BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kesempatan menduduki jabatan merupakan persoalan tersendiri yang
dihadapi oleh seorang pegawai. Sebagian pegawai mendapatkan
kesempatan yang baik dalam mendapatkan jabatan, namun sebagian
pegawai lainnya kurang mendapatkan kesempatan. Pegawai negeri dalam
menduduki jabatan tergantung dari kepangkatan dan juga masalah prestasi
kerja mereka. Namun sesungguhnya selain itu posisi jabatan juga
memberikan peluang kepada pegawai negeri untuk lebih mengenal pejabat.
Pejabat dalam pegawai negeri memegang kendali keputusan, oleh
karenanya apabila pegawai negeri dekat dengan pejabat, maka mereka akan
berkesempatan untuk menduduki jabatan dan bahkan memperoleh apa yang
diinginkannya.
Kebijakan kepala daerah melakukan pergantian pimpinan maupun staf
di sebuah instasi pemerintah, sering disalah artikan sebagai hukuman. Kata
hukuman mendominasi dalam menyikapi pergantian kepala dinas atau
badan. Tidak hanya itu. Pegawai golongan buntutpun kadang tidak luput dari
keputusan para kepala daerah untuk hengkang dari tempat kerja yang sudah
lama ditekuninya.
Sebagian pejabat hanya bisa pasrah. Bagi pejabat yang memahami
betul tentang tugas dan makna sumpah atau janji saat para pamong (PNS)
tersebut diangkat menjadi pelayan masyarakat, merasa biasa bahkan
diuntungkan dengan adanya mutasi. Para ahli berpendapat mutasi adalah
proses yang secara hukum sah dilakukan dilingkungan pemerintah. Mutasi
adalah ketentuan yang harus dilaksanakan. Peraturan Pemerintah No.41
Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah, merupakan salah satu
dari sekian banyak peraturan tentang kepegawaian, yang di dalamnya juga
mengatur tentang mekanisme dan ketentuan mutasi. Karena itu para ahli
melanjutkan, mutasi harus dipahami sebagai berkah karena dengan mutasi,
pegawai banyak diuntungkan ketika berbicara tentang karir.
Para ahli juga menilai, kesan hukuman jika seorang pejabat atau staf
dipindahkan dari dinas atau kantor yang satu ke dinas atau bagian yang lain
hanyalah sebuah opini yang tidak bisa dibuktikan keabsahaannya. Yang
dikatakan hukuman itu apabila seorang pejabat atau staf ditempatkan tidak
sesuai dengan pangkat dan atau golongan yang bersangkutan. Dan ini juga
tidak gampang bagi Baperjakat. Tapi sepanjang ditempatkan sesuai dengan
pangkat atau golongan dari pejabat atau staf yang bersangkutan saya rasa
tidak ada yang salah, jelas para ahli berpendapat.
Kebijakan untuk melakukan mutasi merupakan sesuatu yang sangat
normatif. Dalam urusan mutasi, kebijakan kepala daerah dalam melakukan
mutasi disadari sebagai sesuatu yang mutlak dilakukan. Jika mutasi tidak
dilakukan maka ada sesuatu yang tidak beres dalam mengelola daerah.
Mutasi memang peristiwa yang unik dilingkungan PNS. Dipihak yang
merasa nyaman dengan jabatan dan lingkungan kerjanya, mutasi adalah
sebuah siksaan. Pada peristiwa yang sama, bagi sejumlah PNS, mutasi
merupakan berkah. Penyebabnya bisa karena bosan dengan suasana kerja
maupun ambisi untuk mendapat tantangan baru atau jabatan baru. Namun
tidak dipungkiri kata mutasi merupakan sebuah kata yang seram dikuping
pejabat atau staf pemerintahan.
Hal lain yang menjadikan mutasi sebagai bentuk hukuman, diawali dari
berbagai pendapat tentang lingkup kerja. Secara umum lingkup kerja kadang
diterjemahkan secara bebas oleh masyarakat dan pejabat atau staf
pemerintahan. Lahan basah dan lahan kering menjadi istilah yang
menggambarkan adanya perbedaan beban dan peluang kerja antara instansi
yang satu dengan instansi yang lainnya. Pendapat itulah yang menimbulkan
tafsiran yang bervariasi tentang mutasi.
Mutasi bisa bermakna dua yakni ruang lingkup mutasi yang vertikal
promosi dan demosi. Promosi adalah bentuk apresiasi kalau seseorang
memiliki kinerja diatas standar organisasi dan berperilaku sangan baik yang
diwujudkan dalam bentuk kenaikan karir. Dengan demikian mereka yang
mendapat promosi akan memperoleh tugas, wewenang dan tanggung jawab
yang lebih besar. Sementara demosi merupakan tindakan penalti dalam
bentuk penurunan pangkat atau dengan pangkat tetap tetapi sebagian
tunjangan tidak diberikan. Hal ini dilakukan pimpinan kalau seseorang yang
walaupun sudah mengikuti pelatihan dan pembinaan personal namun tetap
saja bekerja dengan kinerja jauh di bawah standar organisasi dan
berkelakuan tidak baik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perpindahan jabatan pegawai (Mutasi)?
2. Bagaimana tujuan dan manfaat Mutasi?
3. Bagaimana dasar hukum Mutasi?
4. Bagaimana peran BKD dalam Mutasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perpindahan jabatan pegawai (Mutasi).
2. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat Mutasi.
3. Untuk mengetahui dasar hukum Mutasi.
4. Untuk mengetahui dasar hukum Mutasi.
5. Untuk mengetahui peran BDK dalam Mutasi.
BAB II
PEMBAHASAN
PERPINDAHAN JABATAN PEGAWAI
A. MUTASI
Kegiatan memindahkan tenaga kerja dari suatu tempat kerja ke tempat
kerja lain disebut mutasi. Akan tetapi, mutasi sebenarnya tidak selamanya
sama dengan pemindahan. Mutasi meliputi kegiatan memindahkan tenaga
kerja, pengoperan tanggung jawab, pemindahan status ketenagakerjaan, dan
sejenisnya. Adapun pemindahan hanya terbatas pada mengalihkan tenaga
kerja dari suatu tempat ke tempat lain. Jadi, mutasi lebih luas ruang
lingkupnya ketimbang pemindahan. Salah satu perwujudan kegiatan mutasi
adalah pemindahan tenaga kerja dari satu tempat kerja ke tempat kerja lain.
Pengertian Mutasi
Kata mutasi atau pemindahan oleh sebagian masyarakat sudah
dikenal, baik dalam lingkungan maupun di luar lingkungan perusahaan
(pemerintahan). Mutasi adalah kegiatan memindahkan tenaga kerja dari satu
tempat tenaga kerja ke tempat kerja lain. Akan tetapi mutasi tidak selamanya
sama dengan pemindahan. Mutasi meliputi kegiatan memindahkan tenaga
kerja, pengoperan tanggung jawab, pemindahan status ketenagakerjaan, dan
sejenisnya. Adapun pemindahan hanya terbatas pada mengalihkan tenaga
kerja dari satu tempat ke tempat lain.
Perpindahan pegawai terjadi dalam setiap organisasi baik lembaga
pemerintahan maupun organisasi perusahaan. Ada berbagai istilah
perpindahan yang digunakan setiap organisasi, istilah yang umum digunakan
adalah mutasi. Seperti yang dijelaskan oleh Hasibuan (2002, h.102) Istilah-
istilah yang sama pengertiannya dengan mutasi adalah pemindahan, alih
tugas, transfer dan job rotation karyawan. Mutasi memiliki banyak arti yang
dijelaskan oleh para ahli.
H. Malayu S.P. Hasibuan (2008 : 102) menyatakan bahwa mutasi
adalah suatu perubahan posisi/jabatan/tempat/pekerjaan yang dilakukan baik
secara horizontal maupun vertikal di dalam satu organisai. Pada dasarnya
mutasi termasuk dalam fungsi pengembangan karyawan, karena tujuannya
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja dalam perusahaan
(pemerintahan ) tersebut.
Sedangkan landasan hukum pelaksanaan mutasi, pengangkatan dan
pemberhentian pegawai negeri sipil adalah:
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1999, tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian (Lembaga Negara Tahun 1999 Nomor 16 Tambahan lembaran
Negara Nomor 3890).
Tentang wewenang pengangkatan, pemindahan, pemberhentian
pegawai negeri sipil, diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 96, Tahun
2000. Kedua peraturan perundang-undangan tersebut di atas merupakan
pedoman pelaksanaan mutasi kepegawaian di setiap instansi pemerintah
umum dan daerah.
Mutasi jabatan merupakan program untuk menghargai prestasi kerja
yang diikuti dengan peningkatan kewajiban, hak, status dan penghasilan
pegawai. Dengan demikian mutasi jabatan merupakan salah satu usaha dari
pimpinan untuk memenuhi kebutuhan pegawai, juga sebagai pengakuan dan
aktualitas diri pegawai atas segala kemampuan yang dimilikinya. Untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka mutasi harus berjalan sesuai
dengan prosedurnya agar pelaksanaan terhadap rencana mutasi berjalan
sesuai dengan yang diharapkan.
Menurut Siswanto (2002 : 211) bahwa mutasi adalah kegiatan
ketenagakerjaan yang berhubungan dengan proses pemindahan fungsi,
tanggung jawab dan status ketenagakerjaan ke situasi tertentu dengan tujuan
agar tenaga kerja yang bersangkutan memperoleh kepuasan kerja yang
dapat meningkatkan produktivitas dan dapat memberi prestasi yang
semaksimal mungkin kepada organisasi. Berdasarkan beberapa pengertian
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa mutasi adalah suatu kegiatan dari
suatu organisasi dalam melaksanakan prinsip The Right Man On the Right
Place, agar pegawai yang bersangkutan mendapat kepuasan kerja setinggi
mungkin dan dapat memberikan prestasi sebesar-besarnya. Mutasi diartikan
sebagai perubahan mengenai atau pemindahan kerja/jabatan lain dengan
harapan pada jabatan baru itu dia akan lebih berkembang.
Berdasarkan uraian tersebut, mutasi dapat didefinisikan sebagai
berikut. Mutasi adalah,kegiatan ketenagakerjaan yang berhubugan dengan
proses pemindahan fungsi, tanggung jawab, dan status ketenagakerjaan
tenaga kerja ke situasi tertentu dengan tujuan agar tenaga kerja yang
bersangkutan memperoleh kepuasan kerja
Hakekatnya mutasi adalah bentuk perhatian pimpinan terhadap
bawahan. Disamping perhatian internal, upaya peningkatan pelayanan
kepada masyarakat adalah bagian terpenting dalam seluruh pergerakan yang
terjadi dalam lingkup kerja pemerintahan.
B. MANFAAT DAN TUJUAN MUTASI
a. Manfaat Mutasi
Pelaksanaan mutasi pegawai mempunyai banyak manfaat dan tujuan
yang sangat berpengaruh kepada kemampuan dan kemauan kerja pegawai
yang mengakibatkan suatu keuntungan bagi perusahaan itu sendiri. Mutasi
pegawai ini merupakan salah satu metode dalam program pengembangan
manajemen yang berfungsi untuk meningkatkan efektivitas manajer secara
keseluruhan dalam pekerjaan dan jabatannya dengan memperluas
pengalaman.
Menurut Simamora (2000:66) manfaat pelaksanaan mutasi adalah:
1. Memenuhi kebutuhan tenaga kerja di bagian atau unit yang kekurangan
tenaga kerja tanpa merekrut dari luar.
2. Memenuhi keinginan pegawai sesuai dengan pekerjaan.
3. Memberikan jaminan bagi pegawai bahwa dia tidak akan diberhentikan.
4. Tidak terjadi kejenuhan.
5. Motivasi dan kepuasan kerja yang lebih tinggi, berkat tantangan dan situasi
baru yang dihadapi.
Di masyarakat sering dipahami bahwa mutasi merupakan suatu bentuk
hukuman dalam bidang kepegawaian.Anggapan demikian terutama datang
dari pegawai yang merasa kurang mampu, kurangcakap atau kurang berhasil
dalam menjalankan tugas serta pegawai yang merasa melakukan kesalahan.
Anggapan demikian tentu saja tidak selalu benar. Terlepas dari sebab-sebab
yang sesungguhnya ada, diadakannya mutasi bukanlah suatu hukuman
jabatan. Mutasi adalah suatu hal yang wajar dalam setiap organisasi atau
instansi, baik pemerintah maupun swasta.
Mutasi mengandung segi positif, yaitu :
(1) Mutasi adalah usaha menempatkan pegawai pada pekerjaan dan jabatan
yang sesuai dengan kecakapan dan kemampuannya;
(2) Mutasi adalah usaha meningkatkan semangat dan gairah kerja pegawai;
(3) Mutasi adalah salah satu usaha menciptakan persaingan yang sehat diantara
para pegawai.
b. Tujuan Mutasi
Sedangkan tujuan pelaksanaan mutasi menurut H. Malayu S.P Hasibuan
(2008 : 102) antara lain, adalah:
a. Untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai.
b. Untuk menciptakan keseimbangan antara tenaga kerja dengan
komposisi pekerjaan atau jabatan.
c. Untuk memperluas atau menambah pengetahuan pegawai.
d. Untuk menghilangkan rasa bosan/ jemu terhadap pekerjaannya.
e. Untuk memberikan perangsang agar karyawan mau berupaya
meningkatkan karier yang lebih tinggi.
f. Untuk menyesuaikan pekerjaan dengan kondisi fisik pegawai.
g. Untuk mengatasi perselisihan antara sesama pegawai.
h. Untuk mengusahakan pelaksanaan prinsip orang tepat pada tempat
yang tepat.
Tujuan mutasi yang terkandung dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 1999, tentang Pokok-Pokok Kepegawaian adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan produktivitas kerja.
b. Pendayagunaan pegawai.
c. Pengembangan karier.
d. Penambahan tenaga-tenaga ahli pada unit-unit yang membutuhkan.
e. Pengisian jabatan-jabatan lowongan yang belum terisi.
f. Sebagai hukuman.
Menurut Dinnul Alfian Akbar , 2010. Tujuan Mutasi adalah :
a. Untuk meningkatkan produktivitas karyawan.
b. Untuk menciptakan keseimbangan antara tenaga kerja dengan
komposisi pekerjaan atau jabatan.
c. Untuk memperluas atau menambah pengetahuan karyawan.
d. Untuk menghilangkan rasa bosan/jemu terhadap pekerjaannya.
e. Untuk memberikan perangsang agar karyawan mau berupaya
meningkatkan karier yang lebih tinggi.
f. Untuk pelaksanaan hukuman/sanksi atas pelanggaran yang dilakukan.
g. Untuk memberikan pengakuan dan imbalan terhadap prestasinya.
h. Untuk alat pendorong agar spirit kerja meningkat melalui persaingan
terbuka.
i. Untuk tindakan pengamanan yang lebih baik.
j. Untuk penyesuaian pekerjaan dengan kondisi fisik karyawan.
k. Untuk mengatasi perselisihan antara sesama karyawan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Mutasi sangat penting di dalam suatu organisasi karena dapat
memberikan penyegaran suasana atau lingkungan kerja sehingga diidealkan
akan terwujud kinerja pegawai yang lebih baik dan terjadi peningkatan pada
kualitas pelayanan publik. Idealnya mutasi dilakukan secara profesional oleh
pimpinan berdasarkan kemampuan pegawai dan aturan yang telah disepakati
bersama secara transparan serta dilakukan proses analis jabatan dan
evaluasi kinerja, maka hal ini mampu menciptakan the right man in the right
place on the right job.
B. SARAN
Kiranya, Pemerintah daerah bisa bertindak profesional dan lebih arif
dalam melakukan pemutasian PNS. Tidak layak, kalau mutasi itu hanya untuk
mengikuti ambisi seorang yang rakus dan yang suka bertindak sewenang-
sewang. Sudah saatnya Pemerintah Daerah memutasikan PNS secara
objektif, serta melakukan penilaian dan prosedur yang benar. Oleh karena itu,
pemerintah daerah yang salah kaprah dengan kewenangan yang diberikan
oleh otonomi daerah harus mengkoreksi kebijakan pemutasian PNS secara
sepihak dan sewenang-wenang, demi efektifitas kinerja PNS di lingkungan
Pemerintahan Daerah itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://ririninayah05.blogspot.co.id/2016/02/sisi-lain-mutasi-
pegawai.html
http://dignakasandra28.blogspot.co.id/2015/03/perpindahan-jabatan-
pegawai-mutasi.html
https://yayuelsahdotcom2.wordpress.com/2013/12/06/mutasi-antara-
balas-dendam-dan-perubahan/
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20141217234006-20-
18928/ombudsman-mutasi-pegawai-dampak-politik-balas-dendam/
TUGAS KELOMPOK
HUKUM KEPEGAWAIAN A