Anda di halaman 1dari 13

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/308063497

VARIASI KONDISI AIRTANAH SEBAGIAN PESISIR


KABUPATEN REMBANG KAITANNYA DENGAN
BENTUKLAHAN

Conference Paper July 2016


DOI: 10.13140/RG.2.2.33273.47205

CITATIONS READS

0 143

1 author:

Edwin Maulana
Parangtritis Geomaritime Science Park
47 PUBLICATIONS 3 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Perencanaan Kawasan Pansela View project

Mapping of Flood Multi-Susceptibility in Bengkulu, West Borneo, Gorontalo and North Maluku. View
project

All content following this page was uploaded by Edwin Maulana on 14 September 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file. All in-text references underlined in blue are added to the original document
and are linked to publications on ResearchGate, letting you access and read them immediately.
Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016
Universitas Trunojoyo Madura, 27 Juli 2016

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI v

STUDI JUVENIL KARANG YANG MENEMPEL PADA RUMPON BUATAN DI 1-5


PERAIRAN PULAU MANDANGIN, KECAMATAN SAMPANG, KABUPATEN
SAMPANG JAWA TIMUR
Mahmud, Oktiyas Muzaki Luthfi

ANALISIS BEBERAPA ASPEK BIOLOGI KEPITING BAKAU (Scylla serrata) DI 6-10


PERAIRAN SUKOLILO, PANTAI TIMUR SURABAYA
Yusrudin

ANALISIS BERAT DAGING DAN IKG (INDEKS KEMATANGAN GONAD) TIRAM 11-17
Crassostrea iredalei BERDASARKAN FASE BULAN
Dini Febby Priyantini, Diana Arfiati, Andi Kurniawan

PERSENTASE PENUTUPAN DAN TIPE LIFE FORM TERUMBU KARANG DI PULAU 18-25
MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG
Fahror Rosi, Insafitri, Makhfud Effendy

LAJU PERTUMBUHAN KARANG PORITES SP. PADA SUBSTRAT YANG BERBEDA 26-32
DI PULAU GILI RAJEH KABUPATEN SUMENEP
Moh. Imron Faqih, Mahfud Effendy, Insafitri

KARBON ORGANIK DI BAWAH PERMUKAAN TANAH PADA KAWASAN 33-42


REHABILITASI MANGROVE, TAMAN HUTAN RAKYAT NGURAH RAI, BALI
I Gst. Agung Indah Mahasani, I Wayan Gede Astawa Karang, I Gede Hendrawan

DISTRIBUSI UKURAN KARANG PORITES SEBAGAI PENYUSUN UTAMA 43-47


MIKROATOL DI DAERAH RATAAN TERUMBU (REEF FLAT) PERAIRAN KONDANG
MERAK KABUPATEN MALANG
Kuncoro Aji, Oktiyas Muzaky Luthfi

KARAKTERISTIK MINYAK IKAN MURNI SARDIN (Sardinella sp.) DAN CUCUT 48-56
(Centrophorus sp.) SEBAGAI BAHAN SUPLEMEN MAKANAN KAYA OMEGA-3 DAN
SQUALEN
Sugeng Heri Suseno, Muhamad Musbah, Nilam Puspa Ruspatti

KAJIAN KONSTRUKSI DAN LOKASI JARING WARING TERHADAP UPAYA 57-63


PENCEGAHAN TERPERANGKAP IKAN HIU PAUS (Rhincodon typus) DI SELAT
MADURA
Mochamad Arief Sofijanto, Dwi Ariyoga Gautama, Bagus Ramadhan, Fernandes
Kambu, Ananda R Taruna

RASIO JENIS KELAMIN DAN TINGKAT KEMATANGAN GONAD IKAN TONGKOL 64-69
(Euthynnus Affinis) YANG TERTANGKAP OLEH PUKAT CINCIN DENGAN LAMPU
SETAN DI PERAIRAN LAMONGAN
Mochamad Arief Sofijanto, Risti Kristina, Hari Subagio

LAJU PERTUMBUHAN KARANG JENIS GONIASTREA SP DI KEDALAMAN 70-74


BERBEDA DI PULAU MANDANGIN SAMPANG
Wildanun Mukholladun, Insafitri, Makhfud Effendy

PENAMBAHAN KOMBINASI BAYAM DAN AIR KAPUR PADA PAKAN UNTUK 75-81
MEMPERCEPAT DURASI MOULTING KEPITING BAKAU (Scylla Serrata) JANTAN
Sumaryam, Muhammad Hayatul Fauzi

v
Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016
Universitas Trunojoyo Madura, 27 Juli 2016

KARAKTERISTIK DAN PENGARUH ARUS TERHADAP AKUMULASI LOGAM BERAT 82-88


TIMBAL (PB) PADA SEDIMEN DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP
Ani Marifah, Aries Dwi Siswanto, Agus Romadhon

KAJIAN PARAMETER OSEANOGRAFI DAN PERBANDINGAN KONSENTRASI 89-94


LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DI PERAIRAN MENGARE GRESIK DAN PULAU
TALANGO BAGIAN UTARA, MADURA
Aprilia Suryanti, Aries Dwi Siswanto, Agus Romadhon

STUDI DAN PENGARUH KONSENTRASI NITRAT TERHADAP KLOROFIL-A DI 95-101


PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP
M. Habibi Syaifullah Akbar, Aries Dwi Siswanto, Muhammad Zainuri

KARAKTERISTIK PASANG SURUT DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN 102-108


SUMENEP
Mifroul Tina Khotip, Aries Dwi Siswanto, Insafitri

KARAKTERISTIK GELOMBANG DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP 109-114


Syaifuddin, Aries Dwi Siswanto, Zainul Hidayah

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI 115-119


PERAIRAN KABUPATEN BANGKA
Umroh, Aries Dwi Siswanto, Ary Giri Dwi Kartika

STUDI DAN HUBUNGAN ARUS TERHADAP SEBARAN DAN FLUKTUASI NUTRIEN 120-125
(N DAN P) DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP
Wiwid Prahara Agustin, Agus Romadhon, Aries Dwi Siswanto

JENIS SEDIMEN PERMUKAAN DI EKOSISTEM TERUMBU KARANG PULAU GILI 126-133


LABAK KABUPATEN SUMENEP
Septian Dwi Suryantya Putra, Aries Dwi Siswanto, Insafitri

TSUNAMI MENTAWAI 25 OKTOBER 2010 (SIMULASI COMCOT 1.7) DAN 134-150


DAMPAKNYA KINI TERHADAP PANTAI BARAT MENTAWAI
Herdiana Mutmainah, Dominika Wara Christiana, Gunardi Kusumah

DISTRIBUSI SPASIAL SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN SUMATERA BARAT 151-158


DIKAITKAN DENGAN KEJADIAN INDIAN OCEAN DIPOLE (IOD) PADA MUSIM
PERALIHAN (AGUSTUS-OKTOBER) (STUDI KASUS: PULAU PASUMPAHAN DAN
SIBONTA)
Ulung Jantama Wisha, Try Al Tanto, Ilham

EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT DI PESISIR 159-166


TENGGARA BALI (STUDI KASUS KABUPATEN GIANYAR DAN KLUNGKUNG)
I Nengah Jaya Nugraha, I Wayan Gede Astawa Karang, I.G.B. Sila Dharma

HUBUNGAN KANDUNGAN NATRIUM CHLORIDA (NaCl) DAN MAGNESIUM (Mg) 167-172


DARI GARAM RAKYAT DI PULAU MADURA
Muhammad Zainuri, Khoirul Anam, Aliffia Putri Susanti

VARIASI KONDISI AIRTANAH SEBAGIAN PESISIR KABUPATEN REMBANG 173-179


KAITANNYA DENGAN BENTUKLAHAN
Theresia Retno Wulan, Wiwin Ambarwulan, Etik Siswanti, Edwin Maulana, I
Wayan Wisnu Yoga Mahendra, Dwi Sri Wahyuningsih

KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN 180-188


SAMPANG
Firman Farid Muhsoni

vi
Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016
Universitas Trunojoyo Madura, 27 Juli 2016

REKAYASA TEKNOLOGI POLIKULTUR IKAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus 189-201


Vannamei) DAN IKAN BANDENG (Chanos chanos Forskal) BERBASIS PENGGUNAAN
PAKAN BUATAN YANG DIPERKAYA VITAMIN C UNTUK PERCEPATAN
PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN DALAM MENUNJANG AGROMINA KOTA
PEKALONGAN
Istiyanto Samidjan, Diana Rachmawati

REKAYASA TEKNOLOGI BUDIDAYA IKAN GABUS MELALUI PERKAWINAN SILANG 202-208


INDUK IKAN GABUS (Channa striatus) DARI PERAIRAN RAWA PENING DENGAN
INDUK DARI PERAIRAN UMUM UJUNG PANGKAH UNTUK MENGHASILKAN BENIH
UNGGUL DENGAN PENDEKATAN KARAKTERISTIK GENETIK MIKROSATELIT
Istiyanto Samidjan, Diana Rachmawati, Agus Indarjo

PEMODELAN DINAMIKA SISTEM EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBERDAYAAN 209-215


USAHA GARAM RAKYAT DI PESISIR SELAT MADURA (STUDI KASUS KONVERSI
LAHAN GARAM TRADISIONAL MENJADI LAHAN GARAM GEOMEMBRAN)
Zainul Hidayah

KAJIAN KORELASI ANTARA TINGGI TERBANG DAN RESOLUSI FOTO UDARA 216-225
HASIL AKUSISI DENGAN UAV DI KAWASAN PESISIR (STUDI KASUS:
PEMOTRETAN DI KANTOR PARANGTRITIS GEOMARITIME SCIENCE PARK)
Anggara Setyabawana Putra, Wiwin Ambarwulan, Edwin Maulana, Theresia
Retno Wulan, Nita Maulia, Mega Dharma Putra, Dwi Sri Wahyuningsih, Farid
Ibrahim, Tri Raharjo

MEMANFAATKAN LIMBAH GARAM UNTUK KESEHATAN MANUSIA DAN HEWAN 226-231


Iwan Setyabudi, Herry Agoes Hermadi

UJI AKURASI DATA UAV (UNMANNED AERIAL VEHICLE) FOTO UDARA DI 232-240
KAWASAN PANTAI PELANGI, PARANGTRITIS, KRETEK, BANTUL
Theresia Retno Wulan, Wiwin Ambarwulan, Anggara Setyabawana Putra, Edwin
Maulana, Nita Maulia, Mega Dharma Putra, Dwi Sri Wahyuningsih, Farid Ibrahim,
Tri Raharjo

PERANCANGAN KAPAL ANGKUT IKAN HIDUP (KAIH) UKURAN 300 GT SISTEM 241-248
TERBUKA UNTUK IKAN KERAPU
Yulia Ayu Nastiti, Alam Baheramsyah, Sutopo Purwono Fitri

KELANGKAAN SUMBER DAYA PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN: 249-254


MASALAH KEBUDAYAAN ATAU AKIBAT DARI PENETRASI KAPITALISME?
Kusnadi

EFEKTIVITAS UPAYA MITIGASI ABRASI BERBASIS EKOSISTEM DI KABUPATEN 255-260


KULONPROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Dwi Sri Wahyuningsih, Edwin Maulana, Theresia Retno Wulan, Wiwin
Ambarwulan, Mega Dharma Putra, Farid Ibrahim, Zheni Setyaningsih, Anggara
Setyabawana Putra

MITIGASI BENCANA BERBASIS POTENSI WISATA, STUDI KASUS: PANTAI 261-266


PANDAWA, DESA KUTUH, KECAMATAN KUTU SELATAN, KABUPATEN BADUNG,
PROVINSI BALI
Theresia Retno Wulan, Wiwin Ambarwulan, Dwi Sri Wahyuningsih, Edwin
Maulana, Tri Raharjo, Farid Ibrahim, Mega Dharma Putra, Zheni Setyaningsih,
Erwin Isna Megawati

STRATEGI PENGHIDUPAN MASYARAKAT PADA PERIODE KRISIS BENCANA 267-275


BANJIR PADA LAHAN PERTANIAN DI PESISIR KABUPATEN BANTUL (STUDI
KASUS: MASYARAKAT DUSUN DEPOK, DESA PARANGTRITIS, KECAMATAN
KRETEK, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)
Theresia Retno Wulan, Edwin Maulana,Nita Maulia, Wiwin Ambarwulan, Tri
Raharjo, Farid Ibrahim, Mega Dharma Putra, Dwi Sri Wahyuningsih, Zheni
Setyaningsih

vii
Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016
Universitas Trunojoyo Madura, 27 Juli 2016

KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN MANGROVE DI PESISIR PUGER KABUPATEN 276-284


JEMBER, JAWA TIMUR, INDONESIA
Anita Dewi Moelyaningrum, Ellyke, Rahayu S Pujiati, Khoiron

APLIKASI TEKNOLOGI ENZIM PROTEASE PAPAIN DALAM PAKAN BUATAN 285-289


SEBAGAI PEMACU PERTUMBUHAN UPAYA PERCEPATAN PRODUKSI LELE
SANGKURIANG DI KAWASAN KAMPUNG LELE DESA WONOSARI, KECAMATAN
BONANG, KABUPATEN DEMAK
Diana Rachmawati, Johannes Hutabarat, Istiyanto Samidjan

ANALISIS HISTOPATOLOGI OTOT IKAN MAS (Cyprinus carpio) YANG TERINFEKSI 290-294
KOI HERPES VIRUS (KHV) PADA KOLAM PEMELIHARAAN IKAN MAS
Zulfa Rahmawati, Uun Yanuhar, Diana Arfiati

KUALITAS PENGOLAHAN IKAN KAYU DI KABUPATEN SIKKA 295-300


Diani Susanti Liufeto, Y. S. Darmanto, Tri Winarni Agustini

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI POLIKULTUR IKAN NILA MERAH LARASATI 301-309


(Oreochromis Nilaticus) DAN IKAN BANDENG (Chanos chanos Forskal) BERBASIS
PENGGUNAAN PROBIOTIK UNTUK PERCEPATAN PERTUMBUHAN DAN
KELULUSHIDUPAN DALAM MENUNJANG AGROMINA KOTA PEKALONGAN
Istiyanto Samidjan, Diana Rachmawati, Agus Indarjo, Hadi Panggono

PENINGKATAN RASIO EFISIENSI PROTEIN, PERTUMBUHAN DAN 310-315


KELULUSHIDUPAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) MELALUI PENAMBAHAN
ENZIM FITASE DALAM PAKAN BUATAN
Diana Rachmawati, Istiyanto Samidjan, Heryoso Setiyoso

KAJIAN KANDUNGAN HITAMIN IKAN CAKALANG (Katuswonus Pelamis) SEGAR 316-320


DAN ASAP PADA UNIT PENGOLAHAN IKAN ASAP DI KOTA AMBON
Christy Radjawane, Y. S. Darmanto, Fronthea Swastawati

SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH (Lumbricus 321-327


Rubellus) DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN KERAPU MACAN
(Epinephelus Fuscoguttatus)
Diana Rachmawati, Istiyanto Samidjan, Sarjito

ANALISIS KADAR GLUKOSA DARAH IKAN TAWES (Barbonymus gonionotus) DARI 328-333
BENDUNG ROLAK SONGO HILIR SUNGAI BRANTAS
Zahrotun Nasichah, Putut Widjanarko, Andi Kurniawan, Diana Arfiati

IDENTIFIKASI SPESIES ALGA KOMPETITOR Eucheuma cottonii PADA LOKASI 334-338


YANG BERBEDA DI KABUPATEN SUMENEP
Moh Hadi Hosnan, Apri Arisandi, Hafiludin

viii
ISBN: 978-602-19131-4-7
Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016
Universitas Trunojoyo Madura, 27 Juli 2016

VARIASI KONDISI AIRTANAH SEBAGIAN PESISIR KABUPATEN REMBANG


KAITANNYA DENGAN BENTUKLAHAN
Theresia Retno Wulan2,3,4, Wiwin Ambarwulan3, Etik Siswanti5, Edwin Maulana1,2,
I Wayan Wisnu Yoga Mahendra5, Dwi Sri Wahyuningsih2

1Magister
Manajemen Bencana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
2Parangtritis
Geomaritime Science Park, Yogyakarta
3Badan Informasi Geospasial, Bogor
4Mahasiswa Doktor Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
5Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

E-mail: edwinmaulana35@yahoo.com

ABSTRAK

Bentuklahan adalah kenampakan morfologi khas muka bumi yang terbentuk oleh proses-proses dari
dalam, luar, dan di permukaan bumi. Kajian mengenai bentuklahan di suatu wilayah dapat memberikan
informasi mengenai sifat dan karakteristik material penyusun bentuklahan. Kondisi airtanah di setiap
wilayah akan mengikuti karakteristik bentuklahan, termasuk di pesisir Kabupaten Rembang. Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi airtanah di sebagain pesisir Kabupaten Rembang kaitannya
dengan bentuklahan. Metode analisis menggunakan dengan deskriptif-eksplanatori. Pengumpulan data
melalui survei lapangan terdiri dari dua kegiatan, yaitu: (1) pengukuran tinggi muka air (TMA)
danpemotretan wilayah kajian menggunakan UAV (Unmanned Aerial Vehicle); dan (2) wawancara
penduduk untuk mengetahui kondisi dan pemanfaatan airtanah. Wilayah penelitian tersusun dari empat
bentuk lahan yaitu rataan pasang surut, gisik, beting gisik, dan dataran fluvio-marin. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tinggi muka airtanah (TMA) pada bentuklahan beting gisik sekitar 3,5 m dan
bentuklahan dataran fluvio-marin sekitar 6 m. Kondisi airtanah di beting gisik memiliki rasatawar dan
tidak berbau, sedangkan di dataran fluvio-marin air berasa asin sampai payau. Airtanah di pesisir
Rembang dimanfaatkan untuk mandi dan cuci, sedangkan untuk minum dan memasak menggunakan
air dari PDAM atau membeli air kemasan.
Kata Kunci: Airtanah, Bentuklahan, Pesisir, Kabupaten Rembang

PENDAHULUAN

Bentuklahan merupakan kenampakan permukaan bumi yang terbentuk akibat dari tenaga endogen
maupun tenaga eksogen yang mengontrol suatu wilayah. Tenaga tersebut mempengaruhi proses yang
ada di permukaan bumi. Pengaruh tersebut dapat berupa material penyusun, kandungan material setiap
kawasan di bentuklahan yang berbeda akan berbeda pula. Bentuklahan akan menggambarkan sifat-
sifat material penyusun dari suatu kawasan, seperti jenis batuan, pasir tanah, bahkan kimiawi
kandungan tanah. Deskripsi yang baik dalam menggambarkan suatu bentuk lahan akan mampu
menduga kandungan serta kualitas air tanah yang tersimpan didalamnya. Karakteristik kualitas air dapat
diketahui melalui analisis fisika, kimia, dan biologi (Todd, 2005) pada unit-unit bentanglahan.
Kualitas air tanah diketahui dari jenis litologinya dan ini dapat dikenali dari bentuklahan. Jenis batuan
memilii andil dalam menentukan tingkat permeabilitas aquifer (Sundra, 1997). Kondisi air tanah
dipengaruhi pula oleh batuan penyususn serta interfensi lingkungan seperti apakah suatu kawasan
berada di pesisir sehingga interusi air laut dapat mempengaruhi kondisi air tanah, dan campur tangan
manusia juga mampu mempengaruhi kondisi air tanah. Fakta tersebut dikuatkan oleh teori Guswa dan
Lyman (1983) yang menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kualitas air adalah siklus hirologi,
meteorologi dan geologi. Campurtangan manusia baik dalam membuang limbah serta kagiatan
pemanfaatan lahan diatasnya. Jika suatu lahan dimanfaatkan sebagai lahan pertanian akan berbeda
dengan lahan yang digunakan untuk lahan tambak. Bentuklahan kembali menjadi gambaran umum
yang berkaitan dengan aktifitas manusia dalam mengelola lahan yang akan mampu mempengaruhi
kondisi airtanah dibawahnya.
Kabupaten Rembang yang berada dipesisir utara Pulau Jawa memiliki karakteristik fisiografi zona utara
Jawa. Kendati Kabupaten Rembang bertopologi bergelombang namun juga memiliki kaki perbukitan
yang datar yang kerap dimanfaatkan masyarakat sebagai kolam ikan atau tambak. Akifitas tambak di
Kabupaten Rembang menjadi salah satu faktor berpengaruh terhadap kondisi airtanah. Limbah tambak
baik dari kotoran ikan dan udang juga sisa bahan pakan akan menjadi limbah cair dikawasan tambak
sehingga mencemari airtanah. Beberapa aktivitas manusia memang berpengaruh terhadap kualitas air
tanah (Watts, 1997 dalam Notodarmojo, 2005).
173
Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016
Universitas Trunojoyo Madura, 27 Juli 2016

Kabupaten Rembang memiliki kondisi fisik yang tersusun dari material pasir menjadikan proses interusi
air laut yang masuk ke darat sangat tinggi. Nurrohim et. al. (2012) mengemukakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi intrusi air laut adalahkondisi geologi pada material alluvium, kondisigeohidrologi
pada akuifer dangkal denganproduktifitas sedang, kondisi penggunaan lahan dandaerah dengan
kepadatan penduduk yang tinggi. Secara umum Kabupaten Rembang terdiri dari tiga bentuklahan yakni
rataan pasang surut, beting gisik dan fluvio-marin. Bentuk lahan tersebut tentu memiliki kondisi yang
berbeda-beda, serta kondisi airtanah yang berbeda pula. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kualitas air tanah di Kabupaten Rembang kaitannya dengan bentuklahan.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilakukan di kawasan kepesisiran Kabupaten Rembang (Gambar 1). Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Peta Kontur Digital yang diperoleh dari Peta Rupa Bumi Indonesia
Skala 1:25.000, Citra Google Earth serta Foto Tegak dan Foto Condong dari lokasi penelitian. Data
diolah untuk mengetahui bentuklahan dari kawasan kepesisiran Kabupaten Rembang. Interpretasi data
spasial menghasilkan peta tentatif bentuklahan dengan skala 1:25.000. Survei lapangan dilakukan
untuk mengetahui bentuklahan aktual lokasi penelitian sehingga diperoleh peta bentuklahan yang
akurat.
Air diidentifikasi dari segi fisiknya, yakni bau, rasa, dan warna. Air yang berbau mengindikasikan bahwa
air mengalami pencemaran. Bau yang ditimbulkan dari air yang diidentifikasi adalah anyir, besi dan
tidak berbau. Mengenai rasa,diidentifikasi dari tingkat keasinannya. Rasa ditunjukkan dengan asin,
payau, dan tawar. Warna menunjukkan kandungan yang terdapat di dalam air. Warna ditunjukkan
dengan keruh dan bening. Kekeruhan di dalam air menunjukkan material penyusun pada lokasi
penelitian. Material penyusun terdiri dari material alluvium, kapur, andesit, tuff.

Gambar 1. Lokasi Penelitian


Sumber: Maulana, 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bentuklahan di sebagain pesisir Kabupaten Rembang


Wilayah kepesisiran (coastal area) merupakan bentanglahan yang dimulai dari garis batas wilayah laut
(sea) yang ditandai terbentuknya zona pecah gelombang (breakers zone) ke arah darat hingga
bentanglahan yang secara genesis masih dipengaruhi oleh aktivitas marin masa lampau (dirumuskan
dari konsep CERC, 1984; Pethick, 1984; Sunarto, 2000; Gunawan et al., 2005). Wilayah kepesisiran
tersusun dari beberapa satuan-satuan kenampakan khas permukaan bumi yang disebut bentuklahan.
Kajian bentuklahan menekankan pada aspek genesis,yaitu faktor utamayang menunjukkan asal usul
pembentukan bentuklahan di suatu daerah sebagai hasil dari proses-proses geomorfologi yang bekerja
(Lobeck 1939; Thornbury, 1954; Strahler, 1983; Santosa, 2015) baik dari dalam, luar, maupun
permukaan bumi (Sartohadi, 2007).
Kabupaten Rembang masuk dalam fisiografi zona utara Jawa. Zona ini dicirikan oleh topografi
bergelombang hingga berbukit dengan struktur geologi lipatan. Perbukitan di Kabupaten Rembang
merupakan bagian sisi barat Pegunungan Kendeng atau Pegunungan Kapur Utara yang membentang
hingga Kepulauan Madura (Pannekoek, 1949; Haryono dan Purnama, 1998). Formasi geologi di
174
Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016
Universitas Trunojoyo Madura, 27 Juli 2016

wilayah kepesisiran Kabupaten Rembang sangat kompleks. Setidaknya ada tiga formasi yang
menyusun kenampakan wilayah kepesisiran Rembang, yaitu (Kadar dan Sudijono, 1993): (1) Endapan
Aluvium (Qa; (2) Batuan Gunungapi Lasem (Qvl); (3) dn Formasi Mundu (Tmpm).
Bentuklahan di wilayah kepesisiran Kabupaten Rembang terdiri dari dari tiga bentukan asal proses,
yaitu: (1) bentukan asal marin; (2) bentukan asal fluvial; dan (3) bentukan asal vulkanik. Bentukan asal
marin dan fluvial membentang di sepanjang pesisir Kabupaten Rembang mulai dari Kecamatan Kaliori
di sisi paling barat hingga Kecamatan Sarang di sisi paling timur. Bentukan asal vulkanik dijumpai di
Kecamatan Lasem, Sluke, dan sisi barat Kecamatan Kragan.
Bentukan asal marin dipengaruhi oleh proses marin yang berasal dari aktivitas gelombang. Bentukan
asal marin di wilayah kepesisiran Kabupaten Rembang adalah gisik dan beting gisik. Gisik (ridge)
adalah bentuklahan yang masih dipengaruhi pasang tertinggi dan surut terendah air laut yang
merupakan akumulasi pasir pantai (Gunawan et al., 2005). Lebar gisik hanya berkisar 3-15 meter.
Sempitnya gisik disebabkan oleh pemanfaatan lahan yang masif di sepanjang pesisir Rembang baik
untuk kawasan permukiman, industri, maupun tambak.

Gambar 2. Gisik bermaterial pasir putih di Pantai Caruban, Kec. Rembang (a) dan gisik bermaterial
pasir kecoklatan di Pantai Dampo Awang, Kec. Rembang (b)
Sumber: Siswanti (2016)
Gisik di Kabupaten Rembang tersusun atas material pasir putih dan pasir kecoklatan (Gambar 2). Gisik
bermaterial pasir putih dijumpai di Kecamatan Sarang, Kragan, Sluke, Lasem, dan sebagian Kecamatan
Rembang yang mana dipengaruhi oleh keberadaan Gunungapi Lasem di sisi selatannya. Material pasir
putih berasal dari rombakan terumbu karang yang tumbuh pada media batuan vulkanik tua yang keras
sebagai hasil aktivitas Gunungapi Lasem masa lampau. Gisik bermaterial pasir kecoklatan dijumpai di
Kecamatan Kaliori dan sebagian Kecamatan Rembang. Material pasir berwarna hitam berasal dari
endapan sungai yang bermuara di Laut Utara Jawa.
Beting gisik (beach ridge) adalah perkembangan dari gisik yang sudah tidak aktif lagi (Gunawan et al.,
2005). Beting gisik di pesisir Rembang sudah dimanfaatkan sebagai kawasan tambak, industri, dan
permukiman (Gambar 3) sehingga bentukan aslinya sulit diidentifikasi. Penciri beting gisik adalah
materialnya yang berupa pasir dan lempung.

Gambar 3. Beting gisik yang dimanfaatkan sebagai kawasan tambak di Kec. Rembang (a)
dan permukiman di Kec. Sarang (b)
Sumber: Siswanti (2016)
175
Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016
Universitas Trunojoyo Madura, 27 Juli 2016

Bentukan yang berasal dari kombinasi asal marin dan fluvial di wilayah kepesisiran Rembang adalah
dataran fluvio-marin (Gambar 4) yang berada di belakang kompleks beting gisik. Dataran fluvio-marin
memiliki material yang bertekstur pasir berlempung. Penggunaan lahan di dataran fluvio-marin adalah
permukiman, tambak, dan lahan pertanian. Tanaman yang dibudidayakan seperti padi, ketela, dan
jagung.

Gambar 4. Foto Udara bentuklahan dataran fluvio-marin


Sumber: Maulana (2016)
Bentukan asal fluvial berasal dari aktivitas aliran sungai berupa pengangkutan dan pengendapan
material sungai. Bentukan asal fluvial di wilayah kepesisiran Rembang adalah dataran aluvial (Gambar
5). Dataran aluvial tersebar di sebelah selatan dataran fluvio-marin. Dataran aluvial tersusun dari
endapan aluvium berupa pasir, debu, lempung, dan kerikil.

Gambar 5. Dataran aluvial


Sumber: Maulana (2016)
Bentukan asal vulkanik di wilayah kepesisiran Rembang adalah dataran kaki Gunungapi Lasem
(Gambar 6). Lebar dataran kaki Gunungapi Lasem berkisar 300-800 m yang berada di sisi utara
Gunungapi Lasem. Dataran kaki Gunungapi Lasem membentuk tanjung yang menjorok ke laut.
Bentuklahan ini berada di Kecamatan Sluke dan sisi timur Kecamatan Lasem. Proses-proses
geomorfologi di wilayah kepesisiran Rembang bersifat dinamis sehingga terus menerus berubah. Setiap
bentuklahan tersusun oleh material yang berbeda sehingga memiliki potensi dan permasalahan yang
berbeda. Pemanfaatan lahan wilayah kepesisiran haruslah mengikuti karakteristik bentuklahan agar
tercapai pemanfaatan yang lestari.

176
Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016
Universitas Trunojoyo Madura, 27 Juli 2016

Gambar 6. Dataran kaki Gunungapi Lasem


Sumber: Mahendra (2016)

Kondisi airtanah kaitannya dengan bentuklahan


Penilaian terhadap kualitas air dapat dilihat dari parameter fisika, kimia dan biologi. Penelitian kualitas
airtanah dalam penelitian ini dibatasi pada aspek fisik. Pengambilan sampel air dilakukan dengan survei
lapangan di kawasan kepesisiran Kabupaten Rembang. Titik survei didasarkan pada bentuklahan yang
ada di kawasan kepesisiran Kabupaten Rembang. Titik yang disurvei berjumlah sembilan titik. Lokasi
titik sampel yang disurvei dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Lokasi Pengambilan Sampel Air


Sumber: Maulana (2016)
Kondisi air tanah yang terdapat di pesisir Utara Rembang memiliki variasi kualitas air tanah. Kualitas air
tanah dipengaruhi oleh bentuklahan dan adanya intrusi air laut. Bentuklahan yang terdapat di Pesisir
Utara Rembang meliputi gisik, beting gisik, dataran fluvio marin, dan lereng kaki. Bentuklahan beting
gisik memiliki kualitas air tanah yang baik sedangkan lereng kaki memiliki kualitas air yang buruk.
Kualitas air yang baik dicirikan dari sifat fisik air yang tidak berwarna disertai rasa tawar, dan tidak

177
Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016
Universitas Trunojoyo Madura, 27 Juli 2016

berbau. Beting gisik merupakan bentuklahan yang memiliki kemampuan dalam menahan intrusi air laut.
Beberapa ion-ion natrium dan klorida ditahan pada suatu membran yang dinamakan beting gisik.
Kualitas air yang buruk berada pada beberapa titik pada bentuklahan gisik disebabkan karena adanya
intrusi air laut yang terdapat pada kawasan pesisir. Faktor lokasi sumur yang berada dekat dengan
sungai juga menjadi faktor penyebab terjadinya intrusi air laut. Sungai menjadi media penyambung
antara air laut dengan air tanah. Sewaktu musim kemarau pemanfaatan lahan di kawasan pesisir Utara
Jawa dimanfaatkan untuk tambak garam. Tambak garam yang dilakukan penduduk memanfaatkan air
sungai sebagai media penyalur air laut menuju ke daratan. Masuknya air laut menuju ke daratan
menyebabkan beberapa sumur warga menjadi asin atau terkena dampak intrusi air laut. Adapun
sebaran kualitas air laut beserta bentuklahan dapat dilihat pada Tabel. 1
Tabel 1. Keterkaitan bentuklahan dengan kualitas fisik air
Titik Koordinat
Keterangan Bentuk Lahan Warna Rasa Bau
Sampel X Y
Rumah Tidak
1 576337 9253435 Gisik Payau Anyir
penduduk berwarna
Dataran Fluvio Tidak
2 574964 9253941 Sawah Payau Anyir
Marine berwarna
Dataran Fluvio Tidak Tidak
3 565048 9261984 SMP 2 Kragan Tawar
Marine berwarna berbau
Pelabuhan Tidak
4 558315 9267086 Lereng Kaki Asin Anyir
Pangkalan berwarna
Rumah di Dataran Fluvio Tidak
5 544042 9259393 Asin Anyir
pinggir jalan Marine berwarna
Tidak Tidak
6 538566 9258884 Situs perahu Beting Gisik Tawar
berwarna berbau
Tidak
7 545421 9260775 Karangjahe Gisik Asin Anyir
berwarna
Tidak Anyir
8 547581 9261748 Caruban Gisik Payau
berwarna
Penahan Tidak Anyir
9 573606 9255602 Gisik Payau
abrasi berwarna
Sumber: Analisis, 2016
Beberapa titik yang memiliki kualitas air buruk terpaksa harus membeli air jerigen untuk memenuhi
kebutuhan minum. Kebutuhan sekunder seperti mencuci baju, mencuci piring dan mandi masyarakat
masih menggunakan sumur galian (Gambar 8). Permasalahan yang timbul dari kualitas air yang buruk
adalah sulitnya warga pra-sejahtera menikmati fasilitas air bersih.
Peran serta pemerintah dalam mengatasi kondisi air di Kabupaten Rembang harus lebih ditingkatkan
mengingat air adalah kebutuhan primer setiap manusia. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan
adalah purifikasi air laut, namun hal tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Berdasarkan hasil
kajian dari beberapa penelitian terdahulu, salah satu solusi yang mudah dan murah adalah melalui
pemanenan air hujan (rain harvesting). Pemanenan air hujan hanya membutuhkan wadah semisal dari
beton cor atau tong yang dapat menampung air dalam volume besar. Penampungan air hujan tersebut
kemudian dapat didistribusikan menggunakan pipa atau masyarakat dapat mengambil langsung di
penampungan yang telah dibuat.

Gambar 8. Sumur Warga Sebagai Lokasi Pengambilan Sampel Air


Sumber: Mahendra (2016)
178
Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016
Universitas Trunojoyo Madura, 27 Juli 2016

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan yang erat antara bentuklahan dengan kualitas
air di kawasan pesisir. Salah satu pattern yang ditemui di Pesisir Kabupaten Rembang adalah tinggi
muka airtanah (TMA) pada bentuklahan beting gisik sekitar 3,5 m dan bentuklahan dataran fluvio-marin
sekitar 6 m. Rata-rata air tanah di kawasan pesisir Kabupaten Rembang tidak berwarna karena telah
terfiltrasi oleh material penyusun batuan berupa aluvium. Kondisi airtanah di beting gisik memiliki
rasatawar dan tidak berbau, sedangkan di dataran fluvio-marin air berasa asin. Tidak ditemukan pola
jarak tingkat salinitas garam dengan bibir pantai. Salinitas lebih erat kaitannya dengan bentuklahan di
Kabupaten Rembang. Airtanah di pesisir Rembang dimanfaatkan untuk mandi dan cuci, sedangkan
untuk minum dan memasak menggunakan air dari PDAM atau membeli air kemasan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Prof. Junun Sartohadi, M.Sc dan
Syamsul Bachri, P.hd yang selalu membimbing penulis hingga sekarang. Selanjutnya ucapan terima
kasih disampaikan kepada teman-teman di Parangtritis Geomaritime Science Park yang selalu
mendukung penulis untuk menyelesaikan paper ini. Lebih lanjut, ucapan terima kasih juga dihaturkan
kepada Pak Yosep dan Pak Nurul yang ikut dalam survei lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, T., Santosa, L. W., Mutaali, L., & Santosa, S. H. M. B. (2005). Pedoman Survei Cepat
Terintegrasi Wilayah Kepesisiran (Rapid Integrated Survey for Coastal Area). Yogyakarta: Badan
Penerbit dan Percetakan Fakultas Geograf (BPFG)
Haryono, E., & Purnama, Ig. S. (1998). Kajian Persebaran Kadar Ion-Ion Dominan dalam Air Tanah
pada Berbagai Bentuk Lahan di Kabupaten Rembang: Laporan Penelitian. Yogyakarta: Lembaga
Penelitian Universitas Gadjah Mada.
Kadar, D., & Sudijono (1993). Peta Geologi Bersistem Indonesia Lembar: Rembang 1509-1 & 4 Skala
1:100.000. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Lyman, W. J., & Guswa, J. H. (1983). Groundwater Contamination and Emergency Response Guide,
New York.
Notodarmojo, S. (2005). Tanah dan Airtanah, ITB, Bandung.
Nurrohim, Ahmad, Tjaturahono, B. S., & Setyaningsih, W. (2012). Kajian Intrusi Air laut di Kawasan
Pesisir Kecamatan dan Kabupaten Rembang. Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Semarang.
Santosa, L. W. (2005). Keistimewaan Yogyakarta dari Sudut Pandang Geomorfologi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Sartohadi, J. (2007). Terapan Geomorfologi Dalam Pengelolaan Sumberdaya Air. Jurnal Alami, 12, 16-
21.
Sundra, I. K. (1997). Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Kualitas Air Sumur Gali di Sekitar
Tempat Pembuangan Sampah Akhir Suwung Denpasar Bali. Jurnal Lingkungan dan
Pembangunan, 19(3), 206-214.
Todd, D. K. (2005). Groundwater Hydrology, Third Edition. NewYork:John Wiley & Sons.

179

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai