Farmako Implikasi
Farmako Implikasi
BAB I
PENDAHULUAN
Diare seringkali dianggap penyakit yang biasa dan sering dianggap sepele
penanganannya. Pada kenyataanya diare dapat menyebabkan gangguan sistem
ataupun komplikasi yang sangat membahayakan bagi penderita. Beberapa di
antaranya adalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, shock hipovolemia,
gangguan berbagai organ tubuh, dan bila tidak tertangani dengan baik dapat
menyebabkan kematian. Dengan demikian menjadi penting bagi perawat untuk
mengetahui lebih lanjut tentang diare, dampak negative yang ditibulkan, serta
upaya penanganan dan pencegahan komplikasinya.
B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada penulisan makalah ini adalah :
BAB II
LANDASAN TEORI
Kolon atau usus besar terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan
sigmoid yang bermuara di rektum dan anus. Arteri yang memperdarahi usus besar
meliputi eteri mesenterika superior (untuk kolon bagian kanan), arteri mesenterika
inferior (untuk kolon bagian kiri), serta arteri hemoroidales. Sistem saraf yang
mempengaruhi kerja usus besar adalah sisten saraf otonom kecuali spingter
eksterna oleh sistem saraf volunter.
Fungsi usus besar yang paling penting adalah absorpsi air dan elektrolit yang
sebagian besar berlangsung di usus besar bagian kanan, fungsi sigmoid sebagai
reservoir untuk dehidrasi massa feses sampai defekasi berlangsung. Sekresi kolon
merupakan mukus dan HCO3, mukus bekerja sebagai pelumas dan melindungi
mukosa kolon sedangkan HCO3 berperan dalam kestabilan jumlah bakteri dalam
kolon dan menjaga tingkat keasaman dalam kolon, pada peradangan usus,
peningkatan sekresi mukus yang banyak sekali mungkin bertanggung jawab akan
kehilang protein dalam feses, juga menyebabkan kehilangan HCO3 yang
bertanggung jawab terhadap sebagian gangguan keseimbangan asam basa.
Bakteri dalam kolon melakukan banyak fungsi yaitu mensintesis vitamin K dan
beberapa vitamin B, serta melakukan pembusukan sisa makanan yang tidak bisa
diabsorpsi usus halus. Selama proses pembusukan dihasilkan berbagai peptida,
indol, skatol, fenol dan asam lemak serta beberapa gas (amonia, H2, H2S, dan
CH4). Sebagian zat-zat ini dibuang bersama feses dan yang lainnya diabsorpsi dan
ditransfor ke hati untuk diubah menjadi senyawa yang kurang toksik dan diekskresi
melalui urin.
2. DIARE
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari.
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja, dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer
lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja. Menurut
C.L Betz, dan L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya
inflamasi mukosa lambung atau usus. Menurut Suradi, dan Rita (2001), diare
diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit
secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih
dengan bentuk encer atau cair.
Enteritis adalah infeksi yang disebabkan virus maupun bakteri pada traktus
intestinal (misalnya kholera, disentri amuba). Diare psikogenik adalah diare yang
menyertai masa ketegangan saraf / stress.
A. Etiologi Diare
b. Faktor parenteral : infeksi di bagian tubuh alin (OMA sering terjadi pada anak-
anak)
B. Patofisiologi
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah adanya peningkatan bising usus
dan sekresi isi usus sebagai upaya tubuh untuk mengeluarkan agen iritasi atau
agen infeksi. Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding
usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare dan
absorpsi air serta elektrolit terganggu. Sebagai homeostasis tubuh, sebagai akibat
dari masuknya agen pengiritasi pada kolon, maka ada upaya untuk segera
mengeluarkan agen tersebut. Sehingga kolon memproduksi mukus dan HCO3 yang
berlebihan yang berefek pada gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan
air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa, gangguan
gizi, dan gangguan sirkulasi darah.
C. Manifestasi klinis
e. Bisa ada darah dan mukus (lendir) dalam feses (misalnya pada disentri
amuba)
Menurut Bongard (2002), ada 5 komplikasi utama yang muncul pada kasus diare,
yaitu:
a. Dehidrasi
Ringan (kehilangan cairan < 20% volume darah); pasien mengeluhkan perasaan
dingin, perubahan tekanan darah dan nadi, kulit pucat, dingin, lembab, flat neck
veins, urin pekat
Sedang (defisit 20-40 % dari volume darah); pasien mengaluh haus, tekanan darah
turun pada posisi supine, oliguria.
Berat (defisit cairan >40 % volume darah); pasien tampak gelisah, lemah, bingung,
obtune,tekanan darah rendah dan nadi tak teraba, takhipnea, jika progres berlanjut
terjadi cardiac arrest.
c. Kejang
d. Bakteriemia
e. Malnutrisi
E. Penatalaksanaan
a. Banyak minum
b. Rehidrasi perinfus
f. Tintura opium dan paregorik untuk mengatasi diare (atau obat lain)
j. Cegah komplikasi
Pemilihan dan pengkajian vena yang hati-hati adalah penting untuk prosedur yang
berhasil. Pemilihan tersebut adalah
Pilih vena yang cukup besar untuk memungkinkan aliran darah yang adekuat
Pastikan bahwa lokasi yang dipilih tidak akan mengganggu aktifitas pasien
sehari-hari.
Cuci tangan
Pasang tourniquet
Fiksasi vena; letakan ibu jari anda diatas vena untuk mencegah pergerakan
dan untuk meregangkan kulit melawan arah penusukan
Tusuk vena
Bereskan alat
Cuci tangan
1) Larutan isotonik
Larutan isotonik digunakan untuk menambah volume CES. Larutan ini mengandung
konsentrasi larutan yang sama dengan cairan tubuh dan menghasilkan tekanan
osmotik yang sama dengan CES dalam keadaan normal atau stabil.
Larutan NaCl 0,9%, RL, dan dextrose 5% semua berfungsi sebagai larutan isotonik.
Jika larutan isotonik diinfuskan kedalam sistem intravaskuler, volume cairan
meningkat. Satu liter larutan isotonik menambah CES dengan satu liter, tiga liter
cairan isotonik diperlikan untuk mengganti 1 liter darah yang hilang.
2) Larutan hipotonik
Karena larutan ini dapat menyebabkan komplikasi yang serius, pasien dan infus
harus dipantau dengan teliti. NaCl 0,45% dan 0,3% memberikan air, natrium dan
klorida bebas untuk membantu ginjal dalam mengekskresi solut.
3) Larutan hipertonik
Larutan hipertonik menghasilkan tekanan osmotik yang lebih besar daripada CES,
digunakan untuk menggeser CES ke dalam plasma darah dengan melakukan difusi
cairan dari jaringan untuk menyamakan solut dalam plasma. Kelebihan cairan
hipertonik yang cepat dapat menuebabkan kelebihan (overload) sirkulasi dan
dehidrasi. Cairan IV hipertonik adalah Dextrose 5% dalam NaCl 0,9%, dekstrose 5%
dalam RL, dextrose 10% dan yang lebih besar lagi.
Perhitungan kecepatan aliran perlu untuk melengkapi pemberian cairan dan obat-
obat IV yang aman.
Hal yang perlu diperhatikan; voluke cairan yang diinfuskan, waktu infus total,
kalibrasi set pemberian yang digunakan (jumlah tetesan/ml dalam paket infuset),
menggunakan rumus sebagai berikut
60 mnt
K pelarut (ml)
x BB x (N H) N; nilai normal
Koreksi natrium
513
513
3. Proses Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan
masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi,
pemeriksaan fisik.
b. riwayat kesehatan
c. pemeriksaan fisik
secara umum fokus pengkajian pada pasien dengan gangguan cairan pada diare
meliputi;
tanda-tanda vital, pada kondisi diare TD turun, HR naik, RR naik, S bisa naik bisa
turun
edema, pada diare akut jarang terjadi edema, namun pada diare kronis kadang
ditemukan edema ekstrimitas karena kehilangan perotein
Nausea
Defisit pengetahuan
b. keseimbangan cairan; TD normal, MAP normal, nadi teraba, tidak haus, intake
output dalam 24 jam seimbang, turgor baik.
c. Rehidrasi
d. status respirasi; pertukaran gas ; RR dan irama respirasi dalam batas normal
2. nausea
3. tidak efektifnya ferpusi jaringan; capillary refill time < 3, akral tidak dingin,
nadi perifer kuat, sadar, tidak gelisah
4. defisit pengetahuan
pasang infus isotonis kristaloid, berikan cairan sesuai kebutuhan, awasi dan
catat keseimbangan I-O, pasang kateter urine, anjurkan banyak minum yang
mengandung elektrolit
Modifikasi perilaku dan jenis makanan (rendah serat tinggi kalori tinggi
protein)
C. Evaluasi
Stage
Kreatinin
Output urine
risk
1,5 x
injuri
2x
fail
3x
loss
endstage
b. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Hal yang harus dipertimbangkan selama periodik dari keseluruhan sistem infus :
BAB III
CONTOH KASUS
Klien datang ke UGD dengan keluahan BAB mencret > 6 x dalam sehari, mual, sakit
perut, badannya terasa lemes, keluhannya sudah berlangsung 2 hari. Menurut
istrinya, sehari sebelum kejadian klien berbuka puasa dengan es buah yang dibeli di
dekat rumahnya. Pada saat dibawa ke RS klien klien tampak pucat, badannya
lemes, tubuhnya teraba dingin. Pada saat diukur tekanan darahnya 80/50 mmHg,
klien tampak sesak, RR 35 x/mnt, nadi 130 x/mnt, turgor 6, pada saat dipasang
kateter urine, didapat urin 100 cc.
A. Pengkajian
2) Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Klien mengeluh BAB mencret > 6 x dalam satu hari, perut terasa mules
Riwayat kesehatan
Pada saat pengkajian klien tampak lemes, gelisah, menurut istrinya dua hari yang
lalu klien mengeluh BAB mencret sampai >6x/hr dan mual, tapi klien tetap ingin
berpuasa. Sehari sebelumnya klien berbuka puasa dengan es buah yang dibeli di
dekat rumahnya.pada saat dibawa ke RS klien klien tampak pucat, badannya lemes,
bicara ngelantur, tubuhnya teraba dingin.
3) .Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
TD : 80/50 mmHg
RR : 35 x/mnt
Suhu : 35,4 c
4) Data Penunjang
Hb : 14 /dl
Hematokrit : 50 %
Na : 130 mEq/lt
5) Analisa Data
Data
Etiologi
Masalah keperawatan
- Riwayat mual
- Turgor (6)
- Diuresis 5 cc/jam
Hematokrit 50 %
- Na 130 mEq/lt
- K 3,0 mEq/lt
- TD 80/50 mmHg
- kesadaran delirium
- GCS 15
- Gelisah
- TD 80/50 mmHg
- HR 130 x/mnt
6) Data Obat-obatan
Ondancentron 3 x 1 ampul
Infus RL 104 cc/jam
Aspar k 2 x 1 tablet
C. Perencanaan
DP
Tujuan
intervensi
- TD >100/60
- HR 60-80 x/
- S 36-37c
- Tugor < 3
- Bibir lembab
- Na 135-145 mEq/L
- K 3,5-5 mEq/L
- Ureum < 45 /dl
Ak akral hangat
- Tidak sianosis
- AGD normal
- GCS 15
- Tidak gelisah
- ObObservasi TTV
- - Periksa Na, K
Oo - bsservasi respirasi
- - Cek AGD
- - Posisi supine
- - Observasi kesadaran
D. Pelaksanaan
Intake cairan normal pada orang dewasa (Fundamental of Nursing , ); air dari
minum 1500 cc, air dari makanan 700 cc, air yang terhirup dengan oksigen 200 cc.
Kehilangan cairan dari tubuh; dari kulit 300 400 cc, paru-paru 300 400 cc,
saluran cerna 200 cc, ginjal 1200 1500 cc.
Pada kasus diare, terjadi kehilangan cairan ekstra sel dan penurunan fungsi
absorpsi elektrolit seperti Na, K, HCO3, Ca, dan sejumlah nutrisi sehingga
membutuhkan jenis cairan isotonis untuk mengganti kehilangan tersebut. Berikut
adalah komposisi cairan infuse isotonis.
Jenis infus
Komposisi (mEq)
77 Na+ , 77 Cl
38 Na+ , 38 Cl
Dextrose 5% in water
Dextran 70% in NS
Pada kasus diare terjadi kehilangan cairan ekstra sel dan beberapa elektrolit
sehingga dipilih RL untuk menggantikan kehilangan tersebut. RL mengandung Na+
130 mEq, K+ 4 mEq, Ca++, 109 Ci , dan 28 lactat. Selain mengandung elektrolit
juga mengandung laktat. Laktat bisa dirubah menjadi virupat oleh hati dan
menghasilkan ATP, sehingga bisa memenuhi kebutuhan energi.
Tujuan terapi intravena adalah memberikan cairan dalam jumlah besar secara cepat
kepada pasien untuk mengatasi kehilangan cairan yang serius dan disebabkan oleh
dehidrasi berat. Menurut WHO (1992) bagian pertama cairan intravena (30
ml/kgBB) diberikan dengan cepat (dalam waktu 60 menit untuk bayi < 12 bulan, 30
menit untuk anak dan dewasa). Sisa dari cairan 70ml/kgBB diberikan dengan lebih
lambat untuk melengkapi rehidrasi dalam waktu 3 jam (6 jam untuk bayi).
A. Rencana pengobatan A (untuk mengobati diara di rumah)
1) Berikan cairan yang lebih banyak daripada biasanya kepada anak untuk
mencegah terjadinya dehidrasi; oralit, cairan rumah tangga (sop, air beras,
yoghurt), air putih. Teruskan sampai diare berhenti.
2) berikan makanan yang banyak kepada anak untuk mencegah malnutrisi; ASI,
PASI, atau makanan padat
umur
< 24 bulan
50 100 ml
500 ml/hr
2-10 tahun
100 200 ml
1000 ml/hr
10 th / >
Sebanyak yang diinginkan
2000 ml/hr
umur
< 4 bln
4-11 bln
12 23 bln
2 4thn
5 14 thn
15 thn / >
Berat
< 5 kg
5-7,9 kg
8-10,9 kg
11-15,9 kg
16-29,9 kg
30 kg / >
Dalam ml
200 - 400
400 600
600 - 800
800 - 1200
1200 - 2200
2200 - 4000
Gunakan umur pasien bila tidak mengetahui berat badan. Jumlah oralit yang
dibutuhkan dapat dihitung dengan : BB (kg) x 75.
Bagan penatalaksanaan diare
Periksa
Keadaan umum
Sehat aktif
Mata
Normal
Cekung
Air mata
Ada
Tidak ada
Tidak Ada
Basah
kering
Sangat kering
Rasa haus
Tetapkan
Bila pasien mempunyai duaatau lebih tanda-tanda tersebut, termasuk paling sedikit
satu dari tanda yang ditulis miring, maka terdapat dehidrasi sedang
Bila pasien memiliki dua atau lebih tanda-tanda tersebut, termasuk paling sedikit
satu tanda yang ditulis miring, maka terdapat dehidrasi berat
tindakan
4. Level fungsi ginjal; diuresis 0,5 1 cc/kgBB/jam, ureum < 43, kreatinin <1
5. Level elektrolit; Na+ 135 145 mEq/L, K+ 3,5 5 mEq/L, Ca++ 4,7 9 mEq/L
a) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien
dan peningkatan peristaltik usus.
e) Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru
Rencana Keperawatan
Dx.1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi
nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
Rasional
Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera
mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan
Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan
peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera
mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan.
Tujuan : Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal
Intervensi
Rasional
Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan
perawatan kulit
Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme
traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis
Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik
nyeri, petunjuk verbal dan non verbal
Intervensi
Rasional
Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik
tentang mekanisme koping yang tepat.
Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam
membantu klien.
Intervensi
Rasional
Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar
belakang pengetahuan sebelumnya.
Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta
efek samping yang mungkin timbul
Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.
Dx. 6 : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru
Intervensi
Rasional
Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam
perawatn yang dilakukan
Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain sesuai dengan ingkat perkembangan
klien
BAB IV
KESIMPULAN
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau
lendir dalam tinja akibat imflamasi mukosa lambung atau usus sehingga terjadi
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan.
Sebagai akibat dari berkurangnya absorpsi cairan dan elektrolit di usus besar, maka
muncul beberapa masalah keperawatan dari diare ini, diantaranya adalah adanya
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit; kurang daru kebutuhan dan nausea.
f. Tintura opium dan paregorik untuk mengatasi diare (atau obat lain), misal
carboadsorben
h. Cegah komplikasi
DAFTAR PUSTAKA
A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI
Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4,
EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.
Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
Whaley & Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda
company, USA.
Berbagi
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Beranda
U know me??
Foto Saya
Nova adelia