KONSEP DASAR
A. Definisi
progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah
nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak
akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap. Penyebab termasuk
melalui tahap dan menghasilkan perubahan utama pada semua sistem tubuh.
ginjal kronik adalah gangguan fungsi renal yang irreversible dan berlangsung
7
lambat sehingga ginjal tidak mampu mempertahankan metabolisme tubuh dan
B. Etiologi
nefropati
tubulus ginjal
amiloidosis
uretra)
8
C. Anatomi dan fisiologi ginjal
1. Anatomi ginjal
Anatomi ginjal menurut price dan Wilson (2005) dan Smletzer dan
terletak pada kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih
rendah dibandingkan ginjal kiri karena tekanan ke bawah oleh hati. Katub
atasnya terletak setinggi iga kedua belas. Sedangkan katub atas ginjal kiri
dilindungi oleh iga dan otot-otot yang meliputi iga, sedangkan anterior
dilindungi oleh bantalan usus yang tebal. Ginjal kiri yang berukuran
normal biasanya tidak teraba pada waktu pemeriksaan fisik karena dua
pertiga atas permukaan anterior ginjal tertutup oleh limfa, namun katub
bawah ginjal kanan yang berukuran normal dapat diraba secara bimanual.
9
Ginjal terbungkus oleh jaringan ikat tipis yang dikenal sebagai
ginjal melalui arteri renalis dan keluar dari dalam ginjal melalui vena
renalis. Arteri renalis berasal dari aorta abdominalis dan vena renalis
beratnya sekitar 150 gram. Permukaan anterior dan posterior katub atas
dan bawah serta tepi lateral ginjal berbentuk cembung sedangkan tepi
lateral ginjal berbentk cekung karena adanya hilus. Gambar anatomi ginjal
10
Apabila dilihat melalui potongan longitudinal, ginjal terbagi
menjadi dua bagian yaitu korteks bagian luar dan medulla di bagian dalam.
perluasan ujung pelvis ginjal yang disebut kaliks minor dan bersatu
sekitar satu juta pada setiap ginjal yang pada dasarnya mempunyai struktur
dan fungsi yang sama. Setiap nefron terdiri dari kapsula bowmen yang
11
lengkung henle dan tubulus kontortus distal yang mengosongkan diri ke
kapiler dan kapsula bowman dan ruang yang mengandung urine ini
bowman dilapisi oleh sel - sel epitel. Sel epitel parielalis berbentuk gepeng
dan membentuk bagian terluar dari kapsula, sel epitel veseralis jauh lebih
besar dan membentuk bagian dalam kapsula dan juga melapisi bagian luar
dari rumbai kapiler. Sel viseral membentuk tonjolan - tonjolan atau kaki -
bebas dari kontak antar sel epitel. Daerah - daerah yang terdapat diantara
12
Vaskilari ginjal terdiri dari arteri renalis dan vena renalis.setiap
arteriola interlobaris yang tersusun oleh parallel dalam korteks, arteri ini
13
Darah yang mengalir melalui system portal akan dialirkan ke
dalam jalinan vena menuju vena intelobaris dan vena renalis selanjutnya
mencapai vena kava inferior. Ginjal dilalui oleh darah sekitar 1.200 ml
2. Fisiologi ginjal
a. Fungsi ginjal
diantaranya adalah :
rentang normal.
darah.
14
3) Metabolism vitamin D menjadi bentuk aktifnya.
4) Degradasi insulin.
5) Menghasilkan prostaglandin.
disebut filtrate. Filrat terdiri dari air, elektrolit dan molekul kecil
15
Sebagian substansi seperti glukosa normalnya akan diabsorbsi
kembali seluruhnya dalam tubulus dan tidak akan terlihat dalam urine.
asam urat.
gula, urea dan zat bermolekul besar (protein dan sel darah)
filtrat ini terlarut zat yang masih berguna bagi tubuh maupun zat
yang tidak berguna bagi tubuh, misal glukosa, asm amino dan
garam-garam.
reabsornsi aktif ion Na+ dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Di tempat
16
glukosa dan protein lagi, selanjutnya akan disalurkan ke tubulus
17
Fungsi lain dari ginjal yaitu memproduksi renin yang berpperan
tekanan darah naik maka sel - sel otot polos mengurangi pelepasan
18
D. Patofisiologi
akhirnya akan terjadi kerusakan nefron. Bila nefron rusak maka akan terjadi
penurunan laju filtrasi glomerolus dan terjadilah penyakit gagal ginjal kronik
yang mana ginjal mengalami gangguan dalam fungsi eksresi dan dan fungsi
stimulasi produksi sel darah merah oleh sumsum tulang menyebabkan produk
19
menyebabkan perpisahan air dan natrium sehingga status uremik memburuk.
metabolism. Kadar kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan timbal balik.
Jika salah satunya meningkat maka fungsi yang lain akan menurun. Dengan
paratiroid, tetapi gagal ginjal tubuh tidak dapat merspons normal terhadap
2007).
20
E. Menifestasi klinis
Bare (2001), Lemine dan Burke (2000) dapat dilihat dari berbagai fungsi
pericardial.
tidak umum karena pengobatan dini dan agresif, kulit kering, bersisik,
ecimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar, memar (purpura).
21
kaki, perubahan tingkah laku, kedutan otot, tidak mampu berkonsentrasi,
perdarahan.
glukosa.
12. Manifestasi pada proses metabolic yaitu peningkatan urea dan serum
22
F. Stadium gagal ginjal kronik
1. Pembagian stadium gagal ginjal kronik menurut Smletzer dan Bare (2001)
a. Stadium I
yang paling ringan, dimana faal ginjal masih baik. Pada tahap ini
laboratorium faal ginjal masih dalam batas normal. Selama tahap ini
kreatinin serum dan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) dalam batas
kemih yang lama atau dengan mengadakan test GFR yang teliti.
b. Stadium II
Stadium II ini disebut dengan Insufiensi ginjal, pada tahap ini lebih
dari normal, kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal.
protein dalam diit. Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai
poliuria, perbandingan jumlah kemih siang hari dan malam hari adalah
3:1 atau 4:1, bersihan kreatinin 10-30 ml/menit. Poliuria akibat gagal
23
ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang terutama menyerang
ginjal diantara 5 %-25 % . faal ginjal jelas sangat menurun dan timbul
c. Stadium III
Stadium ini disebut gagal ginjal tahap akhir atau uremia, timbul
karena 90% dari massa nefron telah hancur atau sekitar 200.000
nefron yang utuh, Nilai GFR nya 10% dari keadaan normal dan kadar
akhir gagal ginjal, penderita mulai merasakan gejala yang cukup parah
24
2. Sedangkan tahap cronic kidney disease (CKD) menurut
> 90 ml/menit/1,73 m.
G. Penatalaksanaan Medis
Chlorothiazide (Diuril).
Sulfanat.
25
f. Osteodistoofi diatasi dengan Dihidroksiklkalsiferol, alumunium
hidroksida.
2. Intervensi diet yaitu diet rendah protein (0,4-0,8 gr/kgBB), vitamin B dan
(dilantin).
7. Transplantasi ginjal.
26
H. Komplikasi
(2001) yaitu :
rennin-angiostensin-aldosteron
I. Asuhan Keperawatan
1. Fokus Pengkajian
penderita gagal ginjal kronik menurut Doeges (1999), Le Mone & Burke
(2000) dan Smeltzer dan Bare (2001) ada berbagai macam, meliputi :
27
a. Demografi
dan sumber air tinggi kalsium beresiko untuk gagal ginjal kronik,
obstruktif.
1) Pemeliharaan kesehatan
28
2) Pola nutrisi dan metabolik
3) Pola eliminasi
urin.
sendi.
29
gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
testikuler.
e. Pengkajian fisik
5) Kepala
30
d) Mulut : ulserasi dan perdarahan, nafas berbau ammonia,
f. Pemeriksaan penunjang
(1999) adalah :
1) Urine
31
c) Berat jenis urine, kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010
2) Darah
azotemia.
f) Kalsium menurun
32
cairan, penurunan pemasukan atau sintesa karena kurang
3) Pemeriksaan radiologik
33
i) Pielogram intravena (IVP), menunjukkan keberadaan dan
penyebararn tumor).
2. Diagnosa Keperawatan
Doeges (1999), Carpenito (2000) dan Smeltzer dan Bare (2001) adalah
34
f) Perubahan proses fikir berhubungan dengan perubahan fisiologis
metabolik.
35
3. Fokus Intervensi dan rasional
Intervensi keperawatan pada penyakit gagal ginjal kronik menurut Doenges (1999), Carpenito (2000) dan Smeltzer dan Bare
(2001) adalah
Dignosa
No Tujuan Kriteria hasil Intervensi rasional
keperawatan
1. Kelebihan Kelebihan Pembatasan diet 1) kaji status cairan Pengkajian merupakan dasar
volume cairan cairan/edema dan cairan. Timbang berat badan harian berkelanjutan untuk memantau
berhubungan tidak terjadi. Turgor kulit Keseimbangan masukan dan haluaran. perubahan dan mengevaluasi
dengan normal tanpa Turgor kulit dan adanya edema. intervensi.
penurunan edema. Tekanan darah, denyut dan irama nadi.
haluaran urine Tanda-tanda vital 2) batasi masukan cairan
dan retensi cairan normal.
dan natrium. Pembatasan cairan akan menentukan
berat tubuh ideal, haluaran urine dan
36
ketidaknyamanan akibat pembatasan Kenyamanan pasien meningkatkan
cairan. kepatuhan terhadap pembatasan diet.
2. Perubahan nutrisi Mempertahan Pengukuran 1) Kaji status nutrisi Menyediakan data dasar untuk
kurang dari kan masukan antropometri perubahan berat badan memantau perubahan dan
kebutuhan tubuh nutrisi yang dalam batas pengukuran antropometrik mengevaluasi intervensi.
berhubungan adekuat normal. nilai laboratorium (elektrolit serum,
dengan intake Perlambatan atau BUN, kreatinin, protein, transferin dan
inadekuat, mual, penurunan berat kadar besi).
muntah, badan yang cepat 2) Kaji pola diet dan nutrisi pasien Pola diet sekarang dan dahulu dapat
anoreksia. tidak terjadi. riwayat diet dipertimbangkan dalam menyusun
Pengukuran makanan kesukaan menu.
biokomis dalam hitung kalori.
batas normal 3) Kaji faktor-faktor yang dapat merubah Menyediakan informasi mengenai
(albumin, kadar masukan nutrisi: faktor lain yang dapat diubah atau
dihilangkan untuk meningkatkan
elektrolit). Anoreksia, mual dan muntah
Peneriksaan Diet yang tidak menyenangkan bagi
masukan diet.
laboratorium pasien
klinis dalam batas Kurang memahami diet.
normal.
pematuhan
makanan dalam Mendorong peningkatan masukan
4) Menyediakan makanan kesukaan pasien
37
pembatasan diet dalam batas-batas diet. diet.
dan medikasi 5) Anjurkan camilan tinggi kalori, rendah Mengurangi makanan dan protein
sesuai jadwal protein, rendah natrium, diantara waktu yang dibatasi dan menyediakan kalori
untuk mengatasi makan. untuk energi, membagi protein untuk
anoreksia. pertumbuhan dan penyembuhan
jaringan.
6) Jelaskan rasional pembatasan diet dan Meningkatkan pemahaman pasien
hubungannya dengan penyakit ginjal dan tentang hubungan antara diet, urea,
peningkatan urea dan kadar kreatinin. kadar kreatinin dengan penyakit
7) Sediakan jadwal makanan yang dianjurkan renal.
secara tertulis dan anjurkan untuk Daftar yang dibuat menyediakan
memperbaiki rasa tanpa menggunakan pendekatan positif terhadap
natrium atau kalium. pembatasan diet dan merupakan
referensi untuk pasien dan keluarga
8) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan yang dapat digunakan dirumah.
selama waktu makan. Faktor yang tidak menyenagkan yang
berperan dalam menimbulkan
anoreksia dihilangkan.
9) Timbang berat badan harian.
38
pembentukan edema dapat menyebabkan penurunan
penyembuhan yang lambat albumin dan protein lain,
penurunan kadar albumin pembentukan edema dan perlambatan
peyembuhan.
3. Gangguan Setelah Membran mukosa 1) Awasi tanda-tanda vital, kaji pengisian Memberikan informasi tentang derajat
perfusi jaringan dilakukan warna merah kapiler, warna kulit dan dasar kuku. atau keadekuatan perfusi jaringan dan
berhubungan tindakan muda. membantu menentukan. kebutuhan
dengan keperawatan Kesadaran intervensi.
penurunan suplai perfusi kompos mentis. 2) Tinggikan kepala tempat tidur sesuai Meningkatkan ekspansi paru dan
O2 dan nutrisi jaringan Tidak ada keluhan toleransi. memaksimalkan oksigenasi untuk
ke jaringan adekuat sakit kepala. kebutuhan seluler, vasokonstrisi (ke
sekunder Tidak ada tanda organ vital) menurunkan sirkulasi
terhadap sianosis ataupun perifer.
penurunan COP. hipoksia 3) Catat keluhan rasa dingin, pertahankan Kenyamanan klien atau kebutuhan
Capillary refill suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai rasa hangat harus seimbang dengan
39
anemis.
Tanda-tanda vital
stabil: TD: 120/80
mmHg, nadi: 60-
80x/menit.
4. Perubahan pola Setelah analisa gas darah 1) Kaji fungsi pernapasan klien, catat Distress pernapasan dan perubahan
nafas dilakukan dalam rentang kecepatan, adanya gerak, dispnea, pada vital dapat terjadi sebagai akibat
berhubungan tindakan normal. sianosis, dan perubahan tanda vital. dari patofisiologi dan nyeri.
dengan keperawatan tidak ada tanda 2) Catat pengembangan dada dan posisi Pengembangan dada atau ekspansi
hiperventilasi klien sianosis maupun trakea paru dapat menurunkan apabila terjadi
paru. menunjukkan dispnea. asietas atau udema pulmoner.
pola nafas bunyi nafas tidak 3) Kaji klien adanya keluhan nyeri bila batuk Sokongan terhadap dada dan otot
efektif mengalami atau nafas dalam. abdominal membuat batuk lebih
penurunan efektif dan dapat mengurangi trauma.
40
7) Kolaborasikan pemeriksaan oksigen sianosis.
5. Resiko Setelah Tanda-tanda vital 1) Auskultasi bunyi jantung dan paru, Mengkaji adanya takikardi, takipnea,
penurunan curah dilakukan dalam batas evaluasi adanya edema perifer atau dispnea, gemerisik, mengi dan edema.
jantung tindakan normal: tekanan kongesti vaskuler dan keluhan dispnea,
berhubungan keperawatan darah: 120/80 awasi tekanan darah, perhatikan postural
dengan curah jantung mmHg, nadi 60- misalnya: duduk, berbaring dan berdiri.
ketidakseimbang dapat 80 x/menit, kuat, 2) Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan Hipertensi ortostatik dapat terjadi
an cairan dipertahankan teratur. lokasi dan beratnya. sehubungan dengan defisit cairan.
mempengaruhi Akral hangat
sirkulasi, kerja Capillary refill
miokardial dan kurang dari 3 3) Evaluasi bunyi jantung akan terjadi Mengkaji adanya kedaruratan medik.
tahanan vaskuler detik friction rub, tekanan darah, nadi perifer,
sistemik, Nilai laboratorium pengisisan kapiler, kongesti vaskuler, suhu
gangguan dalam batas tubuh dan mental, Kelelahan dapat menyertai gagal
frekuensi, irama, normal (kalium 4) Kaji tingkat aktivitas dan respon terhadap jantung kongestif juga anemia.
konduksi jantung 3,5-5,1 mmol/L, aktivitas.
(ketidakseimban urea 15-39 mg/dl)
gan elektrolit). Ketidakseimbangan dapat mengangu
5) Kolaborasikan pemeriksaan laboratorium kondisi dan fungsi jantung.
yaitu kalium. Menurunkan tahanan vaskuler
sistemik.
6) Berikan obat anti hipertensi sesuai dengan
41
indikasi.
6. Resiko kerusakan Setelah Klien 1) Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, Memandakan adanya sirkulasi atau
intregitas kulit dilakukan menunjukkan turgor dan perhatikan adanya kemerahan, kerusakan yang dapat menimbulkan
berhubungan tindakan perilaku atau ekimosis, purpura. pembentukan dekubitus atau infeksi.
dengan keperawatan tehnik untuk 2) Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit Mendeteksi adanya dehidrasi atau
akumulasi toksik tidak terjadi mencegah dan membran mukosa. hidrasi berlebihan yang
dalam kulit dan integritas kulit kerusakan atau mempengaruhi sirkulasi dan integritas
gangguan turgor cidera kulit. jaringan pada tingkat seluler.
kulit (uremia) Tidak terjadi Jaringan edema lebih cenderung rusak
kerusakan 3) Inspeksi area tubuh terhadap edema. atau robek.
integritas kulit. Menurunkan tekanan pada edema,
Tidak terjadi 4) Ubah posisi dengan sering menggerakkan meningkatkan peninggian aliran balik
edema. klien dengan perlahan, beri bantalan pada statis vena sebagai pembentukan
tonjolan tulang. edema.
42
dengan keletihan, dapat tingkat aktivitas retensi produk sampah
anemia, retensi ditoleransi dan latihan depresi
produk sampah Melaporkan 2) Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas
dan prosedur peningkatan rasa perawatan diri yang dapat ditoleransi,
dialisis. sejahtera bantu jika keletihan terjadi. Meningkatkan aktivitas ringan/sedang
Melakukan 3) Anjurkan aktivitas alternatif sambil dan memperbaiki harga diri.
istirahat dan istirahat. Mendorong latihan dan aktivitas
aktivitas secara dalam batas-batas yang dapat
bergantian ditoleransi dan istirahat yang adekuat.
Berpartisipasi 4) anjurkan untuk beristirahat setelah dislisis. Dianjurkan setelah dialysis, yang bagi
dalam aktivitas banyak pasien sangat melelahkan.
perawatan mandiri
yang dipilih.
8. Gangguan Setelah analisa gas darah 1) Kaji fungsi pernapasan klien, catat Distress pernapasan dan perubahan
pertukaran gas dilakukan dalam rentang kecepatan, adanya gerak, dispnea, pada vital dapat terjadi sebagai akibat
berhubungan tindakan normal sianosis, dan perubahan tanda vital. dari patofisiologi dan nyeri.
dengan keperawatan tidak ada tanda 2) Auskultasi bunyi nafas Untuk mengetahui keadaan paru.
penurunan klien sianosis maupun
ekspansi paru menunjukkan hipoksia
3) Catat pengembangan dada dan posisi
sekunder pertukaran gas taktil fremitus Pengembangan dada atau ekspansi
trakea
43
terhadap adanya efektif. positif kanan dan paru dapat menurunkan apabila terjadi
edema pulmoner. kiri asietas atau udema pulmoner.
bunyi nafas tidak 4) Kaji taktil fremitus
mengalami Taktil fremitus dapat negative pada
penurunan klien dengan edema pulmoner.
auskultasi paru 5) Kaji klien adanya keluhan nyeri bila batuk
sonor. atau nafas dalam. Sokongan terhadap dada dan otot
TTV dalam batas abdominal membuat batuk lebih
normal: RR 16-24 efektif dan dapat mengurangi trauma.
x/menit
6) Pertahankan posisi nyaman misalnya
Meningkatkan ekspansi paru.
posisi semi fowler
7) Kolaborasikan pemeriksaan laboratorium
Untuk mengetahui elektrolit sebagai
(elektrolit)
indicator keadaan status cairan.
44