Anda di halaman 1dari 16

CACING KREMI

Enterobius vermikularis

TUGAS 1

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Browsing Informasi Ilmiah

Editor :

NIA AMALIA ISNAWATI

G1C015028

D4 ANALIS KESEHATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

SEMARANG

2016
1

A. PENGERTIAN CACING KREMI

Cacing kremi atau Oxyuris vermicularis merupakan cacing parasit yang


banyak menginfeksi anak-anak maupun dewasa dan ditandai dengan gejala khas
berupa rasa gatal di sekitar anus. Cacing dewasa dalam jumlah banyak kadang-
kadang bisa ditemukan pada feses atau tinja orang yang terinfeksi.

Cacing Kremi (Oksiuriasis, Enterobiasis) adalah suatu infeksi parasit yang


terutama biasanya menyerang anak-anak, dimana cacing Enterobius
vermicularis (cacing kremi) tumbuh dan berkembangbiak di dalam usus.
Penyakit cacingan biasanya melanda orang-orang miskin yang sehari hari sulit
mendapat makanan dan kadang hanya bisa mengais sampah di jalan-jalan dan
menelan sisa makanan basi di tengah kerumunan lalat. Penyakit cacing yang
disebabkan karena makanan yang tidak bersih inilah yang disebut penyakit
cacing kremi. Cacing ini biasanya berkembang biak di perut dan terbuang
bersama kotoran, jika bersarang di dubur akan menimbulkan lubang dubur tersa
gatal karena biasanya cacing betina meninggalkan telurnya di lubang dubur
tersebut.

Cacing kremi ini adalah salah satu jenis hewan yang biasa menjadi
parasit bagi manusia. Dan yang paling sering di jangkiti oleh hewan parasit ini.
Cacing kremi ini bentuknya bulat halus seperti benang dengan warna keputihan
Cacing kremi betina berukuran 8-13 mm x 0,44 mm dengan ekor panjang dan
runcing sedangkan cacing kremi jantan berukuran 2-5 mm dengan ekor
melingkar (Bayangkan saja seperti parutan kelapa). Cacing ini biasa hidup
didalam usus dan paling sering ditemukan pada pangkal usus bagian bawah
(anus).
2

Enterobius vermicularis telah diketahui sejak dahulu dan telah banyak


dilakukan penelitian mengenai biologi, epidemiologi dan gejala klinisnya.
Parasit ini kosmopolit tetapi lebih banyak ditemukan di daerah dingin daripada
di daerah panas. Hal ini mungkin disebabkan karena pada umumnya orang di
daerah dingin jarang mandi dan mengganti baju dalam. Penyebaran cacing ini
juga ditunjang oleh eratnya hubungan antara manusia satu dengan lainnya serta
lingkungan yang sesuai.

Transmisi cacing ini seperti halnya cacing perut masuk langsung melalui
mulut baik dengan perantara makanan maupun dimasukan secara tidak sengaja
oleh penderita yang habis menggaruk lubang anusnya yang gatal. Sehingga pada
anak anak sering terjadi reinfeksi akibat tindakan itu.

Gatal-gatal akibat infeksi cacing kremi tidak hanya bisa dirasakan di


daerah dubur. Pada wanita, cacing tersebut bisa juga menyerang daerah sekitar
alat kelamin termasuk vagina dan saluran telur sehingga mengganggu sistem
reproduksi.

Gejala umum terjangkiti oleh cacing kremi biasanya pada bagian dubur
terasa gatal, berat badan penderita menurun, terkadang juga mengalami diare.
Apabila gejala gejala tersebut sudah nampak jangan menggaruk dubur yang
gatal dengan jari karena bila lecet dapat mengakibatkan infeksi. Hindari
makan-makanan berlemak, kemudian olesi pada sekitar dubur dengan minyak
zaitun atau air garam.

Gejalanya, selain rasa gatal, juga adanya lendir keruh dan kental
berwarna sedikit kekuningan seperti susu, terkadang berbusa. Keputihan ini
biasanya juga diderita anak-anak perempuan (balita sampai anak besar).
Terjadi akibat spora yang menempel pada makanan atau barang lain yang
terkontaminasi. Sebab itu kalau ada anak perempuan mengeluh di daerah
vagina terasa gatal dan mengeluarkan lendir kekuningan, segeralah periksakan
ke dokter. Mungkin penyebabnya cacing kremi .

Penyakit akibat cacing kremi dikenal dengan Enterobiasis sebagaimana


nama latin cacing kremi yaitu Enterobious vermicularis. Penyebaran cacing
kremi lebih banyak terjadi pada daerah dengan hawa dingin.
3

Cacing kremi juga dapat menimbulkan komplikasi diantaranya salpingitis


(peradangan saluran indung telur), vaginitis (peradangan vagina, dan infeksi
ulang.
4

B. PERJALANAN PENYAKIT CACING KREMI

Cacing Enterobius vermicularis menyebabkan infeksi cacing kremi yang


disebut juga enterobiasis atau oksiuriasis. Infeksi biasanya terjadi melalui 2
tahap. Pertama, telur cacing pindah dari daerah sekitar anus penderita ke
pakaian, seprei atau mainan. Kemudian melalui jari-jari tangan, telur cacing
pindah ke mulut anak yang lainnya dan akhirnya tertelan. Telur cacing juga
dapat terhirup dari udara kemudian tertelan. Setelah telur cacing tertelan, lalu
larvanya menetas di dalam usus kecil dan tumbuh menjadi cacing dewasa di
dalam usus besar (proses pematangan ini memakan waktu 2-6 minggu). Cacing
dewasa betina bergerak ke daerah di sekitar anus (biasanya pada malam hari)
untuk menyimpan telurnya di dalam lipatan kulit anus penderita. Telur
tersimpan dalam suatu bahan yang lengket. Bahan ini dan gerakan dari cacing
betina inilah yang menyebabkan gatal-gatal. Telur dapat bertahan hidup diluar
tubuh manusia selama 3 minggu pada suhu ruangan yang normal. Tetapi telur
bisa menetas lebih cepat dan cacing muda dapat masuk kembali ke dalam
rektum dan usus bagian bawah.

Dalam siklus hidupnya di dalam tubuh manusia, cacing kremi selalu


berpindah-pindah. Sejak berbentuk telur hingga menetas, cacing ini tinggal di
usus 12 jari kemudian setelah berubah menjadi larva akan berpindah ke usus
tengah yang merupakan bagian atas sistem penyerapan nutrisi.

Setelah dewasa, cacing ini akan bermigrasi ke bagian anus kemudian


bergerombol dan menyebabkan rasa gatal di bagian tersebut. Sebagian di
antaranya juga akan keluar bersama feses atau tinja dan umumnya bisa diamati
dengan mata telanjang, berupa cacing putih yang bergerak-gerak.

Dalam pengembaraannya menuju anus inilah, cacing dewasa sering


tersesat lalu bersarang di bagian-bagian yang tidak seharusnya kemudian
bersarang di sana untuk bertelur. Salah satunya adalah vagina, yang sering
menjadi tempat bersarang cacing kremi dewasa khususnya yang betina.
5

Di vagina, cacing kremi bisa menyebabkan gatal atau bahkan radang


yang pada tingkat keparahan tertentu bisa disertai koreng. Infeksinya bahkan
bisa lebih jauh lagi, cacing-cacing itu kadang menyebar hingga saluran telur
sehingga bisa mengganggu sistem reproduksi.

Daur hidup cacing ini bekisar antara 2 minggu sampai 2 bulan. Cacing
dewasa dari usus halus pergi ke usus besar kemudian ke anus karena telur telur
cacing itu hanya menetas kalau ada OKSIGEN, sehingga diberi nama Oxyuris OK.
Di malam hari cacing kremi yang mendekam di usus penderita, biasanya turun
ke kawasan dubur untuk bertelur.

Penyebaran cacing kremi lebih luas dari cacing lain. Penularan dapat
terjadi pada suatu keluarga atau kelompok-kelompok yang hidup dalam satu
lingkungan yang sama seperti asrama, rumah piatu. Telur cacing dapat diisolasi
dari debu di ruangan sekolah atau kafetaria sekolah dan mungkin ini menjadi
sumber infeksi bagi anak-anak sekolah. Di berbagai rumah tangga dengan
beberapa anggota keluarga yang mengandung cacing kremi, telur cacing dapat
ditemuka. (92%) di lantai, meja, kursi, bufet, tempat duduk kakus (toilet
seats), bak mandi, alas kasur, pakaian. Hasil penelitian menunjukkan angka
prevalensi pada berbagai golongan manusia 3-80%. Penelitian di daerah Jakarta
Timur melaporkan bahwa kelompok usia terbanyak yang menderita entrobiasis
adalah kelompok usia antara 5-9 tahun yaitu terdapat 46 anak (54,1%) dari 85
anak yang diperiksa.

Habitat cacing dewasa biasanya di rongga sekum usus besar dan diusu
halus yang berdekatan dengan rongga sekum. Makanannya adalah isi dari usus.
Cacing betina yang gravid mengandung 11.000 15.000 butir telur, bermigrasi
kedaerah perianal untuk bertelur dengan cara kontraksi uterus dan vaginanya.
Telur-telur jarang dikeluarkan diusus, sehingga jarang ditemukan di dalam
tinja. Telur menjadi matang dalam waktu kira-kira 6 jam setelah dikeluarkan,
pada suhu badan. Telur resisten terhadap desinfektan dan udara dingin. Dalam
keadaan lembab telur dapat hidup sampai 13 hari.
6

Kopulasi cacing jantan dan betina mungkin terjadi di sekum. Cacing


jantan mati setelah kopulasi dan cacing betina mati setelah bertelur. Infeksi
cacing kremi terjadi bila menelan telur matang, atau bila larva dari telur yang
menetas didaerah perianal bermigrasi kembali keusus besar. Bila telur matang
yang tertelan, telur menetas di duedenum dan larva rabditiform berubah dua
kali sebelum menjadi dewasa di yeyunum dan bagian atas ileum.

Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelannya


telur matang sampai menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke dareha
perianal, berlangsung kira-kira 2 minggu sampai 2 bulan. Mungkin hanya
berlangsung selama 1 bulan karena telur-telur cacing dapat ditemukan kembali
pada anus paling cepat 5 minggu sesudah pengobatan. Infeksi cacing kremi
dapat sembuh sendiri (self limited). Bila tidak ada reinfeksi, tanpa pengobatan
infeksi dapat berakhir.
7

C. GEJALA CACING KREMI

Entrobiasis relatif tidak berbahaya, jarang menimbulkan lesi yang


berarti. Gejala klinis yang menonjol disebabkan iritasi disekitar anus, perineum
dan vagina oleh cacing betina gravid yang bermigrasi kedaerah anus dan vagina
sehingga menyebabkan pruritus lokal.. Oleh karena cacing bermigrasi kedaerah
anus dan menyebaban pruritus ani maka penderita menggaruk daerah sekitar
anus sehingga timbul luka garuk disekitar anus.

Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam hari hingga penderita
terganggu tidurnya dan menjadi lemah. Kadang-kadang cacign dewasa muda
dapat bergerak ke usus halus bagian proksimal sampai ke lambung, esofagus
dan hidung sehingga menyebabkan gangguan didaerah tersebut. Cacing betina
gravid mengembara dan dapat bersarang di vagina dan di tuba falopi sehingga
menyebabkan radang disaluran telur. Cacing sering ditemukan diapendiks
tetapi jarang menyebabkan appendisitis.

Beberapa gejala karena infeksi cacing Enterobiasis vermicularis


dikemukakan oleh beberapa penyelidik yaitu kurang nafsu makan, berat badan
turun, aktifitas meninggi, enuresis, cepat marah, gigi menggeretak, insomnia
dan masturbasi, tetapi kadang sukar untuk membuktikan hubungan sebab
dengan cacing kremi.

Infeksi cacing kremi ringandengan hanya sejumlah kecil cacing dewasa


dalam tubuhtidak ada gejala. Gejala-gejala muncul dengan moderat atau
infeksi berat. Beberapa minggu setelah menelan telur cacing kremi, cacing
betina dewasa bermigrasi dari usus ke daerah sekitar anus, di mana mereka
bertelur. Migrasi biasanya terjadi pada malam hari. Migrasi ini menyebabkan:

1. Gatal-gatal di daerah anal atau vaginal


2. Insomnia, lekas marah dan gelisah
3. Gejala saluran pencernaan yang samar-samar, seperti sebentar-sebentar
sakit perut dan mual
8

Gejala umum terjangkiti oleh cacing kremi biasanya pada bagian dubur
terasa gatal, berat badan penderita menurun, terkadang juga mengalami diare.
Apabila gejala gejala tersebut sudah nampak jangan menggaruk dubur yang
gatal dengan jari karena bila lecet dapat mengakibatkan infeksi. Hindari
makanmakanan berlemak, kemudian olesi pada sekitar dubur dengan minyak
zaitun atau air garam.

Gejala lainnya berupa:

1. Rasa gatal hebat di sekitar anus


2. Rewel (karena rasa gatal dan tidurnya pada malam hari terganggu)
3. Kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul pada malam
hari ketika cacing betina dewasa bergerak ke daerah anus dan
menyimpan telurnya disana)
4. Nafsu makan berkurang, berat badan menurun (jarang terjadi, tetapi bisa
terjadi pada infeksi yang berat)
5. Rasa gatal atau iritasi vagina (pada anak perempuan, jika cacing
dewasa masuk ke dalam vagina)
6. Kulit di sekitar anus menjadi lecet atau kasar atau terjadi infeksi (akibat
penggarukan).
9

D. DIAGNOSIS CACING KREMI

Cacing kremi dapat dilihat dengan mata telanjang pada anus penderita,
terutama dalam waktu 1-2 jam setelah anak tertidu pada malam hari. Cacing
kremi berwarna putih dan setipis rambut, mereka aktif bergerak.

Telur maupun cacingnya bisa didapat dengan cara menempelkan selotip di


lipatan kulit di sekitar anus, pada pagi hari sebelum anak terbangun. Kemudian
selotip tersebut ditempelkan pada kaca objek dan diperiksa dengan mikroskop.

Infeksi cacing sering diduga pada anak yang menunjukkan rasa gatal di
sekitar anus pada waktu malam hari. Diagnosis dibuat dengan menemukan telur
dan cacing dewasa. Telur cacing dapat diambil dengan mudah dengan alat anal
swab yang ditempelkan di sekitar anus pada waktu pagi hari sebelum anak
buang air besar dan mencuci pantat (cebok).

Anal swab adalah suatu alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada
ujungnya dilekatkan Scotch adhesive tape. Bila adhesive tape ini ditempelkan
di daerah sekitar anus, telur cacing akan menempel pada perekatnya.
Kemudian adhesive tape diratakan pada kaca benda dan dibubuhi sedikit toluol
untuk pemeriksaan mikroskopik. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan 3 hari
berturut-turut.
10

E. CARA PENULARAN CACING KREMI

Sebagian besar jenis cacing parasit termasuk cacing kremi merupakan soil
transmited infection yang penularannya harus diperantarai oleh tanah. Telur
cacing parasit baru akan menjadi bentuk infektif (bisa menginfeksi) jika sudah
berada di tanah, kemudian masuk lewat saluran pencernaan.

Penularan cacing harus melalui tanah, terutama tanah liat. Bahkan tinja
sekalipun kalau langsung dijilat tidak akan menularkan cacing. Telur cacing
yang terbang ke udara juga hanya akan menular jika hinggap di makanan, jadi
tidak menular lewat pernapasan

Penyakit ini sama seperti penyakit kulit yang bisa menular. Penularan
cacing kremi terjadi autoinfeksi . karena telurnya bisa nempel dimana aja, di
pakaian, sprei or debu , sehingga akibat tidak hygienisnya tangan / kuku
sehingga bersama makanan masuk ke mulut dari tangannya yang penuh
telur/debu. Penyakit kremian ini sering pula disebut penyakit enterobiasis
/oksiuriasis penyakit yang sangat sering ditemukan terutama pada anak-anak.

Infeksi ini dapat terjadi akibat tertelannya telur cacing enterobius


vermicularis (oxyuris vermicularis). Setelah telur cacing tertelan, larvanya akan
menetas di usus duabelas jari (duodenum) dan tumbuh menjadi bentuk dewasa
di usus besar. Cacing betina yang hamil (dapat mengandung 11.000-15.000
telur) akan berpindah ke daerah sekitar anus (perianal) untuk mengeluarkan
telur-telurnya disekitar anus.

Proses berpindahnya cacing ini akan menimbulkan sensasi gatal pada


daerah sekitar anus penderita. Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam
hari sehingga penderita sering terganggu tidurnya dan menjadi lemah. Selain
gatal-gatal Gejala lain yang dapat dirasakan oleh penderita infeksi cacing kremi
adalah : Kurang nafsu makan, Berat badan menurun, Aktivitas meningkat,
Sering mengompol, Cepat marah, Sulit tidur, dll.
11

Penularan cacing kremi dapat terjadi pada satu keluarga atau kelompok-
kelompok yang hidup di lingkungan yang sama, seperti asrama, rumah piatu,
dll. Proses penularannya dapat terjadi melalui :

1. Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk darerah sekitar anus


2. Penularan dari tangan dapat menyebarkan telur kepada orang lain
karena memegang benda-benda lain yang terkontaminasi telur cacing ini
3. Telur cacing dapat ditemukan di debu ruangan sekolah, asrama,
kavetaria, dan lainnya. Telur cacing di debu ini akan mudah
diterbangkan oleh angin dan dapat tertelan
4. Telur yang telah menetas di sekitar anus dapat berjalan kembali ke usus
besar melalui anus.

Penularan dapat dipengaruhi oleh :

1. Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk daerah perianal


(autoinfeksi) atau tangan dapat menyebarkan telur kepada orang
lain maupun kepada diri sendiri karena memegang benda-benda
maupun pakaian yang terkontaminasi.
2. Debu merupakan sumber infeksi oleh karena mudah diterbangkan oleh
angin sehingga telur melalui debu dapat tertelan.
3. Retrofeksi melalui anus : larva dari telur yang menetas di sekitar anus
kembali masuk ke usus.

Anjing dan kucing bukan mengandung cacing kremi tetapi dapat menjadi
sumber infeksi oleh karena telur dapat menempel pada bulunya. Frekuensi di
Indonesia tinggi, terutama pada anak dan lebih banyak ditemukan pada
golongan ekonomi lemah. Frekuensi pada orang kulit putih lebih tinggi darpada
orang negro. Kebersihan perorangan penting untuk pencegahan. Kuku
hendaknya selain dipotong pendek, tangan dicuci sebelum makan. Anak yang
mengandung cacing kremi sebaiknya memakai celana panjang jika hendak tidur
supaya alat kasur tidak terkontaminasi dan tangan tidak menggaruk daerah
perianal. Makanan hendaknya dihindarkan dari debu dan tangan yang
mengandung parasit. Pakaian dan als kasur hendaknya dicuci bersih dan diganti
setiap hari.
12

F. PENCEGAHAN & PENGOBATAN CACING KREMI

Infeksi keremi ringan atau mereka yang tanpa gejala tidak membutuhkan
pengobatan. Jika seseorang memiliki gejala, perlu obat anti-parasit. Untuk
gejala infeksi, obat-obatan hampir selalu efektif dalam menghilangkan parasit.
Karena anak-anak begitu mudah menyebar cacing kremi kepada keluarga
mereka, dokter akan meresepkan obat untuk seluruh anggota keluarga
mencegah agar terhindar dari infeksi dan reinfeksi.

Cara terbaik untuk menghindari penyakit cacingan adalah dengan upaya


pencegahan berupa melaksanakan pola hidup bersih dan sehat, karena walau
bagaimanapun upaya pencegahan lebih baik daripada pengobatan.

Menjaga kebersihan perorangan berperan penting untuk pencegahan


penyakit ini, antara lain dengan :

1. Kuku hendaknya selalu dipotong pendek


2. Tangan hendaknya selalu dicuci sebelum makan
3. Makanan sebaiknya dihindarkan dari debu dan tangan yang mengandung
parasit
4. Pakaian dan alas kasur hendaknya dicuci bersih dan diganti setiap hari.

Jika salah satu anggota keluarga terinfeksi cacing kremi, sebaiknya


pengobatan diberikan kepada seluruh keluarga, agar penyebaran cacing ini
dapat dihentikan secara menyeluruh.

Seluruh anggota keluarga sebaiknya diberi pengobatan bila ditemukan salah


seorang anggota mengandung cacing kremi. Obat piperazin dosis tunggal 3-4
gram (dewasa) atau 25 mg/kg berat badan (anak-anak), sangat efektif bial
diberikan pagi hari diikuti minum segelas air sehingga obat sampai ke sekum
dan kolon. Efek samping yang mungkin terjadi adalah mual dan muntah. Obat
lain yang juga efektif adalah pirantel pamoat dosis 10 mg/kg berat badan atau
mebendazol dosis tunggal 100 mg atau albendazol dosis tunggal 400 mg.
Mebendazol efektif terhadap semua stadium perkembangan cacing kremi,
sedangkan pirantel dan pipreazin dosis tunggal tidak efektif terhadap stadium
13

muda. Pengobatan sebaiknyadiulang 2-3 minggu kemudian. Pengobatan secara


periodik memberikan prognosis yang baik.

Infeksi cacing kremi dapat disembuhkan melalui pemberian dosis tunggal


obat anti-parasit mebendazole, albendazole atau pirantel pamoat. Seluruh
anggota keluarga dalam satu rumah harus meminum obat tersebut karena
infeksi ulang bisa menyebar dari satu orang kepada yang lainnya.

Untuk mengurangi rasa gatal, bisa dioleskan krim atau salep anti gatal ke
daerah sekitar anus sebanyak 2-3 kali/hari.

Meskipun telah diobati, sering terjadi infeksi ulang karena telur yang masih
hidup terus dibuang ke dalam tinja selama seminggu setelah pengobatan.
Pakaian, seprei dan mainan anak sebaiknya sering dicuci untuk memusnahkan
telur cacing yang tersisa.

Langkah-langkah umum yang dapat dilakukan untuk mengendalikan infeksi


cacing kremi adalah:

1. Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar


2. Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku
3. Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu
4. Mencuci jamban setiap hari
5. Menghindari penggarukan daerah anus karena bisa mencemari jari-jari
tangan dan setiap benda yang dipegang/disentuhnya
6. Menjauhkan tangan dan jari tangan dari hidung dan mulut.
14

BIODATA
Nama : Nia Amalia Isnawati

Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 24 Mei 1997


Alamat : Bumiayu, Brebes
Pendidikan :
1. SD : SDN 01 Pruwatan
2. SMP : SMPN 02 Bumiayu
3. SMA : SMK Semesta Bumiayu
4. PT : D4 Analis Kesehatan UNIMUS
Hobi : Membaca
Nama Ayah : Kalim
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Ibu : Siti Khasanah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Semarang, 1 Maret 2016

Hormat Kami,

Nia Amalia Isnawati


15

SUMBER RUJUKAN

https://gkreatifity.wordpress.com/2012/01/18/materi-makalah-cacing-kremi-
m-kul-epid-lingkungan/

Anda mungkin juga menyukai