Abstrak
TB (TB) pada anak mencerminkan transmisi TB yang terus berlangsung di populasi. Laju penularan TB pada anak
tidak terlepas dari penderita TB dewasa Basil Tahan Asam(BTA) positif yang tinggal disekitarnya sebagai sumber
penularan utama. Perilaku penderita TB dewasa sangat berpengaruh besar terhadap jumlah penderita TB anak yang
semakin meningkat, karena TB merupakan penyakit yang mudah ditularkan melalui udara. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui gambaran pencegahan penularan TB dari dewasa terhadap anak di wilayah puskesmas DTP
Rancaekek. Penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan responden 54 orang dan menggunakan
teknik total sampling. Teknik pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner yang dikembangkan dari teori J.
Gordon mengenai pencegahan penularan TB yang meliputi lingkungan, kepatuhan pengobatan, memutus transmisi
serta status nutrisi dengan menggunakan skala guttman. Analisis data yang digunakan adalah dengan analisis
deskriptif kuantitatif melalui distribusi frekuensi. Penelitian dilakukan di Puskesmas DTP Rancaekek. Berdasarkan
hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa pencegahan penularan TB dari dewasa terhadap anak di wilayah Puskesmas
DTP Rancaekek seluruh responden 54 orang (100%) tidak mendukung pencegahan penularan TB. Sebelumnya
telah ada penyuluhan yang dilakukan oleh puskesmas DTP Rancaekek. Saran peneliti adalah mengevaluasi
penyuluhan yang telah dilakukan agar memperoleh metode penyuluhan yang tepat dan menjalankan strategi DOTS.
Abstract
Tuberculosis (TB) in children reflects the continuing TB transmission in the population. The transmission rate
of TB in children cannot be separated from adult TB patients who live near the children and are a major source
of transmission. The behavior of adult patients has a big influence on the increasing number of pediatric TB
patients because TB is a disease that is easily transmitted through air. The purpose of this study was to describe
the prevention of TB transmission from adults to children in the area around Puskesmas (Primay Health Clinic)
DTP Rancaekek. This research used quantitative descriptive method with 54 respondents collected using total
sampling technique. Data were collected by distributing questionnaires developed from J. Gordon theory which
contained matters concerning the environment, treatment compliance, preventing transmission, and nutritional
status using Guttman scale. Data were analysed with descriptive quantitative method using the frequency
distribution. The study was conducted at the region of Puskesmas DTP Rancaekek. The results of the study
showed that all 54 respondents (100%) did not support the prevention of tuberculosis transmission from adults
to children around the region of Puskesmas DTP Rancaekek. Previously there have been health education
sessions carried out by the Puskesmas DTP Rancaekek. However, researchers suggest evaluating the methods of
health education in order to find the right TB prevention techniques and effectively implement DOTS strategy.
dengan kejadian prevalensi dan insidensi TB badan anak disetiap bulannya mengalami
BTA positif di setiap tahunnya. Kabupaten peningkatan. Namun, berdasarkan data Kartu
Bogor merupakan kabupaten dengan angka Pengobatan Pasien TB, anak dengan TB di
kejadian TB BTA positif terbanyak di puskesmas DTP Rancaekek didapatkan hasil
Provinsi Jawa Barat dengan angka kejadian scoring bahwa seluruh anak yang menderita
sebesar 4.180 kasus. Kemudian disusul TB memiliki keluarga atau orang tua yang
oleh Kabupaten Bandung yang merupakan memiliki riwayat TB. Hal tersebut tentunya
wilayah dengan angka kejadian TB BTA dapat memperbesar risiko tertularnya TB.
positif kedua terbanyak setelah Kabupaten Berdasarkan data-data tersebut, maka peneliti
Bogor, yaitu sebanyak 2.491 kasus. tertarik untuk meneliti mengenai gambaran
Hasil studi pendahuluan dan data yang pencegahan penularan TB dari dewasa
diperoleh dari Laporan Tahunan Dinas terhadap anak di wilayah Puskesmas DTP
Kesehatan Kabupaten Bandung, didapatkan Rancaekek.
data insidensi TB BTA positif tahun 2010
sebesar 2.543 kasus, mengalami peningkatan
pada tahun 2011 yaitu menjadi sebesar Metode Penelitian
2.830 kasus. Pada tahun 2012 mengalami
penurunan jumlah penderita menjadi sebesar Penelitian ini dirancang dengan menggunakan
2.775 kasus dan pada tahun 2013 mengalami metode penelitian deskriptif dengan
penurunan kembali menjadi sebesar 2.377 pendekatan kuantitatif. Pada penelitian
kasus. ini mengidentifikasi bagaimana gambaran
Berdasarkan data yang didapatkan pencegahan penularan TB dari dewasa
dari Laporan Tahunan Dinas Kesehatan terhadap anak di wilayah Puskesmas DTP
Kabupaten Bandung, Kecamatan Rancaekek Rancaekek. Variabel dalam penelitian ini
merupakan kecamatan yang memiliki yaitu pencegahan penularan TB dari dewasa
angka kejadian TB terbanyak di wilayah terhadap anak di wilayah Puskesmas DTP
Kabupaten Bandung. Puskesmas DTP Rancaekek dengan sub variabel lingkungan
Rancaekek merupakan puskesmas yang (pengaturan ventilasi dan sinar matahari),
menangani kasus TB terbanyak di wilayah kepatuhan pengobatan, memutus transmisi
Kecamatan Rancaekek, dengan insidensi TB dan status nutrisi.
BTA positif pada tahun 2010 sebanyak 117 Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
kasus dan TB anak sebanyak 29 kasus. Tahun penderita TB paru BTA positif yang datang
2011, insidensi penderita TB paru BTA berobat di Puskesmas DTP Rancaekek pada
positif sebanyak 106 kasus dan mengalami bulan MeiJuni 2014 dan terdaftar di buku
peningkatan pada kasus TB paru anak yaitu register TB Puskesmas DTP Rancaekek yang
sebanyak 67 kasus. Tahun 2012, insidensi berjumlah 54 orang. Pengambilan sampel
penderita TB BTA positif sebanyak 118 kasus pada penelitian ini ditentukan dengan teknik
dan TB anak sebanyak 67 kasus. Pada tahun total sampling.
2013 insidensi penderita TB BTA positif Teknik pengumpulan data yang digunakan
sebanyak 114 kasus dan TB anak menjadi 40 untuk mendapatkan data dalam penelitian ini
kasus. adalah metode kuesioner (angket). Instrumen
Hasil data yang diperoleh dari Puskesmas penelitian dikembangkan berdasarkan teori
DTP Rancaekek, tindakan preventif yang J. Gordon yang memuat hal-hal mengenai
dilakukan dengan melaksanakan program lingkungan (pengaturan ventilasi dan sinar
imunisasi BCG dan memperhatikan status matahari), kepatuhan pengobatan, memutus
gizi anak, cakupan imunisasi BCG tahun transmisi serta status nutrisi. Kuesioner dan
2013 sudah mencapai 100% dan upaya untuk telah dilakukan uji validitas baik validitas isi
memenuhi status gizi anak telah berjalan maupun validitas konstruk dan uji reliabilitas.
yaitu dengan diadakannya program posyandu Teknik analisis data yang digunakan
di setiap bulan. Berdasarkan data kesehatan adalah analisis deskriptif kuantitatif untuk
TB anak yang didapatkan dari Puskesmas menggambarkan tindakan nyata dalam
DTP Rancaekek, tidak terdapat anak yang bentuk persentase dari data hasil kuesioner.
memiliki riwayat gizi buruk dan berat Analisis data yang dilakukan adalah analisis
TB BTA positif perempuan. Hal ini sejalan peralatan makan dan minum yang berbeda
dengan publikasi WHO bahwa penderita dengan anggota keluarga lain, langsung
TB cenderung lebih tinggi pada laki-laki mencuci peralatan habis pakai, mencuci
dibandingkan perempuan (Hiswani, 2009). menggunakan air panas dan sabun, kemudian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa membuka ventilasi setiap hari agar terjadi
responden memiliki karakteristik pendidikan sirkulasi udara yang baik dan mengurangi
yang beragam, yang terbanyak adalah jumlah percikan ludah yang berada di udara
pendidikan dasar yang kemudian diikuti agar dapat terbawa angin keluar ruangan
pendidikan menengah dan pendidikan dan membiarkan cahaya matahari masuk
tinggi. Tingkat pendidikan merupakan salah ke seluruh ruangan rumah dan kamar tidur.
satu faktor yang memengaruhi persepsi Menjaga kelembaban rumah karena kuman
seseorang untuk lebih mudah menerima ide TB dapat bertahan hidup selama bertahun-
dan teknologi baru. Semakin tinggi tingkat tahun ditempat yang gelap. Sinar matahari
pendidikan seseorang maka akan bertambah langsung dapat membunuh kuman TB.
pengalaman yang memengaruhi wawasan Kuman TB dapat dimusnahkan dalam waktu
dan pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). 20 menit pada suhu 60oC dan 5 menit pada
Berdasarkan penelitian, responden suhu 70oC. Menghindari kontak langsung
memiliki pekerjaan yang berbeda-beda, dengan penderita TB dan patuh dalam minum
hampir setengah dari responden adalah obat serta menyelesaikan pengobatan sangat
wiraswasta dan sebagian kecil bekerja efektif untuk memutuskan rantai penularan
sebagai buruh, pekerja swasta, tidak bekerja dari penderita ke orang lain yang berada
dan PNS. Aktifitas bekerja yang dilakukan dilingkungannya (Crofton, et all. 2007).
sehari-hari untuk memperoleh penghasilan Peran serta anggota keluarga dewasa lainnya
guna memenuhi kebutuhan hidupnya harus dioptimalkan agar penularan TB pada
dimana semua bidang pekerjaan umumnya anak dapat dihindari. Membiasakan anak
diperlukan adanya hubungan sosial antara untuk selalu berperilaku bersih dan sehat
satu sama lain, setiap orang harus dapat diantaranya dengan menjaga kebersihan
bersosialisasi dengan teman sejawat ataupun tubuh secara rutin dan membiasakan anak
dengan atasan sehingga orang yang memiliki untuk mengkonsumsi makanan bergizi dan
hubungan sosial luas maka akan lebih tinggi diolah dengan baik, menjaga daya tahan
pengetahuannya dibandingkan dengan orang tubuh anak sehingga imunitas dapat terjaga
yang kurang hubungan sosial dengan orang dan anak tidak mudah terpapar penyakit.
lain (Notoatmodjo, 2007). Pemberian pendidikan kesehatan yang
Proporsi responden dalam pencegahan dilakukan secara rutin oleh petugas kesehatan
penularan TB pada anak dengan kategori setiap penderita melakukan kontrol ke
mendukung pencegahan penularan, ini puskesmas merupakan upaya yang bertujuan
berarti bahwa risiko penularan penyakit TB untuk meningkatkan pengetahuan penderita
pada anak menjadi kecil. Namun seluruh TB. Hal-hal yang bersifat promotif dan
responden tidak mendukung pencegahan preventif sudah disampaikan, tetapi dalam
penularan artinya risiko tinggi terjadi pelaksanaannya pencegahan penularan
penularan TB pada anak. Pencegahan tuberkulosis yang dilakukan oleh penderita
penularan TB bisa dilakukan dengan cara di rumah masih belum dilaksanakan
meludah atau membuang dahak pada tempat secara optimal. Salah satu kemungkinan
tertutup dan diberi cairan desinfektan, penyebabnya adalah metode penyuluhan yang
menutup mulut dengan tisu saat bersin dan telah dilakukan atau kesadaran yang kurang
batuk lalu dibuang dengan dibungkus plastik dari penderita TB mengenai pentingnya
lalu langsung membakarnya, menutup mulut kesehatan anggota keluarga yang lain.
dengan sapu tangan saat bersin dan batuk Aspek kesehatan sesuai dengan indikator
kemudian mencucinya setiap hari dengan perilaku dan gaya hidup bersih dan sehat
menggunakan detergen, menjemur peralatan yaitu: penggunaan alat makan dan minum
tidur, seperti sprei, bantal dan selimut yang terpisah, intensitas menjemur alat
merupakan metode yang baik dan sederhana tidur (kasur, bantal, guling) dan penggunaan
terutama di daerah tropis, menggunakan alat untuk batuk dan meludah (Depkes
RI, 2007). Selain itu, lingkungan terutama penularan TB dari dewasa terhadap anak di
kondisi rumah juga memiliki peranan dalam wilayah Puskesmas DTP Rancaekek, seluruh
penyebaran kuman TB terhadap orang yang responden 54 orang (100%) tidak mendukung
sehat. Kuman TB yang terdapat di udara saat pencegahan penularan TB karena dari
penderita TB bersin dan batuk akan dapat empat sub variabel, satu sub variabel yaitu
bertahan hidup lebih lama jika keadaan memutus transmisi, seluruh responden tidak
udara lembab dan kurang cahaya matahari. mendukung pencegahan penularan TB sebab
Penyebaran kuman TB akan lebih cepat memutus transmisi merupakan hal yang
menyerang orang sehat jika berada dalam penting dilakukan mengingat TB merupakan
rumah yang lembab, kurang mendapatkan penyakit yang mudah ditularkan melalui
cahaya dan padat hunian (Tobing, 2008). udara, lingkungan dan benda. Walaupun
Hal penting lain yang harus dilakukan sebenarnya puskesmas sudah melakukan
oleh petugas kesehatan adalah memberikan penyuluhan mengenai pencegahan penularan
pendidikan kesehatan pada penderita agar TB. Berdasarkan hal tersebut diharapkan
mengkonsumsi makanan tinggi protein yang petugas kesehatan di puskesmas melakukan
murah dan mudah didapat agar status nutrisi dapat mengevaluasi penyuluhan yang telah
penderita tetap baik, karena status nutrisi dilakukan sebelumnya mengenai pencegahan
penderita TB akan memengaruhi tingkat penularan TB sehingga dapat diketahui
keberhasilan pengobatan. Selain itu, meminta kekurangan dan kelebihannya. Selanjutnya,
keluarga untuk memeriksakan orang- puskesmas dapat membuat rancangan
orang yang memiliki kontak erat dengan program-program yang ada di puskesmas
penderita TB untuk diperiksakan merupakan dengan metode penyuluhan yang telah di
hal yang harus dilakukan. Dalam program evaluasi tentang pencegahan penularan TB,
pemberantasan penyakit TB penemuan memberikan pendidikan kesehatan tentang
penderita dilakukan dengan cara pencarian bagaimana cara memutus rantai penularan
penderita yang tersangka TB di tengah- TB, yaitu cara memutus transmisi, menjaga
tengah masyarakat baik secara aktif maupun lingkungan agar terhindar dari kelembaban,
secara pasif, untuk diperiksa dahaknya secara mengkonsumsi makanan yang bergizi
mikroskopis langsung. untuk mencegah malnutrisi dan kegagalan
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan pengobatan. Selain itu juga petugas kesehatan
di BP4 Purwokerto oleh Yulistyaningrum di puskesmas diharapkan agar menjalankan
dan Dwi (2010), menyatakan bahwa ada program pemerintah yaitu Directly
hubungan yang bermakna antara riwayat Observed Trearment Shortcourse (DOTS)
kontak TB dengan kejadian TB paru anak. agar penderita TB dapat dipastikan patuh
Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat dalam pengobatan dan dapat menuntaskan
dikatakan bahwa dengan adanya penderita pengobatan tepat pada waktunya yang
BTA positif bisa menjadi sumber penularan bertujuan untuk kesembuhan, menghindari
yang potensial terhadap lingkungan kematian dan menurunkan risiko penularan,
sekitarnya terutama pada anak balita. petugas kesehatan juga dapat melakukan
Kontribusi keluarga sangat penting deteksi dini TB pada keluarga yang salah
dalam semua level pencegahan penyakit. satu anggota keluarganya memiliki riwayat
Dalam pencegahan primer keluarga dapat TB agar penanganan dapat dilakukan sejak
memengaruhi pemilihan gaya hidup yang dini serta dapat menekan angka kejadian TB.
dapat mencegah penyakit.
Daftar Pustaka
Simpulan
Crofton. J., Horne, N., & Miller, F. (2007).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Tuberkulosis Klinis edisi 2. Jakarta : Widya
pada penderita TB BTA positif di wilayah Medika.
Puskesmas DTP Rancaekek dengan
responden sebanyak 54 orang, dapat Departemen Kesehatan RI. (2008). Pedoman
disimpulkan bahwa gambaran pencegahan Nasional Penanggulangan Tuberkulosis,
cetakan kedua. Jakarta: Depkes RI. Data/ Informasi Kesehatan Provinsi Jawa
Barat. Pusat Data dan Informasi Kementrian
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. Kesehatan RI.
(2010). Profil Kesehatan Kabupaten Bandung
2010. Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, ________________________. (2013). Riset
Pemerintah Kabupaten Bandung. Kesehatan Dasar. Diunduh dari http://www.
litbang.depkes.go.id/sites/download/materi_
_________________________________. pertemuan/launch_riskesdas/Riskesdas%20
(2011). Profil Kesehatan Kabupaten Bandung Launching.pdf .
2011. Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung,
Pemerintah Kabupaten Bandung. Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
_________________________________. _____________. (2010). Ilmu Perilaku
(2012). Profil Kesehatan Kabupaten Bandung Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
2012. Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung,
Pemerintah Kabupaten Bandung. _____________. (2003). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
_________________________________.
(2013). Profil Kesehatan Kabupaten Bandung Puskesmas DTP Rancaekek. (2013). Laporan
2013. Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, Tahunan UPT Puskesmas DTP Rancaekek,
Pemerintah Kabupaten Bandung. Kabupaten Bandung.
Dinkes Provinsi Jawa Barat. (2012). Profil Tobing, T. L. (2008). Pengaruh Prilaku
Kesehatan Kabupaten Bandung 2012. Dinas Penderita TB Paru dan Kondisi Sanitasi
Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Pemerintah terhadap Pencegahan Potensi Penularan TB
Provinsi Jawa Barat. Paru Pada Keluarga di Kabupaten Tapanuli
Utara. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Hiswani (2009). Tuberkulosis Merupakan Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/bitstr
Penyakit Infeksi yang Masih Menjadi eam/123456789/6656/1/09E01348.pdf .
Masalah Kesehatan Masyarakat.
Wahyu, G. (2008). TBC pada Anak. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI. (2008). Profil Dian Rakyat.
Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.
Yulistyaningrum & Rejeki, D. S. S. (2010).
________________________. (2011). Hubungan Riwayat Kontak Penderita TB
Strategi Nasional Pengendalian TB di Paru (TB) dengan Kejadian TB Paru Anak
Indonesia. Diunduh dari pppl.depkes.go.id/_ di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru
asset/_regulasi/STRANAS_TB.pdf . (BP4) Purwokerto. Diunduh dari http://www.
uad-journal.com/index.php/KesMas/article/
________________________. (2011). view/554 diakses tanggal 3 Januari 2014).