Anda di halaman 1dari 18

Nama/Nim : Andriyani Rosita S / 652015032

Kelompok : 2. Kimia. Rabu, 07,00 11.00


Tgl praktikum : 19 Oktober 2016
Judul : Kinetika Reaksi Pemutihan Pewarna Kristal Violet
Dasar Teori
Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau produk per satuan
waktu. Satuan laju reaksi adalah M/s (Molar per detik). Sebagaimana yang kita ketahui,
reaksi kimia berlangsung dari arah reaktan menuju produk. Ini berarti, selama reaksi kimia
berlangsung, reaktan digunakan (dikonsumsi) bersamaan dengan pembentukan sejumlah
produk. Dengan demikian, laju reaksi dapat dikaji dari sisi pengurangan konsentrasi reaktan
maupun peningkatan konsentrasi produk. (Andy. 2019)
Cepat lambatnya suatu reaksi kimia yang berlangsung disebut laju reaksi. Laju reaksi dapat
dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau produk per satuan waktu.
Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol per liter, tetapi untuk reaksi fase gas, satuan
konsentrasi dapat diganti dengan satuan tekanan seperti atmosfer, millimeter merkurium, atau
pascal. Satuan waktu yang digunakan dapat berupa detik, menit, jam, hari, bulan, bahkan
tahun bergantung pada reaksi tersebut berjalan cepat atau lambat.
Laju reaksi = Perubahan konsentrasi
Satuan waktu
Untuk mengukur laju reaksi, perlu dilakukan analisis secara langsung maupun tak langsung
tak langsung banyaknya, produk yang terbentuk atau banyaknya reaksi yang tersisa setelah
penggal waktu tertentu.
Kristal violet berwarna ungu. Merupakan pewarna primer (utama) yang akan member warna
mikroorganisme target. Kristal violet bersifat basa sehingga mampu berikatan dengan sel
mikrooorganisme yang bersifat asam, dengan begitusel mikroorgaisme yang transparan akan
terlihat berwarna (ungu).
Struktur Kristal violet yang paling sering ditemukan berupa kation monovalen (CV+). Dalam
larutan basa kuat, warna cerah dari Kristal violet kan pudar da larutan aka berubah menjadi
tidak berwarna berdasarkan persamaan reaksi :
CV+ + OH- CVOH .(1)
Berdasarkan persamaan (1) maka hokum laju reaksi dapat dituliskan sebagai :
Laju reaksi = k [ CV+]n [OH-]m ..(2)
Pangkat n dan m merujuk pada orde reaksi sedangkan k merujuk pada konstanta laju reaksi.
Percobaan yang dilakukan dengan menggunakan konsentrasi OH- yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan konsentrasi CV+ menggunakan persamaan hokum laju reaksi menjadi :
Laju reaksi = k [CV+]n .(3)
Dengan nilai k = k[OH-]m .(4)
k merupakan konstanta laju reaksi semu yang muncul ketika dilakukan observasi dan
persamaan (3) merupakan hokum laju seu karea merupakan hasil penyederhanaan hokum laju
sebenarnya.
Spektrofotometri dapat digunakan untuk menganalisis konsentrasi suatu zat dialam
larutan berdasarkan absorbansi terhadap warna dari larutan pada panjang gelombang tertentu.
Metode spektrofotometri memerlukan larutan standar yang telahdiketahui konsentrasinya.
Larutan standarnya terdiri dari beberapa tingkat konsentrasi tinggi. (Khopkar, 2003)
Fungsi alat spektrofotometer dalam laboratorium adalah mengukur transmitans atau
absorbans suatu contoh yang dinyatakan dalam fungsi panjang gelombang. Prinsip kerja
spektrofotometer adalah bila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu
medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian di serap dalam
medium itu, dan sisanya diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan
dinyatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel.
Studi spektrofotometri dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual yang lebih
mendalam dari absorbsi energi. Hukum Beer menyatakan absorbansi cahaya berbanding
lurus dengan dengankonsentrasi dan ketebalan bahan/medium (Miller J.N 2000)
Tujuan
1. Manentukan orde reaksi dengan menggunakan metode grafis
2. Menentukan hukum laju reaksi pemutihan kristal violet
3. Menentukan pengaruh ion dalam proses pemutihan
Alat, Bahan dan Metode
Alat :
Beaker glass
Pipet volume
Gelas ukur
Labu takar
Gelas arloji
Spatula
Stopwatch
Spektofotometer
Tisu
Bahan
Akuades
Kristal violet
NaOH
NaNO3
Metode
1.1 Pembuatan larutan kerja
Dibuat larutan kristal violet 0,00025%, NaOH 0,008 M(a), 0,0016 M(b), NaNO 3 0,1
M(a), 0,05 M(b)
1.2 Pembuatan kurva standar kristal
Dibuat seri pengenceran seperti tabel dibawah ini:

Volume kristal violet 0,00025% (ml) Volume akuades (ml) Konsentrasi larutan (%)
1 9 0,000025
2 8 0,00005
3 7 0,000075
4 6 0,0001
5 5 0,000125
6 4 0,00015
7 3 0,000175
8 2 0,0002
9 1 0,000225
10 0 0,00025
Digunakan kalibrasi spektofotometer untuk pengukuran kristal violet pada panjang
gelombang 590 nm (posisi 0% transmitan diatur tanpa adanya sampel dan 100%
transmitan dengan blanko akuades pada kurvet)
Transmitan dari pewarna kristal violet untuj masing-masing seri pengenceran diukur
mulai dari konsentrasi larutan paling encer kemudian nilai transmitan diubah menjadi
absorbansi
Dibuat grafik antara konsentrasi dan absorbansi larutan untuk memperoleh kurva standar
1.3 Penentuan orde reaksi
Spektofotometer dikalibrasi untuk pengukuran kristal violet pada panjang gelombang 590
nm (posisi 0% transmitan diatur tanpa adanya sampel dan 100% transmitan dengan
blanko akuades pada kurvet)
Transmitan dari pewarna kristal violet diukur dengan mencampurkan 10 ml larutan kerja
kristal violet dengan 10 ml NaOH larutan (a) dalam beaker glass (perhitungan waktu
dimulai)
Sebanyak 5 ml akuades ditambahkan dalam campuran kemudian dicampur dengan baik
beberapa kali
Larutan dipindahkan dalam kurvet, bagian luar kurvet dibersihkan kemudian nikai
transmitan dibaca pada panjang gelombang 590 nm
Pengukuran nilai transmitan diulangi tiap 30 detik dan dilakukan sebanyak 10 kali
Masing-masing nilai transmitan diubah dalam bentuk absorbansi untuk selanjutnya diolah
pada laporan resmi
Tahap di atas diulangi dengan mengganti 5 ml akuades dengan 5 ml larutan NaNO 3 0,1 M
dan 0,05 M kemudian diganti lagi dengan NaOH 0,008 M dan 0,016 M
Hasil
1) Pembuatan kurva standar kristal violet
Volume Larutan Volume Akuades Konsentrasi Larutan Nilai Transmitan
Kerja (ml) (ml) (%) (%)
0,5 9,5 0,000125 56
1 9 0,000250 53
2 8 0,000500 43
3 7 0,000750 29
4 6 0,001000 22
5 5 0,001250 10

2) Penentuan orde reaksi


NaOH 0,016 M NaOH 0,008 M
Waktu
Akuades NaNO3 NaNO3 Akuades NaNO3 NaNO3
(detik)
(%) 0,1 M (%) 0,05 M(%) (%) 0,1 M (%) 0,05 M(%)
30 31 21 28 17 36 34
60 32 22 29 21 37 37
90 33 23 29 22 38 38
120 33 24 31 25 39 41
150 33,5 24,5 31 28 39,5 42
180 33,5 25 32 30 41 43
210 36 27 33 31,5 43 44
240 36 27,5 34 34 43,5 45
270 37 28 34 38 45 45
300 37,5 29 35 40 45 46

Jawab Pertanyaan
1. Bandingkan hasil praktikum anda tentang penentuan orde reaksi dengan literatur!
Jawab :
Percobaan yang dilakukan dapat dikatakan berhasil karena larutan yang diuji
menunjukkan kurva yang benar yaitu dengan bertambah besarnya absorbansi maka
konsentrasinya pun semakin besar, dan konsentrasi tersebut mempengaruhi laju reaksi
suatu larutan maka laju reaksinya pun juga besar. Dengan didapatkannya absorbansi yang
benar maka didapatkan pula orde reaksi yang sesuai dengan literatur yaitu NaOH +
akuades mempunyai orde reaksi 1 sedangkan NaOH + NaNO3 mempunyai orde reaksi 2
namun ada sedikit perbedaan pada NaOH 0,008 M + NaNO3 0,1 M karena didapatkan
orde reaksi 0. Hal ini dapat terjadi karena kemungkinan NaNO3 yang ditambahkan tidak
bereaksi sehingga laju reaksinya tidak berpengaruh.

2. Bagaimana reaksi yang terjadi antara pewarna dan NaOH setelah dilakukan penambahan
NaNO3 ?
Jawab :
C25H30ClN3 + NaOH NaCl + C25H30N3O NaNO3 2NaOH + C25H30N3Cl
H O/H+
2
Yang terjadi reaksi akan kembali menjadi netral.

3. Dari hasil pengamatan yang anda lakukan, apakah pengaruh penambahan NaNO3
terhadap reaksi pemutihan?
Jawab :
NaNO3 memiliki ion anion yang bereaksi dengan ion kation monovalen pada kristal
violet. Pengaruh reaksi yang terjadi yaitu mempercepat jalannya reaksi antara kristal
violet dengan NaOH sehingga proses pemutihan semakin cepat.
4. Bandingkan hasil praktikum anda tentang pengaruh penambahan NaNO3 dengan
literatur!
Jawab :
Menurut literatur penambahan NaNO3 dapat mempengaruhi proses pemutihan yaitu
dapat mempercepat jalannya reaksi. Dan pada hasil percobaan yang dilakukan telah
sesuai dengan literatur. Hal ini ditunjukkan dengan bertambahnya orde reaksi pada saat
ditambahkannya NaNO3. Semakin bertambahnya orde reaksi makan semakin bertambah
pula laju reaksinya sehingga reaksi akan berlangsung secara cepat.

Pembahasan
Pada percobaan pertama yaitu pembuatan kurva standar kristal violet membutuhkan
data absorbansi dari tiap konsentrasi larutan CV yang ditambahkan. Untuk mencari absorban
dari nilai transmitan digunakan rumus:
A = 2 log transmitan%
Dari hasil percobaan didapatkan absorban sebagai berikut:
Konsentrasi Larutan (%) Nilai Transmitan (%) Absorban
0,000125 56 0,2518
0,000250 53 0,2757
0,000500 43 0,3665
0,000750 29 0,5376
0,001000 22 0,6576
0,001250 10 1,0000
Kemudian dibuat kurva standar antara konsentrasi larutan dengan absorban

Kurva standart
1.2
1
0.8 f(x) = 630.54x + 0.11
0.6 R = 0.93
Absorban
0.4 Linear ()
0.2
0
0.000000 0.001000 0.002000

Konsentrasi

Grafik 1
Dapat disimpulkan dari tabel maupun grafik bahwa semakin besar konsentrasi kristal
violet yang ditambahkan maka semakin besar pula nilai absorbannya (besarnya sinar radiasi
yang terserap oleh zat) dari zat yang diukur), namun transmitan (besarnya sinar radiasi yang
melewati zat dan ditangkap detektor) akan semakin menurun.
Sedangkan dalam percobaan yang kedua, pengamatan kinetika reaksi antara kristal
violet dan natrium hidroksida. Persamaan untuk reaksi yang ditampilkan di sini:

Gb. Reaksi Kristal violet dengan OH-.


reaksi tersebut dapat digunakan untuk menentukkan orde reaksi dari OH -. Caranya dengan
menggunakan metode grafis, yaitu membuat kurva antara A dengan waktu sebagai penunjuk
orde 0, antara log A dengan waktu sebagai orde 1 dan antara 1/A dengan waktu sebagai orde
2. Penentuan orde dipilih apabila R2 dari ketiga grafik tersebut mendekati 1.
Dari pembuatan kurva didapatkan data:
reaksi NaOH 0,016 M + akuades mempunyai orde reaksi 1 karena nilai R 2 dari grafik 2.2
yang paling mendekati 1
reaksi NaOH 0,016 M + NaNO3 0,1 M mempunyai orde reaksi 2 karena nilai R 2 dari
grafik 3.3 yang paling mendekati 1
reaksi NaOH 0,016 M + NaNO3 0,05 M mempunyai orde reaksi 2 karena nilai R 2 dari
grafik 4.3 yang paling mendekati 1
reaksi NaOH 0,008 M + akuades mempunyai orde reaksi 1 karena nilai R 2 dari grafik 5.2
yang paling mendekati 1
reaksi NaOH 0,008 M + NaNO3 0,1 M mempunyai orde reaksi 0 karena nilai R 2 dari
grafik 6,1 yang paling mendekati 1. Hal ini tidak sesuai dengan literatur mungkin
disebabkan oleh tidak bereaksinya NaNO3 yang ditambahkan.
reaksi NaOH 0,008 M + NaNO3 0,05 M mempunyai orde reaksi 2 karena nilai R 2 dari
grafik 7.3 yang paling mendekati 1
Dengan diketahuinya orde reaksi makan dapat ditentukan kecepatan laju reaksinya karena
semakin besar orde reaksi maka laju reaksinya semakin cepat. Sehingga penambahan NaNO3
dalam percobaan ini dapat mempercepat laju reaksi antara CV dengan NaOH. Dan juga ion
dari NaNO3 yang beraksi dengan ion CV menyebabkan cepatnya laju reaksi menuju pH7
atau netral karena pada umumnya garam yang menandung ion logam alkali dan basa
konjungat suatu asam kuat seperti NO3 tidak mengalami hidrolisis dalam jumlah yang
banyak dan larutannya akan dianggap netral. Jadi bila NaNO3 , suatu garam yang terbentuk
oleh reaksi NaOH dengan HNO3 akan larut dalam air dan akan menakibatkan garam terurai
sempurna menjadi :
NaNO3(s) + H2O Na+(aq) + NO3-(aq)
Ion Na+ terhidrasi tidak memberikan ataupun tidak juga menerima ion H+. ion NO3adalah
basa konjugat dari asam kuat HNO3 dan tidak memiliki afinitas untuk ion H+. Akibatnya,
suatu larutan yang mengandung ion Na+ dan NO3- akan netral, dengan pH 7. Selain itu
konsentrasi dari tiap larutan pun juga mempengaruhi kecepatan laju reaksi.
Kesimpulan
1. Orde reaksi NaOH + akuades adalah 1 sedangkan NaOH + NaNO3 mempunyai orde
reaksi 2 namun ada sedikit perbedaan pada NaOH 0,008 M + NaNO3 0,1 M karena
didapatkan orde reaksi 0.
2. Semakin bertambah besarnya konsentrasi maka absorbansinya pun semakin besar. Hal
tersebut juga mempengaruhi laju reaksinya menjadi lebih cepat.
3. Pengaruh ion pada NaNO3 dapat mempercepat jalannya reaksi antara kristal violet
dengan NaOH sehingga proses pemutihan semakin cepat
Daftar Pustaka
Andy. 2009. http://andykimia03.wordpress.com/tag/konstanta-laju-reaksi/ diakses 25/10/2016
jam 23.29 WIB
Khopkar, S.M, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia (UI-Press),
Jakarta, Hal 215-216.
Lampiran
1. Tugas Awal
2. Laporan Sementara
3. Grafik penentuan orde
Penentuan orde reaksi NaOH 0,016 M + akuades
Waktu (detik) A Log A 1/A
30 0,5229 -0,293590936 1,9660336
60 0,2218 -0,305526406 2,0208143
90 0,0458 -0,317416282 2,076903327
120 -0,0792 -0,317416282 2,076903327
150 -0,1761 -0,32334736 2,105461767
180 -0,2553 -0,32334736 2,105461767
210 -0,3222 -0,352913019 2,253787776
240 -0,3802 -0,352913019 2,253787776
270 -0,4314 -0,364719096 2,315896231
300 -0,4771 -0,370622279 2,34759015

Kurva A dengan waktu


0.6000

0.4000

0.2000 f(x) = - 0x + 0.42


R = 0.91
A 0.0000
Linear ()
0 50 100 150 200 250 300 350
-0.2000

-0.4000

-0.6000

Waktu

Grafik 2.1
Kurva log A dengan waktu
0
-0.05 0 50 100 150 200 250 300 350

-0.1
-0.15
log A -0.2
Linear ()
-0.25
-0.3
f(x) = - 0x - 0.29
-0.35 R = 0.95
-0.4

Waktu

Grafik 2.2

Kurva 1/A dengan waktu


2.4
2.3 f(x) = 0x + 1.92
2.2 R = 0.95

2.1
1/ A 2 Linear ()
1.9
1.8
1.7
0 50 100 150 200 250 300 350

Waktu

Grafik 2.3
Penentuan orde reaksi NaOH 0,016 M + NaNO3 0,1 M
Waktu (detik) A Log A 1/A
30 0,6778 -0,168910799 1,475403463
60 0,6576 -0,182053175 1,520733716
90 0,6383 -0,194994095 1,566729769
120 0,6198 -0,207756305 1,613452949
150 0,6108 -0,214076857 1,637106216
180 0,6021 -0,220360232 1,660964047
210 0,5686 -0,245165469 1,758593521
240 0,5607 -0,251294768 1,783588929
270 0,5528 -0,257398995 1,808835177
300 0,5376 -0,269539123 1,86011212

Kurva A dengan waktu


0.8
0.7
0.6 f(x) = - 0x + 0.69
0.5 R = 0.99

0.4
A
0.3 Linear ()
0.2
0.1
0
0 50 100 150 200 250 300 350

Waktu

Grafik 3.1
Kurva log A dengan waktu
0
0 50 100 150 200 250 300 350
-0.05

-0.1

log A -0.15
Linear ()
-0.2 f(x) = - 0x - 0.16
R = 0.99
-0.25

-0.3

Waktu

Grafik 3.2

Kurva 1/A dengan Waktu


2
f(x) = 0x + 1.43
1.5 R = 0.99

1
1/A
Linear ()

0.5

0
0 50 100 150 200 250 300 350

Waktu

Grafik 3.3

Penentuan orde reaksi NaOH 0,016 M + NaNO3 0,05 M


Waktu (detik) A Log A 1/A
30 0,5528 -0,257398995 1,808835177
60 0,5376 -0,269539123 1,86011212
90 0,5376 -0,269539123 1,86011212
120 0,5086 -0,293590936 1,9660336
150 0,5086 -0,293590936 1,9660336
180 0,4949 -0,305526406 2,0208143
210 0,4815 -0,317416282 2,076903327
240 0,4685 -0,329270862 2,134375669
270 0,4685 -0,329270862 2,134375669
300 0,4559 -0,341099968 2,193309742

Kurva A dengan waktu


0.6

0.5 f(x) = - 0x + 0.56


R = 0.97
0.4

0.3
A
Linear ()
0.2

0.1

0
0 50 100 150 200 250 300 350

Waktu

Grafik 4.1

Kurva log A dengan Waktu


0
-0.05 0 50 100 150 200 250 300 350

-0.1
-0.15
log A -0.2
Linear ()
-0.25
-0.3 f(x) = - 0x - 0.25
R = 0.98
-0.35
-0.4

waktu

Grafik 4.2
Kurva 1/A dengan Waktu
2.5

2 f(x) = 0x + 1.76
R = 0.98
1.5

1/A
1 Linear ()

0.5

0
0 50 100 150 200 250 300 350

Waktu

Grafik 4.3

Penentuan orde reaksi NaOH 0,008 M + akuades


Waktu (detik) A Log A 1/A
30 0,7696 -0,113762549 1,299458902
60 0,6778 -0,168910799 1,475403463
90 0,6576 -0,182053175 1,520733716
120 0,6021 -0,220360232 1,660964047
150 0,5528 -0,257398995 1,808835177
180 0,5229 -0,281599012 1,912489289
210 0,5017 -0,299565035 1,993264972
240 0,4685 -0,329270862 2,134375669
270 0,4202 -0,376526999 2,379726236
300 0,3979 -0,400182395 2,512941595
Kurva A dengan waktu
0.9
0.8
0.7
f(x) = - 0x + 0.77
0.6 R = 0.98
0.5
A 0.4
Linear ()
0.3
0.2
0.1
0
0 50 100 150 200 250 300 350

Waktu

Grakfik 5.1

Kurva log A dengan Waktu


0
-0.05 0 50 100 150 200 250 300 350
-0.1
-0.15 f(x) = - 0x - 0.1
-0.2 R = 0.99
log A
-0.25 Linear ()
-0.3
-0.35
-0.4
-0.45

waktu

Grafik 5.1
Kurva 1/A dengan Waktu
3

2.5
f(x) = 0x + 1.16
2 R = 0.99

1.5
1/A
Linear ()
1

0.5

0
0 50 100 150 200 250 300 350

Waktu

Grafik 5.3

Penentuan orde reaksi NaOH 0,008 M + NaNO3 0,1 M


Waktu (detik) A Log A 1/A
30 0,4437 -0,352913019 2,253787776
60 0,4318 -0,364719096 2,315896231
90 0,4202 -0,376526999 2,379726236
120 0,4089 -0,3883453 2,445374055
150 0,4034 -0,394260979 2,478911255
180 0,3872 -0,412046545 2,582536956
210 0,3665 -0,435888643 2,728278139
240 0,3615 -0,441878792 2,766169524
270 0,3468 -0,459936582 2,883610395
300 0,3468 -0,459936582 2,883610395
Kurva A dengan waktu
0.5

0.4 f(x) = - 0x + 0.46


R = 0.98
0.3
A
0.2 Linear ()

0.1

0
0 50 100 150 200 250 300 350

Waktu

Grafik 6.1

Kurva log A dengan Waktu


0
-0.05 0 50 100 150 200 250 300 350
-0.1
-0.15
-0.2
log A -0.25
Linear ()
-0.3
-0.35
-0.4 f(x) = - 0x - 0.34
R = 0.98
-0.45
-0.5

waktu

Grafik 6.2
Kurva 1/A dengan Waktu
3.5
3
f(x) = 0x + 2.15
2.5
R = 0.98
2
1/A 1.5
Linear ()
1
0.5
0
0 50 100 150 200 250 300 350

Waktu

Grafik 6.3

Penentuan orde reaksi NaOH 0,008 M + NaNO3 0,05 M


Waktu (detik) A Log A 1/A
30 0,4685 -0,329270862 2,134375669
60 0,4318 -0,364719096 2,315896231
90 0,4202 -0,376526999 2,379726236
120 0,3872 -0,412046545 2,582536956
150 0,3768 -0,423945921 2,654275027
180 0,3665 -0,435888643 2,728278139
210 0,3565 -0,447882819 2,804676782
240 0,3468 -0,459936582 2,883610395
270 0,3468 -0,459936582 2,883610395
300 0,3372 -0,472058127 2,965228236

Kurva A dengan waktu


0.5

0.4 f(x) = - 0x + 0.46


R = 0.91
0.3
A
0.2 Linear ()

0.1

0
0 50 100 150 200 250 300 350

Waktu
Grafik 7.1

Kurva log A dengan Waktu


0
-0.05 0 50 100 150 200 250 300 350
-0.1
-0.15
-0.2
log A -0.25
Linear ()
-0.3
-0.35
-0.4 f(x) = - 0x - 0.34
R = 0.93
-0.45
-0.5

waktu

Grafik 7.2

Kurva 1/A dengan Waktu


3.5
3
f(x) = 0x + 2.14
2.5 R = 0.95
2
1/A 1.5
Linear ()
1
0.5
0
0 50 100 150 200 250 300 350

Waktu

Grafik 7.3

Anda mungkin juga menyukai