Ganesa - Lkti - Akbid (Aktualisasi Karakter Budaya Indonesia)
Ganesa - Lkti - Akbid (Aktualisasi Karakter Budaya Indonesia)
JUDUL LKTI
Diusulkan oleh :
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR
Penyusunan karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, melalui kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Moh. Muzakka, M.Hum selaku dosen pembimbing yang telah memberi
bimbingan, arahan, dan masukan selama penyusunan karya ilmiah ini.
3. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu
selama penyusunan karya ilmiah ini.
Penyusun menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penyusun mengharap kritik dan saran dari pembaca. Semoga karya
ilmiah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bermanfaat bagi pembaca
semua.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Pengesahan .................................................................................................... i
Lembar Orisinalitas ................................................................................................... ii
Kata Pengantar .......................................................................................................... iii
Daftar Isi ................................................................................................................... iv
Daftar Gambar .......................................................................................................... vi
Ringkasan ................................................................................................................ vii
BAB I: Pendahuluan .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan dan Manfaat ............................................................................................. 3
iv
4.4 Tahap Pembiasaan ............................................................................................. 14
Lampiran
v
DAFTAR GAMBAR
vi
RINGKASAN
Wayang dapat diartikan sebagai salah satu kekayaan budaya yang bernilai
seni tinggi. Dua arti penting yang akhirnya mengantarkan wayang Indonesia diakui
UNESCO pada tahun 2003 sebagai warisan luhur budaya dunia dan menjadi salah
satu dari sekian banyak kekayaan elemen budaya Indonesia yang digunakan sebagai
identitas kebangsaan generasi muda Indonesia saat ini. Secara filosofi wayang
merupakan bentuk pencerminan karakter manusia, tingkah laku, dan kehidupannya.
Menurut Dr. Marwah Daud Ibrahim, kemajuan suatu bangsa tergantung pada
pembentukan karakter generasi mudanya. Setidaknya ada 18 nilai karakter yang
harus dimiliki, yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial, dan tanggung jawab.
Wayang Punakawan mengandung nilai-nilai yang dipandang penting untuk
membangun pertumbuhan kepribadian anak karena di dalamnya mengandung
simbol-simbol ketauladanan yang mencerminkan nilai-nilai kebaikan bagi
kehidupan. Dalam pendidikan karakter pada anak tingkat sekolah dasar diterapkan
beberapa tahapan yang mendukung terlaksananya program tersebut, di antaranya
adalah tahap identifikasi; tahap perencanaan; tahap pelaksanaan; tahap pembiasaan;
dan tahap evaluasi. Dalam tahap pelaksanaan program terbagi lagi menjadi 3 tahap,
yaitu tahap pengenalan wayang dan tokoh Punakawan, tahap pementasan wayang,
dan tahap edu-games atau permainan edukasi.
Siswa sekolah dasar dikenalkan dengan wayang dan tokoh Punakawan yang
disajikan dalam bentuk video semenarik mungkin dan buku paduan wayang.
Kemudian, mengaplikasikan wayang dan tokoh Punakawan yang telah dikenalkan
sebelumnya melalui sebuah pementasan atau pertunjukan wayang dengan
memainkan tokoh Punakawan. Dalam pementasan tersebut jga disuguhkan lagu-
lagu dolanan Jawa yang sesuai dengan tema cerita yang dipentaskan, lalu siswa
diajak untuk aktif dalam edu-games yang mengandung nilai-nilai karakter. Metode
pembiasaan juga diterapkan agar nilai karakter tersebut dapat tertanam dalam diri
siswa.
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Mengingat anak adalah calon generasi penerus yang merupakan aset utama dalam
pelestarian dan pengembangan budaya bangsa ini. Namun, tingginya pengaruh
budaya global tidak perlu lagi menjadi alasan tergesernya kebudayaan lokal, karena
sumua itu bergantung pada usaha dan kemampuan kita untuk mengelola. Sehingga
melalui karya tulis ilmiah ini, kami berusaha mengoptimalkan budaya asli
Indonesia yaitu wayang sebagai media menuju Indonesia berkarakter kepada anak-
anak usia sekolah dasar.
Anak-anak usia sekolah dasar adalah usia dini yang kemungkinan besar
relatif mudah dididik dan diarahkan kepada suatu objek yang dipandang menarik.
Anak-anak seusia ini belum banyak mengenal apa yang ada di sekitarnya. Mereka
akan mudah tertarik pada sesuatu yang dirasa lebih dekat dengan dunia mereka,
baik bentuk, karakter maupun nilai yang dikandung oleh suatu objek tertentu.
Punakawan yang terdiri atas tokoh Semar, Nala Gareng, Petruk, dan Bagong
memiliki karakter yang khas dan penuh makna. Karakter dan suri tauladan yang
baik dalam Punakawan memiliki kesamaan dengan nilai-nilai dalam pendidikan
karakter yang telah ditetapkan oleh DIKNAS. Wayang Punakawan juga
mengandung nilai-nilai yang dipandang penting untuk membangun pertumbuhan
kepribadian anak karena di dalamnya mengandung simbol-simbol ketauladanan
yang mencerminkan nilai-nilai kebaikan bagi kehidupan. Nilai-nilai inilah yang
perlu dilestarikan dan dikenalkan sejak dini kepada siswa sekolah dasar dalam
rangka membentuk kepribadiannya.
1.2 Perumusan Masalah
Pendidikan karakter sangat diperlukan agar generasi penerus bangsa
khususnya anak sekolah dasar memiliki karakter, moral, dan tingkah laku yang baik
dalam kehidupannya. Dalam dunia pewayangan, Punakawan yang terdiri atas tokoh
Semar, Nala Gareng, Petruk, dan Bagong memiliki karakter yang khas dan penuh
makna. Karakter yang dapat dijadikan sebagai suri tauladan dan panutan yang baik
bagi anak sekolah dasar. Anak akan mudah tertarik pada sesuatu yang dirasa lebih
dekat dengan dunia mereka, sehingga melalui wayang Punakawan sebagai media
pendidikan karakter diharapkan dapat membentuk karakter dan kepribadian anak
agar menjadi generasi muda yang bermoral untuk membangun Bangsa Indonesia
lebih baik.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Wayang
Wayang adalah salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling
menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni
peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga
seni perlambang. Budaya wayang, yang terus berkembang dari zaman ke zaman,
juga merupakan media penerangan, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta
hiburan. Wayang kulit adalah salah satu jenis wayang yang ada di Indonesia, yang
berarti gambar atau tiruan orang dan sebagainya yang terbuat dari kulit, kayu dan
lain-lain untuk mempertunjukkan suatu lakon (cahcepu.com).
Pertujukan wayang terdiri atas berbagai unsur, baik bersifat fisik maupun
non-fisik. Unsur-unsur fisik berupa wayang, gawang dan kelir, blncong, debog,
tapak dara, kothak, gamelan, cempala, keprak, serta lain-lainya. Unsur non fisik
yaitu perabot garap pakeliran yang berupa lakon, catur atau wacana, gerak wayang
atau sabet, suluk, dodogan dan keprakan, serta karawitan pakeliran. Semua unsur
tadi dalam pertunjukan disajikan secara serentak bersama dalam satu kesatuan
sistem jalinan yang harmonis, tertib dan teratur, sehingga menghasilkan kesan
estetik yang sungguh manakjubkan (Dr. Sayanto, S.Kar., MA).
2.2 Punakawan
Punakawan adalah karakter yang khas dalam wayang Indonesia. Mereka
melambangkan orang kebanyakan. Karakternya mengindikasikan bermacam-
macam peran, seperti penasihat para ksatria, penghibur, kritisi sosial, badut bahkan
sumber kebenaran dan kebijakan. Dalam wayang Jawa karakter Punakawan terdiri
atas Semar, Gareng, Bagong, dan Petruk.
5
1. Semar
Gambar 1. Semar
Semar berasal dari kata Samara (bergegas). Semar merupakan pusat dari
Punakawan sendiri dan asal usul dari keseluruhan Punakawan itu sendiri. Semar
disegani oleh kawan maupun lawan. Semar menjadi tokoh yang dihormati, namun
tetap rendah hati, tidak sombong, jujur, dan tetap mengasihi sesama. Penuh
kelebihan tetapi tidak lupa diri karena kelebihan yang dimiliki.
2. Nala Gareng
3. Petruk
Gambar 3. Petruk
Petruk berasal dari kata fat ruk (tinggalkanlah). Petruk adalah anak kedua
Semar. Tokoh petruk digambarkan dengan bentuk panjang yang menyimbolkan
pemikiran harus panjang. Dalam menjalani hidup manusia harus berpikir panjang
(tidak grusa-grusu) dan sabar. Bila tidak berpikir panjang, biasanya akan
mengalami penyesalan di akhir.
4. Bagong
Gambar 4. Bagong
Bagong berasal dari kata al ba gho ya (perkara buruk). Bagong adalah tokoh
yang diciptakan dari bayangan Semar. Bagong bertubuh tambun gemuk seperti
halnya Semar. Bagong berkarakter suka bercanda bahkan saat menghadapi
persoalan yang teramat serius serta memiliki sifat lancang dan suka berlagak bodoh.
Karakter yang disimbolkan dari bentuk bagong adalah manusia harus sederhana,
sabar, dan tidak terlalu kagum pada kehidupan di dunia (dari berbagai sumber :
yokimirantiyo.blogspot.com).
7
2.3 Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini dan Tingkat Sekolah Dasar
Ada 18 nilai karakter yang harus dimiliki, yaitu: (1) religius, (2) jujur, (3)
toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9)
rasa ingin tahu, (10) semangat, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13)
bersahabat/ komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli
lingkungan, (17) peduli sosial, (18) dan tanggung Jawab.
Paradigma pendidikan karakter, antara lain:
1. Pendidikan karakter adalah upaya penanaman nilai dan sikap, bukan
pengajaran, sehingga memerlukan pola pembelajaran fungsional.
2. Pendidikan karakter menuntut pelaksanaan oleh tiga pihak secara sinergis, yaitu
orang tua, satuan/ lembaga pendidikan, dan masyarakat.
3. Materi dan pola pembelajaran disesuaikan dengan pertumbuhan psikologis
peserta didik.
4. Materi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal.
5. Materi pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam materi pembelajaran lain.
(Sekretaris Ditjen PAUDNI Kemdikbud)
8
BAB III
METODE PENULISAN
1. Dekstop Research
Metode pengumpulan data dengan memanfaatkan media massa internet
untuk mendapatkan data dari artikel-ertikel berita penting terkait, jurnal-jurnal
ilmiah, dan hasil penelitian beberapa tokoh yang ahli di bidang terkait atau yang
sedang mempelajari bidang terkait.
2. Studi Dokumentasi
Metode pengumpulan data dengan cara mempelajari atau menggunakan
catatan-catatan instansi yang diteliti.
3. Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan adalah mengutip hasil laporan yang disusun oleh pihak
lain (J.Supranto, 2001).
10
BAB IV
PEMBAHASAN
siswa sekolah dasar. Pada tahap ini disamping kami menyajikan dalam bentuk video
juga memberikan siswa sekolah dasar sebuah buku paduan mengenai wayang dan
tokoh Punakawan. Hal ini dikarenakan agar tingkat pemahaman dan ingatan siswa
13
sekolah dasar terhadap tokoh beserta karakter Punakawan tetap tertanam dalam
jiwa dan pikiran mereka.
4.3.2 Tahap pementasan wayang
Setelah siswa sekolah dasar dikenalkan dengan wayang dan tokoh
Punakawan yang disajikan dalam bentuk video semenarik mungkin dan buku
paduan wayang, maka langkah selanjutnya adalah mengaplikasikan wayang dan
tokoh Punakawan yang telah dikenalkan sebelumnya melalui sebuah pementasan
atau pertunjukan wayang dengan memainkan tokoh Punakawan. Pada tahap
pementasan ini, siswa sekolah dasar akan dipertunjukan sebuah pementasan drama
yang secara langsung dimainkan oleh tim relawan mahasiswa. Tema yang diangkat
dalam pementasan adalah tema tentang kehidupan sehari-hari yang dialami anak
pada umumnya. Seperti persahabatan, kejujuran, kepemimpinan, dan lain
sebagainya. Dalam pementasan drama wayang ini juga sarat akan nilai-nilai dan
karakter tokoh Punakawan yang dapat dijadikan sebagai teladan bagi siswa sekolah
dasar dalam menjalani kehidupan sehari-hari serta dalam setiap dialognya
mengandung pesan-pesan positif dan mendidik. Untuk meningkatkan semangat
siswa, dalam pementasan drama ini kami juga menyajikan lagu-lagu daerah yang
lirik lagunya dirubah dengan lirik atau kalimat yang mendidik serta diiringi dengan
musik gamelan asli budaya Indonesia. Sehingga bukan hanya dari segi tontonan
yang menghibur siswa tetapi juga mengandung tuntunan agar siswa menjadi
generasi muda yang bermoral dan berkarakter baik. Dalam dialog cerita yang
dipentaskan juga diselingi dengan dialog interaktif dengan siswa agar siswa lebih
aktif dengan memberikan respon pada cerita.
4.3.3 Tahap edu-games
Pada tahap ini merupakan tahap implementasi setelah siswa sekolah dasar
dibekali pengetahuan tentang wayang dan tokoh punakawan serta pementasan
drama wayang yang sarat akan makna dan tuntunan. Sehingga seluruh siswa
sekolah dasar harus berperan aktif dalam mengikuti permainan edukasi. Konsep
dari permainan ini adalah siswa sekolah dasar akan dibagi menjadi beberapa
kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 6-7 siswa. Dari kelompok yang
sudah dibentuk kemudian diberikan nama kelompok berdasarkan nama tokoh
pewayangan dengan tujuan agar siswa lebih mengenal tokoh pewayangan. Tokoh
14
pewayangan juga dapat berupa nama tokoh-tokoh sejarah Indonesia yang sengaja
dimasukkan dalam cerita pewayangan. Karena tokoh pewayangan beragam sesuai
dengan kebutuhan cerita.
Setelah masing-masing kelompok mendapatkan nama, tiap
kelompokdiberikan permainan puzzle. Puzzle tersebut berisikan cerita-cerita
pewayangan yang telah disesuaikan dengan kesukaan anak-anak, yaitu tokoh
pewayangan dibuat seperti gambar animasi kartun wayang yang terlihat lucu
sehingga siswa pun juga terasa nyaman dengan gambar yang disuguhkan. Ketika
setiap kelompok mulai menyatukan puzzle, siswa juga diajak untuk bernyanyi
bersama dengan lagu-lagu dolanan yang telah diaransemen ulang diliriknya oleh
tim relawan mahasiswa. Dari permainan ini, siswa diharapkan tidak hanya
mengenal karakter tokoh tapi juga menerapkan dalam kesehariannya, tentu saja
karakter yang baik. Adanya lagu dolanan, sebagai penunjang penanaman nilai
karakter serta siswa juga mengakrabkan siswa dengan lagu dan musik tradisional.
Sedangkan, permainan dikemas berupa puzzle mengembangkan ketangkasan siswa
dalam merangkai pola-pola puzzle serta melatih kesabaran siswa dalam mencapai
suatu tujuan. Bagi kelompok yang paling cepat menyelesaikan puzzle dengan baik
dan mengikuti aturan main yang telah dibuat, maka kelompok tersebut berhak
mendapatkan hadiah berupa miniatur tokoh pewayangan dengan berbagai karakter
dan siswa berhak memilih sendiri tokoh mana ynag diinginkan.
Bahkan, walaupun sifat atau tingkah laku tertentu yang pada awalnya sangat
sulit untuk melakukannya, namun karena sering dilakukan berulang-ulang dalam
jangka waktu yang lama akhirnya ia terbiasa dan menguasai tingkah laku tersebut.
Di sinilah pentingnya proses pembiasaan bagi anak untuk menerapkannya dalam
belajar, sebab sesuatu pengetahuan, sifat atau tingkah laku yang diperoleh dengan
pembiasaan, maka apa yang diperoleh itu akan sangat sulit untuk mengubah atau
menghilangkannya, sehingga cara ini sangat berguna dalam mendidik anak. Hal ini
disebabkan karena kebiasaan itu merupakan perilaku yang sifatnya otomatis, tanpa
direncanaknan terlebih dahulu, berlangsung begitu saja tanpa dipikirkan lagi.
Proses pembiasaan ini berawal dari peniruan, selanjutnya dilakukan pembiasaan
yang dibimbingan oleh orang yang lebih dewasa seperti orang tua dan guru, peserta
didik akan semakin terbiasa. Jadi peran guru atau orang tua dalam proses ini sangat
penting.
Setelah memahami apa itu pembiasaan dan teori pembiasaan, sekarang akan
kami paparkan tentang konsep dalam tahapan ini. Pada tahapan ini yang
memerankan langsung adalah guru kelas. Guru kelas dituntut untuk menanamkam
nilai-nilai karakter Punakawan yang telah disampaikan dalam tahapan pelaksanaan
(pementasan dan edu-games). Penanaman karakter ini dapat dilakukan dengan cara
mengaplikasikan karakter dengan wujud yang riil (real) secara berulang-ulang.
kerja dari bohlam lampu sederhana dan nama penemunya, juga dijelaskan karakter
yang dimiliki sang peneliti/ penemu khususnya Thomas Alva Edison, penemu
bohlam lampu. Guru menceritakan bahwa Thomas mempunyai karakter pekerja
keras dan pantang menyerah (tidak mudah putus asa), walaupun beberapa kali gagal
dalam melakukan percobaan tapi dia tetap mengulanginya sampai berhasil. Contoh
yang lain, ketika dilaksanakan ulangan harian, siswa dididik agar bersifat percaya
diri dan jujur. Siswa diberi sugesti agar mereka yakin akan kemampuannya sendiri.
Selain itu lakukan percobaan dengan cara membiarkan siswa dalam kelas untuk
mengerjakan soal ulangan tanpa pengawasan(guru keluar dari ruang kelas).
Sebelum guru meninggalkan siswa, sebaiknya guru memberikan keyakinan bahwa
jujur merupakan sifat/ karakter yang terpuji, guru berkata bahwa nilai sebagus
apapun kalau tidak jujur (mencontek) akan tidak dihargai, tetapi kalau jujur dalam
mengerjakan walaupun nilainya kurang baik akan lebih dihargai (diapresiasi).
Dalam tahapan pembiasaan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
guru, yaitu:
1. Pembiasaan hendaknya dilakukan secara berulang-ulang (terus-menerus).
2. Pembiasaan harus bersifat konsekuen, tegas, dan tetap teguh terhadap pendirian
atau aturan yang telah disepakati. Jangan member kesempatan kepada anak
untuk melanggar pembiasaan yang telah ditetapkan itu. (Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994, hlm. 185)
Selain melaksanakan tugas melakukan pembiasaan, guru juga berperan
sebagai pengamat dan penilai secara langsung seberapa progress (kemajuan)
penanaman karakter setiap hari. Dalam evaluasi yang dilaksanankan dua minggu
sekali guru diharapkan dapat memaparkan kemajuan penanaman karakter pada
siswa sekaligus memberikan masukan kepada tim relawan pendidikan karakter dari
mahasiswa sehingga nantinya dapat didiskusikan dan digodog (direncanakan) ulang
sehingga dalam pementasan selanjutnya dapat lebih mengena kepada siswa.
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan pasti perlu adanya evaluasi. Evaluasi
diharapkan dapat menunjukkan pencapaian keberhasilan atau ketidakberhasilan
17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Karakter ini bisa ditanamkan kepada calon penerus bangsa dengan berbagai
metode, metode yang kita tawarkan adalah memanfaatkan sarana wayang. Tahapan
dalam metode yang kami tawarkan meliputi identifikasi, perencanaan, pelaksanaan,
pembiasaan, dan evaluasi. Tahapan pokok dalam metode ini dipusatkan dalam
tahapan pelaksanaan dan pembiasaan. Tahapan pelaksanaan diwujudkan dengan
pementasan wayang yang menampilkan karakter dari tokoh Punakawan yang
diselingi lagu dolanan agar siswa tidak jenuh dan tertarik dan dilanjutkan edu-
games untuk merangsang siswa aktif. Tahapan pembiasaan diarahkan dan
diaplikasikan langsung oleh guru dalam setiap pengajaran secara terus-menerus
agar karakter Punakawan terpatri dalam benak siswa.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. 2001. Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.
LAMPIRAN
Scan Bukti Pembayaran
Scan KTM