Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan,
khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi
orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki
kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia
mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartini Kartono, 1994 : 181)
Kepemimpinan dalam keperawatan dapat ditumbuhkan lebih optimal dengan
menguasai keterampilan dalam menghadapi orang lain dengan efektif (Lefton &
Buzzotta, 2004).
Keterampilan tersebut adalah menilai orang lain, berkomunikasi, emotivasi dan
menyesuaikan diri. Pemimpin keperawatan yang efektif tidak akan menggunakan cara
dan pendekatan yang sama untuk semua bawahan melainkan membedakan teknik
komunikasi dan cara memotivasi bawahan yang satu dengan yang lainnya.
Kepemimpinan efektif merupakan gaya memimpin yang dapat menghasilkan keluaran
melalui pengaturan kinerja orang lain. Pemimpin harus memastikan bahwa bawahan
melaksanakan pekerjaannya berdasarkan keterampilan dan komitmen yang dimiliki
terhadap pekerjaan untuk menghasilkan keluaran yang terbaik (Leffton & Buzzotta,
2004). Gaya kepemimpinan sangat mempengaruhi produktifitas kerja.
Sebagaimana yang sedang terjadi di negara kita saat khususnya, krisis kepemimpinan
melanda dimana sebagian besar seseorang yang dijadikan pemimpin tidak menjalankan
perannya dengan baik, baik dilihat dari sisi kecakapan, sikapnya dalam menjalankan
kepemimpinannya dan kurangnya kepercayaan dari karyawan. Tidak jarang seorang
pemimpin dibenci oleh karyawannya sehingga hal ini bisa memicu ketidak harmonisan,
konflik internal, motivasi kerja sampai pencapaian produktivitas kerja yang menurun.
Teori kepemimpinan Laissez-faire, secara sempit dapat diartikan sebagai
kepemimpinan dengan gaya yang bebas, gaya kepemimpinan yang seperti ini harus
dikenali dengan baik akibat yang akan ditimbulkan dalam sebuah organisasi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah Bagaimana gambaran tentang
teori gaya kepemimpinan Laissez-faire.

1
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran dan menjelaskan tentang teori gaya kepemimpinan
Laissez-faire.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan kepemimpinan dan gaya
kepemimpinan.
b. Memberikan penjelasan tentang apa yang dimaksud Teori Kepemimpinan
Laissez-Faire
c. Memberikan penjelasan tentang ciri dari teori kepemimpinan Laissez-Faire.
d. Memberikan penjelasan tentang bagaimana kelebihan dan kekurangan Teori
Kepemimpinan Laissez-Faire.
e. Memberihan gambaran tentang hasil analisis dari dilapangan tentang Teori
Kepemimpinan Laissez-Faire.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan (leadership) merupakan intisari manajemen. Dengan
kepemimpinan yang baik, proses manajemen akan berjalan lancar dan karyawan
bergairah melaksanakan tugas-tugasnya. Gairah kerja, produktivitas kerja, dan proses
manajemen suatu perusahaan akan baik jika tipe, gaya, cara kepemimpinan yang
diterapkan manajernya baik.
Salah satu faktor pendukung terciptanya produktivitas tinggi adalah peran
pemimpin yang mampu menampilkan kepemimpinanya secara professional.
Eksistensi pemimpin semakin penting ketika dihadapkan pada situasi dengan
keragaman karakteristik dan kemampuan yang dimiliki anggota organisasi, namun
masinmg-masing tetap dituntut untuk dapat berkontribusi secara optimal bagi
oraganisasinya.
Definisi kepemimpinan telah mengalami perkembangan dan pergeseran.
Dalam paradigma lama kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan dan kesiapan
yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain, dengan memotivasi,
menggerakkan, mengarahkan, mengajak, menuntun dan jika perlu memaksa mereka
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Dalam paradigma baru,
kepemimpinan dimaknai secara lebih luas, bukan sekedar kemampuan
mempengaruhi, yang lebih penting adalah kemampuan member inspirasi kepada
pihak lain, agar mereka secara proaktif tergugah untuk melakukan berbagi tindakan
demi tercapainya visi, misi dan tujuan oragnisasi.
Pemimpin organisasi di era baru adalah visi, yang akan memberi arah kemana
organisasi akan dibawa. Dengan demikian siapapun yang mengemban tugas,
manajemen harus tetap merujuk pada visi organisasi, dan menampilkan diri sebagai
sosok panutan yang visioner.
Berikut adalah definisi-definisi yang dikemukakan para ahli:
Kepemimpinan adalah seni seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan,
agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi
(Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan)
Kepemimpian adalah kemampuan pribadi untuk menegaskan keputusan yang
memberikan dimensi mutu dan dimensi kesusilaan terhadap koordinasi kegiatan
organisasi dan perumusan tujuannya. (Chester Irving Barnad)

3
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi kegiatan kelompok yang dioraganisasi
menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan (Ralp M.Stogdill)
Kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak dari semua sumber dan alat
yang tersedia dalam sebuah organisasi. (Sondang P.Siagian)
Kepemimpinan dalam organisasi berarti penggunaan kekuasaan dan pembuatan
keputusan-keputusan (Robert Dubin)
Individu di dalam kelompok yang memberikan tugas pengarahan dan
pengorganisasian yang relevan dengan kegiatan-kegiatan kelompok (Fred E. Friedler)
Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dilaksanakan dalam situasi dan
diarahkan melalui proses komunikasi menuju pencapaian tujuan atau tujuan-tujuan
spesifik. (Komaruddin Sastradipoera, dalam Jurnal Manajerial Volume 2 Nomor 3
(2003:2))
Leadership is the activity of influencing people to cooperate toward some goals
which come to find desirable.
`Kepemimpinan adalah kegiatan memengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama
untuk mencapai beberapa tujuan yang mereka inginkan. (Ordway Tead)
Leadership as te process of influencing the activities of an organized group in it
efforts toward goal setting and goal achievement.
Kepemimpinan sebagian proses memengaruhi kegiatan yang diorganisasi dalam
kelompok di dalam usahanya mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. (William
G. Scott)
Leadership is the art of coordinating and motivating individuals and group to
achieve desired ends.
Kepemimpinan adalah seni mengkoordinasi dan memotivasi individu-individu dan
kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan (John D. Pfiffner &
Robert Presthus)
Leadership is the art of inducing subordinates to accomplish their assignment with
zeal and confident.
Kepemimpinan adalah seni membujuk bawahan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya
dengan semangat keyakinan. (Harold Kontz dan Cyrill ODonel)
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
dapat diartikan sebagai kemempuan atau kekuatan seseorang (pemimpin) untuk
mempengaruhi pemikiran (mindset) orang lalin agar mau dan mampu untuk mengikuti
kehendaknya dan member inspirasi kepada pihak lain untuk merancang sesuatu yang
lebih bermakna. Sedangkan pemimpin adalah orang yang memiliki kekuatan untuk
mempengaruhi dan member inspirasi kepada orang lain agar mereka menunjukkan
respon tertentu dalam merealisasikan visi dan misi organisasi.

4
Esensi pengaruh (influences) dalam konsep kepemimpinan bukanlah semata-
mata berbentuk instruksi melainkan lebih merupakan motivasi atau pemicu (trigger)
yang dapat memberi inspirasi pada bawahan, sehingga inisiatif dan kreativitas mereka
dapat berkembang secara optimal untuk meningkatkan kinerjanya.Sehubungan
dengan hal tersebut, maka yang paling penting dalam mengaplikasikan kepemimpinan
adalah bagaimana memanfaatkan faktor-faktor eksternal untuk mengembangkan
faktor interbal sehingga mendorong timbulnya kinerja produkktif. Denagan demikian,
kepemimpian bukanlah sesuatu yang statis karena pola perilaku kepemimpinan yang
ditampilkan setiap orang senantiasa bergerak dinamis mengikuti perubahan tuntutan
internal maupun eksternal.
Esensi yang terkandung pada definisi-definisi menunjukkan bahwa
kepemimpinan mencerminkan kulaitas kegiatan kerja dan interaksi kelompok, yang
member sumbangan atau berkontribusi terhadap berkembangnya situasi kerjasama
internal maupun eksternal. Kepemimpinan dan kelompok merupakan dua hal yang
tidak da[pat dipisahkan , memiliki interelasi dan interdependensi yang erat.
Sedangkan gaya kepemimpinan itu sendiri menurut Suyanto (2008)
merupakan suatu pola perilaku yang ditampilkan sebagai pimpinan ketika mencoba
mempengaruhi perilaku orang lain. Oleh karena perilaku yang diperlihatkan oleh
bawahan pada dasarnya adalah respon bawahan terhadap gaya kepemimpinan yang
dilakukan pada mereka. Ada pula yang mendefenisikan sebai berikut, Gaya
kepemimpinan adalah teknik-teknik gaya kepemimpinan dalam mempengaruhi
stafnya dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan kewenangan dan kekuasaan untuk
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen.
Gaya kepemimpinan berbeda-beda sekalipun mereka menganut sistem yang
sama, dan tidak mesti suatu gaya kepemimpinan lebih baik atau lebih jelak dari pada
gaya kepemimpinan yang lain. Menurut (Rivai,2003:61), gaya kepemimpinan adalah
perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap
yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja
bawahannya.

B. Teori kepemimpinan Laissez-faire


Menurut Heidjrachman dan Husnan (1990:224) gaya kepemimpinan dibagi menjadi
tiga macam dimana salah satunya adalah gaya kepemimpinan Laissez-faire.

5
Laissez-faire berasal dari bahasa prancis yang berarti tinggalkan itu sendiri. Gaya
kepemimpinan ini lebih banyak menekankan keputusan kelompok dan
memperbolehkan kelompok yang memimpin dalam menentukan tujuan dan metode
mereka yang akan dicapai.
Kepemimpinan membiarkan artinya pemimpin melepaskan tanggung jawabnya
meninggalkan karyawan tanpa arah, supervisi dan koordinasi yang jelas serta
memaksa karyawan untuk membuat perencanaan, mengimplementasikannya, dan
menilainya menurut apa yang mereka rasakan tepat tanpa adanya suatu standar yang
jelas. Dalam kondisi tertentu pemimpin hanya berfungsi sebagai fasilitator.
Pemimpin akan menyerahkan keputusan kepada keinginan kelompok serta dalam
bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan tersebut kepada bawahan. Pemimpin
tidak membuat peraturan tentang pelaksanaan pekerjaan dan hanya sedikit melakukan
kontak atau hubungan dengan para bawahan sehingga bawahan dituntut untuk
memiliki kemampuan dan keahlian yang tinggi.
Gaya ini dapat bekerja dengan baik hanya pada bidang yang kecil, atau bilamana
anggota-anggota dari kelompok memiliki tingkat pendidikan yang sama dengan
pemimpinnya dan pemimpin melakukan tugas yang sama dengan anggota-
anggotanya. Dalam beberapa situasi, gaya kepemimpinan Laissez-faire dapat
membiarkan orangorang merasa kehilangan dan frustasi karena kurangnya
bimbingan dari pemimpin.
Ketika mereka mencoba untuk mencapai beberapa tujuan, seringkali hanya
menginput dari pemimpin yang mengerjakan yang salah. Ketika menghadapi
keputusan yang sukar, pemimpin laissez-faire biasanya menghindari membuat sebuah
keputusan dengan harapan masalah akan terpecahkan sendiri.
Gaya kepemimpinan seseorang sebenarnya dapat dilihat dan ditentukan ketika
terjadi komunikasi dengan para pengikutnya. Yaitu dari bagaimana para pengikutnya
memberikan penilaian atas perilaku dari pemimpinnya. Sehingga keefektifan seorang
pemimpin tergantung pada tanggapan para pengikutnya atas perilaku pemimpin yang
bersangkutan pada saat mereka saling.

C. Ciri-ciri Gaya Kepemimpinan Laissez-faire


Pandangan seorang pemimpin yang laissez faire memperlakukan para bawahan
sebagai orang-orang yang bertanggung jawab, orang-orang yang dewasa, orang-orang

6
yang setia dan lain sebagainya.Nilai yang tepat dalam hubungan atasan-bawahan
adalah nilai yang didasarkan kepada saling mempercayai yang besar.
Sikap seorang pemimpin yang laissez faire dalam memimpin organisasi:
1. Sikap yang permisif, dalam arti bahwa para anggota organisasi boleh saja
bertindak sesuai dengan keyakinan dan bisikan hati nuraninya asal saja
kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan organisasi tetap tercapai;
2. Kepentingan dan kebutuhan para bawahan mendapat perhatian besar karena
dengan terpeliharanya kepentingannya dan terpuaskan kebutuhannya para bawahan
itu, mereka akan dengan sendirinya berperilaku positif dalam kehidupan
organisasionalnya;
3. Memperlakukan bawahan sebagai rekan sekerja, hanya saja kehadirannya
sebagai pimpinan diperlukan sebagai akibat dari adanya struktur dan hirarki
organisasi;
4. Pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif;
5. Pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang lebih
rendah dan kepada para petugas operasonal, kecuali dalam hal-hal tertentu yang
nyata-nyata menuntut keterlibatannya secara langsung;
6. Status duo organisasional tidak tertanggu;
7. Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berfikir dan bertindak yang
inovatif dan kreatif diserahkan kepada para anggota organisasi yang besangkutan
sendiri;
8. Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan
prestasi kerja yang memadai, intervensi pimpinan dalam perjalanan organisasi
berada pada tingkat yang minimum.

Ciri-ciri:
1. Pemimpin menyerahkan tanggung jawab pada pelaksanaan pekerjaan kepada
bawahan,
2. Pemimpin memberikan kebebasan kepada bawahan untuk mengemukakan ide,
saran, dan pendapat.
3. Pemimpin menyerahkan kepada bawahan sepenuhnya dalam hal pengambilan
keputusan.
4. Pemimpin percaya bawahannya mampu melaksanakan tugas-tugasnya dengan
baik.

7
5. Pemimpin membiarkan bawahannya memilih cara-cara yang dikehendaki
dalam menyelesaikan tugas
(Gillies, 1994 dan La Monica,1986)Ciri-cirinya:

Menurut William C. Miller dalam buku Creative Edge:


1. Memerintah (tell)
Contohnya: Berdasarkan keputusan saya, ini adalah apa yang saya ingin anda
lakukan
2. Membujuk (sell)
Contohnya: Berdasarkan keputusan, saya ingin anda lakukan, karena
3. Berkonsultasi (consul).
Contohnya: Sebelum saya membuat keputusan saya menginginkan masukan
dari anda
4. Meminta Partisipasi ( partisipative)
Contohnya: Kita perlu membuat suatu ke potudan bersama
5. Memdelegasikan (delegate)
Contohny: Anda saja yang membuat keputusaan
D. Kelebihan dan Kekurangan dari Gaya Kepemimpinan Laissez-Faire
1. Kelebihan laissez faire :
a. Pemimpin akan menyerahkan keputusan kepada keinginan kelompok sehingga
keputusan yang dihasilkan menjadi keputusan bersama.
b. Ada kemungkinan bawahan dapat mengembangkan kemampuannya, daya
kreativitasnya untuk memikirkan dan memecahkahkan serta mengembangkan rasa
tanggung jawab.
c. Bawahan lebih bebas untuk menunjukkan persoalan yang dianggap penting
sehingga proses penyelesaianya lebih cepat.
2. Kelemahan laissez faire :
a. Tidak mampu melakukan koordinasi dan pengawasan yang baik.
b. Tidak mempunyai wibawa sehingga ia tidak ditakuti apalagi disegani oleh
bawahan.
c. Bila bawahan terlalu bebas tanpa pengawasan, terjadi penyimpangan dari
peraturan yang berlaku dari bawahan serta mengakibatkan salah tindak dan
memaka bayak waktu bila bawahan kurang pengalaman.

E. Analisis Penerapan Gaya Kepemimpinan Laissez-Faire


Menurut penelitian yang dilakukan oleh Irman Somantri, dkk.pada tahun 2006 di
RS. TNI AU TK II Dr. SALAMUN, analisis antara gaya kepemimpinan dengan
kepuasan kerja aspek imbalan didapatkan hubungan yang signifikan, dimana dari
hasil penelitian didapatkan bahwa semakin tinggi tingkat keterlibatan pimpinan dalam
mengatur bawahan maka kepuasan kerja yang muncul semakin tinggi pula. Dari hasil

8
penelitian didapatkan bahwa kepala ruangan dengan gaya kepemimpinan otoriter
dianggap mampu memberikan kepuasan kerja aspek imbalan sebesar 1,398 kali
dibandingkan kepala ruangan yang mempunyai gaya kepemimpinan laissez faire.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Daniel Tambunan, dkk. pada 14
responden di Instalasi Rawat Inap Kelas 3 RS. HKBP Balige tahun 2012 ditemukan
gaya kepemimpinan kepala ruangan adalah Laissez Faire dengan produktivitas kerja
tinggi sebesar 15,38% dan produktivitas kerja rendah sebesar 84,61%. Gaya ini efektif
dijalankan dalam memimpin apabila perawat di ruangan tersebut memiliki
pengalaman yang banyak dalam merawat pasien dan keterampilan yang baik,
kreativitas tinggi, pintar, memiliki kinerja yang baik dan tanggap akan kondisi pasien
sehingga tidak memerlukan pengawasan dari atasan. Seperti yang telah dikemukakan
dalam tinjauan pustaka bahwa gaya kepemimpinan Laissez Faire ini memiliki gaya
santai yang berpandangan bahwa organisasi tidak menghadapi maslah yang serius dan
kalaupun ada selalu dapat ditemukan penyelesaiannya.
Pemimpin ini juga tidak senang mengambil resiko, sementara pekerjaan perawat
mempunyai resiko yang sangat tinggi karena berhubungan dengan nyawa seseorang.
Pasien menyerahkan dan mempercayakan sepenuhnya kesembuhan penyakit yang
dideritanya pada tim medis dan dalam hal ini perawat memiliki andil yang besar
karena perawat yang bersama pasien dan memantau kondisi pasien selama 24 jam per
hari. Pemimpin ini juga melimpahkan wewenang kepada para bawahan dan enggan
memberikan sanksi, pimpinan hanya sebagai official, staf yang menentukan sendiri
kegiatankegiatan yang akan dilaksanakan tanpa pengarahan, supervise dan koordinasi
sehingga kendali yang dilakukan pimpinan sangat minimal dan hanya bersifat
laporan. Sehingga dalam pembagian tugas tidak ada yang mengontrol dan tanggung
jawab untuk merawat pasien bukan menjadi hal yang utama karena tidak adanya
pengawasan dari pemimpin mereka. Dan pemimpin ini memperlakukan para bawahan
sebagai rekan karena itu hubungan bersifat hierarkis tidak disenanginya dan
keserasian dalam interaksi organisasional dipandang sebagai etos yang perlu
dipertahankan.
Menurut kelompok kami, penerapan gaya kepemimpinan seperti ini harus
dikombinasikan dengan gaya kepemipinan yang lain, sehingga bisa menjadi gaya
kepemimpinan yang demokratis dengan kepercayaan tinggi. Jadi, bukan berarti
sepenuhnya buruk karena dalam menjalankannya pemimpin menaruh kepercayaan
yang tinggi pada karyawan. Tetapi dalam penerapan di dunia kerja perawat hal ini

9
tidak sertamerta baik karena pendelegasian yang ekspansif, yang bisa menimbulkan
kekacauan dalam tanggunggugat.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kepemimpinan merupakan masalah yang sangat penting dalam manajemen dan
organisasi. Bahkan ada yang menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan jantung
tau intinya manajemen dan organisasi. Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola
perilaku yang ditampilkan sebagai pimpinan ketika mencoba mempengaruhi perilaku
orang lain.
Gaya pemimpin Laissez-faire memperbolehkan kelompok yang memimpin dalam
menentukan tujuan dan metode mereka yang akan dicapai. Rencana yang sedikit,
membuat keputusan yang minimal, dan kurangnya keterlibatan pemimpin.
Ciri dari gaya kepemimpinan ini ialah
1. Pemimpin menyerahkan tanggung jawab pada pelaksanaan pekerjaan kepada
bawahan,
2. Pemimpin memberikan kebebasan kepada bawahan untuk mengemukakan ide,
saran, dab pendapat.
3. Pemimpin menyerahkan kepada bawahan sepenuhnya dalam hal pengambilan
keputusan.
4. Pemimpin percaya bawahannya mampu melaksanakan tugas-tugasnya dengan
baik.
5. Pemimpin membiarkan bawahannya memilih cara-cara yang dikehendaki dalam
menyelesaikan tugas

Ada pun kelebihan dari gaya kepemimpiananlaissez faire :


1. keputusan yang dihasilkan menjadi keputusan bersama.
2. mengembangkan kemampuannya, daya kreativitasnya untuk memikirkan dan
memecahkahkan serta mengembangkan rasa tanggung jawab karyawan.
3. Bawahan lebih bebas untuk menunjukkan persoalan yang dianggap penting
sehingga proses penyelesaianya lebih cepat.

Adapun kelemaha gaya kepemimpinan laissez faire :


1. Tidak mampu melakukan koordinasi dan pengawasan yang baik.
2. Tidak mempunyai wibawa sehingga ia tidak ditakuti apalagi disegani oleh
bawahan.

11
3. Bila bawahan terlalu bebas tanpa pengawasan, terjadi penyimpangan dari
peraturan yang berlaku dari bawahan serta mengakibatkan salah tindak dan
memaka bayak waktu bila bawahan kurang pengalaman.
B. SARAN
Gaya kepemimpinan Laissez-faire tidak bisa juga dikatakan sebagai gaya
kepemimpinan yang buruk, tetapi lebih baik seseorang pemimpin memilih gaya
kepemimpinan yang sesuai untuk organisasi atau institusi maupun kelompok yang
dipimpinnya.
Bagi para pembaca sebaiknya lebih mengenali gaya kepemimpinan apa yang cocok
untuk organisasinya dan tidak menganggap bahwa gaya kepemimpinan Lissez-faire
ini adalah hal yang buruk.
Sebaiknya bagi para pemimpin (manajerial) dalam lingkup keperawatan jika
memutuskan untuk menggunakan gaya kepemimpinan ini, disarankan untuk
membangun kepercayaan dan pengenalan organisasi/institusi serta peran karyawan
agar tidak terjadi penyimpangan dan menghasilkan produktivitas yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Catalano, J. T. 2009. Nursing now-todays issues, tomorrows trends. Philadelphia: F. A. Davis


company.
Daniel Tambunan, S.Sos, MARS, Elfrida Nainggolan, SKM. 2013. Gaya kepemimpinan
kepala ruangan dan produktivitas kerja Perawat pelaksana di instalasi rawat inap rs hkbp
balige 34.Jurnal Keperawatan HKBP Balige, Vol.1, Juni 2013: No.1ISSN 2338-3690
Ellis, J. R dan Hartley, C. L. 2012. Nursing in todays world-trends, issues, and management.
Philadelphia: Lippincott Williams and wilkins.
Irman Somantri, dkk. 2006. Hubungan Persepsi Perawat Pelaksana Tentang Gaya

Kepemimpinan Dan Tipe Kepribadian Kepala Ruangan Yang Dipersepsikan


Perawat Pelaksana Dengan Kepuasan Kerja. Jakarta; Universitas Indonesia.
Robbins, S.P. 2007. Perilaku organisasi (Jilid 12).Jakarta: Penerbit Salemba Empat..
Swansburg,Russel C . 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen keperawatan.
Jakarta; EGC.

12

Anda mungkin juga menyukai