Anda di halaman 1dari 3

Diagnosis dan Terapi Hipertensi Emergensi

Hipertensi emergensi (Kegawatan hipertensi) adalah peningkatan tekanan darah (TD) yang tinggi
secara mendadak. Keadaan tersebut dimasukan kedalam kategori hipertensi krisis bersama sama
dengan hipertensi urgensi (kedaruratan hipertensi).

Hipertensi emergensi ditandai dengan TD yang sangat tinggi (hipertensi berat). Biasanya tekanan
darah sistolik (TDS) 180 mmHg dan tekanan darah diastolik (TDD) 110 mmHg, yang disertai
penyakit akut pada organ target seperti kardiak, serebral dan renal. Hipertensi emergensi
membutuhkan penurunan TD secepatnya, biasanya dalam hitungan jam, yang dapat dicapai
dengan pemberian anti-hipertensi (parenteral) dosis tertentu.

Bila hipertensi emergensi ditemukan tanpa penyulit pada organ target, TD dapat diturunkan dalam
24-48 jam. Pada kondisi tersebut target TD dapat dicapai dengan pemberian anti-hipertensi secara
oral. Kedaruratan hipertensi dapat memburuk bila tidak diobati dengan segera.

Artikel ini kami ragkum dari Buku EIMED Kegawatdaruratan Biru, dengan mengedepankan
aspek klinis (Diagnosis Klinis, Pemeriksaan penunjang dan terapi). Untuk penjelasan lebih lanjut
dapat sejawat baca lebih lanjut dalam buku EIMED Kegawatdaruratan Biru.

Diagnosis Klinis Hipertensi Emergensi

Diagnosis klinis hipertensi emergensi secara sederhana dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
tekanan darah. Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan untuk memperkuat diagnosis klinis,
mencari target organ yang terlibat dab mencari faktor resiko.

Anamnesis

Setidaknya ada 9 pertanyaan atau data yang harus digali untuk menegakkan diagnosis klinis
hipertensi emergensi. Beberapa variasi untuk pengembangan penyelidikan perlu dilakukan,
bergantung pada kondisi klinis pasien.

Berapa lama atau sejak kapan diketahui pasien menderita hipertensi

Apakah pasien pernah didiagnosis menderita hipertensi sekunder


Berapa beratnya atau tekanan darah tertinggi yang pernah dicapai waktu dirumah

Menentukan adakah kerusakan organ target yang sudah lama terjadi disertai penyakit penyerta
Mengetahui adanya keluhan-keluhan yang berkaitan dengan gangguan kardiovaskular, neurologi
dan renal seperti sakit kepala, kejang, sakit dada, sesak dan edema.

Mengetahui obat-obatan yang pernah atau masih dikonsumsi (obat anti-hipertensi atau obat yang
lain).

Mengetahui obat-obatan yang dimakan teratur atau tidak pernah berobat


Riwayat penyakit-penyakit ko-morbid: penyakit kardiovaskular, ginjal dan serebrovaskular.
Mengetahui dosis obat yang dimakan, cara diminum, atau pernahkah menghentikan sendiri tanpa
anjuran dokter.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada hipertensi emergensi memiliki dua tujuan utama: pengukuran TD untuk
menegakkan diagnosis klinis dan pemeriksaan fisik untuk menyelidiki target organ yang terlibat.
Mengukur TD dua kali dalam posisi tidur dan duduk. Pengukuran TD dengan manset yang sesuai
dengan letak cuff yang benar pada kedua lengan
Dilakukan pemeriksaan nadi brakhial, femoral dan karotid
Pemeriksaan kardiovaskular meliputi: mendengarkan murmur dari aorta insufisiensi pada aorta
disekans, atau regurgitasi akibat iskemia. Bunyi jantung gallop atau ronki diparu-paru
menunjukkan gagal jantung kiri disertai edema paru

Pemeriksaan neurologi meliputi: mengetahui tanda-tanda fokal dari suatu stroke iskemik atau
stroke perdarahan. Menentukan status kesadaran pasien (delirium).

Pemeriksaan abdomen dilakukan untuk mendeteksi pembesaran ginjal dan bising arteri renalis.

Pemeriksaan funduskopi harus dilakukan untuk mendeteksi perdarahan, eksudasi dan/atau edema
papil.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada hipertensi emergensi dilakukan terutama untuk mendeteksi target
organ yang terlibat. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan secara menyeluruh: mulai dari otak samai
fungsi ginjal (renal).

Urinalisis untuk mendeteksi adanya albuminuria, hematuria dan sel silinder.

Pemeriksaan kimia darah meliputi tes fungsi ginjal, gula darah, dan elektrolit.

Pemeriksaan elektrokardiografi dilakukan untuk medeteksi adanya penyakit jantung koroner,


hipertrofi ventrikel kiri dan aritmia.

Pemeriksaan CT scan kepala perlu dilakukan bila ada kecurigaan stroke atau ensefalopati.

Foto toraks diperlukan untuk mendeteksi adanya edema paru.

Terapi Hipertensi Emergensi

Secara sederhana, terapi hipertensi emergensi dapat dibagi menjadi dua kelompok besar: Terapi
Non-Farmakologis dan Terapi Farmakologis.

Terapi Non Farmakologis

Det rendah garam (Natrium klorida) adalah modifikasi gaya hidup yang pertama kali harus
diintervensi. Asupan Natrium Klorida yang dianjurkan tidak boleh lebih dari 4 gram/hari (idelanya
berkisar antara 1,5-3,8 gram/hari). Selain diet rendah garam, pasien hipertensi emergensi juga
dianjurkan banyak mengkonsumsi diet tinggi serat 8-10 kali penyajian/hari. Diet sehari-hari pasien
hipertensi emergensi juga harus rendah lemak dan kolesterol.

Terapi Farmakologis

Kegawatan hipertensi membutuhkan penurunan TD yang cepat, biasanya dalam waktu 1 jam,
dengan target penurunan TD rata-rata 20-25% dan/atau target TDD 110-115 mmHg. Bila target
penurunan ini dapat dicapai dan kondisi pasien stabil, penurunan tekanan darah dapat dilanjutkan
sampai normal dalam 12-24 jam berikutnya.
Penurunan TD terlalu cepat atau terlalu rendah akan memperburuk aliran darah ke organ target.
Pada kasus diseksi aorta, target tekanan darah lebih rendah dengan waktu pencapaian yang lebih
singkat.

Obat anti-hipertensi yang ideal untuk hipertensi emergensi adalah obat parenteral yang bekerja
cepat, mudah dititrasi dengan efek samping minimal. Obat yang dipilih disesuaikan dengan
penyakit penyerta yang ada serta organ target yang terkena.

Kami merangkum 4 obat antihipertensi parenteral yang dapat digunakan sebagai terapi hipertensi
emergensi. List obat yang lebih lengkap dapat sejawat baca di Buku EIMED Kegawatdaruratan
Biru.

Sumber :
http://dokterpost.com/diagnosis-dan-terapi-hipertensi-emergency/

Anda mungkin juga menyukai