Anda di halaman 1dari 3

PENDIDIK YANG BERAKAR DALAM PEMAHAMAN

Oleh: Ivan Benedicto Constatijn, S.T.

Pendidikan di Jakarta masih merupakan suatu masalah yang sangat mendesak penyelesaian.
Terjadi berbagai kesenjangan kualitas pendidikan antar sekolah, meskipun dalam wilayah
yang berdekatan. Menurut survei yang dilakukan Word Bank mengenai kuaitas pendidikan di
negara-negara di Asia, kualitas pendidikan di Indonesia berada pada posisi terendah. Jika
pendidikan di DKI ditingkatkan kualitasnya maka hal tersebut diharapkan juga dapat memacu
pertumbuhan kualitas pendidikan di daerah-daerah lainnya. Nyatanya memang sudah banyak
program yang dilakukan Dinas Pendidikan Pemprov DKI Jakarta dalam meningkatkan
kualitas tenaga pendidik seperti Uji Kompetensi Guru (UKG). Namun demikian intensivitas
dan mutu dari program-program peningatan mutu tenaga pendidik serta penggalakkannya
harus ditingkatkan. Peningkatan mutu bagi tenaga pendidik dapat difokuskan pada hal-hal
seperti pemahaman sang guru, keahlian dalam penyampaian serta keteladanan dalam
kedisiplinan.

Seorang pendidik seharusnya memiliki tingkat pemahaman yang tinggi dalam bidangnya.
Menurut Barlett (1932), pemahaman (understanding) merupakan suatu usaha mental untuk
mengkoneksikan sesuatu yang diberikan dengan sesuatu yang lain. Dari hal ini dapat
dijabarkan beberapa tingkat pemahaman. Pada tingkat tidak memahami, seseorang tidak
dapat memberikan koneksi antara suatu gagasan atau rumusan tertentu dengan hal lainnya.
Jika pemahaman ditingkatkan maka orang akan mulai dapan mengkoneksikannya dengan
aplikasi-aplikasi dari rumusan atau gagasan tersebut. Pada tingkatan pemahaman selanjutnya,
seseorang dapat mengkoneksikan gagasaan atau rumusan tersebut dengan gagasan-gagasan
yang menunjang keberadaan gagasan atau rumusan tersebut. Seorang guru seharusnya sudah
memiliki tingkatan pemahaman yang terakhir ini. Jika proses pemahaman dilanjutkan maka
koneksi-koneksi yang muncul akan lebih mendetail.

Pemahaman ini merupakan hal yang sangat penting dalam performa pengajaran guru. Hal ini
akan mempengaruhi proses mengajarnya. Jika pemahaman sang guru kurang maka
kemampuan-kemampuan atau kelebihan-kelebihannya yang lain yang berkaitan dengan
performa mengajarnya akan menjadi tidak berarti. Sistematika pengajaran yang baik ataupun
interaksi yang baik antara guru dengan murid yang dapat men-transfer ilmu sebanyak-
banyaknya dalam waktu sesingkat-singkatnya akan menjadi sia-sia jika sang guru ternyata
tidak memahami dengan benar konsep-konsep yang sedang diajarkannya sehingga murid-
muridnya tidak dapat memahami koneksi-koneksinya dan berbagai aplikasinya.

Dalam mengajarkan prinsip-prinsip, teori-teori atau gagasan-gagasan dalam bidangnya, tentu


seorang pendidik atau guru harus memiliki kemampuan atau keahlian dalam
menyampaikannya. Hal ini merupakan suatu konsep yang sering dilupakan dalam kegiatan
belajar-mengajar pada umumnya di Indonesia. Banyak orang yang sudah memiliki
pemahaman dan pengetahuan yang sangat mendalam di bidangnya tetapi tidak mampu
menyampaikan gagasan-gagasan atau rumusan-rumusan tertentu beserta dengan koneksi-
koneksinya kepada murid-muridnya. Sebagaimana sudah dibahas sebelumnya, pemahaman
menuntut adanya koneksi-koneksi mental. Jika pendidik gagal menciptakan koneksi-koneksi
antara rumusan-rumusan atau gagasan-gagasan yang diajarkan dengan hal-hal lainnya maka
dapat dikatakan bahwa kegiatan belajar mengajar tersebut sudah gagal.

Adapun koneksi yang dimaksud di sini merupakan koneksi yang sesuai dengan konsep yang
diajarkan dan sebaiknya bukan berupa jembatan keledai yang hanya berfungsi sebagai alat
bantu penghapalan. Timbulnya jembatan keledai ini sebenarnya dapat dianggap sebagai suatu
pertanda buruk pendidikan. Kemunculan ini merupakan manifestasi dari kegagalan guru-guru
dalam menciptakan koneksi-koneksi yang sehat bagi teori-teori, gagasan-gagasan atau
rumusan-rumusan dalam pengajarannya. Hal ini juga disebabkan karena adanya desakan atau
tuntutan mental agar murid-muridnya dapat menghapal rumusan-rumusan tersebut. Dalam
keadaan di mana rumusan-rumusan tersebut memang harus dihapal dan koneksi-koneksi yang
sehat sulit dijadikan sebagai landasan penghapalannya, memang jembatan keledai dapat
dijadikan solusi. Tetapi dalam hal ini pun koneksi-koneksi sehatnya harus dijabarkan dan
dipahami secara benar.

Guru merupakan sosok teladan bagi siswa-siswi sekolah. Dengan memahami hal ini secara
penuh maka seorang guru harus memiliki disiplin yang tinggi. Jika tingkat disiplin rata-rata
guru rendah maka tingkat disiplin siswa-siswinya pun akan cenderung rendah. Selain itu,
tingkat disiplin yang tinggi dari seorang guru akan menuntut rasa hormat, secara tak sadar,
dari para muridnya. Hal ini akan sangat membantu proses belajar mengajar karena dengan
demikian murid tidak harus dibentak-bentak untuk mendapatkan perhatian penuh dari mereka
sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lebih natural secara mental.
Melihat kurangnya aplikasi dari konsep-konsep mengenai pendidik ini di kalangan guru maka
perlu diadakan suatu pelatihan mendalam dan mendasar mengenai bagaimana cara mendidik
dengan benar. Pelatihan-pelatihan tersebut hendaknya menekankan pada pentingnya
pemahaman bagi sang guru, keahlian dalam menyampaikan materi serta pentingya
keteladanan guru dalam keberhasilan proses belajar mengajar. Jika pelatihan dan pemantauan
guru-guru di DKI Jakarta dilakukan dengan baik dan konsisten maka efektivitas proses
belajar mengajar di DKI Jakarta akan terus meningkat.

Referensi:

[1].Newton, Douglas P.; Teaching for Understanding: What It Is and How to Do It;
Routledge; 2002
[2].Shalihin; Kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidik: analisis
kebijakan dinas pendidikan Provinsi DKI Jakarta; Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan; 2010
[3].http://news.okezone.com/read/2013/01/02/373/740458/kualitas-guru-rendah-penyakit-
utama-pendidikan-indonesia diakses pada 14/03/2016 pukul 11.56 WIB
[4]. http://disdik.jakarta.go.id/index.php/2-uncategorised/150-info-ukg-2015 diakses pada
14/03/2016 pukul 18.51 WIB

Anda mungkin juga menyukai