Anda di halaman 1dari 5

BAB I

EARTH SYSTEM

Perubahan iklim dipelajari di dalam bidang keilmuan meteorologi.


Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari atmosfer dengan berbagai fenomena
di dalamnya, terutama yang terkait dengan proses-proses cuaca dan iklim. Cuaca
tidak sama dengan iklim. Jika cuaca adalah keadaan atmosfer yang pengaruhnya
dapat dirasakan saat ini dengan berbagai parameter, seperti temperatur, tekanan
udara, kecepatan angina, dan curah hujan, sementara iklim adalah kondisi rata-rata
atmosfer dalam jangka panjang yang merupakan hasil interaksi seluruh komponen
bumi. Definisi umum perubahan iklim adalah perubahan kondisi rata-rata cuaca
atau perubahan distribusi statistik pola cuaca.

Gambar 1.1 Sistem utama bumi yang mempengaruhi iklim


(Sumber : https://www.slideshare.net/SD_Paul/the-major-earth-systems)
Melihat gambar di atas, atmosfer merupakan salah satu komponen terbesar
yang memberikan pengaruh terhadap iklim bumi. Atmosfer merupakan selimut
tipis yang menyelimuti seluruh permukaan bumi. Jarak maksimal atmosfer dari
permukaan bumi adalah 100 km. Atmosfer terdiri dari berbagai macam gas yang
dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu permanent gases dan variable
gases. Semua gas tersebut dihasilkan melalui proses fisik, seperti reaksi kimia dan
erupsi gunung berapi, atau melalui proses biologis, seperti fotosintesis, repirasi,
dan aktivitas manusia. Jumlah permanent gases dan variable gases dapat dilihat
melalui tabel di bawah ini.
Tabel 1.1 Jumlah (a)permanent gases ; (b)variable gases yang terdapat di dalam atmosfer

(a) (b)
(Sumber : Aquado and Burt; Table 1-2, Table 1-3, with Methane added)
Dapat dilihat melalui tabel 1.1 (a) di atas bahwa kandungan permanent
gases yang paling banyak berada di lapisan homosphere adalah nitrogen dan
oksigen, sementara jumlah gas yang lainnya hanya di bawah 1% saja.
Dapat dilihat juga melalui tabel 1.1 (b) bahwa variable gases yang
terkandung di dalam lapisan heterosphere adalah uap air, karbon dioksida, ozon,
dan gas metana. Meskipun jumlahnya di dalam atmosfer sedikit, tetapi memiliki
pengaruh yang dominan di dalam perubahan iklim. Karakteristik setiap gas dapat
dilihat melalui tabel di bawah ini.
Tabel 1.2 Karakteristik Variable Gases di dalam Atmosfer
No Gas Created by Removed by Residence
time
1. Water Vapor Evaporasi Presipitasi / hujan 10 hari
2. Carbon Dioxide Respirasi, Pembusukan Fotosintesis 150 tahun
organik, erupsi volkanik
3. Ozone Reaksi kimia oleh Komponen yang -
radiasi UV mengandung Cl,
seperti CFC
4. Methane Wetlands, Termites Tanah, Atmosfer 10 tahun
(Sumber : http://wwwghcc.msfc.nasa.gov/GOES/goeseastconuswv.html;
http://www.mlo.noaa.gov/home.html; http://www.epa.gov/air/oaqps/gooduphigh/;
http://www.esrl.noaa.gov/gmd/ccgg/iadv/)
Residence time adalah jumlah waktu dari suatu molekul untuk berada di dalam
atmosfer.
Jika dilihat secara vertical, mulai dari yang dekat dengan permukaan bumi
hingga ke lapisan paling atas, struktur atmosfer sendiri dapat diklasifikasikan
berdasarkan densitas, temperatur, sifat elektrik, dan fungsinya. Yang paling umum
digunakan adalah struktur atmosfer berdasarkan temperatur. Dari gambar di
bawah ini, dapat dilihat bahwa setiap lapisan memiliki karakteristik temperatur
yang berbeda-beda.

Gambar 1.2 Struktur Vertikal Atmosfer berdasarkan Temperatur


(Sumber: https://robertcarrollweather.files.wordpress.com/2014/11/agburt01_09.jpg)
Pada lapisan troposfer, semakin besar altitude (atau semakin jauh jarak
dari permukaan bumi), maka temperatur semakin turun. Hal yang berbeda terjadi
pada lapisan stratosfer yaitu , semakin besar altitude, maka temperatur semakin
naik, serta ada lapisan ozon sebesar 20-30 km. Pada lapisan mesosfer, semakin
besar altitude, maka temperatur semakin rendah. Dan sebaliknya lagi terjadi pada
lapisan termosfer, ketika altitude semakin tinggi, maka temperature juga semakin
tinggi, disertai dengan densitas gas yang sangat rendah.
Bumi memiliki keseimbangan energi dan temperatur yang dipengaruhi
beberapa faktor, seperti pengaruh atmosfer pada isolasi (absorpsi, refleksi, dan
scattering), adanya radiasi dari matahari ke bumi, adanya transfer energi
permukaan-atmosfer, adanya efek rumah kaca (greenhouse effect), dan distribusi
temperatur.
Atmosfer mempengaruhi keseimbangan energi dan temperatur bumi oleh
matahari karena pada saat gelombang cahaya matahari datang mendekati bumi
dan masuk ke lapisan atmosfer, gelombang tersebut akan mengalami 2 fenomena,
yaitu absorption dan scattering yang disebabkan oleh atmosfer. Sebagian
gelombang diserap oleh lapisan atmosfer sehingga energi yang diperlukan supaya
gelombang sampai ke permukaan bumi menjadi berkurang. Sementara fenomena
scattering menyebabkan arah gelombang berubah. Jenis fenomena scattering
yang terjadi pada atmosfer ada beberapa macam, yaitu Rayleigh, Mie, dan
Nonselective, seperti yang terdapat dalam gambar di bawah ini.

Gambar 1.3 Jenis Scattering yang terjadi di Atmosfer


(Sumber: http://hyperphysics.phy-astr.gsu.edu/hbase/atmos/blusky.html)
Adanya isolasi gelombang cahaya dari matahari ke bumi juga
mempengaruhi keseimbangan energi dan temperature bumi. Apabila suplai radiasi
gelombang cahaya matahari yang datang ke bumi dianggap konstan, maka 50%
tidak sampai ke permukaan bumi disebabkan oleh absorbsi oleh atmosfer (25%),
direfleksikan oleh awan (19%), dan sisanya mengalami fenomena back scattering
oleh atmosfer (6%). Sementara hanya 50% yang sampai ke permukaan bumi; 45%
diserap oleh permukaan bumi dan 5% direfleksikan oleh tanah. Untuk lebih
jelasnya, dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.

Gambar 1.4 Adanya Isolasi Gelombang Cahaya Matahari ke Bumi


(Sumber: http://www3.ncc.edu/faculty/sci/lehenbg/sci107.html)
Adanya transfer energi permukaan-atmosfer (surface-atmosfer energy
transfer) juga mempengaruhi keseimbangan energi dan temperatur bumi. Panas
dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu sensible heat dan latent heat. Sensible heat
adalah energi panas yang dapat dideteksi dan merupakan besarnya perubahan
energi panas yang berhubungan dengan panas spesifik objek dan massa.
Sementara latent heat adalah energi yang dibutuhkan untuk merubah fasa suatu
substansi. Untuk melihat jumlah energi yang berubah akibat transfer energi
tersebut, dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.

Gambar 1.5 Surface-Atmosfer Energy Transfer


(Sumber: Slide Kuliah Perubahan Iklim hal. 37)
Efek rumah kaca (green house effect) juga mempengaruhi keseimbangan
energi dan temperatur bumi. Prosesnya adalah ketika cahaya (visible heat) datang
dari matahari dan sampai ke permukaan bumi setelah melalui atmosfer, maka
permukaan bumi menjadi hangat. Radiasi panas dari permukaan bumi (dalam
bentuk cahaya infrared) dipantulkan kembali ke luar angkasa. Akan tetapi radiasi
IR tersebut diserap atau dipantulkan kembali ke permukaan bumi oleh sejumlah
molekul gas. Cahaya IR yang terperangkap tersebut menghangatkan atmosfer
yang menghangatkan permukaan bumi. Akibatnya panas bumi meningkat secara
bertahap. Efek rumah kaca tersebut tidak semuanya buruk. Sebagian dapat
dikatakan baik karena peningkatan temperatur tersebut dapat membuat kita hidup
di bumi. Fenomena tersebut menyebabkan peningkatan temperatur bumi sebesar
32 sehingga apabila tidak ada fenomena ini, temperatur bumi kita hanya
sebesar -17. Beberapa contoh gas rumah kaca adalah karbon dioksida, gas
metana, nitrous oxide, dan CFC.

Anda mungkin juga menyukai