Anda di halaman 1dari 8

PORTOFOLIO

Topik : Kejang Demam Sederhana


Tanggal kasus : 14 Oktober 2016
Presenter : dr. Putu Asti Wulandari, S.Ked
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. I Wayan Parna A.
Tempat Presentasi : Ruang Diklat RSU Kertha Usada
Obyektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : Pasien anak laki-laki, 1 tahun 2 bulan, datang dengan dikeluhkan kejang
Tujuan :
- Mengetahui diagnosis kejang demam
- Mengetahui tatalaksana kejang demam
- KIE pada kasus kejang demam
Bahan bahasan TinjauanPustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas Diskusi Presentasi&diskusi E-mail Pos
Data Pasien Nama : RKY No. Registrasi : 067488
Alamat: Jalan Pipit No.2 Singaraja
Nama RS : RSU Kertha Usada Alamat :Jalan Cendrawasih no 5 Singaraja
Data Utama untuk bahan diskusi
1. Diagnosis/Gambaran Klinis
Anamnesis
a. Keluhan Utama : Kejang (Heteroanamnesis)
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien diantar ke UGD RSU Kertha Usada oleh orangtuanya tanggal 14 Oktober
2016 (pukul. 21.10 WITA) karena dikeluhkan kejang. Kejang terjadi 15 menit sebelum
pasien masuk rumah sakit. Awalnya pasien tidur, lalu tiba-tiba kaku dan menghentak-
hentak seluruh tubuh dengan mata dan mulut terbuka. Kejang terjadi satu kali selama
kurang lebih 5 menit dan setelah sadar pasien menangis keras dan dapat merespon saat
diajak bicara.
Selain itu pasien juga dikeluhkan mengalami demam yang terjadi sekitar 12 jam
sebelum masuk rumah sakit (sekitar pukul 09.00 WITA), demam terukur 38 0C pada pukul
17.00 WITA (14/10/2016).
Selain kejang dan demam, pasien juga dikeluhkan mengalami batuk sejak 1 hari
sebelum masuk Rumah Sakit. Batuk disertai dengan sedikit dahak berwarna putih. Pilek
dikatakan tidak ada.
Riwayat trauma kepala dan diare sebelum kejang disangkal. Pasien juga dikatakan
tidak pernah mengalami gangguan saraf.

1
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sempat dirawat di RSU Kertha Usada 2 minggu sebelumnya dengan keluhan
yang sama. Saat itu dikatakan pasien kejang setelah mengalami demam. Jenis kejang yang
dialami menghentak-hentak seluruh tubuh dalam waktu <5 menit dan hanya terjadi 1 kali.
Pasien dirawat di ruang Abimanyu RSU Kertha Usada selama 4 hari, seusai dirawat
pasien dikatakan beraktifitas normal seperti biasa.
d. Riwayat Pengobatan
Pasien sempat dibawa ke bidan tanggal 14 Oktober 2015 pukul 17.00 dan diberikan
obat. Ibu pasien mengatakan lupa nama obat yang diberikan, namun diberitahukan oleh
bidan bahwa anaknya mendapatkan obat panas, obat batuk dan antibiotik.
e. Riwayat Keluarga
Ayah pasien pernah mengalami hal yang sama seperti pasien saat kecil. Riwayat
epilepsi di keluarga disangkal.
f. Riwayat Persalinan
Pasien lahir spontan, cukup bulan dan ditolong oleh petugas medis di Rumah Sakit,
dengan berat badan lahir 3000 gram.
g. Riwayat Imunisasi
Lengkap sesuai usia
h. Riwayat Nutrisi
ASI : 0-3 bulan dengan frekuensi on demand
Susu Formula : dari usia 3 bulan dengan frekuensi 3-4 kali sehari
Bubur susu : dari usia 3 bulan dengan frekuensi 3-4 kali sehari
Nasi tim : sejak usia 9 bulan dengann frekuensi 2 kali sehari
i. Riwayat Tumbuh Kembang
-Menegakkan kepala : 3 bulan
-Membalik Badan : 4 bulan
-Duduk : 6 bulan
-Berdiri : 12 bulan
-Berjalan : 14 bulan
-Bicara : 9 bulan
j. Riwayat Personal Sosial
Pasien merupakan anak pertama, sehari-hari pasien diasuh oleh Ibu dan neneknya.
Pemeriksaan Fisik
Saat di UGD (14/10/2016)
Status Present
Kesadaran : Compos mentis (E4V5M6)
Nadi : 100 x/menit, regular, isi cukup, teratur.
Respirasi : 28 x/menit

2
SpO2 : 97% dengan menggunakan sungkup O2 (2 lpm)
Suhu aksila : 39,7 C.
BB : 8,5 kg

Status General
Kepala : Normocephali
Mata : Inspeksi : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, mata cowong -/-, refleks
pupil +/+ isokor
THT : Telinga : sekret -/-
Hidung : sekret -/-, Nafas Cuping Hidung (-)
Tenggorokan: faring hiperemis (+)
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
Thoraks : Simetris, retraksi (-)
Cor : S1S2 tunggal reguler, murmur (-)
Pulmo : bronkovesikuler +/+, rhales -/-, wheezing -/-
Abdomen : Distensi (-), Bising usus (+) normal
Hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Hangat pada keempat ektremitas, Edema (-), CRT<2 detik, turgor normal

Pemeriksaan Fisik
Saat pemeriksaan (15/10/2016)
Status Present
Kesadaran : Compos mentis (E4V5M6)
Nadi : 98 x/menit, regular, isi cukup, teratur.
Respirasi : 24 x/menit
Suhu aksila : 37,6 C.
BB : 8,5 kg

Status General
Kepala : Normocephali
Mata : Inspeksi : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, mata cowong -/-,
THT : Telinga : sekret -/-
Hidung : sekret -/-, Nafas Cuping Hidung (-)
Leher : pembesaran KGB (-)
Thoraks : Simetris, retraksi (-)
Cor : S1S2 tunggal reguler, murmur (-)
Pulmo : Bronkovesikuler +/+, rhales -/-, wheezing -/-
Abdomen : Distensi (-), Bising usus (+) normal
Hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Hangat pada keempat ektremitas, Edema (-), CRT<2 detik, turgor normal

Pemeriksaan neurologi:
Meningeal sign (kaku kuduk) : -
Mata : refleks pupil +/+ isokor, lesi N. II (-), pergerakan bola mata (N. III,

3
IV, VI) normal,
Ekstremitas : tonus: normotoni pada keempat ekstremitas,
tropik : normotropi pada kempat ekstremitas.

Refleks fisiologis ++++++++ , refleks patologis

Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap (14/10/2016)
HGB : 11.1 gr/dL
HCT : 33.9 %
PLT : 378x 103/uL
WBC : 18.40 x 103/uL
- Neutrofil:11.76 x 103/uL (64%)
- Limfosit : 4.79 x 103/uL (26.1%)
- Monosit : 1.52 x 103/uL (8.3 %)
- Eosinofil: 0.13 x 103/uL (0.7 %)
- Basofil : 0.17 x 103/uL (0.9%)
- Large Imm. Cell : 0.24 x 103/uL (1.3 %)
- Atyp. Limfosit : 1.67 x 103/uL (0.3 %)
RBC : 4.19 x 106/uL
MCV : 80.9 fL
MCH : 26.6 pg
MCHC : 32.9 %
MPV : 8.06
DAFTAR PUSTAKA
1. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama,
tahun 2015
2. Syndi Seinfeld DO, Pellock JM (2013) Recent Research on Febrile Seizures: A Review. J
Neurol Neurophysiol 4: 165. doi:10.4172/2155-9562.1000165
3. Kevin Farrell, Ran D. Goldman, The Management of Febrile seizure. Bc Medical Journal
Vol. 53 No. 6, July/August 2011 www.bcmj.org
4. Victorian Government Melbourne. 2010. Febrile Convulsion in Children. Emergency
Factsheet available at www.health.vic.gov.au/edfactsheets
Hasil Pembelajaran:

4
1. Diagnosis Kejang Demam
2. Terapi Kejang Demam Sederhana
3. Prognosis Kejang Demam Sederhana
4. KIE keluarga pasien dengan Kejang Demam Sederhana
SUBJEKTIF
Berdasarkan heteroanamnesis didapatkan bahwa pasien dikeluhkan mengalami kejang sebanyak
satu kali selama kurang lebih 5 menit. Kejang dikatakan diawali dengan kaku lalu menghentak-
hentak seluruh tubuh dengan mata dan mulut terbuka dan setelah sadar pasien menangis keras
dan dapat merespon saat diajak berkomunikasi.
Selain itu pasien juga dikeluhkan mengalami demam yang terjadi sekitar 12 jam sebelum
masuk rumah sakit (sekitar pukul 09.00 WITA), demam terukur 380C pada pukul 17.00 WITA
(14/10/2016).
Selain kejang dan demam, pasien juga dikeluhkan mengalami batuk sejak 1 hari sebelum
masuk Rumah Sakit. Batuk disertai dengan sedikit dahak berwarna putih. Pilek dikatakan tidak
ada.
Riwayat trauma kepala dan diare sebelum kejang disangkal. Pasien juga dikatakan tidak
pernah mengalami gangguan saraf.
Sebelumnya pasien pernah mengalami hal yang sama dan dirawat selama 4 hari di RSU
Kertha Usada. Dari riwayat keluarga dikatakan bahwa ayah pasien pernah mengalami kejang
demam sewaktu anak-anak.

OBJEKTIF
Dari hasil pemeriksaan vital sign, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang didapatkan
temuan-temuan sebagai berikut:
Ditemukan peningkatan suhu aksila yakni 39,70 C
Tidak ada meningeal sign (kaku kuduk (-), brudzinski I (-))
Pemeriksaan darah lengkap : adanya leukositosis (18.40 x 103/uL) yang merupakan
penanda adanya infeksi bakteri.
Tidak ada tanda defisit neurologis
ASSESSMENT

Pasien datang ke UGD dengan dikeluhkan kejang, maka harus ditelusuri apakah etiologi
kejangnya berasal dari intrakranial atau ekstrakranial. Penyebab kejang yang berasal dari
intrakranial antara lain kelainan vaskular (arterious-venous malformation), infeksi (misalnya
meningitis atau ensefalitis), kerusakan sistem saraf pusat akibat trauma, trauma saat persalinan,
prematuritas, ataupun adanya neoplasma di otak. Sedangkan penyebab bangkitan kejang yang
berasal dari ekstrakranial antara lain ketidakseimbangan elektrolit, penurunan kadar gula darah,
dan yang sering terjadi pada anak-anak adalah kejang yang diakibatkan oleh demam. Pasien ini
dikatakan mengalami demam tinggi sebelum kejang, maka kemungkinan demam menjadi

5
penyebab kejang yang dialami pasien. Disamping itu, dari hasil anamnesis dikatakan bahwa anak
tidak mengalami riwayat trauma kepala, riwayat gangguan saraf, riwayat leher kaku ataupun
penurunan kesadaran sehingga faktor penyebab kejang dari intrakranial dapat disingkirkan.
Riwayat diare sebelum terjadinya demam juga disangkal, sehingga kemungkinan penyebab
kejang akibat ketidakseimbangan elektrolit dapat disingkirkan.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan temperatur axilla 39,70 C (14/10/15) dengan nilai
temperatur 390 merupakan faktor risiko untuk mengalami kejang demam (75 % berisiko untuk
mengalami kejang demam). Demam yang dialami oleh pasien ini kemungkinan besar disebabkan
oleh infeksi bakteri pada saluran pernapasan akut (ditandai dengan adanya keluhan batuk dan
ditemukannya peningkatan nilai WBC yakni 18.40 x 103/uL dan Neutrofil 11.76 x 103/uL (64%)
pada pemeriksaan darah lengkap).
Selain penelusuran etiologi, deskripsi dari tipe kejang yang dialami pasien juga penting
untuk mengarahkan ke diagnosis, dari anamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami kejang
yang diawali oleh kaku seluruh tubuh dan dilanjutkan dengan gerakan menghentak-hentak yang
menandakan tipe kejang yang dialami pasien adalah tipe tonik-klonik dengan durasi kejang
kurang dari lima menit, terjadi pemulihan kesadaran setelah pasien kejang tanpa adanya defisit
neurologi post iktal serta setelah diobservasi selama 24 jam tidak terjadi kejang berulang.
Pasien memiliki usia 14 bulan yang termasuk dalam rentang umur umumnya terjadi
kejang demam yakni 6 bulan hingga 6 tahun. Selain itu dikatakan bahwa pada anak dengan
orangtua yang pernah mengalami kejang demam sewaktu kecil akan memiliki risiko 5% untuk
mengalami kejang demam. Adanya riwayat kejang demam saat masa kanak-kanak pada salah satu
orangtua pasien (ayah) dapat menjadi pertimbangan pada pasien ini bahwa kemungkinan pasien
memiliki ambang miokloni rendah yang diturunkan oleh ayahnya.
Diagnosis pada pasien ini adalah kejang demam, karena dari hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang bersesuaian dengan definisi kejang demam yakni
bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal >380C) akibat dari adanya
suatu proses ekstrakranial. Kejang berhubungan dengan demam tetapi tidak disebabkan infeksi
intrakranial atau penyebab lain seperti trauma kepala, gangguan keseimbangan elektrolit,
hipoksia atau hipogolikemia. Secara spesifik jenis kejang demam yang dialami pasien adalah
kejang demam sederhana, dimana kriteria untuk mengakkan diagnosis kejang demam sederhana
antara lain:
- Kejang umum tonik, klonik atau tonik-klonik
- Durasi <15 menit
- Kejang tidak berulang dalam 24 jam

6
PLANNING
Diagnosis
Berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka penyakit
yang dialami pasien adalah kejang demam sederhana. Pemeriksaan penunjang lainnya seperti
pemeriksaan gula darah acak, punksi lumbal, EEG dan neuroimaging bukan indikasi pada pasien
ini.

Pengobatan
Penanganan yang didapatkan oleh pasien di UGD:
- O2 2 lpm
- D5 NS 10 tpm
- Dumin supp 125 mg dilanjutkan dengan paracetamol 3x100 mg IV
- Diazepam puyer 3x2 mg
- Ambroxol syrup 3x cth
- Observasi kejang dan vital sign
Penanganan yang diberikan setelah pasien dirawat di ruangan:
- D5 NS 10 tpm
- Dumin supp 125 mg dilanjutkan dengan paracetamol 3x100 mg IV
- Diazepam puyer 3x2 mg
- Ambroxol syrup 3x cth
- Ceftriaxon 2x150 mg IV
- Observasi kejang dan vital sign

Pada pasien ini karena pasien datang post iktal maka penanganan yang diberikan adalah
konservatif (pemberian oksigen dan cairan) dan profilaksis kejang intermiten dengan diazepam
oral 2 mg setiap 8 jam. Profilaksis intermiten ini sangat penting diberikan terutama pada waktu
24 jam setelah timbulnya demam. Pada pasien ini juga diberikan antibiotik untuk mengobati
underlying infection yang menjadi penyebab demam yang dialami oleh pasien serta penanganan
simptomatik untuk batuk yang dialami pasien.

Pendidikan
Konseling dan edukasi dilakukan untuk membantu pihak keluarga mengatasi pengalaman
menegangkan akibat kejang demam dengan memberikan informasi mengenai:
- Prognosis
Ad vitam : dari kejang demam yang dialami oleh pasien umumnya adalah baik, karena
termasuk kejang demam sederhana.
- Ad functionam : baik, karena kejang demam dengan durasi kurang dari 30
menit tidak akan menimbulkan kerusakan otak

7
Ad sanationam : dubius. Karena pasien ini memeiliki risiko untuk mengalami kejang demam
berulang, dilihat dari usia pasien (<18 bulan), adanya kejang dengan demam
kurang dari <400C. riwayat keluarga dengan kejang demam.

- Adanya risiko kekambuhan penyakit yang sama di masa depan sehingga apabila anak demam,
anak dapat langsung dibawa ke dokter.
- Orangtua pasien perlu mengetahui cara menghadapi kejang yaitu:
Tetap tenang dan tidak panik
Kendorkan pakaian, terutama di sekitar leher
Bila tidak sadar, posisikan anak miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau
hidung.
Walaupun ada kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut
Jauhkan anak dari barang-barang berbahaya selama kejang
Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang untuk dilaporkan kepada dokter.
Tetap bersama anak selama dan sesudah kejang
Bawa anak ke dokter atau fasilitas layanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan.
Rendahnya risiko anak terkena epilepsi sehingga tidak perlu menggunakan obat antiepilepsi.

Konsultasi
Konsultasi dapat dilakukan kepada dokter Spesialis Anak

Kontrol
Observasi vital sign dan kejang selama dalam masa perawatan.

Rujukan
Rujukan dilakukan apabila:
- Kejang tidak membaik setelah diberikan antikonvulsan sampai lini ketiga (phenobarbital)
- Jika diperlukan pemeriksaan neuroimaging

Anda mungkin juga menyukai