Anda di halaman 1dari 67

STUDI ANALISA BAJA RINGAN PADA BALOK RUMAH

SEDERHANA TAHAN GEMPA

ROGANDA PARULIAN SIGALINGGING


NRP 3105 100 138

Dosen Pembimbing :
Endah Wahyuni, ST.MSc.PhD
Ir. Isdarmanu MSc

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2009
1. PENDAHULUAN

2. TINJAUAN PUSTAKA

3. METODOLOGI

4. PEMBEBANAN STRUKTUR

5. ANALISA STRUKTUR DAN PERENCANAAN BALOK

6. PERENCANAAN SAMBUNGAN

7. ANALISA PERILAKU BALOK

8. PELAKSANAAN PENGGUNAAN BALOK BAJA RINGAN

9. KESIMPULAN DAN SARAN


1. PENDAHULUAN

Adanya produk baja ringan yang dipakai sebagai


material struktur atap memberikan gagasan untuk
melakukan inovasi, yaitu penggunaan material baja
ringan pada struktur utama bangunan.

Dalam Tugas Akhir (TA) ini mencoba melakukan


studi analisa terhadap baja ringan bila ipakai sebagai
struktur balok yang direncanakan pada sebuah rumah
sederhana. Dan bagaimana kemampuan baja ringan
pada daerah dengan kekuatan gempa besar khususnya
Indonesia.
Adapun dalam studi ini memakai aturan British
Standard sebagai acuan perhitungan kontrol
penampang balok tersebut. Sedangkan untuk acuan
pembebanan dan gempa maupun perencenaan
sambungan menggunakan aturan Indonesia sendiri
yaitu SNI 1726-2000 (mengenai baja), SNI 1729-2000
(analisa gempa) dan SNI 1727-1987 (mengenai
distribusi beban
Tujuan

Pada permasalahan yang timbul diharapkan dapat mencapai tujuan


sebagai berikut:

1. Mampu merencanakan balok pada sebuah rumah sederhana 2


lantai dengan baja ringan untuk menahan gempa.

2. Adanya permodelan struktur baja ringan yang tepat sebagai


struktur utama yang mampu menahan gempa.

3. Ada perencanaan sambungan yang tepat pada struktur baja ringan.

4. Adanya hasil analisa terhadap lentur dari sebuah program bantu.

5. Mengetahui pelaksanaan konstruksi baja ringan pada rumah


sederhana.
Adapun Batasan Masalah TA ini, yaitu:

1.Dalam perencanaan Rumah tahan gempa dengan bahan


Baja Ringan mengadopsi aturan dari Inggris
yaitu British Standard (BS) yang sudah memakai bahan
Baja Ringan sebagai struktur utama pembangunan
rumah

2.Perencanaan pada elemen struktur hanya meninjau satu


komponen saja yaitu balok, baik balok induk
maupun balok anak

3.Balok yang ditinjau hanya balok pada lantai ke 2

4.Beban gravitasi yang ditinjau adalah beban yang ada di


atas balok, yaitu balok anak, lantai pada lantai ke 2 dan
beban dinding

5.Perencanaan ini tidak meninjau analisa biaya.


2. TINJAUAN PUSTAKA

Adanya pemikiran untuk merancang sebuah


rumah dengan struktur dari baja ringan dan
mampu menahan adanya suatu beban akibat
gempa menjadi sebuah ide yang harus
dikembangkan

Perlu dilakukan tinjauan khusus terhadap


beban gempa sebab Indonesia memiliki daerah
dengan kekuatan gempa yang besar
GEMPA dan RUMAH SEDERHANA

Untuk analisa gempa dilakukan perhitungan


dengan analisa statik ekuivalen, sebab struktur
yang ada merupakan rumah sederhana yang
merupakan struktur gedung beraturan(SNI 1726
pasal 6).
Untuk pengertian rumah sederhana sendiri
didefinisikan menurut pedoman teknis oleh
Departemen Pekerjaan Umum, dimana luas lantai
gedung tidak lebih dari 70 m2, di atas tanah
seluas 54 m2 sampai 202 m2
COLD FORM

Riset tentang baja cold formed untuk


bangunan dimulai oleh Prof. George Winter dari
Universitas Cornell mulai tahun 1939, riset ini
meneliti penggunaan baja cold formed sebagai
struktur sekunder pada bangunan rendah tidak
bertingkat (low rise building). Berdasarkan riset
riset beliau maka dapat dilahirkan edisi pertama
Light Gauge Steel Design Manual tahun 1949 atas
dukungan AISI (American Iron and Steel Institute)
(Wei Wen Yu, 2000).
Sejak dikeluarkan peraturan tersebut atau
lebih dari lima dekade ini, maka pemakaian material
baja cold formed semakin berkembang
BALOK

Balok menerima beban tegak lurus sumbu


memanjang (beban lateral dan beban
lentur).

y f< fy fy fy fy

f< fy fy fy fy
a.) b.) c.) d.)

Diagram tegangan lentur


3. METODOLOGI
START

STUDI LITERATUR

PENGUMPULAN DATA-DATA ANALISA

PERHITUNGAN PEMBEBANAN

ANALISA STRUKTUR DENGAN ETABS


V9.2

Not OK
KONTROL

PENAMPANG

OK
PERENCANAAN SAMBUNGAN

ANALISA PERILAKU DENGAN PROGRAM XTRACT

KESIMPULAN DAN SARAN

FINISH
STUDI LITERATUR

Untuk studi literatur menggunakan standar-


standar perencanaan baik dari Indonesia
maupun Inggris. Yaitu SNI dan British
Standard serta aturan-aturan yang lain seperti
PPIUG maupun pedoman teknis dari PU.
Untuk referensi banyak memakai Text
Book dan beberapa Paper
Data data Perancangan :

1. Kegunaan : Tempat Tinggal


2. Zone Gempa : 6
3. Jumlah lantai : 2 (dua) lantai
4. Tinggi Bangunan : 6 m (tinggi portal)
5. Lebar Bangunan : 5 m
6. Panjang Bangunan : 7 m
7. Struktur :Struktur balok material Baja Canai Dingin dengan bentuk
Double Canal
8. Spesifikasi Bahan :
E = 200 kN/mm2
G = 79 kN/mm2
v = 0,30
= 12 x10-6 peroC
Denah pembalokan
Tampak samping
Tampak depan
TIPE PROFIL yang DIGUNAKAN

1. LC15230 (back to back) sebagai kolom


2. LC12730 (back to back) sebagai balok induk
3. LC10330 (back to back) sebagai balok anak
4. LC06425 sebagai kuda-kuda
Tipe Profil D B r t A q
mm mm2 Kg/m
LC 06425 64 46 2. 2.5 500 3.99
5
LC 10330 103 68 3. 3 930 7.40
2
LC 12730 127 100 3. 3 1320 10.52
2
LC 15230 152 102 3. 3 1470 11.72
2
Tipe Profil Ix Iy Zx Zy rx ry
106 mm4 mm3 mm
LC 06425 0.278 0.0395 8680 1717 23.6 8.89
LC 10330 1.332 0.1292 25700 19390 37.7 26.2
LC 12730 3.160 0.5720 49800 10990 49.0 20.8
LC 15230 4.840 0.5720 63800 10990 57.4 19.7
Pembebanan
1 ) Beban mati

2 ) Beban hidup

3 ) Beban Gempa

4 ) Beban Angin
KONTROL PENAMPANG BALOK

Kontrol Lendutan
Kontrol Tekuk (momen lentur):
1. Tekuk Lateral
2. Tekuk Lokal
Kontrol Geser
Kombinasi Geser dan Lentur
Rencana Sambungan

1. Kemampuan Baut terhadap


Kekuatan Geser
2. Kemampuan Baut terhadap
Kekuatan Tumpu
3. Kemampuan Baut terhadap
Kekuatan Tarik
Analisa Perilaku Balok

Dalam studi ini akan meninjau lebih jauh


mengenai perilaku balok itu sendiri terhadap lentur.
Kita dapat menganalisanya dengan sebuah program
yaitu Xtract
4. PEMBEBANAN STRUKTUR

Pembebanan Atap:
Beban mati oleh gording, penggantung gording, dan berat seng
qd= 16,115 kg/m ,
Untuk beban hidup oleh beban air hujan
ql= 16 kg/m,

wa1= 8 kg/m (angin tekan) wa2= -16 kg/m (angin hisap)

Pembebanan lantai:
Qkayu = 600 kg/m3, dengan tebal lantai 1,5 cm

ql= 125 kg/m


Pembebanan Dinding

Untuk dinding sendiri menggunakan gysum board

wa1= 36 kg/m (angin tekan), qd = 75 kg/m


wa2= -16 kg/m (angin hisap)
Pembebanan Gempa
Zona gempa 6, tanah lunak.
C= 0,95
I=1
R= 8,5
Wtot = 18.755 kg

Gaya Geser Gempa Statik Arah X :


Vstatik = 2096 kg
Disertai gaya gempa arah Y yaitu sebesar 30 % tegak lurus arah
gaya gempa statik X (Vstatik= 30% (2096) = 628,8 kg)
Gaya Geser Gempa Statik Arah Y :
Vstatik = 2096 kg

Disertai gaya gempa arah X yaitu sebesar 30 % tegak lurus arah


gaya gempa statik Y (Vstatik= 30% (2096) = 628,8 kg)
5. ANALISA STRUKTUR DAN PERENCANAAN
BALOK

Denah pembalokan
Gambar potongan B-B ; b. Tampak samping (adanyanya
penambahan bracing dan kolom)
Tampak depan(adanyanya penambahan bracing dan kolom) ; b.
Potongan A-A
Untuk Bracing yang digunakan menggunakan
Coldform bentuk siku dengan tipe LA4630.

Data-Data Profile (LA4630)


A = 46 mm
B = 35 mm
t = 3,0 mm
A = 225 mm2
W = 1,79 kg/m
Ix = 0.0614 x106 mm4
Iy = 0.012 x106 mm4
Ix = 0.0484x106 mm4
Iy = 0.0251x106 mm4
E = 205 kN/mm2 = 205.000 N/mm2
Berdasarkan BS 5950-5 tabel 4
Us = 400 N/mm2
Ys = 300 N/mm2
py = 300 N/mm2
Gambar profil untuk Bracing tipe LA4630
Perencanaan Balok
Data-Data Profile (LC15230 back to back)
D = 127 mm
b = 100 mm
R = 3,2 mm
t = 3,0 mm
A = 1320 mm2
W = 10,57 kg/m
Ix = 3,16 x106 mm4
Iy = 0,572x106 mm4
ix = 49 mm
iy = 20,8 mm
Zx = 83.800 mm3
Zy = 10.990 mm3
rx = 49 mm
ry = 20,8 mm
E = 200kN/mm2 = 200.000 N/mm2
Berdasarkan BS 5950-5 tabel 4
Us = 400 N/mm2
Ys = 300 N/mm2
py = 300 N/mm2
Bentuk profil Plain Channel
(yang digunakan sebagai Balok)
Kontrol Lendutan

Pada Hasil Analisa Etabs, deflection terbesar yang terjadi



f = 0,358 mm = 0,0358 cm

L = 2,0 m = 200 cm
L 200
0.555 cm
360 360
L
f
360
0.0358 cm < 0.555 cm (Ok)
Adapun dengan menggunakan program bantu ETABS
V9.02 beban yang diterima adalah sebagai berikut :

Du = 2.308 N

Mu = 1.565.319 Nmm

Pu = 16.245,7 N
Kuat Nominal Lentur Penampang Pengaruh Tekuk Lokal.

Penampang badan:
1
b 280 2
13
t Ys

maka: M 'c M c

M c M cx po Z x 300 (49800) 1,494 10 7 Nmm


Penampang sayap:
1 1
280 2
b 280 2
25 40
Ys t Ys 1

40 280 2
b

maka: M 'c M c
Ys
1
t
M p Mc
15 280 2

Y s

Mc po Z x 300 (49800) 1,494 10 7 Nmm

M p Z xYs 49.800 300 1,494 10 7 Nmm

M p M c 0 , sehingga

M 'c M c 1,494 107 Nmm


Kuat nominal lentur penampang pengaruh tekuk lateral
M EMY
Mb MC
B 2
B M EMY
M Y 1 M E
B
2
B 3,327 10 9 332,787 10 7 Nmm

AED 1 LE t
2 2
2

ME Cb 1

20 ry D
2 LE
ry

M E 2,745 109 (1,13) 3,102 109 Nmm


4,634 10 16
Mb
(332,787 10 7 ) (1,107 1019 ) (4,634 1016 )

M b 6,969 10 6 Nmm > M c 1.565.319 Nmm (Ok)

Nilai Mc diambil dari nilai momen tekuk lokal antara sayap


dan badan yang terkecil dengan momen Mu yang diterima.

Penampang masih mampu menahan tekuk lateral dan


tekuk lokal. Artinya penampang LC 12730 yang
digunakan sebagai balok induk kuat terhadap momen
lentur yang terjadi.
Kontrol Profil Balok terhadap Geser

harus memenuhi persamaan: Pv Du


Pv 180 127=68.580
3 N

Pv Du
68.580 N Du 2.308N (Ok)
Kombinasi Lentur dan Geser

2 2
Fv M
1
Pv Mc

2
2.038 0,156 10
2 7
1
68.580 1,494 10
7

0,010883 1 (Ok)
6. PERENCANAAN SAMBUNGAN
Diharapkan hubungan antara elemen struktur khusunya pada
balok tidak mengalami rotasi (mampu mempertahankan
sudut-sudut di antara komponen), sehingga dibuat tipe
sambungan kaku sesuai dengan SNI 1726 pasal 13.1.2.1.

II II
A B C

F D
E

Gambar denah daerah sambungan


Direncanakan dengan baut 12 (BJ 41) , baut tipe tumpu.

Ab = d2 = 113,09 mm2

fu = 410 Mpa

S1 1,5 d (18 mm)

S 3 d (36 mm)

Tebal pelat = 3 mm
Menggunakan baut tipe tumpu
Kuat geser:
Vn r1 f u Ab m
b

0,5 410 113,09 1


23.183,45 N

Vd f Vn
0,75 23.183,45
= 17.387,59 N(menentukan)
Kuat tumpu:

Rn 2,4d b t p f u
2,4 12 3 400
= 34.560 N

Rd f Rn
0,75 34.560
= 25.920 N
Sambungan Profil

Dalam perencanaan kita menggunakan profil


LC12730 sebagai balok dimana terdiri dari 2 profil
yang digabungkan satu sama lainnya. Akan tetapi
untuk menghindari terjadinya tekuk pada salah satu
profil, perlu diberi pelat kopel sejauh jarak tertentu.

Profil tunggal LC15230


ix = 49 mm
iy = 16,07 mm
Profil ganda LC15230 (back to back)
ix = 49 mm
iy = 20,8 mm
Sambungan Balok-Balok

Jadi kuat rencana baut yang dipakai (Rn) = 17.387,59 N

Maka,
Pu
n
Rn
1.272
n
17.387,59
= 0,073

Maka jumlah baut yang dipakai n = 2 buah


BALOK INDUK
LC 12730 BALOK ANAK
PELAT SIKU t=3mm LC 10330

25

103 50
BAUT D12
127

25

25 25

3
100

SAMBUNGAN BALOK INDUK - BALOK ANAK ( DETAIL B1)

BALOK ANAK
BALOK INDUK
LC 10330
PELAT SIKU t=3mm LC 12730
68

25

103 50
BAUT D12
127

25

3
25 25 25

SAMBUNGAN BALOK INDUK - BALOK ANAK ( DETAIL B2)

. Detail sambungan B
Sambungan Balok-Kolom

Direncanakan dengan baut 12 (BJ 41), baut tipe tumpu.

Ab = d2 = 113,09 mm2

fu = 410 Mpa

S1 1,5 d (18 mm)

S 3 d (36 mm)

Tebal pelat = 3 mm
Sambungan baut
Pu
n
Rn
Maka jumlah baut yang dipakai (n) = 2 buah

Sambungan las

Digunakan las mutu FE70XX


R = 3,2 mm,
Tebal pelat = 3 mm,
te = 2 mm
te perlu f tot 13,17
= 0,08 mm
f n 0,75 221,4

a perlu te 0,08
= 0,11 mm
0,707 0,707

Sesuai dengan SNI 1729-2000 pasal13.5 (tabel 13.5-1),aturan nilai


a min dengan ketebalan pelat = 3 mm untuk
t 7 mm, maka digunakan:

a = 3 mm.
Pelat 3mm
102
100
Baut 12 Baut 12
24 24 Profil LC 12730
Profil LC 12730 Profil LC 12730 Profil LC 12730 (back to back)
(back to back) (back to back) (back to back)
48 127 48 127 128
Las E70xx
Las E70xx
24 24

24 24

48 48 48
48

24 24

Profil LC 15230 28 50 28
(back to back)
152

DETAIL SAMBUNGAN A1 DETAIL SAMBUNGAN A2

Detail sambungan A
Pelat 3mm
102
100
Baut 12 Baut 12
24 24
Profil LC 12730 Profil LC 12730 Profil LC 12730
(back to back) (back to back) (back to back)
48 127 48 127 128
Las E70xx
Las E70xx
24 24

24 24

48 48 48

24 24

Profil LC 15230 28 50 28
(back to back)
152

DETAIL SAMBUNGAN C1 DETAIL SAMBUNGAN C2

Detail sambungan C
Pelat 3mm
102
100
Baut 12 Baut 12
24 24

Profil LC 12730 Profil LC 12730


(back to back) 48 (back to back) 127 48 127 128
Las E70xx
Las E70xx
24 24

24 24

48 48

24 24

Profil LC 15230 28 50 28
(back to back)
152

Detail sambungan D
7. ANALISA PERILAKU BALOK

Pada Tugas Akhir ini perlu dilakukan analisa perilaku


penampang secara khusus dan untuk melakukan analisa tersebut
diperlukan sebuah program bantu untuk memperlihatkan perilaku
penampang yang terjadi. Program bantu yang dipakai disebut
dengan nama Xtract.
Dengan Program bantu ini kita dapat menganalisa kondisi
profil yang dipakai saat menerima besar beban tertentu. Bahakn
kita dapat mengetahui lokasi leleh pertama pada penampang profil
yang dipakai. Untuk sampai mengetahui hasil analisa yang
diharapkan, maka perlu melakukan beberapa langkah dalam
menjalankan program ini.
Tabel 7. 3. Perbandingan hasil Running Analysis Xtract dengan hasil Running
Analysis Etabs dan dengan analisa British Standard

Hasil Running Analysis Xtract

Momen pada leleh pertama 14.920.000 Nmm

Momen ultimat 22.240.000 Nmm

Hasil Running Analysis Etabs (Momen yang diterima)

Mu 1.565.319 Nmm

Analisa British Standard

Mc (tekuk lokal) 14.940.000 Nmm

Mc (tekuk lateral) 6.969.000 Nmm


Analisa besar momen yang mampu dipikul oleh
penampang dari balok yang diambil, baik yang
dianalisa dengan Xtract maupun dengan
menggunakan British Standard perbedaan
terlalu besar (perbedaan = 20.000 Nmm).
Dari data di atas juga kita dapat menyimpulkan
bahwa, penampang masih sangat kuat dengan
besar momen yang diterima, jadi penampang
sangat handal menerima beban yang terjadi
pada aturan pembebanan yang ada dan beban
gempa pada daerah gempa kuat (zona gempa
6)
8. PELAKSANAAN PENGGUNAAN BALOK BAJA
RINGAN

8.1 MATERIAL

Pada dasarnya bahan baja yang


digunakan haruslah memenuhi syarat-syarat
yang telah ditentukan oleh perencanan. Bahan
baja tersebut dapat diperoleh dari pabrik yang
telah dipercaya. Dimana tegangan leleh dari
bahan baja tersebut tidak boleh melebihi 84 %
dari tegangan putus
8.2 PROSES PENGERJAAN

Dalam memotong material haruslah menggunakan alat yang telah


ditentukan dan tidak merusak material baja. Jika terdapat lobang
ataupun hal-hal yang sekiranya dapat mempengaruhi kekuatan
material yang akan digunakan, hendaknya di hilangkan terlebih
dahulu dengan cara memotongnya.
Dalam proses pembuatan lubang pada baja ringan hendaknya
dengan cara di bor ataupun dengan cara ditekan dengan
menggunakan alat yang telah disetujui.
Saat akan digunakan hendaknya material baja tersebut dapat
dengan mudah dikenali dengan cara memberi tanda. Tapi perlu
diingat pemberian tanda tersebut tidak boleh merusak material.
Semua baut, mur ataupun paku keling yang digunakan haruslah
terlindungi dari korosi. Dalam penggunaannya semua baut, mur
ataupun paku keling haruslah terpasang sesuai dengan
rekomendasi pabrik.
Daerah yang akan dilas hendaknya terbebas dari cairan,
minyak, cat atapun benda yang dapat mempengaruhi kualitas
las.
Pada saat pengerjaan elemen konstruksi sementara hendaknya
mampu menahan beban yang ada. Dan pada saat dpindahkan
tidak mempengaruhi kekuatan utama struktur.
Selama proses pengerjaan material baja haruslah disimpan
ditempat yang aman dan terlindungi dari hal-hal yang dapat
merusak material baja.
8.3 TOLERANSI

Panjang dari profil baja yang digunakan tidak boleh


menyimpang sebesar 3 mm dari yang telah ditentukan.
Sudut dari elemen yang berdekatan tidak boleh
menyimpang 1o dari yang telah ditentukan.
Kelurusan profil tidak boleh menyimpang sejauh 3 mm
atau L/500 dari yang telah ditentukan.
Posisi pada dasar kolom baja terhadap pondasi rigan tidak
boleh menyimpang lebih dari 10 mm dari yang telah
ditentukan
Deviasi pada ujung-ujung kolom baja ringan terhadap
kolom dibawahnya tidak boleh menyimpang lebih dari 5
mm atau L/600 dari yang telah ditentukan
9. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Dari hasil analisa terhadap baja ringan yang tela dilakukan
dalam penyusunan Tugas Akhir ini, maka dapat ditarik sejumlah
kesimpulan sebagai berikut:

1. Profile Baja
Dari hasil perhitungan dan kontrol kekuatan terhadap profil Baja
Ringan diketahui bahwa profil LC 12730 dapat digunakan sebagai balok
pada srtuktur yang ada, karena :
Dapat memikul beban mati, beban hidup (sesuai PPIUG), beban
angin (sesuai PPIUG) dan beban gempa daerah gempa 6 (sesuai
SNI 1729-2000)
Menahan gaya lateral dan lentur yang dihasilkan oleh beban-
beban tersebut sesuai dengan BS 1590-5.
Meskipun profil sangat tipis ternyata mampu menahan beban yang
cukup besar dan dipakai sebagai struktur utama pada rumah sederhana.
2. Model Struktur

Pada permodelan struktur tanpa bracing (yang terlihat pada


gambar 3.3 dan gambar 3.4) setelah dilakukan running analysis
dengan Etabs, ternyata mengalami simpangan yang besar
sehingga mengakibatkan struktur menjadi runtuh.

Sehingga harus diberikan profil pengaku pada kolom arah


memanjang struktur dan penambahan kolom bagian luar
struktur supaya struktur mampu menerima gaya normal yang
cukup besar dari beban gempa dan beban angin yang diberikan
sehingga deformasi yang ditimbulkan menjadi lebih kecil (yang
terlihat pada gambar 5.2 dan gambar 5.3).

Penambahan profil pengaku bukan hanya memberi


perkuatan pada struktur secara umum, namun juga dapat
mengurangi besarnya gaya yang dihasilkan pada balok,
sehingga balok pun lebih handal.
3. Rencana Sambungan

Rencana sambungan memakai sambungan kaku dengan


menggunakan baut tipe tumpu dengan kekuatan putus baut
410 Mpa sebagai pengikat dan pelat sebagai peyambung
antara profil yang diambungkan dengan las dapat menahan
gaya yang ada.

4. Analisa Perilaku Terhadap Lentur


Dari hasil running program Xtract. Ternyata memperlihatkan
kemampuan penampang profil yang sangat besar dalam
memikul lentur. Itu dapat dilihat dari nilai momen maksimum
yang dapat dipikul padaa leleh pertama (Mxxmax = 14.920.000
Nmm ) hampir sekitar 9,5 kali momen yang terjadi (Mmax
=1.565.319 Nmm). Untuk laporan hasil analisa program Xtract,
lihat lampiran Xtract.
5. Pelaksanaan Penggunaan Baja Ringan
Material
Harus memperhatikan kekuatan material dimana tegangan leleh
dari bahan baja tersebut tidak boleh melebihi 84 % dari tegangan
putus. Jika didapati produk diluar ketentuan tersebut, perlu
diadakan uji laboratorium.
Proses pengerjaan
Ada 7 hal yang harus diperhatikan dalam pengerjaan di lapangan
yaitu: pemotongan material, membuat lubang baut, memberi tanda
pada material, pemasangan baut, pengelasan, pemindahan dan
penyimpanan.
Toleransi
Dalam pelaksanaanya dilapangan kadang kita temui
ketidaksesuaian material sesuai dengan yang direncanakan.
Namun beberapa hal tersebut masih dapat ditoleransi.
SARAN

Apa yang disampaikan dalam Tugas Besar


ini barulah sebatas uji numerikal saja. Oleh karena
itu untuk lebih menjamin kehandalan dari material
baja ringan perlu diadakan uji laboratorium dengan
skala tertentu sehingga didapat hasil yang lebih
akurat. Selain itu penyusun berharap agar studi-
studi penggunaan material baru, lebih
ditingkatkan terutama penggunaan material baja
ringan.
SEKIAN

DAN

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai