Anda di halaman 1dari 9

BIOTEKNOLOGI TANAH

Efek Cekaman Kekeringan dan Penambahan Fungi Mikoriza


Arbuskula (FMA) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Leguminosa
Dosen Pengampu, Ir. A. A. I Kesumadewi, Msi

OLEH :

GUSTI AYU MADE ARI ADNYANI


1405105035

KONSENTRASI ILMU TANAH DAN LINGKUNGAN


PRODI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa (Sang
Hyang Widhi Wasa), sehingga Makalah berjudul Efek Cekaman Kekeringan dan
Penambahan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Leguminosa ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini disusun berdasarkan atas beberapa pustaka yang berkaitan dengan Peranan
Mikoriza akibat Cekaman Kekeringan Pada Tanaman.
Tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bioteknologi Tanah. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, karena terbatasnya pengetahuan penulis dan terbatasnya pustaka
pendukung. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi lebih sempurnanya makalah ini. Penulis berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya untuk menambah
pengetahuan dalam bidang Bioteknologi Tanah dan Khususnya mengenai Peranan
Mikoriza dalam Cekaman Kekeringan pada Tanaman.

Denpasar, Maret 2017

(Penulis)

2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
2.1 Pengaruh Cekaman Kekeringan Terhadap Tanaman Legum.........................2
BAB III PENUTUP.................................................................................................5
3.1 Simpulan.........................................................................................................5
3.2 Saran...............................................................................................................5
Daftar Pustaka..........................................................................................................6

3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leguminosa adalah jenis tumbuhan yang termasuk keluarga kacang-
kacangan atau polong-polongan. Hijauan leguminosa adalah hijauan yang
mempunyai nilai gizi lebih tinggi dibandingkan dengan rumput. Hijauan
leguminosa memiliki kandungan protein kasar yang cukup tinggi (15%-25%)
dan sebagai sumber vitamin dan mineral (Reksohadiprodjo, 1985).
Pada tahap pertumbuhan vegetatif, air digunakan oleh tanaman untuk
pembelahan dan perbesaran sel sehingga terjadi pertambahan tinggi tanaman,
perbesaran diameter, perbanyakan daun, dan pertumbuhan akar (Sasli, 2004).
Secara fisiologis, tanaman pada kondisi cekaman kekeringan akan
mengurangi jumlah stomata sehingga tanaman dapat menekan laju kehilangan
air. Akibat dari berkurangnya jumlah stomata pada daun, sehingga terjadinya
penutupan stomata dan menurunnya serapan CO2 bersih pada daun. Hal ini
menyebabkan menurunnya laju fotosintesis serta fotosintat yang dihasilkannya
(Sasli, 2004).
Haryadi dan Yahya (1988) menjelaskan cekaman kekeringan pada tanaman
dapat disebabkan dua hal : (1) kekurangan air di daerah perakaran, (2) laju
evapotranspirasi yang tinggi dibandingkan dengan laju absorbsi sehingga
kebutuhan air pada daun tinggi. Tanaman yang mengalami cekaman
kekeringan pertumbuhannya terhambat, hal ini karena ketersediaan air dalam
tanaman dan tanah mempengaruhi penyerapan hara tanah oleh akar tanaman.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi cekaman
kekeringan pada tanaman adalah dengan memanfaatkan Fungi Mikoriza
Arbuskula (FMA). Simbiosis mutualisme antara tanaman dengan mikoriza
menyebabkan akar tanaman memiliki daerah serapan air dalam tanah melalui
hifa eksternal dari mikoriza. Sedangkan mikoriza mendapatkan energi dari
eksudat akar tanaman. Menurut Setiadi (1999), hifa cendawan ternyata masih
mampu untuk menyerap air dari pori-pori tanah pada saat akar tanaman sudah
kesulitan. Penyebaran hifa di dalam tanah juga sangat luas sehingga tanaman
dapat mengambil air relatif lebih banyak.
Simbiosis yang saling menguntungkan antara akar tumbuhan dan fungi yang
mengoloni hingga ke korteks akar disebut mikoriza (Brundrett et al., 1994).
Simbiosis ini dicirikan oleh pergerakan hara dua arah yaitu karbon
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana peranan mikoriza dalam cekaman kekeringan pada tanaman
leguminosa?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
fungi mikoriza arbuskula (FMA) terhadap pertumbuhan dan produksi
leguminosa pada kondisi cekaman kekeringan sehingga dapat diketahui jenis
leguminosa yang adaptif.
BAB II PEMBAHASAN

4
2.1 Pengaruh Cekaman Kekeringan Terhadap Tanaman Legum
Tanaman tumbuh dengan baik pada awal pertumbuhan sebelum
mendapatkan perlakuan karena masih mendapatkan perlakuan yang sama
yaitu disiram satu kali sehari. Hal ini bertujuan agar tanaman tumbuh sampai
pada kondisi yang siap untuk diberikan perlakuan cekaman kekeringan.
Pengamatan pada tanaman diberhentikan bila tanaman yang mendapatkan
perlakuan cekaman kekeringan tidak dapat tumbuh lagi atau mati dimana
tanaman telah berada pada titik layu permanen, yaitu kondisi kandungan air
tanah tidak mampu lagi diserap oleh akar - akar tanaman.

Tabel 1. Lama Pengamatan pada


Jenis Legum Lama Pengamatan Setiap Jenis Legum.
(Hari)
Desmodium sp 16
Indigofera sp 20
S. scabra 24
L. leucocephala 28

Berdasarkan tabel 1, tanaman Desmodium sp yang mendapatkan perlakuan


cekaman kekeringan mengalami kematian pada hari ke-16, sedangkan pada
tanaman Indigofera sp, S. scabra dan L. leucocephala mengalami kematian
pada hari ke-20, ke-24 dan ke-28 hari.
Tanah Kadar air tanah menggambarkan besarnnya air tersedia yang diserap
oleh tanaman untuk melakukan pertumbuhan hingga batas dimana air menjadi
tidak tersedia dan tanaman mengalami layu.
Tabel 2. Pengaruh Perlakuan terhadap Rataan Persen Kadar Air Tanah.
Persen Kadar Air Tanah (%)
Perlakuan Desmodium sp Indigofera sp S. scabra L. leucocephala
M0W0 37,20,9A 37,50,8A 38,52,5A 39,52,5A
M0W1 22,70,6B 23,50,7B 20,40,4B 23,80,2B
A A A
M1W0 32,35,8 352,7 38,11,8 41.62,2A
M1W1 22,50,1B 230,8B 201,1B 25,32,2B
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh
yang sangat berbeda nyata (F0,01). M0W0 : Tanpa mikoriza dan
disiram tiap hari; M0W1 : Tanpa mikoriza dan tidak disiram; M1W0
: Dengan mikoriza dan disiram tiap hari; M1W1 : Dengan mikoriza
dan tidak disiram. Tanaman yang berbeda dilakukan penelitian yang
terpisah.

Berdasarkan table 2 dapat dilihat bahwa legum Desmodium sp mengalami


kondisi titik layu permanen pada kadar air 22,5% (M1W1) dan 22,7%
(M0W1). Legum Indigofera sp mengalami kondisi titik layu permanen pada
kadar air 23% (M1W1) dan 23,5% (M0W1). Untuk legum S. scabra

5
mengalami kondisi titik layu permanen pada kadar air 20% (M1W1) dan
20,4% (M0W1), sedangkan legum L. leucocephala berada pada titik layu
permanen pada kadar air 25,3% (M1W1) dan 23,8% (M0W1).
Jadi dari keempat tanaman legum tersebut menunjukkan bahwa tanaman
berada pada titik layu permanen pada kadar air tanah antara 20%-25,3%.
Tanaman legum S. scabra mampu bertahan pada kadar air yang lebih rendah.
Ketersediaan air tanah merupakan suatu faktor dalam kemampuan
bertahan hidup dan distribusi spesies tanaman (Lakitan, 1995). Menurut
Djondronegoro et al., (1989), produksi tanaman sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan air yang diantaranya berasal dari curah hujan. Ketersediaan air
dalam tanah bagi tanaman tergantung pada banyaknya curah hujan atau air
irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi, serta
tingginya permukaan air tanah (Hardjowigeno, 1989).
Perhitungan indeks sensitivitas terhadap cerkaman kekeringan digunakan
untuk mendapatkan tingkat toleransi tanaman legum terhadap cekaman
kekeringan. Indeks sensitivitas terhadap cerkaman kekeringan pada masing-
masing legum dihitung berdasarkan peubah kadar air tanah, pertambahan
tinggi vertikal tanaman, berat kering daun, berat kering batang, berat kering
akar dan infeksi akar.
Tabel 3. Indeks Sensitivitas terhadap Cekaman Kekeringan.

Peubah Jenis Legum


Desmodium sp Indigofera sp S. scabra L. leucocephala
KAT T T T AT
PTVT P T P P
BKD T T AT AT
BKB P T AT P
BKA AT T T T
IA T AT AT T
Nilai ISK 7 11 7 6
Nilai Hari 1 2 3 4
Total 7 22 21 24
Nilai
Keterangan: Indeks sensitivitas terhadap cekaman kekeringan yang dihitung
berdasarkan peubah Kadar Air Tanah (KAT), Pertambahan Tinggi
Vertikal Tanaman (PTVT), Berat Kering Daun (BKD), Berat Kering
Batang (BKB), Berat Kering Akar (BKA) dan Infeksi Akar (IA). T =
toleran jika nilai IS 0,5; AT = agak toleran jika 0,5 < IS 1,0; P =
peka jika IS > 1,0.

Berdasarkan pada tabel 7 dapat dilihat bahwa pada legum Desmodium sp


peubah kadar air tanah, berat kering daun dan infeksi akar toleran terhadap
cekaman kekeringan, sedangkan pada peubah berat kering akar agak toleran
terhadap cekaman kekeringan, untuk peubah pertambahan tinggi vertikal
tanaman dan berat kering batang peka terhadap cekaman kekeringan. Pada

6
legum Indigofera sp peubah kadar air tanah, pertambahan tinggi vertikal
tanaman, berat kering daun, berat kering batang dan berat kering akar toleran
terhadap cekaman kekeringan, sedangkan peubah infeksi akar agak toleran
terhadap cekaman kekeringan. Pada legum S. scabra peubah kadar air tanah
dan berat kering akar toleran terhadap cekaman kekeringan, untuk peubah
berat kering daun, berat kering batang dan infeksi akar agak toleran terhadap
cekaman kekeringan, sedangkan peubah pertambahan tinggi vertikal tanaman
peka terhadap cekaman kekeringan. Pada legum L. leucocephala peubah berat
kering akar dan infeksi akar toleran terhadap cekaman kekeringan, untuk
peubah kadar air tanah dan berat kering daun agak toleran terhadap cekaman
kekeringan, sedangkan peubah pertambahan tinggi vertikal tanaman dan berat
kering batang peka terhadap cekaman kekeringan.
Berdasarkan hasil perhitungan indeks sensitivitas diketahui bahwa
tanaman legum L.leucocephala memiliki nilai toleransi tertinggi yaitu sebesar
24 jika dibandingkan dengan tanaman legum lainnya.

7
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
Tanaman legum yang diberikan perlakuan mikoriza pada kondisi cekaman
kekeringan ternyata belum mampu meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas.
Pemberian mikoriza bila disiram setiap hari dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produktivitas dari tanaman legum yang diteliti.
Jenis tanaman legum yang pertumbuhan dan produktivitas baik dalam
kondisi cekaman kekeringan, baik yang diberikan mikoriza maupun tanpa
pemberian mikoriza dihasilkan oleh legum L. leucocephala, kemudian Indigofera
sp, S. scabra dan Desmodium sp.
Legum L. leucocephala merupakan legum yang paling adaptif dan
memiliki pertumbuhan dan produksi yang lebih baik bila dibandingkan dengan
ketiga legum lain.
3.2 Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai efek cekeaman kekeringan pada
tanaman leguminosa serta pemanfaatan mikoriza untuk mengoptimalkan potensi tanaman
dan memberikan hasil yang efektif dan efisien.

8
Daftar Pustaka

Febriansyah, Akhir. 2012. Pengaruh Cekaman Kekeringan dan Penambahan


Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Terhadap Pertumbuhan dan Produktifitas
Beberapa Rumput (Chloris gayana, Paspalum dilatatum, dan Paspalum
notatum). Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Ilham Muhammad. 2011. Efek Cekaman Kekeringan dan Penambahan Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Leguminosa. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lapanjang, Iskandar. 2011. Efektivitas Fungi Mikoriza Arbuskular dengan Provenan
Jarak Pagar Pada Cekaman Kekeringan. Jurnal Agrotropika. Fakultas Pertanian
Universitas Tadulako. Palu. Fakultas

Anda mungkin juga menyukai