Responsi KDK Diperbaiki
Responsi KDK Diperbaiki
PENDAHULUAN
Kejang yang berkaitan dengan demam adalah salah satu masalah pediatrik
yang umum terjadi. Membedakan antara kejang demam dengan kejang
simtomatik akut yang diakibatkan dari adanya infeksi pada sistem saraf pusat
ataupun kejang yang dipacu demam pada anak dengan epilepsi merupakan suatu
hal yang penting. Sindroma kejang demam sendiri didefinisikan sebagai kejang
yang memiliki kaitan dengan demam tanpa adanya infeksi sistem saraf pusat atau
ketidakseimbangan elektrolit akut pada anak.1
Kejang bisa terjadi pada bayi yang baru lahir dan pada anak-anak. Pada bayi
yang baru lahir, kejang bisa terjadi karena infeksi otak, trauma kepala, kekurangan
cairan, diare, dan kejang demam. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang
terjadi karena peningkatan suhu tubuh dengan cepat hingga >38 , dan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
2.2. Epidemiologi
Pada tahun 2002, insiden kejang demam 2,2-5% pada anak dibawah 5
tahun. Insiden yang terjadi menunjukkan bahwa pada anak laki-laki lebih sering
dari pada perempuan dengan perbandingan 1,2 1,6. Terdapat sekitar 62,2%
kemungkinan kejang demam berulang pada 90 anak yang mengalami kejang
demam sebelum usia 12 tahun, dan 45% pada 100 anak yang mengalami kejang
demam setelah usia 12 tahun. Sedangkan, pada tahun 2009, insiden kejang demam
terjadi terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3%
2
dari anak berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Muhammad Hoesin
Palembang pada tahun 2014, dari 185 penderita kejang demam yang menjadi
sampel, 104 orang (56,2%) di antaranya adalah laki-laki dan 81 orang (43,8%)
adalah perempuan. Dalam penelitian tersebut terdapat 164 orang (88,6%) yang
kejangnya berlangsung selama 15 menit, 16 orang (8,6%) yang kejangnya
berlangsung antara 16-29 menit, dan 5 orang (2,8%) yang kejangnya berlangsung
30 menit. Sebagian besar 3 (58,4%) mengalami kejang berulang. Dari penelitian
tersebut juga didapatkan 61 orang (33%) yang mengalami KDS dan 124 orang
(67%) yang mengalami KDK1,5,6.
2.3. Etiologi
Etiologi dan pathogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui
secara pasti akan tetapi umur anak, tinggi dan cepatnya peningkatan suhu
mempengaruhi terjadinya kejang demam. Faktor hereditas juga mempunyai peran
yaitu 8-22% anak yang mengalami kejang demam mempunyai orang tua dengan
riwayat kejang demam pada masa kecilnya.6
Demam sering disebabkan oleh berbagai penyakit infeksi seperti infeksi
saluran pernafasan akut, otitis media akut, gastroenteritis, bronkitis, infeksi
saluran kemih, demam tifoid, demam berdarah dengue dan lain sebagainya. Selain
itu, imunisasi DPT (pertusis) dan campak (morbili) juga dapat menyebabkan
kejang demam.6,7
2.4. Patofisiologi
3
membran. Penurunan potensial membran akan menyebabkan permeabilitas
membran terhadap ion Na+ akan meningkat, sehingga Na+ akan lebih banyak
masuk ke dalam sel. Selama srangan ini lemah, perubahan potensial membran
masih dapat dikompensasi oleh transpor aktif ion Na + dan ion K+, sehingga selisih
potensial kembali ke dalam keadaan istirahat. Perubahan potensial yang demikian
sifatnya tidak menjalar yang disebut dengan respon lokal. Bila rangsangan cukup
kuat, perubahan potensial dapat mencapai ambang tetap (firing level) maka
permeabilitas membran terhadap Na+ akan meningkat, sehingga timbul potensial
aksi. 12
Potensial aksi akan dihantarkan ke sel saraf berikutnya melalui sinap dengan
perantara zat kimia yang dikenal dengan neurotransmitter. Bila perangsangan
telah selesai, maka permeabilitas membran kembali dalam keadaan istirahat
dengan cara Na+ akan kembali ke luar sel dan K+ masuk ke dalam sel melalui
pompa Na-K yang membutuhkan ATP dari sintesa glukosa dan oksigen.12
4
kepekaan sel saraf sehingga muatan listrik akan terlepas. Lepas muatan listrik ini
demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel neuron maupun ke
membran sel sekitarnya sehingga timbul kejang fokal maupun kejang umum.12
Pada saat kejang demam akan timbul kenaikan konsumsi energy di otak,
jantung, otot, dan terjadi gangguan pusat pengaturan suhu. Demam akan
menyebabkan kejang bertambah lama sehingga kerusakan otak makin bertambah.
Demam dapat menimbulkan kejang melalui mekanisme sebagai berikut:12
a. Demam dapat menurunkan nilai ambang kejang pada sel-sel yang belum
matang atau imatur.
b. Timbul dehidrasi sehingga terjadi gangguan elektrolit yang
menyebabkan gangguan permeabilitas membran sel.
c. Metabolisme basal meningkat sehingga terjadi timbunan asam laktat dan
CO2 yang akan merusak neuron.
d. Demam meningkat Cerebral Blood Flow (CBF) serta meningkatkan
kebutuhan oksigen dan glukosa sehingga menyebabkan gangguan
pengaliran ion-ion keluar masuk sel.
2.5. Klasifikasi
Klasifikasi Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2004, kejang
demam dapat dibagi menjadi dua tipe antara lain sebagai berikut.9
5
lebih dari 15 menit, dengan jenis kejang fokal atau parsial satu sisi, atau
kejang umum yang didahului kejang parsial dan kejang berulang atau lebih
dari 1 kali dalam 24 jam.9
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau
kejang berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak tidak
sadar. Kejang lama terjadi pada 8% kejang demam. 9 Kejang fokal adalah
kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial.9
Kejang berulang adalah kejang yang terjadi 2 kali atau lebih dalam 24
jam, di antara 2 bangkitan kejang terdapat fase sadar. Kejang berulang
terjadi pada 16% dari jumlah total anak yang mengalami kejang demam.9
6
Didapatkan kelainan neurologis
EEG abnormal
Frekuensi kejang lebih dari 3 kali dalam satu tahun
Temperatur kurang dari 39o C
b. Kejang demam sederhana
Kejadiannya antara umur 6 bulan sampai dengan 5 tahun
Serangan kejang kurang dari 15 menit atau singkat
Kejang bersifat umum tonik atau klonik
Tidak didapatkan kelainan neurologis sebelum dan sesudah kejang
Frekuensi kejang kurang dari 3 kali / tahun
Temperatur lebih dari 39o C
c. Kejang demam berulang
Kejang demam timbul pada lebih dari satu episode demam
Gejala yang timbul saat anak mengalami kejang demam antara lain anak
mengalami demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi
secara tiba-tiba), kejang tonik-klonik atau grand mal, pingsan yang berlangsung
selama 30 detik sampai 5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang
mengalami kejang demam). Kejang dapat dimulai dengan kontraksi yang tiba-tiba
pada otot kedua sisi tubuh anak. Kontraksi pada umumnya terjadi pada otot wajah,
badan, tangan dan kaki. Anak dapat menangis atau merintih akibat kekuatan
kontaksi otot. Anak akan jatuh apabila dalam keadaan berdiri.10,11
7
pipinya tergigit, gigi atau rahangnya terkatup rapat, inkontinensia (mengeluarkan
air kemih atau tinja diluar kesadarannya), gangguan pernafasan, apneu (henti
nafas), dan kulit yang kebiruan. 10,11
3. Sulit bernapas
4. Busa di mulut
2.7. Diagnosis
8
o Riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam maupun tidak
disertai demam atau epilepsi)
o Riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi)
o Riwayat keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
o Trauma kepala
b Pemeriksaan fisik7
o Tanda vital terutama suhu
o Manifestasi kejang yang terjadi, misal: pada kejang multifokal
yangberpindah-pindah atau kejang tonik, yang biasanya menunjukkan
adanya kelainan struktur otak.
o Kesadaran tiba-tiba menurun sampai koma dan berlanjut
denganhipoventilasi, henti nafas, kejang tonik, posisi deserebrasi, reaksi
pupil terhadap cahaya negatif, dan terdapatnya kuadriparesis flasid yang
mengarahkan pada terjadinya perdarahan intraventikular.
o Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau mulase
kepalaberlebihan yang disebabkan oleh trauma.
o Ubunubun besar yang tegang dan menonjol menunjukkan adanya
peninggian tekanan intrakranial yang dapat disebabkan oleh pendarahan
subaraknoid atau subdural.
o Pada bayi yang lahir dengan kesadaran menurun, perlu dicari luka atau
bekas tusukan janin dikepala atau fontanel anterior yang disebabkan
karena kesalahan penyuntikan obat anestesi pada ibu.
o Terdapatnya stigma berupa jarak mata yang lebar atau
kelainankraniofasial yang mungkin disertai gangguan perkembangan
korteks serebri.
o Ditemukannya korioretinitis dapat terjadi pada toksoplasmosis,
infeksisitomegalovirus dan rubella.
o Tanda stasis vaskuler dengan pelebaran vena yang berkelok kelok di
retina terlihat pada sindom hiperviskositas.
o Transluminasi kepala yang positif dapat disebabkan oleh penimbunan
cairan subdural atau kelainan bawaan seperti hidrosefalus.
o Pemeriksaan umum penting dilakukan misalnya mencari adanya
sianosisdan bising jantung, yang dapat membantu diagnosis iskemia
otak.
o Pemeriksaan untuk menentukan penyakit yang mendasari
terjadinyademam (infeksi saluran pernafasan atas, otitis media akut,
gastroenteritis)
9
o Pemeriksaan refleks patologis
o Pemeriksaan tanda rangsang meningeal (menyingkirkan diagnosis
meningitis)
c Pemeriksaan laboratorium7,9
o Darah lengkap mencari penyebab demam.
o Elektrolit, glukosa darah menyingkirkan diare, muntah, hal lain yang
dapat mengganggu keseimbangan elektrolit atau gula darah.
Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal mencari gangguan metabolisme.
o Kadar TNF alfa, IL-1 alfa & meningkat pada ensefalitisil-6 pada CSS
akut/ensefalopati.
d Pemeriksaan penunjang7,9
o Lumbal pungsi: dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis. Indikasi dilakukannya lumbal pungsi adalah
terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal, terdapat kecurigaan
adanya infeksi sistem saraf pusat, dan dipertimbangkan pada anak
dengan kejang disertai demam yang sebelumnya sudah mendapatkan
antibiotik dimana penggunaan antibiotik tersebut dapat mengaburkan
tanda dan gejala meningitis. Saat ini pemeriksaan lumbal pungsi tidak
dilakukan secara rutin pada anak berumur kurang dari 12 bulan yang
mengalami KDS dengan keadaan umum baik.7
o EEG: tidak diperlukan untuk pasien kejang demam kecuali apabila
bangkitan kejang yang dialami bersifat fokal.7
o CT-scan atau MRI tidak rutin dilakukan pada pasien KDS. Pemeriksaan
tersebut hanya dilakukan apabila didapatkan indikasi tertentu, seperti
kelainan neurologis fokal yang menetap, misalnya hemiparesis atau
paresis nervus kranialis.7
10
Kejang
NO Kriteria Banding Epilepsi Meningitis
Demam
1 Demam Pencetusny Tidak berkaitan Salah satu
a demam dengan demam gejalanya demam
2 Kelainan otak (-) (+) (-)
3 Kejang berulang (+) (+) (+)
4 Penurunan Kesadaran (+) (-) (+)
2.9. Penatalaksanaan
Langkah paling efektif yang dapat diambil pada saat pasien mengalami
kejang adalah dengan memberikan diazepam rektal. Pemberian diazepam rektal
sangat mudah sehingga dapat dilakukan oleh orang tua pasien di rumah. Dosis
diazepam rektal yang diberikan adalah 0,5 0,75 mg/kg BB/kali. Untuk
mempermudah pemberian, dosis diazepam yang disarankan adalah 5mg untuk
anak dengan berat badan kurang dari 12 kg dan 10 mg untuk berat badan 12 kg
atau lebih. Apabila kejang belum berhenti, pemberian diazepam rectum dengan
11
dosis yang sama dapat diulang dengan jarak waktu pemberian 5 menit dengan
maksimum pemberian 2 kali.7,10
Pengobatan saat demam pada anak dengan riwayat kejang demam tidak
hanya obat antipiretik namun juga ditambahkan obat antikonvulsan. Walaupun
belum ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik dapat menurunkan risiko
terjadinya kejang demam, dokter neurologi anak di Indonesia sepakat bahwa
antipiretik tetap dapat diberikan. Antipiretik yang dapat diberikan adalah
parasetamol 10 15 mg/kg BB/ kali diberikan tiap 4 6 jam. Selain itu dapat pula
diberikan ibuprofen sebanyak 5 10 mg/kg BB/ kali 3 4 kali sehari.7,10
12
atau lebih). Diazepam tersebut diberikan sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis
maksimal 7,5 mg/kali.Diazepam tersebut diberikan selama 48 jam pertama
demam. Namun, dosis tersebut dianggap cukup tinggi sehingga dapat
menyebabkan ataksia, iritabilitas, dan sedasi yang cukup berat pada 25 39%
kasus.7,10
- Kejang fokal
- Kejang dengan durasi lebih dari 15 menit
- Terdapat kelainan neurologis yang nyata baik sebelum maupun sesudah
kejang, seperti palsi serebral, hidrosefalus, dan hemiparesis
2.10. Prognosis
a Kecacatanatau Kelainan Neurologis
13
Hingga saat ini, kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam
tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap
normal pada pasien yang sebelumnya normal. Terdapat penelitian retrospektif
yang melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, namun kelainan
ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik
umum atau fokal.7
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko
berulangnya kejang demam adalah:7
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah
80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya
kejang demam hanya 1015%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling
besar pada tahun pertama.7
14
d Kemungkinan mengalami kematian
Kematian sebagai akibat kejang demam sampai saat ini tidak pernah
dilaporkan.7
Edukasi terhadap orang tua dari pasien dengan kejang sangatlah penting
karena orang tua pada umumnya akan merasa takut ketika melihat anaknya
kejang. Maka dari itu, pemberian edukasi merupakan hal yang sangat penting
untuk mengurangi kecemasan orang tua, yaitu dengan cara:7,10
15
Sejauh ini tidak ada kontraindikasi untuk melakukan vaksinasi terhadap
anak dengan riwayat kejang demam. Kejang setelah demam karena vaksinasi
sangat jarang. Angka kejadian kejang demam pascavaksinasi DPT adalah 6
9kasus per 100.000 anak yang divaksinasi, sedangkan setelah vaksinasi MMR 25
34 per 100.000 anak.Dianjurkan untuk memberikan diazepam intermiten dan
parasetamol profilaksis.7
16
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Nama : AADR
TanggalLahir : 7 Desember 2015
Umur : 10 bulan 5 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Tukad Pancoran gang 2X Lestari No.
25 Denpasar
No.CM : 16044059
TanggalMRS : 12 Oktober 2016 pukul 10.40 WITA
17
tiba di UGD RSUP Sanglah, pasien masih mengalami demam dengan suhu
aksila 38,2oC.
Pasien juga mengeluhkan batuk dan pilek. Batuk dan pilek dirasakan
sejak 3 hari SMRS. Batuk berdahak disangkal oleh pasien. Sekret yang
keluar berwarna jernih dengan konsistensi encer. Keluhan mual, muntah,
dan BAB cair disangkal oleh orang tua pasien. Pasien terakhir kali BAK
sesaat sebelum berangkat ke RSUP Sanglah. Nafsu makan dan minum
dikatakan menurun semenjak sakit. Riwayat keluar cairan dari telinga
disangkal.
Pasien merupakan anak tunggal dan tinggal bersama kedua orang tua
dan neneknya. Seluruh anggota keluarga di rumah dikatakan sehat.
18
BCG : 1x
Hepatitits B : 4x
Polio : 4x
DPT : 3x
HiB : 3x
Campak : 1x
3.2.6.3 RiwayatNutrisi
3.2.6.5 RiwayatOperasi/Transfusi/Alergi
19
Kesadaran : E4V3M4 (11/11)
Mata : Anemis -/-, ikterus -/-, refleks pupil +/+ isokor, cowong(-),
air mata(+)
THT
Hidung : Nafas cuping hidung (-), sekret (+) warna bening encer
Leher
20
Cor:
Edema - -
- -
21
555/555 N/N N/N
3.5 Penatalaksanaan
- MRS
3.6 Planning
a. Planning Diagnosis
- Darah lengkap
- Elektrolit
b. Plaaning Monitoring
- Kejang
22
- Kesadaran
3.7 Prognosis
- Dubius ad bonam
Follow UP Pasien
Tanggal S O A P
13/10/ Kejang (-), GCS : E4V3M4 Kejang Kebutuhan cairan
2016 demam (-), PR: 110 kali/menit demam 750 ml/hari,
mual (-), RR : 30x/menit kompleks IVFD Dextrose
muntah (-) Suhu : 36,9 C + gizi normal salin 30
Mata : anemis (-), baik + tetes makro per
ikterus (-) Rhinofari menit
THT : secret (-) ngitis Diet bubur 3 x 1
Thorax: Simetris Akut Phenobarbital 5
Cor : S1S2 normal, mg/kg/hari~38
regular, murmur (-) mg dibagi ke
Pulmo : Vesikuler +/+, dalam 2 dosis ~
Rhonki -/-, Wheezing 20 tetes makro
-/- per menit
Abdomen : distensi (-), Paracetamol 10
bising usus normal mg/kg/hari ~75
Ekstremitas : hangat mg (3,5 ml) oral
(+), edema (-), CRT < 2 tiap 4 jam
detik Pseudoepedrin 1
mg/kg/kali tiap 8
jam (oral)
Monitoring :
23
Kesadaran, tanda
vital, kejang
24
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien juga mengeluhkan batuk dan pilek. Batuk dan pilek dirasakan
sejak 3 hari SMRS. Batuk berdahak disangkal oleh pasien. Sekret yang keluar
berwarna jernih dengan konsistensi encer. Keluhan mual, muntah, dan BAB cair
disangkal oleh orang tua pasien. Pasien terakhir kali BAK sesaat sebelum
berangkat ke RSUP Sanglah. Nafsu makan dan minum dikatakan menurun
semenjak sakit. Riwayat keluar cairan dari telinga disangkal.
25
kelompok umur yang mengalami prevalensi kejang demam yakni terjadi pada 2-
4% anak berumur 6 bulan 5 tahun. Keluhan subjektif yang diperoleh juga
sesuai dengan teori kejang demam yaitu bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh diatas 38C (diukur melalui metode pengukuran suhu
apapun) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Dimana pasien
mengalami demam tinggi dengan suhu aksila 38,2oC lalu mengalami kejang.
Pasien mengalami kejang dengan durasi lebih dari 15 menit sesuai dengan ciri
kejang demam kompleks yaitu kejang lama >15menit, berulang atau lebih dari 1
kali dalam 24 jam dan kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum
didahului kejang parsial.
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien, ditemukan status
present keadaan umum pasien masih tampak sakit sedang, nadi: 128x/menit,
reguler, isi cukup, RR: 30x/menit, Tax: 38,2 C, BB: 7,6 kg, PB: 69 cm, BBI : 8
kg, dan Status Gizi: 95% (Gizi baik ~ Waterlow). Dari pemeriksaan THT,
didapatkan pada hidung terdapat secret berwarna bening dengan konsistensi
encer. Sedangkan pada tenggorokan didapatkan hiperemis pada faring.
Pemeriksaan fisik kepala, mata, leher, thoraks, ektremitas, genitalia eksterna,
anus dan kulit juga dalam batas normal. Reflex fisiologis dedapatkan pada
keempat ekstrimitas dan tanda perangsangan meningeal, kernig sign, brudzinski
I/II serta kaku kuduk tidak ditemukan. Hasil pemeriksaan fisik yang ditemukan
pada pasien juga mengarahkan diagnosis ke arah kejang demam kompleks + gizi
baik + rinofaringitis akut.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini berupa MRS,
kebutuhan cairan 750 ml/hari, diberikan infus D5 NS 30 tetes per menit,
kebutuhan energi 825 kkal/hari, protein 15 gram/hari, diet bubur 3x1 porsi.
Selain itu, pada pasien diberikan pula antikonvulsan berupa phenobarbital IM
loading dose 50 mg. Dilanjutkan dengan pemberian fenobarbital 12 jam
kemudian dengan dosis 8 mg/kg BB/ hari ~ 60,8 mg dibagi ke dalam 2 dosis ~
30 mg tiap 12 jam (oral). Lalu dilanjutkan 5 mg/kg BB/hari ~ 38 mg dibagi ke
dalam 2 dosis ~ 20 mg tiap 12 jam (oral). Paracetamol 10 mg/kg/kali ~ 75 mg,
3,5 ml (oral) tiap 6 jam bila suhu > 38OCdan kompres hangat. Pseudoepedrin 1
mg/kg/kali tiap 8 jam per oral. Pemilihan terapi atau tata laksana yang diberikan
26
pada pasien ini sudah tepat.
Pemeriksaan penunjang yang disarankan untuk pasien ini adalah
pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit. Monitoring tanda vital, keluhan,
kejang, dan kesadaran. Pada pasien ini tergolong dubius ad bonam karena pasien
sudah mendapat penanganan dengan cepat sebelum munculnya komplikasi,
terlihat dari keadaan umum pasien sudah membaik.
27
BAB V
SIMPULAN
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh di
atas 38C (diukur melalui metode pengukuran suhu apapun) yang disebabkan oleh
suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering terjadi pada anak berumur 6
bulan 5 tahun. Semua jenis infeksi bersumber di luar susunan saraf pusat yang
menimbulkan demam dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling
sering menimbulkan kejang demam adalah infeksi saluran pernafasan atas
terutama tonsillitis dan faringitis, otitis media akut, gastroenteritis akut, exantema
subitum dan infeksi saluran kemih. Selain itu, imunisasi DPT (pertusis) dan
campak (morbili) juga dapat menyebabkan kejang demam.1,2,5,6
Kejang demam dapat dibagi menjadi dua tipe anatar lain Kejang Demam
Sederhana atau disebut juga dengan simple febrile seizure atau KDS adalah kejang
demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, umumnya akan berhenti
sendiri, kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal, tidak
berulang dalam waktu 24 jam dan Kejang Demam Kompleks atau complex febrile
seizure atau KDK adalah kejang demam dengan kejang lama > 15 menit, kejang
fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial dan
berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.3,4,5
Diagnosis kejang demam hanya dapat ditegakkan dengan menyingkirkan
penyakit-penyakit lain yang dapat menyebabkan kejang. Diperlukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang yang
menyeluruh untuk menegakkan diagnosis ini. Penatalaksanaan kejang demam
dibagi menjadi pengobatan pada saat kejang, pengobatan rumatan, dan
pengobatan intermiten berupa antipiretik dan antikonvulsan pada saat kejang.7,8,9
28