu mengetahui proses rujukan yang dilakukan oleh dokter
gigi umum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pencabutan gigi adalah suatu tindakan operasi yang dilakukan dengan tang,
elevator, atau pendekatan transalveolar. Oleh karena sifatnya yang irreversible dan
terkadang menimbulkan komplikasi, pencabutan gigi seharusnya dilakukan hanya
ketika semua alternatif perawatan tidak memungkinkan untuk dilakukan. Namun,
pada beberapa pasien lebih memilih pencabutan gigi sebagai alternatif yang lebih
murah daripada dilakukan perawatan lain seperti penambalan atau pembuatan
mahkota pada gigi dengan karies besar. Pada keadaan tersebut, gigi harus dicabut
dan pencabutan gigi merupakan bagian dari fungsi dokter gigi (Pedlar J et all,
2007).
Dalam metode ini, blade atau instrument yaitu tang atau bein ditekan
masuk ke dalam ligamentum periodontal diantara akar gigi dengan dinding tulang
Perencanaan dalam setiap tahap dari metode trans alveolar harus dibuat
secermat mungkin untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan.
Masing-masing kasus membutuhkan perencanaan yang berbeda yang disesuaikan
dengan keadaan dari setiap kasus. Secara garis besarnya, komponen penting
dalam perencanaan adalah bentuk flap mukoperiostal, cara yang digunakan untuk
mengeluarkan gigi atau akar gigi dari socketnya, seberapa banyak pengambilan
tulang yang diperlukan.
Gigi mungkin perlu di cabut untuk berbagai alasan, misalnya karena sakit
gigi itu sendiri, sakit pada gigi yang mempengaruhi jaringan di sekitarnya, atau
letak gigi yang salah. Di bawah ini adalah beberapa contoh indikasi dari
pencabutan gigi: (Robinson D. Paul, 2005)
a. Kontaindikasi sistemik
Kelainan jantung
Kelainan darah. Pasien yang mengidap kelainan darah seperti leukemia,
haemoragic purpura, hemophilia dan anemia
Diabetes melitus tidak terkontrol sangat mempengaruhi penyembuhan luka.
Pasien dengan penyakit ginjal (nephritis) pada kasus ini bila dilakukan
ekstraksi gigi akan menyebabkan keadaan akut
b. Kontraindikasi lokal
Radang akut. Keradangan akut dengan cellulitis, terlebih dahulu
keradangannya harus dikontrol untuk mencegah penyebaran yang lebih luas.
Jadi tidak boleh langsung dicabut.
Infeksi akut. Pericoronitis akut, penyakit ini sering terjadi pada saat M3 RB
erupsi terlebih dahulu
Malignancy oral. Adanya keganasan (kanker, tumor dll), dikhawatirkan
pencabutan akan menyebabkan pertumbuhan lebih cepat dari keganasan itu.
Sehingga luka bekas ekstraksi gigi sulit sembuh. Jadi keganasannya harus
diatasi terlebih dahulu.
Gigi yang masih dapat dirawat/dipertahankan dengan perawatan konservasi,
endodontik dan sebagainya
Kontrol rasa sakit atau nyeri ini sangat penting dalam praktek operasi
kedokteran gigi. Kontrol nyeri yang baik akan membantu operator dalam melakukan
operasi dengan hati-hati, tidak terburu-buru, dan tidak menjadi pengalaman operasi
yang buruk bagi pasien dan dokter giginya. Keadaan ini akan sangat membantu bagi
seorang dokter gigi. Fungsi anestesi lokal dibedakan menjadi fungsi diagnostik,
fungsi terapeutik, fungsi perioperatif, dan fungsi postoperatif sebagaimana yang
tertera dalam tabel berikut :
Penting bahwa setiap pencabutan atau scalling yang dilakukan pada pasien
penderita katup jantung kongenital atau penyakit katup jantung karena reumatik
harus dilakukan hanya dengan perlindungan antibiotik yang memadai. Jika
tendensi untuk terjadinya perdarahan disebabkan oleh adanya abnormalitas
setempat seperti haemangioma, maka anastesi lokal harus dihindarkan dan
pencabutan hanya dilakukan dirumah sakit dengan fasilitas-fasilitas hematologik
yang lengkap.
Sekalipun saat ini prokain jarang digunakan dalam kedokteran gigi, namun
patut dicatat bahwa bahan anastesi lokal ini tidak boleh digunakan pada pasien-
pasien yang mendapat sulfonamide untuk perawatan terhadap penyakit
sistemiknya. Oleh karena obat-obatan kelompok antibakterial ini mengandung
cincin asam para aminobenzoat yang sama seperti pada prokain, yang secara
teoritis bahwa dapat menetralisir sebagian efek-efek dari yang satu terhadap yang
BAB III
PEMBAHASAN
Pencabutan gigi atau yang dalam ilmu kedokteran gigi biasa disebut
ekstraksi gigi adalah suatu prosedur dental mengeluarkangigi dari soketnya.
Pencabutan gigi dikatakan ideal jika dalam pelaksaannya tidak disertai rasa sakit,
trauma yang terjadi pada jaringan sekitar gigi seminimal mungkin, luka
pencabutan dapat sembuh secara normal dan tidak menimbulkan permasalahan
pasca pencabutan (Sanghai S et all, 2009).
Klasifikasi tang :
1. Untuk gigi dewasa / tetap
2. Untuk gigi anak / desidui
Jenis tang : 1. Untuk sisa akar
2. Untuk gigi bermahkota
Bagian dari tang :
1. Handle (Pegangan)
Handle terdapat 2 sisi (Horizontal, Vertikal). Handle vertikal digunakan
terutama pada tang tipe Hwak-bill Ash di Inggris, hanya digunakan untuk rahan
bawah saja. Sedangkan handle horizontal tersedia untuk rahang atas dan rahang
bawah. Fungsi dari pegangan itu sendiri untuk pegangan tangan dimana sebagai
tempat tumpuan dari tekanan saat tindakan ekstraksi gigi.
2. Hinge (Engsel)
Hinge memiliki 2 persyaratan pokok untuk engsel dari berbagai tang :
- Bibir tidak akan terjepit saat tang dikatupkan
- Handle tang bisa bergerak bebas (tidak terganggu)
3. Beak (Paruh)
Beak adalah bagian kerja dari tang, dan beak tang dibuat dengan berbagai
macam design karena variasi bentuk dari anatomi gigi, sehingga dibuat beak tang
sesuai dengan spesifikasi dari gigi.
Fungsi Biasa digunakan untuk ekstraksi gigi Molar 1 dan Molar 2 kanan
rahang atas
3.1.1.3 Maxillary Left Molar Forceps
Fungsi Biasa digunakan untuk ekstraksi gigi Molar 1 dan Molar 2 kiri rahang
atas.
3.1.1.4 Maxillary Third Molar Forceps
Fungsi Biasa digunakan untuk ekstraksi gigi Molar 3 kanan dan kiri rahang
atas.
3.1.1.5 Maxillary Root Tip Forceps
Fungsi Biasa digunakan untuk mengambil sisa akar dari gigi rahang atas.
Fungsi Biasa digunakan untuk ekstraksi 6 gigi anterior dan 4 gigi premolar
rahang bawah.
3.1.2.2 Mandibular molar forceps
Fungsi Biasa digunakan untuk ekstraksi gigi Molar 1 dan Molar 2 kanan dan
kiri rahang bawah.
3.1.2.3 Mandibular third molar forceps
3.2 Elevator
Menurut Mangunkusumo (1997), elevator dapat diklasifikasikan menurut
pemakaian dan menurut bentuknya:
1. Menurut pemakaian
a. Elevator yang dipolakan untuk bagian gigi secara keseluruhan
b. Elevator yang dipolakan untuk mengambil akar gigi yang fraktur setinggi
garis gingiva
c. Elevator yang dipolakan untuk mengambil akar gigi yang fraktur dan
tinggal setengah panjang akar
d. Elevator yang dipolakan untuk mengambil akar gigi yang tinggal sepertiga
panjang akar
e. Elevator yang dipolakan untuk memotong tulang
f. Elevator yang dipolakan untuk memotong dan mengangkat
mukoperiosteum
2. Menurut bentuk
a. Elevator lurus (straight): tipe ganjal atau baji (wedge) berujung lurus
b. Elevator lengkung (angular): sepasang kiri dan kanan
a. Elevator Lurus
Desain elevator lurus berupa elevator dengan pegangan, tangkai, dan bilah
paralel. Fungsinya untuk mengetes anestesi, memisahkan perlekatan epitel,
ekspansi alveolus, evaluasi mobilitas, mengungkit ujung akar dan
fragmennya dan membantu memotong bagian-bagian gigi.
b. Elevator Bengkok
Desain elevator bengkok berupa elevator dengan bilah membentuk sudut
terhadap tangkai dan pegangan. Fungsinya untuk menggeser gigi dan
fragmen akar menjauhi titik tumpu dari alat ini.
Fungsi biasa digunakan untuk menghilangkan gigi dan akar di rahang atas dan
rahang bawah.
Elevator terdiri dari 3 bagian, :
1. Blade
Memiliki 2 permukaan, yaitu cembung dan cekung. Bagian cekung
ditempatkan di bagian rongga mulut, baik tegak lurus dengan gigi / pada
sudut gigi dan selalu berkontak dengan gigi yang luksasi.
2. Shank
Shank berbentuk sempit dan panjang, yang menghubungkan handle ke
blade.
3. Handle
Handle berbentuk buah pir dan cukup besar yang memungkinkan untuk
kenyamanan bagi operator saat melakukan tindakan (tekanan) pada gigi
yang luksasi.
3.2.1 Straight White elevator with slightly curved blade
Fungsi biasa digunakan hanya pada rahang bawah. Untuk menghilangkan akar
dari molar, setelah akar lainnya sudah di hilangkan dengan straight elevator.
3.2.3 Pair of angled seldin elevators.
Sebagian besar prosedur bedah dimulai dengan insisi. Paling banyak digunakan
handle scalpel no. 3 handle dan no. 7 handle yang lebih besar dan tipis.
Mata pisau scalpel yang biasa dipakai untuk bedah intraoral adalah pisau no. 15.
Selain itu, mata pisau no. 11 dan 12 juga sering digunakan untuk intraoral.
Weider tongue retractor adalah berbentuk hati yang bergigi tajam pada satu sisi
sehingga dapat melawan lidah lebih kuat serta menarik secara medial dan anterior
Towel clip dapat digunakan untuk menahan lidah. Saat prosedur biopsi pada
posterior lidah, menahan lidah anterior dengan towel clip.
Metode terakhir untuk membuang tulang adalah dengan bur dan handpiece.
Needle holder dipegang dengan ibu jari dan jari manis. Jari telunjuk dan jari
tengah untuk mengontrol pergerakan.
3.3.8.2 Needle
Jarum yang digunakan untuk menurup mukosa insisi biasalnya jarum kecil
setengah bulat atau three eights- circle.
3.3.8.4 Gunting
Teknik apapun yang dipilih, ada tiga syarat utama yang diperlukan untuk
mendapatkan ekstraksi yang baik yaitu:
1. Akses dan dan visualisasi pada daerah yang akan di ekstraksi
2. Jalur yang tidak terhalang unuk mengekstraksi gigi
3. Penggunaan gigi tenaga yang terkontrol
Langkah umum pada prosedur ekstraksi tertutup:
1. Melonggarkan perlekatan jaringan lunak ke gigi
2. Luksasi gigi dengan menggunakan dental elevator
3. Adaptasi forceps terhadap gigi
4. Luksasi gigi dengan forceps
5. Pecabutan gigi pada socketnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika ekstraksi antara lain:
- riwayat keluarga yang menderita salah satu hal yang telah disebutkan di
atas, dihubungkan dengan riwayat penyakit dari pasien itu sendiri
d) Ekstrusi
Luksasi ekstrusi adalah Trauma pada gigi yang dapat menyebabkan
perpindahan tempat dari axial dalam arah koronal, sehingga menghasilkan avulse
parsial. Gigi sebagian keluar dari soket dan karena itu dapat diharapkan akan
mengalami mobilitas yang cukup parah. Kemungkinan juga akan terus trauma
kontak dengan gigi yang lawannya, karena kondisinya premature oklusal, maka
semua itu berkontribusi terhadap ketidaknyamanan pasien dan mobilitas gigi yang
parah.
- Perawatan
Perawatan emergensi yang dilakukan dengan segera terdiri dari reposisi
gigi, yang biasanya lebih mudah dicapai daripada di luksasi lateral, dan stabilisasi
dengan splint nonrigid selama 4 sampai 8 minggu. Periode stabilisasi yang relatif
lama ini adalah untuk memungkinkan penataan kembali serat ligamentum
periodontal pendukung gigi. Hal ini penting selama periode ini sehingga gingivitis
dapat dicegah. Inflamasi gingival akan meniadakan setiap upaya jaringan untuk
memperbaiki dirinya sendiri. Periodontal probing setelah cedera akan
memungkinkan periodontal probe untuk jauh lebih dapat menjangkau kedalaman
jaringan periodontal daripada saat pre-trauma. Sedangkan selama pemulihan,
kemajuan dari perawatan dapat dipantau dengan periodontal probing. Ketika
reattachment telah terjadi, kedalaman probing harus serupa dengan
kedalaman pada saat pre-trauma.
Perawatan lainnya yang digunakan pada luksasi ekstrusif adalah meliputi
terapi pada saluran akar kecuali pada gigi yang masih immature karena pulpanya
masih terlalu rentan dalam pemulihan.
Yang dapat dilakukan juga pada ekstrusif luksasi diantaranya perhatikan
tanda-tanda resorbsi akar pada terapi endodontic, pada ekstrusif luksasi, terapi
saluran akar harus dilakukan jika kondisi pulpa dinilai telah mengalami pulpitis
irreversible ataupun nekrosis pulpa. Untuk melakukan terapi saluran akar dalam
kasus ekstrusif membutuhkan waktu ,sampai pemulihan awal dari trauma telah
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Pada kasus skenario diatas, dilihat dari keluhan yang pasien rasakan setelah
melakukan ekstraksi gigi molar kiri rahang bawah tiga hari yang lalu seperti nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Archer, W.Harry. Oral and Maxillofacial Surgery. 5th ed. Saunders Company.
Philadelphia. 1975. pp: 16-17
Peterson J. Larry. Oral and Maxillofacial Surgery. 4th ed, The C.V. Mosby
Company, St. Louis, 2003, pp: 116-117.
Balaji SM. Textbook of oral and maxillofacial surgery. New Delhi: Elsevier. 2007,
p.167,213-5.
Pederson GW. Buku ajar praktis bedah mulut (oral surgery). Alih bahasa:
Purwanto, Basoeseno. 1996. Jakarta: EGC;